You are on page 1of 27

LAPORAN PRAKTIKUM LISTRIK

TAHANAN TANAH (GROUNDING)

KELOMPOK 3

1. IRAWAN BUANA P (0515040107)


2. SYIFA ULA H (0515040114)
3. INTAN MAHARANI (0515040116)

TEKNIK KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA

JURUSAN TEKNIK PERMESINAN KAPAL

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA

2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam suatu gardu induk dibutuhkan suatu sistem pentanahan yang handal.
Hal ini dimaksudkan agar ketika terjadi gangguan fasa ke tanah pada Gardu
Induk Tegangan Tinggi (GITT)150 kV tidak akan membahayakan keselamatan
manusia, sebab arus gangguan akan mengalir pada bagian peralatan dan ke
piranti pentanahan. Hal ini akan menimbulkan gradien tegangan diantara
peralatan dengan peralatan, peralatan dengan tanah dan gradien tegangan pada
permukaan tanah yang berbahaya bagi manusia dan peralatan yang berada di
area gardu induk. Oleh sebab itu diperlukan sistem pentanahan yang baik dan
efektif meratakan gradien tegangan yang timbul.
Oleh karena itu praktikum pengukuran tahanan tanah ini dilakukan agar
mahasiswa dapat memahami seberapa besar maksimal tahanan tanah dalam
suatu tempat, bagaimana mengukurnya serta rekomendasi apa yang harus
dilakukan untuk menangani tahanan tanah tersebut.
1.2Tujuan

Tujuan dari praktikum ini adalah

1. Mengetahui dan memahami sistem pentanahan

2. Mengetahui cara pengukuran tahanan tanah

3. Dapat mengoperasikan alat pengukur tahanan tanah

4. Mahasiswa dapat menentukan jenis tanah untuk pertahanan


BAB II

DASAR TEORI

2.1 Sistem Pentanahan


Sistem pentanahan atau biasa disebut sebagai grounding adalah sistem
pengamanan terhadap perangkat-perangkat yang mempergunakan listrik
sebagai sumber tenaga, dari lonjakan listrik, petir dll. Sistem pentanahan di
data center menjadi salah satu unsur penting dalam data center karena
memberikan kebutuhan tenaga utama bagi data center. Standar pentanahan
untuk data center tercantum dalam beberapa dokumen antara lain : TIA-942, J-
STD-607-A-2002 dan IEEE Std 1100 (IEEE Emerald Book), IEEE
Recommended Practice for Powering and Grounding Electronic Equipment.
(sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Sistem_Pentanahan)

Gambar 2.1 Teknik Grounding

(http://engineeringbuilding.blogspot.com/2012/03/sistem-pentanahan-
grounding.html)
Sistem pentanahan digunakan sebagai pengaman langsung terhadap
peralatan dan manusia bila terjadinya gangguan tanah atau kebocoran arus
akibat kegagalan isolasi dan tegangan lebih pada peralatan jaringan
distribusi. Petir dapat menghasilkan arus gangguan dan juga tegangan lebih
dimana gangguan tersebut dapat dialirkan ke tanah dengan menggunakan
sistem pentanahan.
Sistem pentanahan yang digunakan baik untuk pentanahan netral dari
suatu sistem tenaga listrik, pentanahan sistem penangkal petir dan
pentanahan untuk suatu peralatan khususnya dibidang telekomunikasi dan
elektronik perlu mendapatkan perhatian yang serius, karena pada
prinsipnya pentanahan tersebut merupakan dasar yang digunakan untuk
suatu sistem proteksi. Tidak jarang orang umum atau awam maupun
seorang teknisi masih ada kekurangan dalam memprediksikan nilai dari
suatu hambatan pentanahan. Besaran yang sangat dominan untuk
diperhatikan dari suatu sistem Pentanahan adalah hambatan sistem
suatu sistem pentanahan tersebut.

Tujuan utama dari adanya grounding sistem pentanahan ini adalah untuk
menciptakan sebuah jalur yang low-impedance (tahanan rendah) terhadap
permukaan bumi untuk gelombang listrik dan transient voltage.
Penerangan, arus listrik, circuit switching dan electrostatic discharge adalah
penyebab umum dari adanya sentakan listrik atau transient voltage.
Grounding sistem pentanahan yang efektif akan meminimalkan efek
tersebut.

