You are on page 1of 2

Fenol ditetapkan sebagai polutan karena sifatnya sangat beracun dan karsinogenik.

Senyawa
berbahaya tersebut banyak terdapat pada limbah industri, limbah rumah sakit, dan lain-lain.
Konsentrasi fenol yang terdapat pada limbah cair mencapai 6-500 mg/L pada limbah kilang
minyak bumi, 28-3900 mg/L pada limbah industri batu bara, dan 2,8-1220 mg/L pada limbah
industri petrokimia. Industri farmasi, plastik, kayu, cat, kertas dan pulp mengandung limbah
fenol sebesar 0,1-1600 mg/L. Badan perlindungan lingkungan Amerika atau dikenal dengan The
Environment Protection Agency (EPA) telah memasukkan fenol sebagai polutan utama dalam
pengawasan dan sangat dikendalikan untuk melindungi lingkungan dan manusia. Penghilangan
fenol dari limbah sangat penting sebisa dan sebanyak mungkin agar lingkungan dan manusia
tidak terkena dampak buruknya. Di sisi lain, daur ulang fenol dari buangan industri memberikan
manfaat ke banyak industri, diantaranya sebagai resin dalam industri plastik, tinta, pestisida, dan
produk intermediet kimia (Othman, 2017).

Para peneliti dan akademisi telah melakukan berbagai penelitian untuk mengembangkan metode
penyisihan fenol dari limbah industri. Saat ini, berbagai teknik telah dikembangkan untuk
penanganan limbah fenol termasuk ekstraksi, adsorpsi, oksidasi kimia, oksidasi sinar ultraviolet,
bioteknologi, dan lain lain. Bagaimanpun juga, teknik-teknik tersebut ternyata belum
menunjukkan hasil yang memuaskan, seperti rendahnya efisiensi, harga mahal, tidak selektif ,
dan memiliki kondisi operasi rumit yang membatasi penggunaan. Khususnya, teknik tersebut
tidak ideal secara ekonomis dengan volume limbah cair yang besar (Zhang, 2012).

Teknologi membran telah disarankan sebagai alat yang menjanjikan untuk pengelolaan limbah
karena ukurannya compact, tinggi efisiensi dan selektifitas yang tinggi.Teknologi membran
dapat diklasifikasi berdasarkan bentuk porinya. Klasifikasi dari pori terbesar sampai terkecil
berturut-turut yaitu mikrofiltrasi (MF), ultrafiltrasi (UF), nanofiltrasi (NF), dan reverse osmosis
(RO). RO dan NF adalah dua teknik membran yang sangat populer untuk memisahkan molekul-
molekul kecil pada fasa larutan. Namun, rendahnya permeat fluks dan tingginya kebutuhan
driving force menjadikan NF dan RO lebih mahal terhadap biaya operasionalnya. Selain itu
beberapa kekurangan lainnya adalah polarisasi konsentrasi, pembentukan cake , dan
terbentuknya fouling menjadikan penggunaanya sangat terbatas. Karena UF memiliki fluks
tinggi dan rendah pressure drop , ini menunjukkan UF sangat menjanjikan dalam pengelolaan
limbah dibandingkan dengan metode membran lainnya. Akan tetapi, proses standar UF tidak
efektif dalam menghilangkan polutan organik dikarenakan pori membran yang besar
dibandingkan ukuran molekul organik (Acero, 2005).

Penelitian ini menawarkan konsep baru dalam pengolahan limbah fenol rumah sakit dengan
menggunakan membran ultrafiltrasi. Menggunakan dua aliran filtrasi yaitu dead end dan cross
flow serta penambahan aditiv zwitter ion untuk meningkatkan peforma PES diharapkan mampu
menambah wawasan dan konsep baru mengenai pengolahan limbah rumah sakit, khususnya
penyisihan fenol.

You might also like