Professional Documents
Culture Documents
Nefrolitiasis
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Dalam Mengikuti
Program Pendidikan Klinik Stase Ilmu Radiologi
Di RSUD Wonosari
disusun oleh:
Andrianto Aliong
08711159
Radian Ashar Pambudi
08711218
Pembimbing:
dr. Fx.Siswahyudi, Sp.Rad
Dalam penulisan tinjauan pustaka ini, penulis banyak memperoleh bimbingan dan
petunjuk-petunjuk, serta bantuan dan dukungan dari berbagai pihak guna terselesainya
penelitian ini. Melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. dr. Fx. Siswahyudi, M.Sc, Sp. Rad selaku Kepala S.M.F. Ilmu Radiologi
RSUD Wonosari dan Pembimbing Klinik Ilmu Radiologi
2. Kepala Instalasi Radiologi, Radiographer dan Staf Administrasi Instalasi
Radiologi RSUD Wonosari
3. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu, atas segala
bantuan dan dukungan yang diberikan, baik secara moral maupun material yang
diberikan demi terlaksananya penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tinjauan pustaka ini masih banyak
terdapat kekurangan, sehingga kritik dan saran yang membangun kami harapkan demi
kesempurnaan laporan penelitian ini.
Semoga tulisan ini dapat memberikan sumbangan ilmiah dalam masalah kesehatan
dan memberikan manfaat bagi masyarakat.
Waalamualaikumsalam Warahmatullah hi Wabarokatuh
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit batu saluran kemih sudah dikenal sejak jaman Babilonia danzaman
Mesir kuno. Sebagai salah satu buktinya adalah diketemukan batu
padak a n d u n g kemih seorang mumi. Penyakit ini dapat
menyerang penduduk diseluruh dunia dan tidak terkecuali
penduduk di Indonesia. Angka kejadian p e n y a k i t i n i t i d a k
sama di berbagai belahan bumi. Di negara-
n e g a r a berkembang, banyak dijumpai pasien batu buli-buli
sedangkan di negara majulebih banyak dijumpai penyakit batu saluran kemih
bagian atas. Hal ini karenaadanya pengaruh status gizi dan aktivitas pasien
sehari-hari. Di Amerika Serikat 5-10% penduduknya menderita penyakit
ini, sedangkan di seluruh dunia, rata-rata terdapat 1-12% penduduk yang
menderita batu saluran kemih. Penyakit ini merupakan salah satu dari tiga
penyakit terbanyak di bidang urologi disampinginfeksi saluran kemih dan
pembesaran prostat benigna.
Berdasarkan letaknya, batu saluran kemih terdiri dari batu ginjal, batuu r e t e r ,
batu buli-buli dan batu uretra. Batu saluran kemih pada
u m u m n y a mengandung unsur: kalsium oksalat atau kalsium fosfat, asam urat,
magnesium-a m o n i u m - f o s f a t ( M A P ) , x a n t h y n , d a n s i s t i n , s i l i k a t d a n
senyawa lainnya.S e m u a tipe batu saluran kemih memiliki
p o t e n s i u n t u k m e m b e n t u k b a t u staghorn, namun pada 75% kasus,
komposisinya terdiri dari matriks struvit-karbonat-apatit atau disebut juga
batu struvit atau batu triple phosphate , b a t u fosfat, batu infeksi, atau batu urease.
Batu perkemihan dapat timbul dari berbagai tingkat dari system perkemihan (ginjal,
ureter, kandung kemih ). tetapi yang paling sering ditemukan adalah di dalamginjal
( Barbara, 1996 ).Batu ginjala adalah istilah umum batu ginjal disembarang tempat.