Gambar 2.2 Kutub Tanah.


Keterangan

a) Kutub tanah merupakan penghantar listrik, ditanam dalam tanah


dengan tujuan menghubungkan listrik dengan tanah.
b) Hantaran tanah merupakan penghantar yang menghubungkan
kutub tanah dengan terminal induk tanah. Hantaran tanah ini
terbuat dari kawat tembaga terbuka (open wire) berpilin berukuran
minimal 50 mm persegi.
c) Terminal induk tanah, sebagai penghantar listrik berbentuk
lempengan, sebagai penghubung hantaran tanah dan distribusi induk
tanah. Terminal induk ini berbentuk lempeng tembaga, panjang
sekitar 40 cm, dipasang dalam handhole,
d) Distribusi induk tanah, merupakan penghantar listrik yang
menghubungkan terminalinduk tanah dengan terminal cabang
tanah.
Penghubung ini terbuat dari kawat tembaga terbuka berpilin ukuran
minimal 50 mm persegi.

e) Terminal cabang tanah, merupakan penghantar listrik berbentuk


melingkar mengelilingi dinding gedung sebelah dalam, (ditanam
dibawah lantai) menghubung antara distribusi induk tanah dan
distribusi cabang tanah. Terminal ini terbuat dari kawat tembaga
terbuka berpilin dengan ukuran minimal 35 mm persegi.
f) Distribusi cabang tanah, merupakan penghantar listrik yang
menghubungkan terminal cabang tanah dengan perangkat
telekomunikasi. la terbuat dari kawat tembaga terbuka berpilin
dengan ukuran minimal 10 mm persegi.
g) Pengaman tambahan sebagai alat tambahan agar sistem
pentanahan dapat berfungsi lebih baik dan anda.
Sistem pentanahan pada dunia telekomunikasi sangat erat kaitannya.
Teknik sistem pentanahan di teknologi telekomunikasi untuk dapat
melindungi perangkat telekomuniasi terhadap tegangan listrik tinggi
yang berasal dari luar (petir) dan untuk dapat beroperasi secara aman.
Adapaun yang akan di-groundingkan perangkat atau alat pada perangkat
telekomunikasi yakni :

1) MDF/RPU, RK dan KP

2) Ujung-ujung kawat penggantung dan pelindung elektris kabel udara.

3) Ujung kawat terbuka pada tiang tambat akhir melalui pengaman


tambahan.
4) Ujung perisai dan pelindung elektris kabel tanah.

5) Perangkat GPA (Gass Pressure Alarm).

6) Perangkat pelanggan.

7) Telepon umum.

Pentanahan pada RPU (rangkaian pembagi utama) biasanya menjadi


satu dengan pentanahan gedung dan perangkat telekomunikasi lainnya.
Syarat besarnya tahanan pentanahan untuk perangkat telekomunikasi
biasanya maksimum 3 ohm. Sedangkan untuk gedung telekomunikasi
maksimum 5 ohm.

Khusus pentanahan untuk jaringan kabel berlaku persyaratan berikut, antara


lain

1) Setiap RK dihubungkan dengan kutub tanah batang sebanyak 3


buah, masing- masingnya panjang 200 cm dengan jarak minimal
10 m;
Gambar 2.3 Pentanahan Rumah Kabel

Setiap Kotak Pembagi (KP), berpengaman dihubungkan dengan kutub tanah


batang sebanyak 1 buah panjang 200 cm.

Gambar 2.4 Pentanahan di rumah pelanggan.

2) Di ujung pelanggan saluran penanggal atas tanah yang jaraknya


kurang lebih 1 km pada daerah terbuka yang rawan petir,
dihubungkan dengan kutub tanah batang sebanyak 1 buah
panjang 200 cm melalui pengaman;
3) Pada titik alih saluran penanggal kawat telanjang dengan
saluran rumah pelanggan dihubungkan dengan kutub tanah
batang sebanyak 1 buah panjang 200 cm, melalui pengaman.
2.1.1 Faktor-Faktor Yang Menentukan Tahanan Pentanahan

Tahanan pentanahan suatu elektroda tergantung pada tiga faktor :

1. Tahanan elektroda itu sendiri dan penghantar yang


menghubungkan ke peralatan yang ditanahkan.
2. Tahan kontak antara elektroda dengan tanah.

