You are on page 1of 11

Lex Administratum, Vol.I/No.

2/Apr-Jun/2013

ANALISIS PENGGUNAAN TANAH kami angkat dalam tulisan ini adalah:


MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR Pertama, bahwa Penggunaan tanah yang
51/PERPU/1960 sah menurut Undang-undang
Oleh: Beni Hario / NIM: 090711615 No.51/PERPU/1960 (PERPU No 51. Tahun
1960) adalah penggunaan tanah yang
ABSTRAK memiliki bukti kepemilikan kuat yang
Menurut peraturan pemerintah dipeproleh melalui Badan Pertanahan
pengganti undang-undang No 51 tahun Nasional atau pun juga melalui lembaga
1960, yang selanjutnya kemudian menjadi terkait yang berada di bawahnya. Kedua,
Undang-undang No.51/PERPU/1960 bahwa Penyelesaian konflik atas
berdasarkan Undang-undang Nomor 1 penggunaan tanah secara tidak sah
Tahun 1961, pasal 1 ayat 1 a dan b, yang dilakukan melalui mekanisme di dalam
dimaksud dengan tanah ialah tanah yang pengadilan melalui lembaga peradilan,
langsung dikuasai oleh negara dan tanah melalui mekanisme di luar pengadilan,
yang dipunyai dengan sesuatu hak oleh dan memanfaatkan lembaga adat. Di
perseorangan atau badan hukum. dalam pengadilan biasanya dilakukan
Berdasarkan penjelasan ini, maka melalui Pengadilan Tata Usaha Negara,
kedudukan tanah yang legal hanyalah sedangkan di luar pengadilan biasanya
berada di bawah kepemilikan yang sah oleh dilakukan dengan melalui mediasi,
orang atau perseorangan dan badan hukum arbitrase, konsiliasi, penilai independen,
dengan wewenang penuh yang diberikan fasilitasi dan negosiasi. Selanjutnya
kepadanya dari Negara berdasarkan penyelesaian menggunakan lembaga adat,
undang-undang yang berlaku. Sering kali dilakukan dengan bantuan para tokoh adat
terjadi dalam kehidupan bahwa orang atau dan pemuka masyarakat seperti Kepala
badan hukum mengkalim bahwa sebidang Desa/lurah.
tanah adalah miliknya tanpa dasar Kata kunci: Penggunaan tanah, Undang-
kepastian hukum yang tetap sebagaimana undang Nomor 51/Perpu/1960.
dikatakan dalam bagian pertama tadi.
Faktor penyebab konflik tanah adalah A. PENDAHULUAN
pemahaman masyarakat tentang peraturan Sengketa pertanahan dapat
bidang pertanahan yang kurang dan diselesaikan melalui tiga jalur (jalur
desakan perekonomian yang menyebabkan pengadilan, jalur di luar pengadilan, dan
sehingga masyarakat sering menghalalkan memanfaatkan lembaga adat), namun
segala cara untuk mendapatkan sebidang efektivitasnya perlu dikaji kembali
tanah. Mulai dari penggandaan sertifikat, mengingat sampai saat ini konflik
hingga klaim tanah yang tak beralasan pertanahan itu masih saja terjadi di mana-
hukum kuatpun sering digunakan sebagai mana. Negara melalui Peraturan
dasar pertikaian. Persoalan ini menunutut Pemerintah dan Undang-undang telah
tanggungjawab negara sebagai pelindung mengatur secara jelas bahwa penggunaan
dan pengayom masyarakat. Negara melalui lahan milik orang lain secara ilegal adalah
Undang undang Dasar 1945 serta peraturan melanggar hukum1 Dan upaya pemerintah
perundangan dan Peraturan lainnya, telah ini perlu ditindak-lanjuti oleh seluruh
mengatur secara jelas bahwa penggunaan masyarakat teristimewa para penegak
lahan milik orang lain secara ilegal adalah hukum. Melalui undang-undang dan
melanggar hukum. Upaya penyelesaian
1
oleh pemerintah dilakukan melalui Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang
beberapa jalur, diantaranya sebagaimana Nomor 51 Tahun 1960 tentang Larangan Pemakaian
Tanah Tanpa Izin yang berhak atau kuasanya.

103
Lex Administratum, Vol.I/No.2/Apr-Jun/2013

peraturan pemerintah pengganti undang- Instrumen lain yang digunakan adalah:


undang, negara menjamin kepemilikan dokumen-dokumen yang berhubungan
tanah secara legal dan aman. Penegakan dengan topik berupa pustaka/literatur
hukum oleh para penegak hukum dalam perpustakaan.
bidang agraria diatur dalam hukum agraria.
Salah satu instrumen utama dalam D. PEMBAHASAN
penyelesaian sengketa kepemilikan tanah 1. Pengaturan Penggunaan Tanah
secara ilegal adalah Peraturan Pemerintah Menurut UU Nomor 51/PERPU/1960
Pengganti Undang-undang Nomor 51 tahun Dalam bagian ini, akan dijelaskan
1960 yang kemudian telah diubah menjadi tentang bagaimana pengaturan
Undang-undang oleh UU No. 1 Tahun 1961 penggunaan tanah yang legal menurut UU
menjadi UU No 51/PERPU/1960. Peraturan Nomor 51/PERPU/1960. 3Berdasarkan UU
ini mengatur secara eksplisit bagaimana ini, untuk menggunakan lahan tanah secara
seseorang bisa memiliki tanah secara legal, legal, kita mesti mengetahui cara-cara atau
pihak-pihak mana saja yang berwenang syarat-syaratnya sebagaimana penulis
atas pengurusan kepemilikan tanah secara temukan, diantaranya:
legal, dan sanksi-sanksi hukum yang 1.1. Tanah yang Sah
ditimbulkan sebagai akibat dari Menurut Undang-Undang Nomor
pelanggaran terhadap UU No 51/PERPU/1960 ini, Tanah yang sah ialah
51/PERPU/1960 ini. Oleh karena itu, analisis Tanah yang langsung dikuasai oleh negara
komperhensif atas pemberlakuan Undang- dan Tanah yang dipunyai dengan sesuatu
Undang No.51/PERPU/1960 ini perlu dikaji hak oleh perseorangan atau badan hukum.
lagi. 1.2. Siapa yang Berhak Atas
Kepemilikan dan Pemakaian Tanah
B. Rumusan Masalah Yang berhak atas kepemilikan tanah
1. Bagaimana pengaturan penggunaan adalah orang atau badan hukum yang
tanah menurut Undang-Undang Nomor berhak atas tanah itu. Sedangkan yang
51/PERPU/1960? berhak memakai tanah ialah orang yang
2. Bagaimanakah penyelesaian konflik atas menduduki, mengerjakan dan/atau
penggunaan tanah secara tidak sah menguasai sebidang tanah atau
menurut peraturan perundang- mempunyai tanaman atau bangunan di
undangan di Indonesia? atasnya, dengan tidak dipersoalkan apakah
bangunan itu dipergunakan sendiri atau
C. Metode Penulisan tidak.
Pendekatan yang digunakan dalam 1.3. Wewenang Pengurusan Hak
skripsi ini adalah pendekatan kualitatif Kepemilikan Tanah Secara Legal
dengan metode yuridis-normatif.2 Yang memiliki wewenang ialah penguasa
daerah dengan penjelasan sebagai berikut:

2
Menurut Prof. Dr. Sugiyono (2009:15), Metode
penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang
berlandaskan pada postpositivisme, digunakan kualitatif lebih menekankan makna dari pada
untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, generalisasi.
3
(sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana Undang-Undang Nomor 51/PERPU/1960 ini adalah
peneliti adalah sebagai instrument kunci, bahasa perubahan atas semua PERPU dan PERMEN
pengambilan sampel sumber data dilakukan secara yang diterbitkan pemerintah sebelum tahun 1961.
purposive dan snowbaal, teknik pengumpulan Oleh karena itu, PERPU No. 51 Tahun 1960 ini
dengan trianggulasi (gabungan), analisis data selanjutnya akan dijelaskan dengan menggunakan
bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian nama Undang-Undang Nomor 51/PERPU/1960.

