Professional Documents
Culture Documents
Perceptor:
dr. Imam Ghazali, Sp.An., M.Kes
Oleh:
Kurnia Fitri Aprilliana, S.Ked
1618012006
KEPANITERAAN KLINIK
SMF ANESTESI
RUMAH SAKIT UMUM DR. H. ABDUL MOELOEK
BANDAR LAMPUNG
2017
BAB I
PENDAHULUAN
Masalah kesehatan yang paling umum yang dialami oleh individu adalah
nyeri. Nyeri adalah alasan yang paling sering dalam mencari bantuan pelayanan
kesehatan. Di rumah sakit, nyeri juga merupakan masalah yang umum dialami oleh
pasien, misalnya pasien bedah atau pasien kanker (Borglin, et al., 2011; Watmough &
Flynn, 2011). Menurut International Association for the Study of Pain (IASP), nyeri
merupakan pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari
kerusakan jaringan yang aktual maupun potensial, atau digambarkan seperti
kerusakan itu sendiri. Nyeri adalah konsekuensi yang dapat diperkirakan dari adanya
trauma maupun tindakan pembedahan.
Nyeri disepakati oleh American Pain Society sebagai tanda vital kelima
atauthe fifth vital sign. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesadaran
penanganan nyeri di antara petugas kesehatan professional. Dengan penanganan
sesuai kebutuhan terhadap nyeri yang ditunjukkan oleh pasien, pasien akan merasa
nyaman dan dapat mempercepat penyembuhan. Dokumentasi pengkajian nyeri pun
seperti dokumentasi pengkajian keempat tanda vital yang lain.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pada dasarnya prinsip Three Step Analgesic Ladder dapat diterapkan untuk
nyeri kronik maupun nyeri akut, yaitu pada nyeri kronik mengikuti langkah
tangga ke atas 1-2-3, dan pada nyeri akut, sebaliknya, mengikuti langkah
tangga ke bawah 3-2-1. Pada setiap langkah, apabila perlu dapat ditambahkan
adjuvan atau obat pembantu. Berbagai obat pembantu (adjuvant) dapat
bermanfaat dalam masing-masing taraf penaggulangan nyeri, khususnya
untuk lebih meningkatkan efektivitas analgesik, memberantas gejala-gejala
yang menyertai, dan kemampuan untuk bertindak sebagai obat tersendiri
terhadap tipe-tipe nyeri tertentu.
c. Multimodal Analgesia
Analgesia multimodal menggunakan dua atau lebih obat analgetik yang
memiliki mekanisme kerja yang berbeda untuk mencapai efek analgetik yang
maksimal tanpa dijumpainya peningkatan efek samping dibandingkan dengan
peningkatan dosis pada satu obat saja. Dimana analgesi multimodal
melakukan intervensi nyeri secara berkelanjutan pada ketiga proses perjalanan
nyeri, yakni:
Penekanan pada proses tranduksi dengan menggunakan AINS
Penekanan pada proses transmisi dengan anestetik lokal (regional)
Peningkatan proses modulasi dengan opioid
Analgesia multimodal merupakan suatu pilihan yang dimungkinkan dengan
penggunaan parasetamol dan AINS sebagai kombinasi dengan opioid atau
anestesi lokal untuk menurunkan tingkat intensitas nyeri pada pasien-pasien
yang mengalami nyeri paska pembedahan ditingkat sedang sampai berat.
Analgesia multimodal selain harus diberikan secepatnya (early analgesia),
juga harus disertai dengan inforced mobilization (early ambulation) disertai
dengan pemberian nutrisi nutrisi oral secepatnya (early alimentation).
2. Analgesik opioid
Opioid saat ini adalah analgesik paling kuat yang tersedia dan
digunakan dalam pengobatan nyeri sedang sampai berat. Obat-obat ini
merupakan patokan dalam pengobatan nyeri pasca operasi dan nyeri terkait
kanker. Morfin adalah suatu alkaloid yang berasal dari getah tumbuhan
opium poppy yang telah dikeringkan dan telah digunakan sejak berabad-abad
yang lalu karena efek analgesik, sedatif dan euforiknya. Morfin adalah salah
satu obat yang paling luas digunakan untuk mengobati nyeri berat dan masih
standar pembanding untuk menilai obat analgesik lain.