3. Tahanan dari massa tanah sekeliling elektroda.

4. Tahanan jenis tanah ().


Pada prakteknya, tahanan elektroda dapat diabaikan namun
tahanan kawat penghantar yang menghubungkan keperalatan akan
mempunyai impedansi yang tinggi terhadap impuls (arus)
frekuensi tinggi misalnya pada saat terjadi sambaran petir. Untuk
menghindari hal itu, maka penyambungan diusahakan dibuat
sependek mungkin. Hal yang memberikan pengaruh

terhadap pentanahan adalah Tahanan jenis tanah (), tahanan jenis


tanah memiliki pengaruh yang sangat dominan terhadap
pentahanan, sehingga memperhatikan tahanan jenis tanah itu
sendiri dalam mentanahkan.

1. Tahanan Jenis Tanah ()

Dari rumus untuk menentukan tahanan tanah dari statu elektroda


yang hemispherical R = /2r terlihat bahwa tahanan pentanahan
berbanding lurus dengan besarnya . Untuk berbagai tempat harga
ini tidak sama dan tergantung pada beberapa faktor :

1. sifat geologi tanah

2. Komposisi zat kimia dalam tanah

3. Kandungan air tanah

4. Temperatur tanah

5. Selain itu faktor perubahan musim juga mempengaruhinya.

2. Sifat Geologi Tanah

Ini merupakan faktor utama yang menentukan tahanan jenis


tanah. Bahan dasar dari pada tanah relatif bersifat bukan
penghantar. Tanah liat umumnya mempunyai tahanan jenis
terendah, sedang batu-batuan dan quartz bersifat sebagai
insulator.

Tabel 1. Menunjukkan harga-harga ( ) dari berbagai jenis tanah.


No. Jenis Tanah Tahanan jenis tanah

(ohm.meter )
1. Tanah yang mengandung air 5 6
garam
2. Rawa 30
3. Tanah liat 100
4. Pasir Basah 200
5. Batu-batu kerikil basah 500
6. Pasir dan batu krikil kering 1000
7. Batu 3000
(sumber : http://ak4037.wordpress.com/2008/10/04/tahanan-
pentanahan)

3. Komposisi Zat Zat Kimia Dalam Tanah

Kandungan zat zat kimia dalam tanah terutama


sejumlah zat organik maupun anorganik yang dapat larut
perlu untuk diperhatikan pula.Didaerah yang mempunyai
tingkat curah hujan tinggi biasanya mempunyai tahanan jenis
tanah yang tinggi disebabkan garam yang terkandung pada
lapisan atas larut. Pada daerah yang demikian ini untuk
memperoleh pentanahan yang efektif yaitu dengan menanam
elektroda pada kedalaman yang lebih dalam dimana larutan
garam masih terdapat.

4. Kandungan Air Tanah

Kandungan air tanah sangat berpengaruh terhadap


perubahan tahanan jenis tanah ( ) terutama kandungan air
tanah sampai dengan 20%. Dalam salah satu test laboratorium
untuk tanah merah penurunan kandungan air tanah dari 20%
ke 10% menyebabkan tahanan jenis tanah naik samapai 30
kali.Kenaikan kandungan air tanah diatas 20% pengaruhnya
sedikit sekali.
5. Temperatur Tanah

Temperatur bumi pada kedalaman 5 feet (= 1,5 m)


biasanya stabil terhadap perubahan temperatur permukaan.
Bagi Indonesia daerah tropic perbedaan temperatur selama
setahun tidak banyak, sehingga faktor temperatur boleh dikata
tidak ada pengaruhnya.

