You are on page 1of 11

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN ISPA DITINJAU DARI STATUS RUMAH DI

WILAYAH KERJA PUSKESMAS KOTA WILAYAH UTARA


KOTA KEDIRI

Ema Mayasari1
Staf Pengajar STIKes Surya Mitra Husada Kediri
Email: eyasa@ymail.com

Abstract

Acute Respiratory Infections (ARI) is one of the most common causes of death in children of
developing countries. The cause of ARI include home building materials made of asbestos, has
a floor with a thickness of less than 20cm and has a floor area of less than 10% of the floor
area. The objective of this study was to determine the effect of physical condition to Acute
Respiratory Infections (ARI) at public health centers in the region of the northern town of
Kediri. This study was an analytic study with cross-sectional approach. There were 102
samples on society at public health centers in the region of the northern town of Kediri, and
use simple random sampling. The independent variable is the building constructures, the
type of floor, and size of ventilation, while the dependent variable was the incident of Acute
Respiratory Infection. Data were analyzed by logistic regression.The results showed that, p
value = 0,000 < =0,05, so there is physical condition home has affected the occurrence ARI.
While the most dominant factor of the three factors is size of ventilation where the value of
Exp (B) 0,014 more than the other two factors, are building contructure where the value Exp
(B) 0,012 and the type of floor where the value Exp (B) 0,010.The majority of respondents
suffering from ARI and most the of respondent have a home ventilation that does not qualify,
therefore people should pay more attention to the ventilation of their homes so spacious
home ventilation of at least 10 % of their floor area.

Keywords: Acute Respiratory Infection, Building Material, Floor, Ventilation,

Abstrak

Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan salah satu penyebab kematian
tertinggi pada anak di negara sedang berkembang. Penyebab terjadinya ISPA diantaranya
adalah rumah dengan bahan bangunan yang terbuat dari asbes, memiliki lantai dengan
ketebalan kurang dari 20cm dan memiliki luas ventilasi yang kurang dari 10% dari luas
lantai.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh antara status rumah
terhadap kejadian ISPA di wilayah kerja puskesmas kota wilayah utara. Penelitian ini
adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross-sectional. Besar sampel sebesar 102
yang bertempat tinggal di wilayah kerja puskesmas kota wilyah utara kota kediri yang
diambil secara simple random sampling. Variabel independen adalah bahan bangunan,
lantai, dan ventilasi sedangkan variabel dependen adalah kejadian ISPA. Dari hasil analisis
didapatkan nilai p = 0,000< = 0,05, ada pengaruh status rumah terhadap kejadian ISPA.
Sedangkan dari ketiga faktor tersebut yang paling dominan adalah faktor ventilasi dimana
nilai Exp(B) 0,014 lebih banyak dibandingkan nilai Exp(B) kedua faktor lainnya yaitu
1. Ema Mayasari adalah Staf Pengajar STIKes Surya Mitra Husada Kediri

161
150 Jurnal IKESMA Volume 11 Nomor 1 September 2015

Bahan Bangunan 0,012 dan lantai 0,010 terhadap kejadian ISPA. Sebagian besar
responden menderita ISPA dan sebagian besar responden memiliki ventilasi rumah yang
tidak memenuhi syarat oleh karena itu masyarakat harus lebih memperhatikan ventilasi
rumah mereka agar luas ventilasi rumah minimal 10 % dari luas lantai.