Batu ini terdiri atas garam kalsium, asam urat, oksalat, sistin, xantin, dan struvit
( Patofisiologi Kedokteran, 2000 ). Nefrolitiasis adalah adanya timbunan zat padat yang
membatu pada ginjal,mengandung komponen kristal, dan matriks organik ( soeparman,
2001 )
1.2. TUJUAN PENULISAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
Batu perkemihan dapat timbul dari berbagai tingkat dari system perkemihan (ginjal,
ureter, kandung kemih ). tetapi yang paling sering ditemukan adalah di dalamginjal
( Barbara, 1996 ).Batu ginjala adalah istilah umum batu ginjal disembarang tempat.
Batu ini terdiri atas garam kalsium, asam urat, oksalat, sistin, xantin, dan struvit
( Patofisiologi Kedokteran, 2000 ). Nefrolitiasis adalah adanya timbunan zat padat yang
membatu pada ginjal,mengandung komponen kristal, dan matriks organik ( soeparman,
2001 )
2.3. ETIOLOGI
Faktor intrinsik adalah faktor yang berasal dari dalam individu sendiri.
Termasuk faktor intrinsik adalah umur, jenis kelamin, keturunan, riwayat
keluarga.
a.1 Umur
Umur terbanyak penderita BSK di negara-negara Barat adalah 20-
50 tahun, sedangkan di Indonesia terdapat pada golongan umur 30-60
tahun. Penyebab pastinya belum diketahui, kemungkinan disebabkan
karena adanya perbedaan faktor sosial ekonomi, budaya, dan diet.2
Berdasarkan penelitian Latvan, dkk (2005) di RS.Sedney Australia,
proporsi BSK 69% pada kelompok umur 20-49 tahun. Menurut
Basuki (2011), penyakit BSK paling sering didapatkan pada usia 30-
50 tahun.3
a.2 Jenis kelamin
Kejadian BSK berbeda antara laki-laki dan wanita. Jumlah pasien
laki-laki tiga kali lebih banyak dibandingkan dengan pasien
perempuan. Tingginya kejadian BSK pada laki-laki disebabkan oleh
anatomis saluran kemih pada laki-laki yang lebih panjang
dibandingkan perempuan, secara alamiah didalam air kemih laki-laki
kadar kalsium lebih tinggi dibandingkan perempuan, dan pada air
kemih perempuan kadar sitrat (inhibitor) lebih tinggi, laki-laki
memiliki hormon testosterone yang dapat meningkatkan produksi
oksalat endogen di hati, serta adanya hormon estrogen pada
perempuan yang mampu mencegah agregasi garam kalsium. 3 Insiden
BSK di Australia pada tahun 2005 pada laki-laki 100-300 per 100.000
populasi sedangkan pada perempuan 50-100 per 100.000 populasi.7
a.3 Heriditer/ Keturunan
Faktor keturunan dianggap mempunyai peranan dalam terjadinya
penyakit BSK. Walaupun demikian, bagaimana peranan faktor
keturunan tersebut sampai sekarang belum diketahui secara jelas.
Berdasarkan penelitian Latvan, dkk (2005) di RS. Sedney Australia
berdasarkan keturunan proporsi BSK pada laki-laki 16,8% dan pada
perempuan 22,7%.7
b. Faktor Ekstrinsik
Faktor ekstrinsik adalah faktor yang berasal dari lingkungan luar
individu seperti geografi, iklim, serta gaya hidup seseorang.
b.1 Geografi
Prevalensi BSK banyak diderita oleh masyarakat yang tinggal di
daerah pegunungan. Hal tersebut disebabkan oleh sumber air bersih
yang dikonsumsi oleh masyarakat dimana sumber air bersih tersebut
banyak mengandung mineral seperti phospor, kalsium, magnesium,
dan sebagainya. Letak geografi menyebabkan perbedaan insiden
BSK di suatu tempat dengan tempat lainnya. Faktor geografi
mewakili salah satu aspek lingkungan dan sosial budaya seperti
kebiasaan makanannya, temperatur, dan kelembaban udara yang
dapat menjadi predoposisi kejadian BSK.