Hal hal lain yang mempengaruhi tahanan jenis tanah

1. Kadar air, bila air tanah dangkal/penghujan maka nilai tahanan


sebaran mudah didapatkan.
2. Mineral/Garam, kandungan mineral tanah sangat mempengaruhi
tahanan sebaran/resistansi karena jika tanah semakin banyak
mengandung logam maka arus petir semakin mudah
menghantarkan.
3. Derajat Keasaman, semakin asam PH tanah maka arus petir
semakin mudah menghantarkan.
4. Tekstur tanah, untuk tanah yang bertekstur pasir dan porous
akan sulit untuk mendapatkan tahanan sebaran yang baik karena
jenis tanah seperti ini air dan mineral akan mudah hanyut.
2.1.2 Jenis Elektroda Pentanahan
Pada dasarnya ada 3 (tiga) jenis elektroda yang digunakan pada sistem
pentanahan yaitu :

1. Elektroda Batang

2. Elektroda Pelat

3. Elektroda Pita

Elektroda elektroda ini dapat digunakan secara tunggal


maupun multiple dan juga secara gabungan dari ketiga jenis dalam
suatu sistem.
1. Elektroda Batang

Elektroda batang terbuat dari batang atau pipa logam yang di


tanam vertikal di dalam tanah.Biasanya dibuat dari bahan
tembaga, stainless steel atau galvanised steel. Perlu diperhatikan
pula dalam pemilihan bahan agar terhindar dari galvanic couple
yang dapat menyebabkan korosi.

Ukuran Elektroda :

- diameter 5/8 - 3/4

- Panjang 4 feet 8 feet

Elektroda batang ini mampu menyalurkan arus discharge petir maupun


untuk pemakaian pentanahan yang lain.

Gambar 2.5 Elektroda Batang

2. Lektroda Pelat

Bentuk elektroda pelat biasanya empat persegu atau empat


persegi panjang yang tebuat dari tembaga, timah atau pelat baja yang
ditanam didalam tanah. Cara penanaman biasanya secara vertical,
sebab dengan menanam secara horizontal hasilnya tidak berbeda
jauh dengan vertical. Penanaman secara vertical adalah lebih praktis
dan ekonomis.

Gambar 2.6 Elektroda Pelat


3. Elektroda pita

Elektroda pita jenis ini terbuat dari bahan metal berbentuk


pita atau juga kawat BCC yang di tanam di dalam tanah secara
horizontal sedalam 2 feet. Elektroda pita ini bisa dipasang pada
struktur tanah yang mempunyai tahanan jenis rendah pada
permukaan dan pada daerah yang tidak mengalami kekeringan.

Hal ini cocok untuk daerah daerah pegunungan dimana harga


tahanan jenis tanah makin tinggi dengan kedalaman.

Gambar 2.7 Elektroda Pita

2.1.3 Pengukuran Tahanan Tanah


Pengukuran tahanan tanah dilakukan untuk mengetahui
kondisi dari sistem pentanahan, baik untuk pentanahan yang baru
selesai dibangun maupun yang sudah lama dipasang sebagai upaya
pemeliharaan preventif, yang dapat berlanjut kepada perbaikan bila
pentanahan sudah melebihi standar yang berlaku. Pada hasil
pengukuran tahanan tanah yang dilakukan, dapat dianalisa hasil
pengukuran dengan standart tahanan tanah. Standart kelayakan
grounding/pembumian harus bisa memiliki nilai Tahanan
sebaran/Resistansi maksimal 5 Ohm (Bila di bawah 5 Ohm lebih
baik). Material grounding dapat berupa batang tembaga, lempeng
tembaga atau kerucut tembaga, semakin luas permukaan material
grounding yang di tanam ke tanah maka resistansi akan semakin
rendah atau semakin baik.

Teknik pengukuran tahanan tanah yakni :

Namun dalam laporan praktikum ini kita kemukakan dua macam cara
pengukuran yang biasa dilakukan, yaitu dengan menggunakan amperemeter
dan voltmeter, yang disebut juga dengan metode Fall of Potential dan cara
kedua melalui pengukur tahanan tanah analog.

1. Metode Fall of Potential (melalui ampere-meter dan voltmeter),


dilakukan dengan urutan sebagai berikut.

(1) Tanamlah 2 buah kutub tanah batang penolong, yang terletak


pada satu garis lurus dengan jarak minimal antara
keduanya 20 meter.Dan rangkai seperti gambar berikut.

Gambar 2.8 Rangakaian Metode Fall of Potential

(2) ) Amati penunjukan amperemeter dan voltmeter. Besar


tahanan pentanahan adalah:

Keterangan :

RA = tahanan sistem pentanahan A (ohm);

V = pembacaan meter pada voltmeter (volt);

I = Pembacaan meter pada amperemeter (ampere).