Kata kunci : Bahan Bangunan, ISPA, Lantai, Ventilasi

PENDAHULUAN seluruh dunia meninggal karena ISPA, 70


% dari Afrika dan Asia Tenggara.
Infeksi saluran pernapasan akut Prevalensi ISPA tahun 2011 di
(ISPA) merupakan salah satu penyebab Indonesia adalah 25,5% (rentang: 17,5% -
kematian tertinggi pada anak di negara 41,4%) dengan 16 provinsi di antaranya
sedang berkembang. ISPA menyebabkan mempunyai prevalensi di atas angka
empat dari 15 juta kematian anak berusia nasional. Kasus ISPA pada umumnya
di bawah 5 tahun setiap tahunnya. Hasil terdeteksi berdasarkan gejala penyakit.
penelitian fungsi paru di negara sedang Setiap anak diperkirakan mengalami 3 - 6
berkembang menunjukkan bahwa kasus episode ISPA setiap tahunnya. Angka ISPA
pneumonia berat pada anak disebabkan tertinggi pada balita (>35%), sedangkan
oleh bakteri, biasanya Streptococcus terendah pada kelompok umur 15 - 24
pneumonia atau Haemophillus influenza. tahun. Prevalensi cenderung meningkat
Hal ini bertolak belakang dengan situasi di lagi sesuai dengan meningkatnya umur
negara maju, yang penyebab utamanya antara laki - laki dan perempuan relatif
adalah virus. Selain itu, lingkungan atau sama, dan sedikit lebih tinggi di pedesaan.
tempat tinggal juga menjadi salah satu ISPA cenderung lebih tinggi pada
factor yang mempengaruhi kejadian ISPA kelompok dengan pendidikan dan tingkat
yaitu apabila luas bangunan tidak pengeluaran per kapita lebih rendah.
sebanding dengan jumlah penghuni akan Penyebaranpenyakit ISPA mencapai
menyebabkan kurangnya asupan oksigen angka yang tinggi di Jawa Timur, yakni
dan memudahkan terjadinya penularan lebih dari 75.124 kasus pada tahun 2012.
infeksi (Anonim, 2011). Pada tahun 2013 sampai tahun 2014
ISPA adalah radang akut saluran angka kesakitan ISPA di jawa timur
pernafasan atas maupun bawah yang mencapai 78.256 kasus.
disebabkan oleh infeksi jasad renik atau Berdasarkan data yang diperoleh
bakteri, virus, maupun riketsia, tanpa atau di puskesmas kota wilayah utara pada
disertai radang parenkim paru. ISPA bulan oktober 2015, diperoleh bahwa
salah satu penyebab utama kematian pada kejadian ISPA di puskesmas tersebut pada
anak di bawah 5 tahun tetapi diagnosis bulan juli anak-anak sebanyak 278 kasus,
sulit ditegakkan. World Health dewasa sebanyak 134 kasus, pada bulan
Organization memperkirakan insidens agustus anak-anak sebanyak 344 kasus,
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di dewasa sebanyak 188 kasus, pada bulan
negara berkembang dengan angka september anak-anak sebanyak 297
kejadian ISPA pada balita di atas 40 per kasus, dewasa sebanyak 215 kasus.
1000 kelahiran hidup adalah 15% - 20% Berdasarkan studi pendahuluan
pertahun pada 13 juta anak balita di yang dilakukan pada 10 rumah kepala
dunia golongan usia balita. Pada tahun keluarga di wilayah kerjapuskesmas kota
2000, 1,9 juta (95%) anak anak di wilayah utara, ditemukan 3 rumah
memakai atap asbes, 4 rumah tidak
Ema Mayasari : Analisis Faktor Risiko Kejadian ISPA ... 162