2.1. PATOFISIOLOGI
Nefrolitiasis merupakan kristalisasi dari mineral dan matriks seperti pus darah,
jaringanyang tidak vital dan tumor. Komposisi dari batu ginjal bervariasi, kira-kira tiga
perempatdari batu adalah kalsium, fosfat, asam urin dan cistien.peningkatan konsentrasi
larutanakibat dari intake yang rendah dan juga peningkatan bahan-bahan organic akibat
infeksisaluran kemih atau urin ststis sehingga membuat tempat untuk pembentukan
batu. Ditambahdengan adanya infeksi meningkatkan kebasaan urin oleh produksi
ammonium yangberakibat presipitasi kalsium dan magnesium pospat.
Penyebab pasti pembentukan BSK belum diketahui, oleh karena banyak faktor yang
dilibatkannya, sampai sekarang banyak teori dan faktor yang berpengaruh terhadap
pembentukan BSK yaitu : 2,24,25
a. Teori Fisiko Kimiawi
Prinsip dari teori ini adalah terbentuknya BSK karena adanya proses kimia,
fisika maupun gabungan fisiko kimiawi. Dari hal tersebut diketahui bahwa
terjadinya batu sangat dipengaruhi oleh konsentrasi bahan pembentuk batu di
saluran kemih. Berdasarkan faktor fisiko kimiawi dikenal teori pembentukan
batu, yaitu:
a.1 Teori Supersaturasi
Supersaturasi air kemih dengan garam-garam pembentuk batu merupakan
dasar terpenting dan merupakan syarat terjadinya pengendapan. Apabila
kelarutan suatu produk tinggi dibandingkan titik endapannya maka terjadi
supersaturasi sehingga menimbulkan terbentuknya kristal dan pada akhirnya
akan terbentuk batu.
Supersaturasi dan kristalisasi dapat terjadi apabila ada penambahan suatu
bahan yang dapat mengkristal di dalam air dengan pH dan suhu tertentu yang
suatu saat akan terjadi kejenuhan dan terbentuklah kristal. Tingkat saturasi
dalam air kemih tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah bahan pembentuk BSK
yang larut, tetapi juga oleh kekuatan ion, pembentukan kompleks dan pH air
kemih.
a.2 Teori Matrik
Di dalam air kemih terdapat protein yang berasal dari pemecahan
mitokondria sel tubulus renalis yang berbentuk laba-laba. Kristal batu oksalat
maupun kalsium fosfat akan menempel pada anyaman tersebut dan berada di
sela-sela anyaman sehingga terbentuk batu. Benang seperti laba-laba terdiri
dari protein 65%, heksana 10%, heksosamin 2-5% sisanya air. Pada benang
menempel kristal batu yang seiring waktu batu akan semakin membesar.
Matriks tersebut merupakan bahan yang merangsang timbulnya batu.
a.3 Teori Tidak Adanya Inhibitor
Dikenal 2 jenis inhibitor yaitu organik dan anorganik. Pada inhibitor
organik terdapat bahan yang sering terdapat dalam proses penghambat
terjadinya batu yaitu asam sitrat, nefrokalsin, dan tamma-horsefall glikoprotein
sedangkan yang jarang terdapat adalah gliko-samin glikans dan uropontin.
Pada inhibitor anorganik terdapat bahan pirofosfat dan Zinc. Inhibitor yang
paling kuat adalah sitrat, karena sitrat akan bereaksi dengan kalsium
membentuk kalsium sitrat yang dapat larut dalam air. Inhibitor mencegah
terbentuknya kristal kalsium oksalat dan mencegah perlengketan kristal
kalsium oksalat pada membaran tubulus. Sitrat terdapat pada hampir semua
buah-buahan tetapi kadar tertinggi pada jeruk. Hal tersebut yang dapat
menjelaskan mengapa pada sebagian individu terjadi pembentukan BSK,
sedangkan pada individu lain tidak, meskipun sama-sama terjadi
supersanturasi.