2. Pengukuran tahanan pentanahan dengan alat pengukur tahanan tanah


analog (Earth tester)

Pengukuran hal ini pada elektroda dengan menggunakan alat


ukur Earth Tester. Standar dalam hambatan adalah 5 ohm, bila standar
tersebut masih belum bisa didapatkan maka ditambahkan dengan jarak
2 panjangnya. Untuk mendapatkan nilai resistansi(R) dari elektroda
pentanahan, perlu memperhatikan parameter - parameter yang meliputi:

(1) Resistivitas tanah


(2) Resistivitas air tanah
(3) Dimensi elektroda pentanahan
(4) Ukuran elektroda pentanahan

Pelaksanaan pengoperasian Earth Tester sbb: Prop (A) di


hubungkan dengan electrode (di bak kontrol). Prop (B) dan (C)
ditancapkan ketanah dengan jarak antara 5 sd. 10 m. Maka alat
ukur akan menunjukan besar dari R-tanah lihat.

Gambar 2.9 Pengoperasian Earth Tester

Standar besar R-tanah untuk electrode pentanahan 5 Ohm.


apabila belum mencapai nilai 5 Ohm, maka electrode bisa ditambah dan
dipasang diparalel. Pentanahan paling ideal apabila electrode bias
mencapai sumber air atau R-tanah = 0.

Contoh: Pemasangan electrode pertama (R1), setelah diukur = 12

Selanjutnya di tanam lagi electrode ke 2 (R2), diukur tahanan = 12 , Maka


besar tahanan RI diparoleh dengan R2 = 6 , Karena belum mencapai < 5
, maka ditanam lagi electrode ke 3 (R3) hingga seterusnya sampai
pengukuran menunjukkan nilai < 5 ohm.
Ada kendala ketika suatu saat kita membangun sistem Grounding,
setelah diukur dengan Earth Tester Nilai yang muncul 100 ohm (maks), sehingga
kita diwajibkan menurunkan < 5 ohm sesuai standar PUIL .

Gambar 2.10 Konsep pengukuran yang menunjukkan nilai 100 ohm

Ada trik sederhana dengan menambah Rods sesuai dengan rumus


mencari Nilai 2 tahanan yang di- paralelkan. (Rod dianalogikan sebagai
tahanan). Kalau 100/100=50 ohm (2 rod), 50/50=25 ohm (menjadi 4
rod), 25/25=12,5 ohm (menjadi 6 rod), 12,5/12,5=6,25 ohm (menjadi
8 rod), bila nilai tahanan masih>0 dan tahanan > 5. Maka perlu berikan
tahan kembali sehingga 6,25/6,25 = 3,125 ohm. Hasil 3,125 ohm sudah
memenuhi standar < 5 ohm. Maka jumlah rods yang dibutuhkan untuk
menurunkan dari 100 ohm ke 3,125 adalah 10 buah rods.

Gambar 2.11 Konsep pengukuran yang sesuai standar PUIL yakni <5 ohm

Setelah Grounding Ring sudah terhubung sempurna, mengecek


kembali dengan Earth Tester sehingga nilai tahanan akan turun drastis dan
sesuai dengan standar PUIL (R < 5 ohm).

Elektrode bumi selalu harus ditanam sedalam mungkin dalam


tanah, sehingga dalam musim kering selalu terletak dalam lapisan tanah
yang basah. Phasa sequence tester (drivel) : alat ukur untuk mencari urutan
fasa (R, S dan T) pada suatu sumber listrik.