memiliki ventilasi pada kamar tidur dan 3 lingkungan rumah harus mampu
rumah memenuhi syarat. Dari 10 rumah mendukung tingkat kesehatan
tersebut ada 7 rumah yang anggota penghuninya. Untuk dapat mendukung
keluarganya menderita ISPA dalam 3 tingkat kesehatan penghuninya maka
bulan terakhir yang berasal dari 3 rumah suatu rumah harus memenuhi syarat
memakai atap asbes dan 4 rumah tidak menurut kemenkes RI No.829 / Menkes /
memiliki ventilasi pada kamar tidur. SK / VII / 1999 tentang persyaratan
Konstruksi rumah dan lingkungan kesehatan perumahan.
yang tidak memenuhi syarat kesehatan Tujuan secara umum penelitian ini adalah
merupakan faktor risiko sumber untuk menganalisis faktor risiko kejadian
penularan berbagai jenis penyakit. ISPA ditinjau dari status rumah di Wilayah
Penyakit infeksi saluran pernafasan akut Kerja Puskesmas Kota Wilayah Utara Kota
(ISPA) dan tuberkolusis yang erat Kediri.
kaitannya dengan kondisi perumahan.
Sanitasi rumah dan lingkungan erat
kaitannya dengan angka kejadian METODE PENELITIAN
penyakit menular, terutama ISPA.
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi Desain penelitian yang digunakan dalam
kejadian penyakit ISPA adalah kondisi penelitian ini adalah korelasional dengan
fisik rumah, kebersihan rumah, kepadatan pendekatan kuantitatif cross sectional
penghuni dan pencemaran udara dalam yaitu peneliti melakukan identifikasi
rumah. Selain itu juga faktor kepadatan status rumah terhadap kejadian ISPA pada
penghuni, ventilasi, suhu dan masyarakat di wilayah kerja puskesmas
pencahayaan ikut berpengaruh pada kota wilayah utara. Data penelitian
kejadian penyakit ISPA dalam suatu diperoleh berdasarkan survei dengan
keluarga (Arifin, 2010). menggunakan perangkat kuesioner
Menurut WHO rumah adalah terhadap sampel masyarakat yang
suatu struktur fisik yang dipakai orang mengalami ISPA. Selanjutnya data
atau manusia untuk tempat berlindung, di tersebut dijadikan dasar untuk
mana lingkungan dari struktur tersebut mendeskripsikan karakteristik variabel
termasuk juga fasilitas dan pelayanan dalam populasi berdasarkan data yang
yang diperlukan, perlengkapan yang diperoleh dari sampel.
berguna untuk kesehatan jasmani dan
rohani serta keadaan sosial yang baik
untuk keluarga dan individu. Untuk HASIL DAN PEMBAHASAN
mewujudkan rumah dengan fungsi di atas,
rumah tidak harus mewah/besar tetapi Karakteristik Responden
rumah yang sederhanapun dapat dibentuk Berdasarkan gambar 1. Usia Responden Di
menjadi rumah yang layak huni. Rumah Wilayah Kerja Puskesmas Kota Wilayah
yang sehat menurut Winslow dan APHA Utara Kota Kediri diketahui bahwa
harus memenuhi beberapa persyaratan, sebagian besar berusia 41 50 tahun
salah satunya mencegah penyebaran yaitu sebanyak 54 responden (52,9 %)
penyakit menular. Oleh karena itu kondisi dari total 102 responden.
163 Jurnal IKESMA Volume 11 Nomor 1 September 2015

60 52,9 %
50

40
20 - 29 Tahun
27,5 %
30 30 - 40 Tahun
20 41 - 50 Tahun
11,8 %
7,8 % > 50 Tahun
10

0
20 - 29 30 - 40 41 - 50 > 50 Tahun
Tahun Tahun Tahun

Gambar 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia di Wilayah Kerja Puskesmas Kota


Wilayah Utara Kota Kediri

45 41,18 %
40 SD
32,35%
35
30
25 SMP
17,64 %
20
15
8,83 %
10 SMA
5
0
SD SMP SMA PERGURUAN PERGURUAN TINGGI
TINGGI

Gambar 2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan di Wilayah Kerja


Puskesmas Kota Wilayah Utara Kota Kediri

Berdasarkan gambar 2. Usia Responden Di Berdasarkan gambar 3. Usia Responden Di


Wilayah Kerja Puskesmas Kota Wilayah Wilayah Kerja Puskesmas Kota Wilayah
Utara Kota Kediri diketahui bahwa Utara Kota Kediri diketahui bahwa
sebagian besar pendidikan SMA yaitu sebagian besar responden bekerja sebagai
sebanyak 42 responden (41,18 %) dari WiraSwasta/Berdagang yaitu sebanyak 62
total 102 responden. responden (60,78 %) dari total 102
responden.
Ema Mayasari: Analisis Faktor Risiko Kejadian ISPA 164

Gambar 3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas


Kota Wilayah Utara Kota Kediri

70
60,78 % TIDAK BEKERJA
60

50
SWASTA
40

30
21,56 % WIRA SWASTA / BERDAGANG
20 13,73 %
10 3,93 %
PEGAWAI NEGERI
0 (PNS/TNI/POLRI)
TIDAK BEKERJA SWASTA WIRA SWASTA / PEGAWAI
BERDAGANG NEGERI
(PNS/TNI/POLRI)