104
Lex Administratum, Vol.I/No.2/Apr-Jun/2013

a. Untuk daerah-daerah yang tidak 1.5. Pemakaian Tanah Perkebunan dan


berada dalam keadaan bahaya Hutan Secara Legal
seperti yang dimaksudkan dalam a. Pemakaian tanah-tanah perkebunan
Peraturan Pemerintah Pengganti dan hutan yang menurut Undang-undang
Undang-Undang No. 23 tahun Darurat No. 8 tahun 1954 (Lembaran
1959 (lembaran negara tahun 1959 Negara 1954 No. 65) jo. Undang-undang
No.139): Bupati atau Darurat No. 1 tahun 1956 (Lembaran
Walikota/Kepala Daerah yang Negara tahun 1956 No. 45) harus
bersangkutan, sedang untuk diselesaikan, dan yang pada tanggal mulai
daerah tingkat I Jakarta raya: berlakunya Peraturan Pemerintah
Gubernur/Kepala daerah Jakarta Pengganti Undang-undang ini belum
Raya; diselesaikan menurut ketentuan-ketentuan
a. Untuk daerah-daerah yang berada dalam undang-undang darurat tersebut,
dalam keadaan dengan tingkat selanjutnya akan diselesaikan menurut
keadaan darurat sipil, darurat militer ketentuan-ketentuan yang ditetapkan oleh
atau keadaan perang, masing-masing menteri agraria, setelah mendengar
penguasa Darurat Sipil Daerah, menteri pertanian.
Penguasa Darurat Militer Daerah atau b. Menteri Agraria dengan mendengar
Penguasa Perang Daerah yang menteri pertanian, dapat pula
bersangkutan, seperti yang mengambil tindakan-tindakan untuk
dimaksudkan dalam Peraturan menyelesaikan pemakaian tanah-tanah
Pemerintah Pengganti Undang- perkebunan dan hutan tanpa izin yang
Undang No. 23 tahun 1959 (Lembaran berhak atau kuasanya yang sah, yang
Negara tahun 1959 No. 139). dimulai sejak tanggal 12 Juni 1954.
1.4. Tugas Penguasa Daerah c. Dalam rangka menyelesaikan pemakaian
a. Penguasa Daerah dapat mengambil tanah-tanah perkebunan dan hutan itu
tindakan-tindakan untuk Menteri Agraria dan instansi yang
menyelesaikan pemakaian tanah yang ditunjuknya mempunyai wewenang
bukan perkebunan dan bukan hutan pula.
tanpa izin yang berhak atau kuasanya d. Penyelesaian pemakaian tanah-tanah
yang sah, yang ada di daerahnya perkebunan Menteri Agraria harus
masing-masing pada suatu waktu. memperhatikan kepentingan rakyat
b. Penguasa Daerah dapat pemakai tanah yang bersangkutan,
memerintahkan kepada yang kepentingan penduduk lainnya di daerah
memakainya untuk mengosongkan tempat letaknya perusahaan kebun dan
tanah yang bersangkutan dengan luas tanah yang diperlukan perusahaan
segala barang dan orang yang itu untuk menyelenggarakan usahanya,
menerima hak daripadanya. dengan ketentuan, bahwa terlebih
c. Jika setelah berlakunya tenggang dahulu harus diusahakan tercapainya
waktu yang ditentukan didalam penyelesaian dengan jalan musyawarah
perintah pengosongan tersebut pada dengan pihak-pihak yang bersangkutan.
ayat (1) pasal ini perintah itu belum 1.6. Sangsi Hukum Bagi Penggunan
dipenuhi oleh yang bersangkutan, Tanah Secara Ilegal
maka Penguasa Daerah atau pejabat a. Dengan tidak mengurangi
yang diberi perintah olehnya ketentuan yang berlaku dalam
melaksanakan pengosongan itu atas pasal-pasal 3, 4, dan 5, maka
biaya pemakai tanah itu sendiri. dapat dipidana dengan hukuman

105
Lex Administratum, Vol.I/No.2/Apr-Jun/2013

kurungan selama-lamanya 3 ditarik beberapa hal penting yang bisa


(tiga) bulan dan / atau denda membantu masyarakat pada umumnya
sebanyak-banyaknya Rp. 5000,- untuk memiliki pemahaman yang benar
(lima ribu rupiah); tentang polemik pengurusan kesahian
b. Barang siapa memakai tanah penggunaan tanah dan kepemilikan tanah
tanpa izin yang berhak atau secara legal.
kuasanya yang sah, dengan Pertama, Supaya dapat memiliki tanah
ketentuan, bahwa jika mengenai secara legal, maka seorang warga atau
tanah-tanah perkebunan dan lembaga tertentu harus mengetahui apa itu
hutan dikecualikan mereka yang konsep tanah yang sah. Dengan
akan diselesaikan menurut pasal pemahaman tentang konsep tanah yang
5 ayat (1); sah ini, maka setiap warga negara atau
c. Barang siapa mengganggu yang lembaga tertentu akan mengetahui
berhak atau kuasanya yang sah di bagaimana seharusnya memiliki lahan
dalam menggunakan haknya atas tanah secara sah dan legal. Jika tidak
suatu bidang tanah; memiliki konsep atau pemahaman tentang
d. Barang siapa menyuruh, tanah yang sah, maka akan menimbulkan
mengajak, membujuk atau sikap salah kapra. Maksudnya, seseorang
menganjurkan dengan lisan atau atau lembaga akan membuat defenisi
tulisan untuk melakukan tersendiri yang sebenarnya mungkin tidak
perbuatan yang dimaksud dalam benar, untuk membenarkan klaim sahnya
pasal 2 atau atau huruf b dari sebidang tanah yang menurut dia menjadi
ayat (1) pasal ini. miliknya padahal belum tentu lahan
e. Barang siapa memberi bantuan tersebut menurut hukum adalah milik
dengan cara apapun juga untuk seseorang atau lembaga tersebut.
melakukan perbuatan tersebut Berdasarkan peraturan pemerintah
pada pasal 2 atau huruf b dari pengganti undang-undang ini, kita
ayat (1) pasal ini. menemukan secara jelas, apa yang
f. Ketentuan-ketentuan mengenai dimaksud dengan tanah legal itu. Menurut
penyelesaian yang diadakan oleh undang-undang ini, tanah legal adalah
Menteri Agraria dan Penguasa Tanah yang langsung dikuasai oleh negara
Daerah dapat memuat ancaman dan Tanah yang dipunyai dengan sesuatu
pidana dengan hukuman hak oleh perseorangan atau badan hukum.4
kurungan selama-lamanya 3 Berdasarkan penjelasan ini kita bisa
(tiga) bulan dan / atau denda menemukan bahwa tanah yang sah adalah
sebanyak-banyaknya Rp. 5000,- tanah yang menjadi kekuasaan negara dan
(lima ribu rupiah) terhadap siapa hanya bisa dipunyai oleh seseorang atau
yang melanggar atau tidak badan hukum dengan sesuatu hak.
memenuhinya. Maksudnya adalah bahwa dalam negara ini
Undang-undang ini membahas tentang yang memiliki wewenang penuh atas
berbagai aturan dan tata cara penggunaan kepemilikan tanah hanyalah negara. Namun
tanah secara legal. Di dalamnya, selain bisa digunakan demi kesejahteraan rakyat
larangan-larangan yang dibahas, juga berdasarkan bukti sah dan kuat tentang
memuat tentang berbagai macam syarat kepemilikan tanah yang berhak
dan ketentuan hukum tentang sahnya
kepemilikan sebuah lahan tanah secara 4
legal. Berdasarkan penjelasan di atas, dapat Bandingkan Pasal 1 ayat (1) dan (2), PERPU No. 51
Tanu 1960.