b. Demam
Demam terjadi karena adanya kuman yang beredar di dalam darah sehingga
menyebabkan suhu badan meningkat melebihi batas normal. Gejala ini disertai
jantung berdebar, tekanan darah rendah, dan pelebaran pembuluh darah di kulit.
c. Infeksi
BSK jenis apapun seringkali berhubungan dengan infeksi sekunder akibat
obstruksi dan statis di proksimal dari sumbatan. Infeksi yang terjadi di saluran kemih
karena kuman Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan
Staphiloccocus.
d. Hematuria dan kristaluria
Terdapatnya sel darah merah bersama dengan air kemih (hematuria) dan air
kemih yang berpasir (kristaluria) dapat membantu diagnosis adanya penyakit BSK.
2.5 Diagnosis
Selain pemeriksaan melalui anamnesis dan jasmani untuk
menegakkandiagnosis, penyakit batu perlu ditunjang dengan
pemeriksaan radiologik, laboratorium dan penunjang lain untuk
m e n e n t u k a n k e m u n g k i n a n a d a n y a obstruksi saluran kemih, infeksi dan
gangguan faal ginjal. Secara radiologik, b a t u d a p a t r a d i o o p a k a t a u
radiolusen. Sifat radioopak ini berbeda untuk berbagai jenis
batu sehingga dari sifat ini dapat diduga jenis batu
y a n g dihadapi.
Batu kalsium akan memberikan bayangan opak, batu
m a g n e s i u m amonium fosfat akan memberikan bayangan semiopak,
sedangkan batu asamu r a t murni akan memberikan bayangan
r a d i o l u s e n . B a t u s t a g h o r n d a p a t diidentifikasi dengan foto polos
abdomen karena komposisinya yang berupa m a g n e s i u m a m m o n i u m s u l f a t
a t a u c a m p u r a n a n t a r a k a l s i u m o k s a l a t d a n kalsium fosfat sehingga akan
nampak bayangan radioopak.5
Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk mencari kelainan kemih yang
dapat menunjang adanya batu di saluran kemih, menentukan fungsi ginjal,dan
menentukan sebab terjadinya batu.Pemeriksaan renogram berguna untuk
menentukan faal kedua ginjal secara terpisah pada batu ginjal bilateral atau bila
kedua ureter tersumbat total.Cara ini dipakai untuk memastikan ginjal yang masih
mempunyai sisa faal yangc u k u p s e b a g a i d a s a r u n t u k m e l a k u k a n t i n d a k
b e d a h p a d a g i n j a l y a n g s a k i t . Pemeriksaan ultrasonografi dapat untuk melihat
semua jenis batu, menentukanruang dan lumen saluran kemih, serta dapat digunakan
untuk menentukan posisi batu selama tindakan pembedahan untuk mencegah
tertingggalnya batu.
2.6 Diagnosis Banding
Kolik ginjal dan ureter dapat disertai dengan akibat yang lebih lanjut,misalnya
distensi usus dan pionefrosis dengan demam. Oleh karena itu, jika d i c u r i g a i
terjadi kolik ureter maupun ginjal, khususnya yang kanan,
perludipertimbangkan kemungkinan kolik saluran cerna, kandung
empedu, atauapendisitis akut. Selain itu pada perempuan perlu juga
d i p e r t i m b a n g k a n adneksitis.6
Bila terjadi hematuria, perlu dipertimbangkan kemungkinan keganasanapalagi bila
hematuria terjadi tanpa nyeri. Selain itu, perlu juga diingat bahwa batu
saluran kemih yang bertahun-tahun dapat menyebabkan terjadinya
tumor yang umumnya karsinoma epidermoid, akibat rangsangan dan
inflamasi. Pada batu ginjal dengan hidronefrosis, perlu dipertimbangkan
kemungkinan tumor ginjal mulai dari jenis ginjal polikistik hingga tumor Grawitz
IPV menit ke 5
Pada menit ke-5, organ yang dinilai yaitu perginjalan, yang meliputi
nefrogram dan sistem pyelocalices (SPC). Nefrogram yaitu bayangan dari ginjal
kanan dan kiri yang terisi kontras. Warnanya semiopaque, jadi putihnya sedang-
sedang saja.