100
86,28%
90
80
70
60
50 LAKI - LAKI
40 PEREMPUAN
30
13,72 %
20
10
0
LAKI - LAKI PEREMPUAN

Gambar 4. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja


Puskesmas Kota Wilayah Utara Kota Kediri

Berdasarkan gambar 4.Usia Puskesmas Kota Wilayah Utara Kota


Responden Di Wilayah Kerja Puskesmas Kediri
Kota Wilayah Utara Kota Kediri diketahui diketahui bahwa sebagian besar
bahwa sebagian besar responden berjenis responden menggunakan bahan bangunan
kelamin laki - laki yaitu sebanyak 88 yang
responden (86,28 %) dari total 102 memenuhi syarat yaitu sebanyak 69
responden. responden (67,6 %) dari total 102
responden.
Gambaran Variabel Penelitian Berdasarkan Tabel 2.Lantai rumah
masyarakat Di Wilayah Kerja Puskesmas
Berdasarkan Tabel 1. Bahan Kota Wilayah Utara Kota Kediri diketahui
bangunan masyarakat Di Wilayah Kerja bahwa sebagian besar responden
menggunakan Lantai yang tidak
165 Jurnal IKESMA Volume 11 Nomor 1 September 2015

memenuhi syarat yaitu sebanyak 66 responden.


responden (64,7 %) dari total 102

Tabel 1. Status Rumah (Bahan Bangunan) masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Kota
Wilayah Utara Kota Kediri
No Bahan Bangunan n %
1 Tidak Memenuhi Syarat 33 32,4
2 Memenuhi Syarat 69 67,6
Total 102 100

Tabel 2. Status Rumah (Lantai) masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Wilayah
Utara Kota Kediri
No Lantai n %
1 Tidak Memenuhi Syarat 66 64,7
2 Memenuhi Syarat 36 35,3
TOTAL 102 100

Tabel 3. Status Rumah (Ventilasi) masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Wilayah
Utara Kota Kediri
No Ventilasi n %
1 Tidak Memenuhi Syarat 65 63,7
2 Memenuhi Syarat 37 36,3
Total 102 100

Berdasarkan Tabel 3. Ventilasi Dari hasil analisis data dilakukan


rumah masyarakat Di Wilayah Kerja uji statistic status rumah terhadap
Puskesmas Kota Wilayah Utara Kota kejadian ispa
Kediri diketahui bahwa sebagian besar dengan menggunakan uji regresi logistik
responden memiliki ventilasi rumah yang didapatkan nilai p = 0,000. Karena nilai p
tidak memenuhi syarat yaitu sebanyak 65 = 0,000 < = 0,05 sehingga H0 ditolak dan
responden (63,7 %) dari total 102 H1 diterima dengan demikian ada
responden. Pengaruh status rumah terhadap kejadian
Berdasarkan Tabel 4.Kejadian ispa di wilayah kerja Puskesmas Kota
ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Wilayah Utara Kota Kediri. Setelah uji
Wilayah Utara Kota Kediri diketahui secara bersama - sama dari ketiga variabel
bahwa sebagian besar responden tersebut yang paling dominan adalah
menderita ISPA yaitu sebanyak 66 variabel ventilasi didapatkan nilai Exp(B)
responden (64,7 %) dari total 102 0,014 lebih banyak dibandingkan dari
responden. kedua variabel lainnya yaitu bahan
bangunan didapatnilai Exp(B) 0,012 dan
lantaididapatkan nilai Exp(B) 0,010
terhadap kejadian ISPA
Ema Mayasari : Analisis Faktor Risiko Kejadian ISPA ... 166

Tabel 4. Kejadian ISPA di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Wilayah Utara Kota Kediri
No Kejadian ISPA n %
1 Tidak Terjadi ISPA 36 35,3
2 Terjadi ISPA 66 64,7
Total 102 100