106
Lex Administratum, Vol.I/No.2/Apr-Jun/2013

sebagaimana diatur dalam undang-undang mempunyai tanah. Hal ini tentu harus
pokok agraria dan peraturan lain yang dibarengi dengan bukti-bukti sah
diatur berhubungan dengan kepemilikan kepemilikan tersebut yang berasal dari
tanah secara sah atau legal. 5 bagian pertanahan negara berupa akta
Kedua, kita juga mesti mengetahui tanah dan surat-surat resmi pertanahan
tentang siapa yang berhak atas tanah. lain yang mendukung yang berasal dari
Sering kali terjadi dalam kehidupan bahwa penguasa daerah yang dalam hal ini adalah
orang atau badan hukum mengkalim bahwa bupati, walikota, gubernur dan juga untuk
sebidang tanah adalah miliknya tanpa dasar pengurusan lahan hutan dan perkebunan
kepastian hukum yang tetap sebagaimana bisa menjadi tanggungjawab menteri
dikatakan dalam bagian pertama tadi. agraria yang biasanya dijalankan oleh
Konflik saling klaim lahan tanah yang di lembaga-lembaga pertanahan di daerah
atasnya berdiri kokoh Hotel Sutan Raja, sebagaimana dikatakan dalam pasal 1 ayat
Manado menjadi contoh pergolakan (4), pasal 3, pasal 4 dan pasal 5 PERPU ini.
tentang siapa yang berhak atas tanah. Ketiga warga masyarakat juga perlu
Kedua belahpuhak (Tjandra dan Rotinsulu) mengetahui tentang sanksi-sanksi hukum
saling mengkalim kalau tanah tersebut yang bisa terjadi dengan upaya pemimlikan
adalah miliknya sedangkan pihak ketiga tanah secara tidak legal. Kadang kala warga
(Sitorus sebagai pembeli lahan) tidak masyarakat tidak memusingkan dengan
mengetahui hal ini. Hal ini akan konsekuensi hukum yang bisa terjadi
menimbulkan konflik antar warga dan akan dengan penggunaan tanah secara tidak sah
merugikan pihak-pihak yang bersengketa. atau tidak legal ini. Hal ini mengakibatkan
Untuk menghindari terjadinya hal yang sehingga pelanggaran di bidang ini semakin
demikian, Peraturan Pemerintah Pengganti bertambah dan konflik antar warga yang
Undang-undang ini memberikan defenisi bertikai atas sebidang tanah pun tidak bisa
yang jelas tentang siapa yang berhak atas dibendung.
sebidang tanah dengan penjelasan sebagai Dalam PERPU ini, termuat berbagai
berikut: sanksi hukum jika terjadi pelanggaran atas
Yang berhak atas kepemilikan tanah penggunaan tanah tanpa izin yang berhak
adalah orang atau badan hukum yang atau yang mempunyai kuasa atas tanah
berhak atas tanah itu. Sedangkan yang tertentu dan masyarakat perlu juga untuk
berhak memakai tanah ialah orang yang mengetahuinya. Sanksi-sanksi hukum
menduduki, mengerjakan dan/atau tersebut antara lain sebagaimana termuat
menguasai sebidang tanah atau dalam pasal 6 PERPU ini:
mempunyai tanaman atau bangunan di a. Dengan tidak mengurangi ketentuan
atasnya, dengan tidak dipersoalkan yang berlaku dalam pasal-pasal 3, 4,
apakah bangunan itu dipergunakan dan 5, maka dapat dipidana dengan
sendiri atau tidak. hukuman kurungan selama-lamanya 3
Dengan perumusan tersebut, dapat (tiga) bulan dan / atau denda
diketahui bahwa orang atau badan hukum sebanyak-banyaknya Rp. 5000,- (lima
yang berhak sajalah yang bisa memiliki atau ribu rupiah);
b. Barang siapa memakai tanah tanpa izin
5
Bandingkan Undang-undang Pokok Agraria, Pasal yang berhak atau kuasanya yang sah,
21 ayat (1) yang menyatakan bahwa hanya warga dengan ketentuan, bahwa jika
negara Indonesia dapat mempunyai hak milik. mengenai tanah-tanah perkebunan
Dikutip dalam Pustaka Widyatmaka, Undang- dan hutan dikecualikan mereka yang
undang Pokok Agraria, (Yogyakarta: Pustaka
Widyatama, 2004), hlm. 31.