Pada menit ke-5, contoh penyakit yang bisa diketahui yaitu penyakit-
penyakit yang ada di ren, misalnya pyelonefritis, nefrolitiasis, hidronefrosis,
massa/tumor renal, dll.
Menit ke 15
Penilaian ureter:
1. Jumlah ureter.
Terkadang, ureter bisa hanya nampak 1 aja, itu mungkin di sebabkan
kontraksi ureter saat pengambilan foto, jadi tidak nampak ketika difoto.
2. Posisi ureter.
3. Kaliber ureter.
Maksudnya diameternya, normal < 0.5 cm.
4. Ada tidaknya batu, baik lusen maupun opaque.
Kemudian nyatakan bentuk, jumlah, ukuran, dan letak batu.
Contoh penyakit pada menit ke 15 diantaranya: hidroureter,
ureterolithiasis, ureteritis.
Menit ke 45
Post miksi
POST MIKSI
Kita harus menilai apakah setelah pasien berkemih kontras di buli
minimal? Seandainya terdapat sisa yang banyak kita dapat mengasumsikan
apakah terdapat sumbatan di distal buli ataupun otot kandung kencing yang
lemah. Normalnya yaitu sisa 1/3 dari buli-buli penuh
Normal
2.8 Penatalaksanaan
Batu yang sudah menimbulkan masalah pada saluran
k e m i h secepatnya harus dikeluarkan agar tidak menimbulkan
p e n y u l i t y a n g l e b i h berat. Indikasi untuk melakukan tindakan atau terapi
pada batu saluran kemiha d a l a h j i k a b a t u t e l a h m e n i m b u l k a n o b s t r u k s i ,
i n f e k s i , a t a u h a r u s d i a m b i l karena suatu indikasi sosial. Obstruksi karena
batu saluran kemih yang telah menimbulkan hidroureter atau hidronefrosis dan batu
yang sudah menimbulkaninfeksi saluran kemih, harus segera dikeluarkan.
Kadang kala batu saluran kemih tidak menimbulkan penyulit
sepertidiatas, namun diderita oleh seorang yang karena pekerjaannya
(misalkan batuyang diderit a oleh seorang pilot pesawat terbang) memiliki
resiko tinggi dapatmenimbulkan sumbatan saluran kemih pada saat yang
bersangkutan sedangm e n j a l a n k a n p r o f e s i n y a d a l a m h a l i n i b a t u h a r u s
d i k e l u a r k a n d a r i s a l u r a n kemih.
Pilihan terapi antara lain:
1 . Te r a p i K o n s e r v a t i f Sebagian besar batu
ureter mempunyai diameter <5 mm. S e p e r t i disebutkan
sebelumnya, batu ureter <5 mm bisa keluar spontan. Terapi b e r t u j u a n
untuk mengurangi nyeri, memperlancar aliran urin dengan
pemberian diuretikum, berupa :
b.Minum sehingga diuresis 2 liter/ hari. - b l o c k e r
d . N S A I D Batas lama terapi konservatif adalah 6 minggu. Di
samping ukuran batusyarat lain untuk observasi adalah berat ringannya
keluhan pasien, adat i d a k n y a i n f e k s i d a n o b s t r u k s i . A d a n y a
kolik berulang atau I S K menyebabkan observasi bukan
merupakan pilihan. Begitu juga dengan adanya obstruksi, apalagi pada
pasien-pasien tertentu (misalnya ginjal tunggal, ginjal trasplan dan
penurunan fungsi ginjal ) tidak ada toleransi terhadap obstruksi. Pasien seperti
ini harus segera dilakukan intervensi
2 . E S W L ( Extracorporeal Shockwave Lithotripsy)
Berbagai tipe mesin ESWL bisa didapatkan saat ini.