2.2 Arus
1. Arus bocoran
a) (pada suatu instalasi) arus yang dalam keadaan tidak ada gangguan
mengalir ke bumi atau ke bagian konduktif ekstra dalam sirkit;
CATATAN Arus ini dapat mempunyai komponen kapasitif termasuk yang
dihasilkan dari penggunaan kapasitor yang disengaja. (leakage current ( in
an installation ))
b) arus dalam lintas lain selain yang diinginkan karena isolasi tidak
sempurna. (leakage current (syn. earth current))
c) arus bocoran bumi semua arus bocoran dan arus kapasitif antara suatu
penghantar dan bumi.( earth current )
2. Arus gangguan
arus yang mengalir di titik tertentu pada jaringan listrik karena gangguan di
titik lain pada jaringan tersebut. (fault current)
3. Arus hubung pendek
a) arus lebih yang diakibatkan oleh gangguan impedans yang sangat kecil
mendekati nol antara dua penghantar aktif yang dalam kondisi operasi
normal berbeda potensialnya.( short -circuit current)
b) arus lebih karena hubung pendek yang disebabkan oleh gangguan atau
hubungan yang salah pada sirkit listrik.( short-circuit current)
c) arus yang mengalir di titik tertentu pada jaringan listrik akibat hubungan
pendek di titik lain pada jaringan tersebut.(short-circuit current)
4. Arus lebih
a) arus dengan nilai melebihi nilai pengenal tertinggi; (overcurrent)
b) setiap arus yang melebihi nilai pengenalnya; untuk penghantar, nilai
pengenalnya adalah Kemampuan Hantar Arus (KHA) penghantar yang
bersangkutan. (overcurrent)
5. Arus operasi (arus kerja)
nilai arus yang pada atau di atas nilai tersebut pelepas (release) dapat
bekerja.(operating current (of an overcurrent release))
6. arus pengenal
a) arus operasi yang mendasari pembuatan perlengkapan listrik.
b) (belitan suatu transformator) arus yang mengalir lewat terminal saluran
suatu belitan transformator, yang diperoleh dengan membagi daya pengenal
oleh tegangan pengenal belitan tersebut dan faktor fase yang tepat. (rated
current ( of a winding of a transformer))
7. arus sisa
jumlah aljabar nilai arus sesaat, yang mengalir melalui semua penghantar
aktif suatu sirkit pada suatu titik instalasi listrik.(residual current)
8. arus sisa operasi
arus terkecil yang dapat mengetripkan gawai proteksi arus sisa dalam waktu
yang ditentukan.
9. arus trip (arus bidas)
arus yang menyebabkan gawai proteksi bekerja.
2.3 Bagian aktif
penghantar atau bagian konduktif yang dimaksudkan untuk dilistriki pada
pemakaian normal; termasuk di dalamnya penghantar netral, tetapi
berdasarkan perjanjian (konvensi) tidak termasuk penghantar PEN.
CATATAN Bagian aktif ini tidak berarti dapat menyebabkan risiko kejut listrik.
1. bagian konduktif
bagian yang mampu menghantarkan arus walaupun tidak harus digunakan
untuk mengalirkan arus pelayanan. ( conductive part)
2. Bagian Konduktif Ekstra (BKE)
bagian konduktif yang tidak merupakan bagian dari instalasi listrik dan
dapat menimbulkan potensial, biasanya potensial bumi. (extraneous
conductive part
3. Bagian Konduktif Luar (BKL)
lihat definisi Bagian Konduktif Ekstra.
4. Bagian Konduktif Terbuka (BKT)
a) bagian konduktif yang gampang tersentuh dan biasanya tak
bertegangan, tetapi dapat bertegangan jika terjadi gangguan.
CATATAN 1
Bagian Konduktif Terbuka yang khas adalah dinding selungkup, gagang operasi,
dan lain- lain.(exposed conductive part)
5. bagian konduktif perlengkapan listrik yang dapat tersentuh dan biasanya
tidak bertegangan, tetapi dapat bertegangan jika terjadi gangguan.
CATATAN 2
Bagian konduktif perlengkapan listrik yang hanya dapat bertegangan dalam kondisi
gangguan melalui BKT tidak dianggap sebagai BKT.(exposed conductive part)
BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Earth Resistance Tester (Model 4105A Digital Earth Tester)


2. Meteran
3. Tang
4. Kabel
5. Payung
3.2 Prosedur Keselamatan

1. Perhatikan setiap langkah kerja yang akan saudara kerjakan, semua harus
sesuai dengan SOP (Standar Operasi Prosedur).
2. Sebelum merangkai pastikan power dalam keadaan off atau mati.
3. Periksa semua peralatan dan komponen dalam keadaan aman digunakan.
4. Dalam melakukan pekerjaan rangkaian dilarang bercanda dan bercakap
yang tidak ada hubungannya dengan modul praktikum.
5. Sebelum mencoba pastikan dicek terlebih dahulu dengan menghubungi
instruktur bengkel/laboratorium.
3.3 Langkah Kerja