107
Lex Administratum, Vol.I/No.2/Apr-Jun/2013

akan diselesaikan menurut pasal 5 ayat kekuasaan kehakiman yang merdeka.


(1); Arti merdeka di sini adalah bebas dari
c. Barang siapa mengganggu yang berhak pengaruh kekuasaan lain saat
atau kuasanya yang sah di dalam menyelenggarakan peradilan guna
menggunakan haknya atas suatu menegakkan keadilan, kebenaran,
bidang tanah; dan kepastian hukum. Agar itu
Berdasarkan penjelasan dan analisis di terwujud, perlu pengaturan susunan,
atas, maka beberapa butir jalan keluar yang kekuasaan serta lingkungan peradilan
ditawarkan oleh penulis sehubungan umum. yang terakhir ini dasarnya
dengan aplikasi PERPU ini antara lain: adalah undang-undang nomor 2
1. Untuk dapat memiliki tanah secara sah, tahun 1986 tentang peradilan umum.
maka seseorang atau badan hukum
harus memiliki bukti-bukti sah tentang 2. Penyelesaian di Luar Pengadilan7
kepemilikan tanah dari lembaga yang Selain diselesaikan melalui dua
berwenang. jalan di atas (Peradilan Umum dan
2. Tidak boleh mengklaim tanah sebagai PTUN), sengketa pertanahan juga bisa
sah jika tidak didukung oleh bukti diselesaikan di luar jalur pengadilan.
kepemilikan yang sah. Proses penyelesaian sengketa tanah
3. Upayakan agar semua tanah adat yang di luar pengadilan adalah melalui
merupakan aset pewarisan turun- Alternatif Penyelesaian Sengketa
temurun harus dicatat di lembaga (APS) atau dalam bahasa Inggris
pengurusan sertifikat tanah yang disebut Alternative Disputes
8
berwenang agar menghindari Resolution (ADR). Proses
terjadinya konflik kepemilikan antar penyelesaian sengketa pertanahan di
orang atau lembaga tertentu. luar pengadilan pada umumnya dapat
4. Setiap warga negara juga perlu dilakukan melalui berbagai cara
mempelajari ketentuan lain yang berikut:
berhubungan dengan pengaturan 1. Negosiasi
kepemilikan tanah secara legal seperti Negosiasi merupakan salah satu
Undang-undang pokok agraria dan pola atau langkah utama dalam
undang-undang agraria lainnya karena Alternative Disputes Resolution
tidak semua aturan tentang (ADR). Negosiasi melibatkan dua
kepemilikan tanah diatur secara atau lebih pihak yang
mendetail dalam Peraturan Pemerintah berkepentingan. Tujuannya agar
Pengganti Undang-undang ini. tercapai suatu kesepakatan.
Dengan begitu mereka dapat
2. Penyelesaian Konflik Penggunaan bekerja sama lagi. Negosiasi sering
Tanah Secara Tidak Sah Oleh Lembaga
Peradilan Indonesia 7
Ibid., hlm. 247-256.
1. Penyelesaian Oleh Badan Peradilan6 8
Menurut Phillip D. Bostwick sebagaimana dikutip
Prinsip penting yang harus dalam Elza Syarief, Alternatif penyelesaian sengketa
dipegang oleh sebuah negara hukum atau Alternative Disputes Resolution adalah sebuah
perangkat pengalaman dan teknik hukum yang
adalah terjaminnya penyelenggaraan bertujuan untuk menyelesaikan sengketa hukum di
luar pengadilan demi keuntungan para pihak,
6
Bdk. Elza Syarief, Menuntaskan Sengketa Tanah mengurangi biaya litigasi konvensional dan
Melalui Pengadilan Khusus Pertanahan, (Jakarta: pengunduran waktu yang bisa terjadi, dan
KPG (Kepustakaan Populer Gramedia), 2012), hlm. mencegah terjadinya sengketa hukum yang biasanya
225-235. diajukan ke pengadilan.