PEMBAHASAN Bahan bangunan yang digunakan


tidak terbuat dari bahan yang dapat
Berdasarkan hasil penelitian yang melepas zat-zat yang dapat
dilakukan padabahan bangunan membahayakan kesehatan, seperti debu
masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas total tidak lebih dari 150 g/m3.Asbes
Kota Wilayah Utara Kota Kediri diketahui adalah bahan bangunan yang dalam
bahwa sebagian besar responden kondisi tertentu akan rusak dan
menggunakan bahan bangunan yang melepaskan debu. Ketika asbes
memenuhi syarat yaitu sebanyak 69 mengalami kerusakan, baik itu pada saat
responden (67,6 %) dari total 102 penambangan maupun pada saat
responden. Menggunakan lantai yang penggunaannya, hal tersebut akan
tidak memenuhi syarat yaitu sebanyak 66 membuat serat asbes (debu asbes)
responden (64,7 %) dari total 102 terlepas ke udara. Dan jika serat atau
responden. Yang memiliki ventilasi rumah debu tersebut terhirup dapat
yang tidak memenuhi syarat yaitu menyebabkan ISPA bahkan debu yang
sebanyak 65 responden (63,7 %) dari terhirup akan mengendap dibagian paru-
total 102 responden. paru(Nikyria . 2012).
Dalam Undang-undang Nomor 4 Lantai yang kedap air dan mudah
Tahun 1992 tentang Perumahan dan dibersihkan. MenurutSubaruddin Arief
Permukiman, perumahan adalah (2010),lantai dari tanah lebih baik tidak
kelompok rumah yang berfungsi sebagai digunakan lagi, sebab bila musim hujan
lingkungan tempat tinggal atau akan lembab sehingga dapat
lingkungan hunian yang dilengkapi menimbulkan gangguan/penyakit
dengan prasarana dan sarana lingkungan. terhadap penghuninya. Oleh karena itu
Rumah adalah sebuah tempat tujuan akhir perlu dilapisi dengan lapisan yang kedap
dari manusia. Rumah menjadi tempat air seperti disemen, dipasang tegel,
berlindung dari cuaca dan kondisi keramik, teraso dan lain-lain. Untuk
lingkungan sekitar, menyatukan sebuah mencegah masuknya air ke dalam rumah,
keluarga, meningkatkan tumbuh kembang sebaiknya lantai dinaikkan kira-kira 20
kehidupan setiap manusia, dan menjadi cm dari permukaan tanah
bagian dari gaya hidup manusia. Rumah Luas penghawaan atau ventilasi
harus dapat mewadahi kegiatan alamiah yang permanen minimal 10%
penghuninya dan cukup luas bagi seluruh dari luas lantai. Menurut Subaruddin Arief
pemakainnya, sehingga kebutuhan ruang (2010), ventilasi sangat penting untuk
dan aktivitas setiap penghuninya dapat suatu rumah tinggal. Hal ini karena
berjalan dengan baik. Lingkungan rumah ventilasi mempunyai fungsi ganda. Fungsi
juga sebaiknya terhindar dari faktor- pertama sebagai lubang masuk udara
faktor yang dapat merugikan kesehatan yang bersih dan segar dari luar ke dalam
(Anonim. 2010). ruangan dan keluarnya udara kotor dari
dalam keluar (cross ventilation). Dengan
167 Jurnal IKESMA Volume 11 Nomor 1 September 2015