1. Menyusun rangkaian sesuai dengan gambar rangkaian percobaan.


2. Menunjukan kepada instuktur apakah rangkaian yang telah di buat telah
benar.
3. Melakukan pengecekan tagangan tanah dengan tombol AC V ditekan
dan diyakinkan bahwa pembacaan tegangan kurang dari 10 V. Bila terukur
lebih dari 10 V AC maka pengukuran tahanan tanah yang akurat tidak dapat
dilakukan.
MEAS
4. Pertama tombol x 10 ditekan, kemudian tombol
ditekan. Bila jarum penunjuk bergerak hampir melebihi skala maka tombol
x 100 ditekan dan hasil pengukuran yang diperoleh dicatat.

5. Jika tahanan tanah yang terukur dibawah 10 , tombol x 1 ditekan dan


selanjutnya dilakukan pembacaan.
6. Selama pembacaan ini lampu OK akan menyala, mengindikasikan
sambungan ke terminal C dan E baik. Kondisi abnormal terjadi ketika lampu
tidak menyala. Maka sambungan antara terminal C dan E harus diperiksa.
7. Mencatat hasil pengukuran pada lembar data.

3.4 Gambar Kerja

Merah

Kuning
Hijau E P C

RE

5m 5 10 m
BAB 4

ANALISA DAN PEMBAHASAN

4.1 Tabel Percobaan

HASIL PENGUKURAN

No LOKASI () KET

1 2 3

1 Eu (Utara) 3,96 4,09 4,15

2 Et (Tengah) 2,76 2,75 2,75

3 Es (Selatan) 3,39 3,50 3,40

4 Eu dan Et 1,96 1,93 1,90

5 Eu dan Es 2,23 2,22 2,24

6 Et dan Es 2,32 2,33 2,34

7 Eu, Et dan Es 1,72 1,71 1,71

8 Rep Listrik 0,83 0,84 0,85

9 Gedung P 0,56 0,57 0,55

4.2 Analisa

Dari data yang diperoleh setelah melakukan praktikum pengukuran tahanan


tanah ini, dapat diketahui bahwa besar tahanan tanah sudah memenuhi standar
karena besar tahanan tanahnya < 5 . Diketahui juga bahwa besar tahanan tanah
pada Et (tengah) tidak lebih besar dari Eu (utara), dan juga tahanan tanah pada Et
(tengah) lebih besar daripada Es (selatan) (Eu > Et > Es). Hal tersebut berarti
tahanan tanah pada Eu (utara) lebih bagus. Dari pengukuran tahanan tanah yang
diparalelkan, dapat diketahui juga bahwa pentanahan paralel lebih bagus daripada
pentanahan tunggal. Besarnya tahanan tanah dapat dipengaruhi oleh tahanan jenis
tanah (resistivitas tanah), jenis elektroda pentanahan yang digunakan dan panjang
penanaman elektroda tersebut.

Besar tahanan tanah akan semakin kecil bila elektroda tanah di hubungkan
secara paralel dengan elektroda yang lain, hal ini dapat dibuktikan dari hasil
pengukuran pada Eu (utara) yang diparalel dengan Et (tengah), lalu Eu (utara)
yang diparalel dengan Es (selatan), Et (tengah) yang diparalel dengan Es (selatan)
didapatkan hasil tahanan tanah yang lebih kecil bila di bandingkan dengan hasil
pengukuran pada elektroda yang tidak diparalelkan, dan bila ketiga elektroda
tersebut dipararel ketiga-tiganya hasil pengukuran menunjukkan besar tahanan
tanah lebih kecil dibandingkan dengan tahanan tanah yang diparalel antara dua
elektroda.