108
Lex Administratum, Vol.I/No.2/Apr-Jun/2013

terjadi di dunia usaha sebab menguraikan atau menjelaskan


esensinya adalah komunikasi dan fakta-fakta dan biasanya setelah
tawar-menawar.9 mendengar para pihak dan
2. Mediasi mengupayakan agar mereka
Mediasi merupakan kosa kata mencapai suatu kesepakatan,
atau istilah yang berasal dari kosa membuat usulan-usulan guna
kata Inggris, yaitu mediation. Para penyelesaian persoalan.
penulis dan sarjana Indonesia 4. Fasilitasi
kemudian lebih suka Dalam perkara yang melibatkan
mengindonesiakannya menjadi lebih dari dua pihak dibutuhkan
mediasi seperti halnya istilah- adanya pihak ketiga yang
istilah lain yang kita kenal: berperan sebagai fasilitator.
negotiation menjadi negosiasi, Tugasnya membantu pihak yang
arbitration menjadi arbitrase, dan berperkara dengan cara mencari
lain sebagainya.10 Menurut Prof. jalan keluar secara bersama.
Dr. Takdir Rahmadi, mediasi Dalam hal ini fasilitator hanyalah
adalah suatu proses penyelesaian memberikan fasilitas agar
sengketa antara dua pihak atau komunikasi para pihak efektif.
lebih melalui perundingan atau Fasilitas yang dimaksud termasuk
cara mufakat dengan bantuan penghubung, penerjemah,
pihak netral yang tidak memiliki sekretariat bersama, atau tempat
kewenangan pertemuan.
memutus.11Keberhasilan suatu 5. Penilai Independen
proses mediasi sangat tergantng Penggunaan jasa pihak ketiga,
pada keinginan para pihak untuk yaitu penilai independen yang
berbicara satu sama lain dan tidak memihak adalah salah satu
menetapkan sasaran pembahasan proses yang dapat digunakan
untuk menemukan solusi yang dalam menyelesaikan suatu
dapat diterima masing-masing perkara. Pihak ketiga yang
pihak. independen dan tidak memihak ini
3. Konsiliasi akan memberikan pendapat ihwal
Konsiliasi dapat diartikan sebagai fakta-fakta dalam perkara. Pihak-
usaha mempertemukan keinginan pihak yang berperkara menyetujui
pihak yang berselisih agar mereka pendapat penilai independen
sepakat menyelesaikan masalah. menjadi suatu keputusan final dan
Oppenheim mengatakan bahwa mengikat. Jadi penilai independen
konsiliasi adalah proses ini, selain pelaku investigasi juga
penyelesaian sengketa dengan membuat keputusan. Pihak-pihak
menyerahkannya ke suatu komisi bersengketa juga dapat
orang-orang yang bertugas untuk menjadikan pendapat atau saran
dari penilai independen sebagai
9 bahan pertimbangan dalam
Prof. Dr. Yusriyadi, SH., MS., Industrialisasi dan
Perubahan Fungsi Sosial Hak Milik Atas Tanah, negosiasi selanjutnya.
(Yogyakarta: Genta Publishing, 2010), hlm. 111. 6. Arbitrase12
10
Prof. Dr. Takdir Rahmadi, Mediasi Penyelesaian
12
Sengketa Melalui Pendekatan Mufakat, (Jakarta: Hukum arbitrase terdapat dalam Undang-undang
Raja Grafindo Persada, 2011), hlm. 12. nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan
11
Ibid. Alternatif Penyelesaian Sengketa.

109
Lex Administratum, Vol.I/No.2/Apr-Jun/2013

Reglemen acara perdata atau yang menyelesaikan sengketa para


biasa disingkat dengan Rv pihak di luar pengadilan.
memberikan defenisi arbitrase
sebagai suatu bentuk peradilan 3. Memanfaatkan Lembaga Adat14
yang diselenggarakan oleh dan Hak-hak adat seperti hak ulayat
berdasarkan kehendak serta itikad memberi kewenangan kepada
baik dari pihak-pihak yang masyarakat hukum adat untuk
berselisih agar perselisihan mengatur dan menyelenggarakan
mereka tersebut diselesaikan oleh pemanfaatan tanah. Termasuk di
hakim (-hakim) yang mereka dalamnya kewenangan untuk
tunjuk dan angkat sendiri, dengan mengatur dan menentukan hubungan
pengertian bahwa putusan yang hukum antara orang dengan tanah
diambil oleh hakim tersebut serta hubungan hukum antara orang
merupakan putusan yang bersifat dengan hukum yang berkaitan
final (putusan pada tingkat akhir) dengan tanah.
dan yang mengikat kedua belah Kewenangan masyarakat hukum
pihak untuk melaksanakannya.13 adat untuk mengatur dan
Sedangkan menurut pasal 1 ayat 1 memanfaatkan tanahnya ini sering
UU No. 30 Tahun 1999, arbitrase kali tidak dapat dijalankan
adalah cara penyelesaian suatu sebagaimana mestinya karena hingga
perkara perdata di luar pengadilan saat ini keberadaan hak adat itu
umum yang didasarkan pada masih dilematis. Di satu sisi, hak adat
perjanjian arbitrase yang dibuat atau hak ulayat yang semula
secara tertulis oleh para pihak dinyatakan tidak berlaku lagi ternyata
yang bersengketa. Proses masih ada. Sedangkan di sisi lain, hak
penyelesaian sengketa melalui adat atau hak ulayat yang dinyatakan
arbitrase dapat dibagi menjadi masih ada kemudian menjadi hilang
dua jenis, yakni: karena terdesak oleh proses
1. Arbitrase Ad Hoc pembangunan atau oleh kepentingan
Arbitrase ini disebut juga pihak-pihak tertentu.
dengan arbitrase volunter. Tanah dengan sistem kepemilikan
Jenis arbitrase ini dibentuk bersama, tata cara pengaturannya
khusus untuk memeriksa dan didasarkan pada hukum adat bisa
memutuskan sengketa menarik di mata pemerintah daerah
tertentu di luar pengadilan setempat. Misalnya tanah dianggap
sesuai kebutuhan saat itu. cocok untuk menjadi kawasan
Arbitrase ini berakhir apabila pengembangan ilmu pengetahuan,
arbiter atau majelis arbitrase adat istiadat, dan kebudayaan
telah melaksanakan tugasnya. setempat. Sebaliknya tanah itu bisa
2. Arbitrase Institusional memicu sengketa pertanahan
Arbitrase institusional adalah sehingga menghambat program
suatu lembaga atau badan pembangunan yang telah
arbitrase yang bersifat tetap direncanakan pemerintah. Terutama
dan sengaja dibentuk untuk karena lahan itu tidak mempunyai
13 14
Gunawan Widjaja dan Ahmad Yani, Hukum Bdk. Elza Syarief, Menuntaskan Sengketa Tanah
Arbitrase, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2003), Melalui Pengadilan Khusus Pertanahan, hlm. 269-
hlm. 18-19. 271.