Wa l a u prinsip kerjanya semua sama, terdapat perbedaan yang nyata antara
mesingenerasi lama dan baru, dalam terapi batu ureter. Pada generasi baru
titik fokusnya lebih sempit dan sudah dilengkapi dengan flouroskopi,
sehinggamemudahkan dalam pengaturan target/posisi tembak untuk batu
ureter.H a l i n i y a n g t i d a k t e r d a p a t p a d a m e s i n g e n e r a s i
l a m a , s e h i n g g a pemanfaatannya untuk terapi batu ureter sangat
terbatas. M e s k i p u n demikian mesin generasi baru ini juga punya
kelemahan yaitu kekuatantembaknya tidak sekuat yang lama, sehingga untuk batu
yang keras perlu beberapa kali tindakan.
Dengan ESWL sebagian besar pasien tidak perlu dibius, hanyadiber i
obat penangkal nyeri. Pasien akan berbaring di suatu alat dan
akandikenakan gelombang kejut untuk memecahkan batunya Bahkan
padaESWL generasi terakhir pasien bisa dioperasi dari ruangan terpisah. Jadi, begitu
lokasi ginjal sudah ditemukan, dokter hanya menekan tombol dan ESWL di
ruang operasi akan bergerak. Posisi pasien sendiri bisa telentangatau telungkup
sesuai posisi batu ginjal. Batu ginjal yang sudah pecaha k a n k e l u a r
b e r s a m a a i r s e n i . B i a s a n y a p a s i e n t i d a k p e r l u d i r a w a t d a n dapat
langsung pulang.E S W L d i t e m u k a n d i J e r m a n d a n d i k e m b a n g k a n d i
P e r a n c i s . Pada Tahun 1971, Haeusler dan Kiefer memulai uji coba secara
in-vitro. 15
4. Bedah Terbuka
Di klinik-klinik yang belum mempunyai fasilitas yang memadaiu n t u k
tindakan-tindakan endourologi, laparoskopi, maupun
ESWL, p e n g a m b i l a n batu masih dilakukan melalui
pembedahan terbuka.P e m b e d a h a n terbuka itu antara
lain adalah: pielolitotomi atau nefrolitotomi
untuk mengambil batu pada saluran ginjal,
d a n ureterolitotomi untuk batu di ureter. Tidak jarang pasien harus
menjalanitindakan nefrektomi atau pengambilan ginjal karena ginjalnya sudah
tidak berfungsi dan berisi nanah (pionefrosis), korteksnya sudah sangat
tipis,a t a u mengalami pengkerutan akibat batu
saluran kemih y a n g menimbulkan obstruksi atau infeksi yang
menahun.
Beberapa variasi operasi terbuka untuk batu ureter
mungkinm a s i h dilakukan. Ter gantung pada
anatomi dan posisi b a t u , ureterolitotomi bisa dilakukan lewat
insisi pada flank, dorsal atau anterior.Meskipun demikian dewasa ini operasi
terbuka pada batu ureter kuranglebih tinggal 1 -2 persen saja, terutama
pada penderita-penderita dengankelainan anatomi atau ukuran batu ureter
yang besar.
5 . P e m a s a n g a n S t e n t Meskipun bukan pilihan terapi
utama, pemasangan stent ureter terkadang memegang peranan penting
sebagai tindakan tambahan dalam p e n a n g a n a n b a t u u r e t e r. M i s a l n y a
p a d a p e n d e r i t a s e p s i s y a n g d i s e r t a i tanda-tanda obstruksi, pemakaian,
stent sangat perlu. Juga pada batu ureter yang melekat (impacted).
Setelah batu dikeluarkan dari sal uran kemih, tindakan
s e l a n j u t n y a yang tidak kalah pentingnya adalah upaya menghindari timbulnya
kekambuhan.A n g k a k e k a m b u h a n b a t u s a l u r a n k e m i h r a t a - r a t a 7 %
p e r t a h u n a t a u k u r a n g lebih 50% dalam 10 tahun.