Saat praktikum, pengukuran juga dilakukan dibeberapa gedung Politeknik


Perkapalan Negri Surabaya. Hal ini bertujuan agar praktikan mengerti bagaimana
mengukur instalasi penangkal petir disuatu bangunan

Gambar 4.1 pengukuran instalasi petir di REP listrik PPNS


Gambar 4.2 Pengukuran instalasi petir pada Gedung P PPNS

Seperti Gambar 4.1 dan Gambar 4.2 dapat dilihat Saat mengukur praktikan
kurang memperhatikan APD yang harus dipakai saat mengukur seperti helm dan
gloves. Hal ini bisa dikarenakan kurangnya fasilitas atau bahkan kelalaian dari
praktikan itu sendiri.
BAB 5
KESIMPULAN

Kesimpulan dari praktikum pengukuran tahanan tanah adalah :

1. Besar tahanan tanah sudah memenuhi standar karena besar tahanan


tanahnya < 5 .
2. Besar tahanan tanah pada RE 1 lebih besar daripada RE 2, dan juga tahanan
tanah pada RE 2 lebih kecil daripada RE 3 (RE 2 > RE 3 > RE 1). Hal tersebut
berati tahanan tanah pada RE 1 lebih bagus.
3. Pentanahan paralel lebih bagus daripada pentanahan tunggal.
TUGAS PENDAHULUAN

1. Jelaskan standard pengukuran tanah yang diizinkan! (minimal 2


standard yang berbeda)
2. Sebutkan macam-macam alat pengukuran tanah dan jelaskan prinsip
kerjanya!
3. Analisa hasil pengukuran anda, apakah telah memenuhi persyaratan dan
faktor faktor apa saja yang memungkinkan mempengaruhi besarnya
tahanan (resistansi) tanah!
Jawaban

1. Standard pengukuran tanah


1) Perkiraan pengaruh jenis tanah terhadap tahanan jenis (resistivitas)
tanah, menurut PUIL 2000
1 2 3 4 5 6 7

Tanah liat Pasir &


Jenis Tanah Pasir Kerikil Tanah
& tanah kerikil
tanah rawa basah basah berbatu
ladang kering

Resistans
jenis (- 30 100 200 500 1000 3000
m)

2) PER02/MEN/1989
2. Alat pengukuran tahanan tanah, yaitu
1) earth resistance meter TES1700
Pada switch pilih mode . Tekan push button. Lihat
penunjuk voltase tanah apabila jarum bergerak dengan cepat sampai
mentok ke ujung volt meter, check kembali instalasi kabel. Adjust
ohm meter sampai nilai voltase pada galvanometer 0 volt.
Lakukan instalasi earth tester seperti tampak jarak L adalah sebesar
5 meter. Baca nilai resistansi yang terbaca pada alat tersebut. Itulah
nilai resistansi tanah

2) KYURITSU Model 4102

Rangkai kabel warna merah, kuning, hijau pada terminal C,


P dan E yang ada di alat ukur tersebut, kemudian ujung kabel
dirangkai ke alat Bantu pentanahan 2 [dua] batang besi yang diberi
code C1 dan P1, sedangkan ujung kabel warna hijau disambung pada
kaki tower, kawat tanah ditanam segaris lurus. Periksa Tegangan
Tanah Tekan tombol AC.V pada alat ukur dan pastikan tegangan
terbaca tidak lebih dari 10 V AC. Jika tegangan yang diukur lebih
dari 10 V AC, maka pengukuran tahanan tanah tidak akurat dan
hasilnya tidak bisa digunakan sebagai acuan. Periksa Tegangan
battere dan alat bantu hubung tanah. Periksa Tegangan Battere
:Tegangan Battere baik apabila jarum meter memenuhi daerah yang
tertulis GOOD arah kanan, jika tidak maka battere tersebut perlu
diganti. Periksa alat bantu hubung tanah dari terminal P dan terminal
C. Jika lampu menyala, pengukuran tahanan tanah bisa digunakan
dan apabila lampu tidak menyala ini dapat diindikasikan tidak ada
hubungan kabel ( terputus ) atau terlalu tingginya tahanan tanah dari
alat bantu tanah.

3. Faktor- faktor yang memungkinkan mempengaruhi besarnya tahanan


(resistansi) tanah:
- Jenis dan keadaan tanah serta pada ukuran dan susunan elektroda.
- Pengaruh kelembaban lapisan tanah terhadap resistans pembumian.
- Panjang elektrode bumi.
- Bahan dan ukuran elektroda.

You might also like