110
Lex Administratum, Vol.I/No.2/Apr-Jun/2013

batas dan kepemilikan yang jelas. Dalam pasal 2 UUPA disebut


Mungkin bisa dicontohkan tanah di bahwa bumi, air, dan ruang angkasa
sepanjang pantai Malalayang dan termasuk kekayaan alam yang
Bolevard yang kini sudah mulai terkandung di dalamnya, pada tingkat
dijadikan areal bisnis. tertinggi dikuasai oleh negara dan
Untuk daerah-daerah yang pada ayat (4) pasal tersebut hak
masyarakatnya masih memegang menguasai dari negara dapat
teguh dan memberlakukan adat- dikuasakan kepada masyarakat-
istiadat, penyelesaian sengketa tanah masyarakat adat. Jadi jelas bahwa
umumnya dilakukan oleh tokoh-tokoh lembaga ulayat sebagai subjek hukum
komunitas yang disegani warga negara diakui oleh UUPA.
setempat. Di antaranya adalah kepala Lembaga adat mempunyai peran
adat, kepala suku, kepala kampung, yang sangat penting dalam
atau tetua marga. Peranan para tokoh penyelesaian sengketa pertanahan.
adat tersebut sangat menentukan Sengketa tanah sebagian besar terjadi
dalam menyelesaikan sengketa tanah. antara masyarakat adat yang
Mereka berperan dalam menentukan mempertahankan hak adat atas tanah
peruntukan serta pengawasan dengan pemilik modal besar yang
terhadap penggunaan tanah oleh mendapatkan konsensi penguasaan
warga setempat. Ini karena kepala hutan, pertambangan-minyak, gas
atau tetua adat setempat umumnya bumi dan yang lain dan
memiliki data tanah di wilayahnya pengembangan agribisnis dengan
masing-masing, baik ihwal jumlah, pola PIR (Perkembangan Inti Rakyat).
batas, maupun penggunaan tanah Pengambilalihan kembali oleh
oleh warga setempat. Kendati data masyarakat adat terhadap lahan yang
tanah tersebut jarang yang tertulis di atasnya telah ada aset-aset
namun biasanya mereka tahu produktif telah terjadi di hampir
riwayatnya. Selain itu, lembaga adat seluruh wilayah Indonesia.
masih berfungsi sebagai tempat Untuk meminimalkan sengketa
penyelesaian sengketa yang terjadi di semacam ini, lembaga adat bisa
antara anggota masyarakat hukum dilibatkan sebagai mediator yang tak
adat setempat. akan merugikan salah satu pihak
Salah satu sektor hukum adat berperkara. Pengakuan terhadap
indonesia yang berasal dari adat eksistensi hak ulayat dituangkan
istiadat, yakni kaidah-kaidah sosial dalam pasal 18B ayat (2) UUD 1945,16
yang dibuat dan dipertahankan oleh UU No. 5 Tahun 1960 tentang
para fungsionaris hukum (penguasa Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria,
yang berwibawa). Dengan Permen Agraria No. 5 Tahun 1999
ditetapkannya Undang-undang Pokok tentang Pedoman Penyelesaian
Agraria (UUPA) Nomor 5 Tahun 1960, Masalah Hak Ulayat Masyarakat
jelas lembaga adat diperlukan dalam Hukum Adat, Surat Menteri Negara
penyelesaian masalah pertanahan. 15 Agraria/Kepala BPN No. 400-2626
tentang penjelasan mengenai

15 16
Bdk. Undang-undang Pokok Agraria, Undang- Amandemen Undang-undang Dasar 1945
undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1960 (perubahan pertama, kedua, ketiga dan keempat-
tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, naskah lengkap), (Tangerang: Interaksara), hlm. 24-
(Yogyakarta: Pustaka Widyatama, 2004). 28.