2.9 Komplikasi
Dibedakan komplikasi akut dan komplikasi jangka
p a n j a n g . Komplikasi akut yang sangat diperhatikan oleh
p e n d e r i t a a d a l a h k e m a t i a n , kehilangan ginjal, kebutuhan transfusi dan
tambahan intervensi sekunder yangtidak direncanakan. Data kematian,
kehilangan ginjal dan kebutuhan transfusi pada tindakan batu ureter memiliki
risiko sangat rendah. Komplikasi akut dapatd i b a g i menjadi yang
s i g n i f i k a n d a n k u r a n g s i g n i f i k a n . Ya n g t e r m a s u k komplikasi
signifikan adalah avulsi ureter, trauma organ pencernaan, sepsis,trauma
vaskuler, hidro atau pneumotorak, emboli paru dan urinoma. Sedangyang
termasuk kurang signifikan perforasi ureter, hematom perirenal, ileus,
stein strasse, infeksi luka operasi, ISK dan migrasi stent
2.10 Prognosis
Prognosis batu ginjal tergantung dari faktor-faktor ukuran batu, letak batu,
dan adanya infeksi serta obstruksi. Makin besar ukuran suatu batu, makin b u r u k
prognosisnya. Letak batu yang dapat menyebabkan obstruksi
d a p a t mempermudah terjadinya infeksi. Makin besar kerusakan jaringan dan
adanyai n f e k s i k a r e n a f a k t o r o b s t r u k s i a k a n d a p a t m e n y e b a b k a n
p e n u r u n a n f u n g s i ginjal.
Pada pasien dengan batu yang ditangani dengan ESWL,
6 0 % dinyatakan bebas dari batu, sisanya masih memerlukan perawatan ulang
karenam a s i h a d a s i s a f r a g m e n b a t u d a l a m s a l u r a n k e m i h n y a .
P a d a p a s i e n y a n g ditangani dengan PNL, 80% dinyatakan bebas dari batu,
namun hasil yang baik ditentukan pula oleh pengalaman operator.
Daftar Pustaka
Netter FH. Atlas of Human Anatomy. 4th ed. US: Saunders; 2006.
Scanlon VC, Sanders T. Essential of anatomy and physiology. 5th ed. US: FADavis Company; 2007.
Van de Graaf KM. Human anatomy. 6th ed. US: The McGraw-HillCompanies; 2001.
Guyton dan Hall. 2007. Buku Ajar FISIOLOGI KEDOKTERAN Edisi II.EGC: Jakarta.
http://medicastore.com/penyakit/90/Batu_Saluran_Kemih.html.akses tanggal 9 April 2013.
Purnomo, Basuki 2007. Dasar-dasar Urologi. edisi kedua. Sagung seto: Jakarta.
Soeparman, dkk. 2001. Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Hlmn 378. Balai Penerbit FKUI : Jakarta.
Sjamsuhidayat. De jong, wim. Buku ajar ilmu Bedah. Hlmn 1024-1034. EGC: Jakarta.9.
http://www.emedicine.com/med/topic1599.htm/nefrolitiasis.akses tanggal 9 April 2013.
Glenn, James F. 1991. Urologic Surgery Ed.4. Philadelphia : Lippincott-Raven Publisher.
Oswari, Jonatan; Adrianto, Petrus. 1995. Buku Ajar bedah, EGC: Jakarta.
Rasyad, Syahriar, dkk. 1998. Radiologi Diagnostik, Ed.4, Balai Penerbit FKUI: Jakarta.
Shires, Schwartz. Intisari prinsip prinsip ilmu bedah. ed-6. EGC : Jakarta. 588-589.
http://www.aku.edu/akuh/health_awarness/pdf/Stones-in-the-Urinary-Tract.pdf.akses tanggal 9 April 2013.