You are on page 1of 2

Nama : Syahidatul Arifa

Nim : 2012031272
Tempat : Puskesmas Kasihan 1

REFLEKSI KASUS KOMUDA


BLOK 23 : KEDOKTERAN KOMUNITAS
Pengalaman
Di puskesmas kasihan 1 dilaporkan bahwa tercatat kasus Demam Dengue pada bulan
Januari, Februari dan Maret 2016 berturut-turut sebanyak 5; 11; dan 5 kasus. Untuk itu
dilakukan program kesehatan lingkungan oleh puskesmas dalam rangka pemberantasan
vektor penyakit tersebut yaitu nyamuk Aedes Aegypti. Salah satu program yang diterapkan
yaitu zona DB nol. Program ini mencakup pemberdayaan masyarakat dengan adanya
jumantik, fogging, kerja bakti masal, dan penyuluhan
Masalah yang dikaji
Apakah penanganan tersebut sudah tepat?
Bagaimanakah penanganan DB sesuai standar yang sudah ditetapkan?
Analisa Kritis
Guna mewujudkan rencana strategis pengendalian DBD di Indonesia, dibuatlah
kebijakan yang:pro Rakyat; Inklusif (melibatkan semua pihak dalam melaksanakan semua
program); responsif (dimaksud adalah program kesehatan harus sesuai dengan kebutuhan
dan keinginan rakyat); efektif untuk mencapai hasil yang signifikan sesuai target; dan bersih,
bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN), transparan dan akuntabel.
Tujuan dari pengendalian DB yaitu untuk meningkatkan kemampuan penduduk
khususnya di daerah endemis sehingga mampu mencegah dan melindungi diri dari
penularan DBD melalui perubahan perilaku (PSN DBD) dan kebersihan lingkungan. Termasuk
didalamnya : meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pencegahan dan pengendalian
DBD; menurunkan jumlah kelompok masyarakat yang berisiko terhadap penularan DBD;
Melaksanakan penanganan penderita sesuai standar; Menurunkan angka kesakitan DBD;
Menurunkan angka kematian akibat DBD.
Kebijakan Nasional untuk pengendalian DBD sesuai KEPMENKES No
581/MENKES/SK/VII/1992 menyebutkan mengenai langkah pemberantasan DBD yakni:
Meningkatkan perilaku dalam hidup sehat dan kemandirian terhadap pengendalian
DBD.
Meningkatkan perlindungan kesehatan masyarakat terhadap penyakit DBD.
Meningkatkan ilmu pengetahuan dan teknologi program pengendalian DBD.
Memantapkan kerjasama lintas sektor/ lintas program.
Pembangunan berwawasan lingkungan.
Sedangkan strategi yang dirumuskan sebagai berikut :
1. Pemberdayaan masyarakat. Meningkatkan peran aktif masyarakat dalam
pencegahan dan pengendalian penyakit DBD merupakan salah satu kunci
keberhasilanupaya pengendalian DBD. Untuk mendorong meningkatnya peran aktif
masyarakat, maka KIE, pemasaran sosial, advokasi dan berbagai upaya penyuluhan
kesehatan lainnya dilaksanakan secara intensif dan berkesinambungan melalui
berbagai media massa maupun secara berkelompok atau individual dengan
memperhatikan aspek sosial budaya yang lokal spesifik.
2. Peningkatan kemitraan berwawasan bebas dari penyakit DBD. Upaya pengendalian
DBD tidak dapat dilaksanakan oleh sektor kesehatan saja, peran sektor terkait
pengendalian penyakit DBD sangat menentukan. Oleh sebab itu maka identifikasi
stake-holders baik sebagai mitra maupun pelaku potensial merupakan langkah awal
dalam menggalang, meningkatkan dan mewujudkan kemitraan. Jejaring kemitraan
diselenggarakan melalui pertemuan berkala guna memadukan berbagai sumber
daya yang tersedia dimasing-masing mitra. Pertemuan berkala sejak dari tahap
perencanaan sampai tahap pelaksanaan, pemantauan dan penilaian melalui wadah
Kelompok Kerja Operasional (POKJANAL DBD) di berbagai tingkatan administrasi.
3. Peningkatan Profesionalisme Pengelola Program. SDM yang terampil dan menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologimerupakan salah satu unsur penting dalam
mencapai keberhasilan pelaksanaan program pengendalian DBD.
4. Desentralisasi. Optimalisasi pendelegasian wewenang pengelolaan kegiatan
pengendalian DBD kepada pemerintah kabupaten/kota, melalui SPM bidang
kesehatan.
5. Pembangunan Berwawasan Kesehatan Lingkungan. Meningkatkan mutu lingkungan
hidup yang dapat mengurangi risiko penularan DBD kepada manusia, sehingga dapat
menurunkan angka kesakitan akibat infeksi Dengue/DBD.
Kegiatan Pokok Pengendalian DBD
a. Surveilans epidemiologi. Surveilans pada pengendalian DBD meliputi kegiatan
surveilans kasus secara aktif maupun pasif, surveilans vektor (Aedes sp), surveilans
laboratorium dan surveilans terhadap faktor risiko penularan penyakit seperti
pengaruh curah hujan, kenaikan suhu dan kelembaban serta surveilans akibat
adanya perubahan iklim (climate change).
b. Penemuan dan tatalaksana kasus.Penyediaan sarana dan prasarana untuk
melakukan pemeriksaan dan penanganan penderita di Puskesmas dan Rumah Sakit.
c. Pengendalian vektor. Upaya pengendalian vektor dilaksanakan pada fase nyamuk
dewasa dan jentik nyamuk. Pada fase nyamuk dewasa dilakukan dengan cara
pengasapan untuk memutuskan rantai penularan antara nyamuk yang terinfeksi
kepada manusia. Pada fase jentik dilakukan upaya PSN dengan kegiatan 3M Plus:
a. Secara fisik dengan menguras, menutup dan memanfaatkan barang bekas
b. Secara kimiawi dengan larvasidasi
c. Secara biologis dengan pemberian ikan
d. Cara lainnya (menggunakan repellent, obat nyamuk bakar,
kelambu,memasang kawat kasa dll)
Selain itu terdapat kegiatan : Sistem kewaspadaan dini (SKD) dan penanggulangan
KLB; Penyuluhan; Kemitraan/jejaring kerja; Capacity building; Penelitian dan survei;
Monitoring dan evaluasi
Kegiatan yang dilakukan bagian kesehatan lingkungan Puskesmas Kasihan 1 dalam
rangka pengendalian vektor DB sudah tepat. Program yang dibuat telah sesuai
dengan kebijakan yang ditetapkan Kementrian Kesehatan Indonesia.
Referensi

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Modul Pengendalian Demam Berdarah


Dengue. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Petujuk TeknisJumanitik-PSN Anak
Sekolah. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

You might also like