111
Lex Administratum, Vol.I/No.2/Apr-Jun/2013

PERMENEG Agraria/Kepala BPN kota/kabupaten, kecamatan dan


Nomor 5 Tahun 1999 dan surat kelurahan agar memudahkan proses
Menteri Negara Agraria/Kepala BPN pendidikan dan penyelesaian sengketa
No. 110-201 tentang Pelaksanaan bidang pertanahan secara praktis.
Otonomi Daerah di bidang
Pertanahan. DAFTAR PUSTAKA
Amandemen Undang-undang Dasar 1945
E. PENTUP (perubahan pertama, kedua, ketiga dan
Kesimpulan: keempat-naskah lengkap), (Tangerang:
1. Penggunaan tanah yang sah menurut Interaksara).
PERPU No 51. Tahun 1960 adalah Bertens, K. Ringkasan Sejarah Filsafat,
penggunaan tanah yang memiliki bukti (Yogyakarta: Kanisius, 1998).
kepemilikan kuat yang dipeproleh Chomzah, H. Ali Achmad. Hukum Agraria
melalui Badan Pertanahan Nasional atau (pertanahan) Indonesia Jilid 1, (Jakarta:
pun juga melalui lembaga terkait yang Prestasi Pustaka, 2003).
berada di bawahnya. Bukti-bukti kuat Fuady, Munir. Hukum Kontrak Dari Sudut
kepemilikan itu misalnya dengan adanya Pandang Hukum Bisnis, (Bandung: Citra
sertifikat. Aditya Bakti, 2003).
2. Penyelesaian konflik atas penggunaan Murhaini, H. Suriansyah. Kewenangan
tanah secara tidak sah menurut Pemerintah Daerah Mengurus Bidang
peraturan perundang-undangan di Pertanahan, (Surabaya: LaksBang
Indonesia dilakukan melalui mekanisme Justitia, 2009).
di dalam pengadilan melalui lembaga Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-
peradilan, melalui mekanisme di luar Undang Nomor 51 Tahun 1960 tentang
pengadilan, dan memanfaatkan lembaga Larangan Pemakaian Tanah Tanpa Izin
adat. Di dalam pengadilan biasanya yang berhak atau kuasanya.
dilakukan melalui Pengadilan Tata Usaha Rahmadi, Takdir. Mediasi Penyelesaian
Negara, sedangkan di luar pengadilan Sengketa Melalui Pendekatan Mufakat,
biasanya dilakukan dengan melalui (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011).
mediasi, arbitrase, konsiliasi, penilai Sudarsono. Kamus Hukum, entri Ilegal,
independen, fasilitasi dan negosiasi. (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm. 178.
Selanjutnya jika bentuk penyelesaiannya Sugiyono. Memahami Penelitian Kualitatif,
menggunakan lembaga adat, maka cara (Bandung: Alfa Beta, 2010).
penyelesaiannya dilakukan dengan Sugiyono. Metode Penelitian Pendidikan,
bantuan para tokoh adat dan pemuka (Bandung: Alfabeta, 2009).
masyarakat desa atau pemuka Sutedi, Adrian, Sertifikat Hak atas Tanah,
masyarakat setempat seperti Kepala (Jakarta: Sinar Grafika, 2011).
Desa/Kelurahan. Syarief, Elza. Menuntaskan Sengketa Tanah
Melalui Pengadilan Khusus Pertanahan,
Saran: (Jakarta: KPG (Kepustakaan Populer
1. Pendidikan hukum itu perlu bagi Gramedia), 2012).
segenap warga masyarakat agar dapat Tim Media. Kamus Lengkap Bahasa
menciptakan kesadaran bertindak yang Indonesia, entri Ilegal, (Jakarta: Media
benar. Centre, 2006), hlm. 264.
2. Perlu adanya pembentukan sebuah Tim Redaksi Pustaka Yustisia (Penyunting),
badan otonom bidang penyuluhan Kompilasi Hukum Agraria, Seri
pertanahan tingkat propinsi,

112
Lex Administratum, Vol.I/No.2/Apr-Jun/2013

Perundang-undangan, (Jakarta: Pustaka


Yustisia, 2010).
Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985
tentang Mahkama Agung.
Undang-undang Nomor 4 Tahun 2004
tentang kekuasaan kehakiman.
Undang-undang nomor 30 Tahun 1999
tentang Arbitrase dan Alternatif
Penyelesaian Sengketa.
Undang-undang Pokok Agraria, Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria, (Yogyakarta:
Pustaka Widyatama, 2004).
Widagdo, Setiawan. Kamus Hukum, entri
Ilegal (Jakarta: Prestasi Pustaka
Publisher, 2012), hlm. 227
Widjaja, Gunawan dan Ahmad Yani. Hukum
Arbitrase, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2003).
Yusriyadi. Industrialisasi dan Perubahan
Fungsi Sosial Hak Milik Atas Tanah,
(Yogyakarta: Genta Publishing, 2010).

113

You might also like