Berbeda dengan OAINS, yang bekerja di perifer, morfin menimbulkan
efek analgesiknya di sentral. Mekanisme pasti kerja opioid telah semakin
jelas sejak penemuan resptor-reseptor opioid endogen di sistem limbik,
talamus, PAG, substansia gelatinosa, kornu dorsalis dan usus. Opioid
endogen seperti morfin menimbulkan efek dengan mengikat reseptor opioid
dengan cara serupa dengan opioid endogen (endorfin-enkefalin); yaitu morfin
memiliki efek agonis (meningkatkan kerja reseptor). Dengan mengikat
reseptor opioid di nukleus modulasi-nyeri di batang otak, morfin
menimbulkan efek pada sistem-sistem desenden yang menghambat nyeri.
Obat-obat golongan opioid memiliki pola efek samping yang sangat
mirip termasuk depresi pernafasan, mual, muntah, sedasi, dan konstipasi.
Selain itu, semua opioid berpotensi menimbulkan toleransi, ketergantungan
dan ketagihan (adiksi). Toleransi adalah kebutuhan fisiologik untuk dosis
yang lebih tinggi untuk mempertahankan efek analgesik obat. Toleransi
terhadap opioid tersebut diberikan dalam jangka panjang, misalnya pada
terapi kanker. Walaupun terdapat toleransi silang yang cukup luas diantara
obat-obat opioid, hal tersebut tidaklah komplete. Misalnya codein, tramadol,
morfin solutio.
Mekanisme kerja obat untuk nyeri
d. Pendekatan Nonfarmakologik
Walaupun obat-obat analgesik sangat mudah diberikan, namun banyak
pasien dan dokter kurang puas dengan pemberian jangka panjang untuk nyeri
yang tidak terkait keganasan. Situasi ini mendorong dikembangkannya
sejumlah metode nonfarmakologik untuk mengatasi nyeri. Metode
nonfarmakologik untuk mengendalikan nyeri dapat dibagi menjadi dua
kelompok yaitu terapi dan modalitas fisik serta strategi kognitif-perilaku.
Sebagian dari modalitas ini mungkin berguna walaupun digunakan secara
tersendiri atau digunakan sebagai adjuvan dalam penatalaksanaan nyeri.
1. Terapi dan Modalitas Fisik
Terapi fisik untuk meredakan nyeri mencakup beragam bentuk
stimulasi kulit (pijat, stimulasi saraf dengan listrik transkutis,
akupuntur, aplikasi panas atau dingin, olahraga). Stimulasi kulit
akan merangsang serat-serat non-nosiseptif yang berdiameter besar
untuk menutup gerbang bagi serat-serat berdiameter kecil yang
menghantarkan nyeri sehingga nyeri dapat dikurangi.
Dihipotesiskan bahwa stimulasi kulit juga dapat menyebabkan
tubuh mengeluarkan endorfin dan neurotransmiter lainnya yang
menghambat nyeri. Salah satu strategi stimulasi kulit tertua dan
paling sering digunakan adalah pemijatan atau penggosokan. Pijat
dapat dilakukan dengan jumlah tekanan dan stimulasi yang
bervariasi terhadap berbagai titik diseluruh tubuh. Pijat akan
melemaskan ketegangan otot dan meningkatkan sirkulasi lokal.
Pijat punggung memiliki efek relaksasi yang kuat dan apabila
dilakukan oleh individu yang penuh perhatian maka akan
menghasilkan efek emosional yang positif.
Stimulasi saraf dengan listrik melalui kulit (TENS atau TNS)
terdiri dari suatu alat yang digerakkan oleh batere yang mengirim
impuls listrik lemah melalui elektroda yang diletakkan di tubuh.
Elektroda pada umumnya diletakkan diatas atau dekat dengan
bagian yang nyeri. TENS digunakan untuk penatalaksanaan nyeri
akut dan kronik; nyeri pascaoperasi, nyeri punggung bawah,
phantom limb pain, neuralgia perifer dan artritis rematoid.
Akupuntur adalah teknik kuno dari cina berupa insersi jarum
halus ke dalam berbagai titik akupuntur di seluruh tubuh untuk
meredakan nyeri. Metode noninvasif lain untuk merangsang titik-
titik pemicu adalah memberi tekanan dengan ibu jari, suatu teknik
yang disebut akupresur.