adanya ventilasi silang (crossventilation) menderita ISPA yaitu sebanyak 65


akan terjamin adanya gerak udara yang responden (63,7 %) dari total 102
lancar dalam ruangan. Fungsi kedua dari responden.
ventilasi adalah sebagai lubang masuknya Sebagian besar dari infeksi saluran
cahaya dari luar seperti cahaya matahari, pernapasan hanya bersifat ringan seperti
sehingga didalam rumah tidak gelap pada batuk pilek dan tidak memerlukan
waktu pagi, siang hari maupun sore hari. pengobatan dengan antibiotik. Etiologi
Oleh karena itu untuk suatu rumah yang dari sebagian besar penyakit jalan napas
memenuhi syarat kesehatan, ventilasi bagian atas ini ialah virus dan tidak
mutlak harus ada. (Subaruddin Arief, dibutuhkan terapi antibiotik. Faringitis
2010). oleh kuman Streptococcus jarang
Berdasarkan penelitian tentang ditemukan pada balita. Bila ditemukan
status rumah yang dilakukan pada harus diobati dengan antibiotik penisilin,
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas semua radang telinga akut harus
Kota Wilayah Utara Kota Kediri diketahui mendapat antibiotik (Anonim, 2011).
bahwa sebagian besar responden Penyakit ISPA adalah penyakit
menggunakan bahan bangunan yang yang timbul karena menurunnya sistem
memenuhi syarat yakni tidak kekebalan atau daya tahan tubuh,
menggunakan atap yang terbuat dari misalnya karena kelelahan atau stres.
Asbes, sebagian besar responden Bakteri dan virus penyebab ISPA di udara
menggunakan Lantai yang tidak bebas akan masuk dan menempel pada
memenuhi syarat yakni lantai dalam saluran pernapasan bagian atas, yaitu
rumah memiliki ketebalan yang kurang tenggorokan dan hidung. Pada stadium
dari 20 cm, serta sebagian besar awal, gejalanya berupa rasa panas, kering
responden juga memiliki ventilasi rumah dan gatal dalam hidung, yang kemudian
yang tidak memenuhi syarat yakni luas diikuti bersin terus menerus, hidung
ventilasi tidak sampai 10 % dari luas tersumbat dengan ingus encer serta
lantai. Untuk itu perlu adanya pantauan demam dan nyeri kepala. Permukaan
dan sosialisasi pada masyarakat tentang mukosa hidung tampak merah dan
pentingnya memilih bahan bangunan yang membengkak. Akhirnya terjadi
tidak hanya murah tetapi juga memiliki peradangan yang disertai demam,
kualitas dan tidak berpengaruh buruk pembengkakan pada jaringan tertentu
terhadap kesehatan. Selain bahan hingga berwarna kemerahan, rasa nyeri
bangunan, yang perlu diperhatikan adalah dan gangguan fungsi karena bakteri dan
lantai. Karena lantai yang kedap air tidak virus di daerah tersebut maka
akan lembab sebab kelembaban pada kemungkinan peradangan menjadi parah
lantai juga tidak baik untuk kesehatan. semakin besar dan cepat. Infeksi dapat
Dan yang tidak kalah penting adalah menjalar ke paru-paru, dan menyebabkan
ventilasi karena luas ventilasi akan sesak atau pernapasan terhambat, oksigen
mempengaruhi pertukaran udara dalam yang dihirup berkurang. Infeksi lebih
ruangan. Udara yang tidak baik atau lanjut membuat sekret menjadi kental dan
pengap bisa menimbulkan penyakit ISPA sumbatan di hidung bertambah. Bila tidak
bagi penghuni rumah. terdapat komplikasi, gejalanya akan
Berdasarkan penelitian yang berkurang sesudah 3-5 hari. Komplikasi
dilakukan di wilayah kerja Puskesmas yang mungkin terjadi adalah sinusitis,
Kota Wilayah Utara Kota Kediri diketahui faringitis, infeksi telinga tengah, infeksi
bahwa sebagian besar responden saluran tuba eustachii, hingga bronkhitis
Ema Mayasari : Analisis Faktor Risiko Kejadian ISPA ... 168

