You are on page 1of 7

2.1. Curcuma longa L. syn. Curcuma domestica Val.

2.2.1. Sejarah dan perkembangan kunyit


Kunyit merupakan tanaman obat berupa semak dan bersifat tahunan (perenial)
yang tersebar di seluruh daerah tropis. Tanaman kunyit tumbuh subur dan liar
disekitar hutan/bekas kebun. Kunyit diperkirakan berasal dari Binar pada
ketinggian 1300-1600 m dpl, ada juga yang mengatakan bahwa kunyit berasal dari
India. Kata Curcuma berasal dari bahasa Arab Kurkum dan Yunani Karkom. Pada
tahun 77-78 SM, Dioscorides menyebut tanaman ini sebagai Cyperus menyerupai
jahe, tetapi pahit, kelat, dan sedikit pedas, tetapi tidak beracun.
Kunyit tumbuh dan ditanam di Asia Selatan, Cina Selatan, Taiwan, Indonesia,
dan Filipina. Tanaman ini tumbuh dengan baik di tanah yang bai tata pengairannya,
curah hujan yang cukup banyak 2.000 mm sampai 4.000 mm tiap tahun dan di
tempat yang sedikit kenaungan, tetapi untuk menghasilkan rimpang yang lebih
besar dan baik lebih dikehendaki tempat yang terbuka. Tanah ringan seperti tanah
lempung berpasir, baik untuk pertumbuhan rimpang (MMI).
Budidaya kunyit dapat dilakukan dengan stek rimpang dengan ukuran 20 gram
sampai 25 gram tiap stek. Dengan jarak tanam (panjang 60 cm dan lebar 60 cm),
diperlukan 500 kg sampai 650 kg rimpang tiap hektar untuk digunakan sebagai
bibit. Bibit yang digunakan harus berupa rimpang yang cukup umur (tua). Waktu
penanaman adalah awal musim hujan. Pemeliharaan yang diperlukan adalah
menyulam menyiang, memupuk, dan memperbaiki tata air. Pemupukan tipa hektar
dengan 112 kg kalium oksida pada umur 4 bulan. Produksi rimpang kunyit
meningkat 38% lebih besar daripada yang tidak dipupuk dengan kalium oksida.
Besar peningkatan produksi adalah 7,5 ton rimpang kunyit segar tiap hektar. Panen
dapat dilakukan setelah berumur setahun atau lebih dari waktu tanam. Hama yang
dikenal merusak adalah ulat Kerana diocles dan Udas pesfolus. Kumbang
Lasioderma serricome merupakan hama gudang yang sangat merusak, serangga ini
bersifat kosmopolit dan merusak berbagai bahan organik kering (MMI).

2.2.2. Taksonomi Kunyit


Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu / monokotil)
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae (suku jahe-jahean)
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma longa L. syn. Curcuma domestica Val.
Beberapa nama daerah untuk Curcuma longa L.antara lain kunir (Jawa),
koneng (Sunda), unik (Batak), kunyit (Melayu), kunyir, jinten (Lampung), dan
lain-lain.

2.2.3. Deskripsi tanaman


Terna dengan batang berwarna semu hijau atau agak keunguan, rimpang
terbentuk dengan sempurna, bercabang-cabang, berwarna jingga. Setiap tanaman
beedaun 3-8 helai, panjang tangkai daun pelepah sampai 70cm ; tanpa lidah-lidah,
berambut halus jarang-jarang, helaian daun berbentuk lanset lebar, ujung daun
lancip-lancip berekor, keseluruhannya berwarna hijau atau hanya bagian atas dekat
tulang utama berwarna agak keunguan, panjang 28 cm sampai 85 cm, lebar 10 cm
sampai 25 cm. Perbandingan terminal, gagang berambut, bersisik, panjang gagang
16 cm sampai 40 cm; tenda bunga, panjang 10 cm sampai 19 cm, lebar 5 cm
sampai 10 cm; daun kelopak berambut, berbentuk lanset, panjang 4 cm sampai 8
cm, lebar 2 cm sampai 3,5 cm, daun kelopak yang paling bawah berwarna hijau,
berbentuk bundar telur, makin ke atas makin menyempit serta memanjang, warna
semu putih atau keunguan, kelopak berbentuk tabung, panjang 9 mm sampai 13
mm, bergigi 3 dan tipis seperti selaput; tajuk bagian bawah berbentuk tabung,
panjang lebih kurang 20 mm, berwarna krem, bagian dalam tabung berambut; tajuk
bagian ujung berbelah-belah, warna putih atau merah jambu, panjang 10 mm
sampai 15 mm, lebar 11 mm sampai 14 mm; bibir berbentuk bundar telur, panjang
16 mm sampai 20 mm, lebar 15 mm sampai 18 mm, warna jingga atau kuning
keemasan dengan pinggir berwarna coklat dan ditengahnya bewarna kemerahan
(MMI).
Rimpang kunyit berupa kepingan ringan, rapuh, warna kuning jingga, kuning
jingga kemerahan sampai kuning jingga kecokelatan; bau khas, rasa agak pahit,
agak pedas, lama kelamaan menimbulkan rasa tebal; bentuk hampr bundar sampai
bulat panjang, kadang-kadang bercabang; lebar 0,5-3 cm, panjang 2-6 cm, tebal 1-5
mm; umumnya melengkung tidak beraturan, kadang-kadang terdapat pangkal upih
daun dan pangkal akar. Batas korteks dan silinder pusat kadang-kadang jelas.
Bekas patahan agak rata, berdebu, warna kuning jingga sampai cokelat kemerahan.
Rimpang kunyit mengandung minyak atsiri tidak kurang dari 3,02% v/b dan
kurkuminoid tidak kurang dari 6,60% dihitung sebagai kurkumin (FHI).
Sedangkan ekstrak kental rimpang kunyit adalah ekstrak yang dibuat dari
rimpang Curcuma domestica Val., suku Zingiberaceae, mengandung minyak atsiri
tidak kurang dari 3,20% v/b dan kurkuminoid tidak kurang dari 33,90% dihitung
sebagai kurkumin. Ekstrak kental rimpang kunyit berwarna kuning; bau khas; dan
rasa agak pahit (FHI).