Range of motion (ROM) exercise (pasif, dibantu, atau aktif)
dapat digunakan untuk melemaskan otot, memperbaiki sirkulasi
dan mencegah nyeri yang berkaitan dengan kekakuan dan
imobilitas.
Aplikasi panas adalah tindakan sederhana yang telah lama
dikeketahui sebagai metode yang efektif untuk mengurangi nyeri
atau kejang otot. Panas dapat disalurkan melalui konduksi (botol
air panas, bantalan pemanas listrik, lampu, kompres basah panas),
konveksi (whirpool, sitz bath, berendam air panas), konversi
(ultrasonografi, diatermi). Nyeri akibat memar, spasme otot, dan
artritis berespon baik terhadap panas. Karena melebarkan
pembuluh darah dan meningkatkan aliran darah lokal, panas
jangan digunakan setelah cidera traumatik saat masih ada edema
dan peradangan. Karena meningkatkan aliran darah, panas
mungkin meredekan nyeri dengan menyingkirkan produk-produk
inflamasi seperti bradikinin, histamin, dan prostaglandin yang
menimbulkan nyeri lokal.
Berbeda dengan terapi panas, yang efektif untuk nyeri kronik,
aplikasi dingin efektif untuk nyeri akut (misalnya trauma akibat
luka bakar, tersayat, terkilir). Dingin dapat disalurkan dlam bentuk
berendam atau komponen air dingin, kantung es, aquamatic K
pads, dan pijat es. Aplikasi dingin mengurangi aliran darah ke
suatu bagian dan mengurangi edema serta perdarahan.
Diperkirakan bahwa terapi dingin menimbulkan efek analgetik
dengan memperlambat kecepatan hantaran saraf sehingga impuls
nyeri yang mencapai otak lebih sedikit. Mekanisme lain yang
mungkin bekerja bahwa persepsi dingin menjadi dominan dan
mengurangi persepsi nyeri.
2. Strategi kognitif-perilaku
Strategi kognitif-perilaku bermanfaat dalam mengubah
persepsi pasien terhadap nyeri, mengubah perilaku nyeri, dan
memberi pasien perasaan yang lebih mampu untuk mengendalikan
nyeri. Strategi-strategi ini mencakup relaksasi, penciptaan
khayalan (imagery), hipnosis, dan biofeedback. Walaupun
sebagian besar metode kognitif-perilaku menekankan salah satu
relaksasi atau pengelihatan, pada praktik keduanya tidak dapat
dipisahkan.
Cara lain untuk menginduksi relaksasi adalah dengan olahraga
dan bernafas dalam, meditasi dan mendengarkan musik-musik
yang menenangkan. Teknik-teknik relaksasi akan mengurangi rasa
cemas, ketegangan otot, dan stress emosi sehingga memutuskan
siklus nyeri-stress-nyeri, saat nyeri dan stress saling memperkuat.
Teknik-teknik pengalihan mengurangi nyeri dengan
memfokuskan perhatian pasien pada stimulus lain dan menjauhi
nyeri. Menonton televisi, membaca buku, mendengar musik, dan
melakukan percakapan. Penciptaan khayalan dengan tuntutan
adalah suatu bentuk pengalihan fasilator yang mendorong pasien
untuk mevisualisasikan atau memikirkan pemandangan atau
sensasi yang menyenangkan untuk mengalihkan perhatian
menjauhi nyeri. Tehnik ini sering dikombinasikan dengan
relaksasi.
Hipnosis adalah suatu metode kognitif yang bergantung pada
bagaimana memfokuskan perhatian pasien menjauhi nyeri; metode
ini juga bergantung pada kemampuan ahli terapi untuk menuntun
perhatian pasien ke bayangan-bayangan yang paling konstruktif.
Umpan-balik hayati adalah suatu teknik yang bergantung pada
kemampuan untuk memberikan ukuran-ukuran terhadap parameter
fisiologik tertentu kepada pasien sehingga pasien dapat belajar
mengendalikan parameter tersebut termasuk suhu kulit, ketegangan
otot, kecepatan denyut jantung, tekanan darah dan gelombang otak.
DAFTAR PUSTAKA