dan pneumonia (Assegaf. F, Petrus. R, memiliki ventilasi yang tidak memenuhi


Marni. 2012). syarat dan menderita ISPA yakni
Berdasarkan hasil penelitian yang sebanyak 50 responden (49,0 %) dari
dilakukan pada masyarakat di wilayah total 102 responden.
kerja puskesmas kota wilayah utara kota Menurut WHO rumah adalah
Kediri diketahui bahwa sebagian besar suatu struktur fisik yang dipakai orang
responden menderita ISPA. Pekerjaan atau manusia untuk tempat berlindung, di
akan sangat mempengaruhi penghasilan mana lingkungan dari struktur tersebut
yang rendah membuat seseorang tidak termasuk juga fasilitas dan pelayanan
dapat memilih bahan bangunan yang yang diperlukan, perlengkapan yang
tidak berkualitas. Hal ini dapat terjadi berguna untuk kesehatan jasmani dan
karena perilaku hidup masyarakat yang rohani serta keadaan sosial yang baik
belum mengacuh pada periaku hidup untuk keluarga dan individu. Untuk
sehat misalnya menciptakan rumah yang mewujudkan rumah dengan fungsi di atas,
bersih dan sehat sesuai dengan standar rumah tidak harus mewah/besar tetapi
kesehatan menurut Departemen rumah yang sederhanapun dapat dibentuk
Kesehatan Republik Indonesia. Oleh menjadi rumah yang layak huni. Rumah
karena itu masyarakat perlu mengetahui yang sehat menurut Winslow dan APHA
masyarakat perlu mengetahui kriteria harus memenuhi beberapa persyaratan,
rumah yang baik bagi lesehatan mereka salah satunya mencegah penyebaran
karena lingkungan rumah yang tidak penyakit menular. Oleh karena itu kondisi
sehat bisa menimbulkan penyakit bagi lingkungan rumah harus mampu
para penghuni. Selain rumah yang sesuai mendukung tingkat kesehatan
standar kesehatan, masyarakat juga perlu penghuninya. Untuk dapat mendukung
menerapkan pola hidup sehat yang akan tingkat kesehatan penghuninya maka
mengurangi risiko terjadinya penyakit. suatu rumah harus memenuhi syarat
Hasil analisa data diketahui bahwa menurut kemenkes RI No.829 / Menkes /
nilai p = 0,000 < = 0,05 sehingga H0 SK / VII / 1999 tentang persyaratan
ditolak dan H1 diterima dengan demikian kesehatan perumahan.
ada Pengaruh status rumah terhadap Persyaratan Kesehatan Rumah
kejadian ispa di wilayah kerja puskesmas Tinggal khususnya ventilasi menurut
kota wilayah utara kota Kediri.Dimana Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor :
hasil tabulasi silang antara bahan 829/Menkes/SK/VII/1999 bahwa luas
bangunan dengan kejadian ispa dapat penghawaan atau ventilasi alamiah yang
diketahui bahwa sebagian besar permanen minimal 10% dari luas lantai.
respondenmemiliki bahan bangunan yang Dengan adanya ventilasi yang baik maka
memenuhi syarat dan tidak terjadi ISPA udara segar dapat dengan mudah masuk
yakni sebanyak 35 responden (35,3%) ke dalam rumah sehingga kejadian ISPA
dari total 102 responden. Tabulasi silang akan semakin berkurang (Subaruddin
antara lantai dengan kejadian ispa dapat Arief, 2010).Berdasarkan KepMenKes RI
diketahui bahwa sebagian besar No. 829 tahun 1999 tentang kesehatan
responden memiliki lantai yang tidak perumahan menetapkan bahwa
memenuhi syarat dan menderita ISPA kelembaban yang sesuai untuk rumah
yakni sebanyak 58 responden (56,9 %) sehat adalah 40- 70%, optimum 60%.
dari total 102 responden. Tabulasi silang Rumah yang tidak memiliki kelembaban
antara ventilasi dengan kejadian ispa yang memenuhi syarat kesehatan akan
dapat diketahui bahwa sebagian besar membawa pengaruh bagi penghuninya.
169 Jurnal IKESMA Volume 11 Nomor 1 September 2015