2.2.4. Kandungan kimia

Rimpang kunyit mengandung 3-5% zat warna kuning yang tidak menguap
dengan pemanasan yang disebut kurkuminoid, dan berada dalam bentuk kurkumin
(diferoloylmethane) sebanyak 50%, monodesmethoxycurcuminin, dan
bisdesmethxycurcumin. Rimpang kunyit juga mengandung 2-7% minyak esensial,
umumnya terdiri atas bisabolane, guaiane, dan germacrane sesquiterpenes
(turmerone, ar-turmerone, zingiberene, curlone, dan lain-lain). Kandungan derivat
bisabolane yang tinggi membedakan turmeric kunyit dengan spesies Curcuma
yang lain (herbal drugs). Selain itu rimpang kunyit juga mengandung senyawa
gom, lemak, protein, kalsium, fosfor, besi, gula, resin dan vitamin C (Sumiati, 2010
; Akram, 2010).
2.2.5. Khasiat tanaman kunyit
Secara empiris rimpang kunyit berkhasiat sebagai obat demam, obat mencret,
obat sesak nafas, obat radang hidung, dan penurun panas. Rimpang kunyit juga
berkhasiat untuk stomatik, antispasmodik (mencegah atau meredakan), anti
inflamasi, anti bakteri, dan kholeretik (Soedibyo, 1997). Rimpang kunyit dapat
digunakan untuk menghentikan pendarahan, dan dapat juga digunakan sebagai obat
gatal, radang umbai usus buntu, radang rahim, keputihan, obat sakit perut dan
gangguan liver. Rimpang kunyit juga memiliki efek antimikroba terhadap S.
aureus (Rukayadi et al., 2013). Menurut Soejono (1994), rimpang kunyit dapat
digunakan sebagai kontrasepsi tradisional, dan pada tikus jantan putih galur
Sprangue Dawley dapat menurunkan jumlah sperma dan perubahan bentuk sperma.
Infusa rimpang kunyit mempunyai efek analgetik pada mencit betina (Utami,
1995).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hidayati, E (2002) aktif
dalam rimpang kunyit mampu menghambat pertumbuhan jamur, virus, dan bakteri
baik Gram positif maupun Gram negatif, seperti E.coli dan Staphylococcus aureus,
karena kunyit mengandung berbagai senyawa diantaranya adalah kurkumin dan
minyak atsiri (Said, 2001). Senyawa sesquiterpen dalam minyak atsiri kunyit
merupakan turunan dari senyawa terpen seperti alkohol yang bersifat bakterisida
dengan merusak struktur tersier protein bakteri atau denaturasi protein (Tarwiyah,
2001). Sedangkan kurkumin adalah suatu senyawa fenolik. Turunan fenol ini akan
berinteraksi dengan dinding sel bakteri, selanjutnya terabsorbsi dan penetrasi ke
dalam sel bakteri, sehingga menyebabkan presipitasi dan denaturasi protein,
akibatnya akan melisiskan membran sel bakteri. sedangkan aktivitas antibakteri
kurkumin dengan cara menghambat proliferasi sel bakteri.
Selain itu, terdapat turmeric oil yaitu suatu minyak atsiri yang memiliki
aktivitas antibakteri. Didapatkan dari distilasi uap Curcuma longa dalam air dan
menghasilkan minyak atsiri pada fraksi 1 (dapat dilihat pada bagan dibawah).
Aktivitas antibakteri dari turmeric oil dari fraksinya yang dilarutkan etil asetat 5%
dan heksan dengan metode pour plate dapat menghambat pertumbuhan Bacillus
cereus, Bacillus coagulans, Bacillus subtilis, Staphylococcus aureus, Escherichia
coli, dan Pseudomonas aeruginosa. Hal ini dikarenakan senyawa yang paling
banyak terkandung adalah -Turmerone, turmerone, dan curlone (Wahyuni,
Hardjono,dan Paskalina Hariyantiwasi Yamrewav, 2004). Aktivitas penghambatan
kurkumin MRSA (methicillin-resistant Staph. aureus strains) tampak dengan KHM
125250g/mL (Moghadamtousi et al., 2014).
Kurkumin pada kunyit mempunyai aktivitas antibakteri berspektrum luas yaitu
antibakteri yang aktif terhadap berbagai jenis bakteri gram positif dan gram
negatif, antivirus dan penginduksi apoptosis sel (antitumor) (Bermawie, 2006).
Pada konsentrasi 50% jumlah bakteri Escherichia coli mengalami penurunan 0,4 x
107 dan pada konsentrasi minimum 50% zat aktif dapat menghambat pertumbuhan
bakteri Escherichia coli. Sedangkan pada konsentrasi 100% jumlah bakteri
Escherichia coli menurun sebanyak 1,5 x 104. Adapun daya antibakteri dari kunyit
ialah sebagai berikut

You might also like