Rumah yang lembab merupakan media itu perlu adanya sosialisasi dari pihak
yang baik bagi pertumbuhan terkait yakni tenaga kesehatan sehingga
mikroorganisme, antara lain bakteri, masyarakat dapat memahami secara baik
spiroket, ricketsia dan virus. dan benar tentang membangun rumah
Mikroorganisme tersebut dapat masuk ke yang sesuai dengan standar kesehatan
dalam tubuh melalui udara. Selain itu karena rumah yang tidak sesuai standar
kelembaban yang tinggi dapat kesehatan sangat berisiko menimbulkan
menyebabkan membran mukosa hidung penyakit ISPA pada penghuni rumah.
menjadi kering sehingga kurang efektif
dalam menghadang mikroorganisme.
Konstruksi rumah dan lingkungan SIMPULAN DAN SARAN
yang tidak memenuhi syarat kesehatan Simpulan
merupakan faktor risiko sumber
penularan berbagai jenis penyakit. 1. Berdasarkan hasil penelitian yang
Penyakit infeksi saluran pernafasan akut dilakukan pada bahan bangunan
(ISPA) dan tuberkolusis yang erat masyarakat di Wilayah Kerja
kaitannya dengan kondisi perumahan. Puskesmas Kota Wilayah Utara Kota
Sanitasi rumah dan lingkungan erat Kediri diketahui bahwa sebagian
kaitannya dengan angka kejadian besar responden menggunakan bahan
penyakit menular, terutama ISPA bangunan yang memenuhi syarat,
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi akan tetapi memiliki jenis lantai yang
kejadian penyakit ISPA adalah kondisi tidak memenuhi syarat , dan memiliki
fisik rumah, kebersihan rumah, kepadatan ventilasi rumah yang tidak memenuhi
penghuni dan pencemaran udara dalam syarat.
rumah. Selain itu juga faktor kepadatan 2. Berdasarkan penelitian yang
penghuni, ventilasi, suhu dan dilakukan di wilayah kerja Puskesmas
pencahayaan ikut berpengaruh pada Kota Wilayah Utara Kota Kediri
kejadian penyakit ISPA dalam suatu diketahui bahwa sebagian besar
keluarga (Arifin, 2010). responden menderita ISPA.
Dari penjelasan diatas dapat 3. Hasil uji statistik menunjukkan ada
disimpulkan bahwa ada pengaruh antara Pengaruh status rumah terhadap
status rumah yakni bahan bangunan, kejadian ispa di wilayah kerja
lantai, dan ventiilasi terhadap kejadian Puskesmas Kota Wilayah Utara Kota
ISPA. Berdasarkan pada uraian teori Kediri.
diatas, kejadian ISPA juga dapat
disebabkan oleh beberapa factor salah Saran
satunya adalah kondisi lingkugan rumah 1. Bagi Institusi Kesehatan
yang tidak sesuai dengan standar Sebaiknya institusi kesehatan tetap
kesehatan. Hal ini dapat terjadi tentunya memberikan penyuluhan berkaitan
tidak lepas dari perilaku dan pengetahuan dengan kejadian ISPA khususnya
masyarakat dalam membangun rumah pengaruh Status Rumah terhadap
yang masih jauh dari standar rumah sehat. kejadian ISPA.
Kurangnya pengetahuan masyarakat 2. Bagi Masyarakat Masyarakat
menyebabkan masyarakat lebih memilih hendaknya memperhatikan ventilasi
bangunan yang menggunakan bahan yang rumah yang sesuai standar yakni
lebih murah tanpa memperhatikan efek minimal 10 % dari luas lantai agar
samping dari bahan tersebut. Oleh karena udara dalam ruangan tidak pengap
Ema Mayasari : Analisis Faktor Risiko Kejadian ISPA ... 170

dan menurunkan risiko terjadinya Rumah dan Keberadaan Tikus dengan


ISPA. Kejadian Leptospirosis di Kota
3. Bagi Puskesmas Seharusnya Semarang. [Skripsi]. Semarang:
Puskesmas memiliki peran yang Fakultas Kesehatan Masyarakat
sangat penting dalam memberikan UNDIP.
penyuluhan kepada masyarakat 7. Subaruddin Arief. (2010).
tentang pentingnya membangun Membangun Rumah Sederhana Sehat
rumah yang sesuai dengan standar Tahan Gempa. Penebar Swadaya :
kesehatan agar masyarakat terhindar Jakarta.
dari penyakit ISPA. 8. Kepmenkes RI. (No.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya Dengan 829/Menkes/SK/VII/1999). Tentang
adanya penelitian ini dapat dijadikan Persyaratan Kesehatan Perumahan.
acuan perbandingan untuk peneliti Jakarta : Departemen Kesehatan R.I.
selanjutnya sehingga perlu 9. Kepmenkes. (No.
menggunakan indikator yang lebih 829/Menkes/SK/VII/1999).
mendalam tentang status rumah sehat Persyaratan Kesehatan Rumah
terutama pada semua indikator rumah Tinggal. Jakarta: Depkes RI.
sehat menurut Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.

DAFTAR RUJUKAN

1. Anonim. (2011). Pedoman Program


Pemberantasan Penyakit ISPA untuk
Penanggulan ISPA pada Balita.
Jakarta.
2. Arifin. (2010). Rumah Dinkes
Lumajang.
http://www.inspeksisanitasi blogspot.
com, lumajang, 2010.
3. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian
Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Edisi
Revisi). Bandung: CV. Alfabeta.
4. Anonim. (2010). Rumah dan
Lingkungan Pemukiman Sehat.
Jakarta : Ditjen Cipta Karya
Departemen Pekerjaan Umum RI.
5. Assegaf. F, Petrus. R, Marni. (2010).
Studi Perilaku Pencarian Pengobatan
oleh Ibu Dalam Menangani Penyakit
Infeksi Saluran Pernapasan (ISPA)
pada Balita di Wilayah Kerja
Puskesmas Kota Bakunase Kota
Kupang Tahun 2010.
6. Nikyria. (2012). Hubungan Antara
Faktor Sanitasi Lingkungan Fisik

You might also like