Professional Documents
Culture Documents
Adapun judul yang penulis pilih untuk penulisan makalah referat ini
adalah Undescended Testis. Dalam penyusunan makalah ini, penulis telah
mencurahkan segala pikiran dan kemampuan yang dimiliki. Namun tetap ada
hambatan dan kendala yang harus dilewati.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Saut Hutagalung, SpU, selaku
pembimbing makalah referat dan seluruh pihak yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 DEFINISI
Undescendcus testis (UDT) atau Kriptorkismus adalah gangguan
perkembangan yang ditandai dengan gagalnya penurunan salah satu atau kedua
testis secara komplit ke dalam skrotkum.1,7
Kriptorkismus berasal dari kata cryptos (Yunani) yang berarti tersembunyi
dan orchis (latin) yang berarti testis. Nama lain dari kriptorkismus adalah
undescended testis, tetapi harus dijelaskan lanjut apakah yang di maksud
kriptorkismus murni, testis ektopik, atau pseudokriptorkismus. Kriptorkismus
murni adalah suatu keadaan dimana setelah usia satu tahun, satu atau dua testis
tidak berada didalam kantong skrotum, tetapi berada di salah satu tempat
sepanjang jalur penurunan testis yang normal. Sedang bila diluar jalur normal
disebut testis ektopik, dan yang terletak di jalur normal tetapi tidak didalam
skrotum dan dapat didorong masuk ke skrotum serta naik lagi bila dilepaskan
disebut pseudokritorkismus atau testis retraktil. 1,7
2.4 KLASIFIKASI
Terdapat 3 tipe UDT7 :
1. UDT sesungguhnya (true undescended): testis mengalami penurunan
parsial melalui jalur yang normal, tetapi terhenti. Dibedakan menjadi
teraba (palpable) dan tidak teraba (impalpable).
2. Testis ektopik: testis mengalami penurunan di luar jalur penurunan
yang normal.
3. Testis retractile: testis dapat diraba/dibawa ke-dasar skrotum tetapi
akibat refleks kremaster yang berlebihan dapat kembali segera ke-
kanalis inguinalis, bukan termasuk UDT yang sebenarnya.
Gambar 1: Kemungkinan lokasi testis pada true UDT dan ektopik testis.
Gliding testis harus dibedakan dengan testis yang retraktil, gliding testis
terjadi akibat tidak adanya gubernaculum attachment, dan mempunyai processus
vaginalis yang lebar sehingga testis sangat mobile dan meningkatkan risiko
terjadinya torsi.1,4 Dengan melakukan overstrecht selama + 1 menit pada saat
pemeriksaan fisik (untuk melumpuhkan refleks cremaster), testis yang retraktil
akan menetap di dalam skrotum, sedangkan gliding testis akan tetap kembali ke-
kanalis inguinalis.3
2.5 Diagnosis
2.5.1 Anamnesis
Pada anamnesis yang ditanyakan adalah tentang prematuritas
penderita (30% bayi prematur mengalami UDT), penggunaan obat-obatan
saat ibu hamil (estrogen), riwayat operasi inguinal. Harus dipastikan juga
apakah sebelumnya testis pernah teraba di skrotum pada saat lahir atau
tahun pertama kehidupan (testis retractile akibat refleks cremaster yang
berlebihan sering terjadi pada umur 4-6 tahun). Riwayat keluarga tentang
UDT, infertilitas, kelainan bawaan genitalia, dan kematian neonatal.2,11
2.5.2 Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan sebaiknya dilakukan di ruangan yang tenang dan hangat.
Pemeriksaan secara umum harus dilakukan dengan mencari adanya tanda-
tanda sindrom tertentu, dismorfik, hipospadia, atau genitalia ambigu.2,12
Pemeriksaan testis sebaiknya dilakukan pada posisi terlentang
dengan frog leg position dan jongkok. Dengan 2 tangan yang hangat
dan akan lebih baik bila menggunakan jelly atau sabun, dimulai dari SIAS
menyusuri kanalis inguinalis ke-arah medial dan skrotum (gambar 2). Bila
teraba testis harus dicoba untuk diarahkan ke-skrotum, dengan kombinasi
menyapu dan menarik terkadang testis dapat didorong ke dalam
skrotum. Dengan mempertahankan posisi testis didalam skrotum selama 1
menit, otot-otot cremaster diharapkan akan mengalami fatigue; bila
testis dapat bertahan di dalam skrotum, menunjukkan testis yang retractile
sedangkan pada UDT akan segera kembali begitu testis dilepas. Tentukan
lokasi, ukuran dan tekstur testis.12
Gambar 2. Teknik pemeriksaan testis. A: Menyusuri kanalis inguinalis dimulai dari SIAS.
B&C: Bila teraba testis, menggiring testis dengan ujung-ujung jari. D: Memanipulasi ke-
dalam skrotum. (Dikutip dari : Docimo SG, Silver RI, Cromie W. The Undescended
Testicle: Diagnosis and Management. Am Fam Physician 2000; 62: 2037-44)
Testis yang atropi atau vanishing testis dapat dijumpai pada jalur
penurunan yang normal. Kemungkinan etiologinya adalah iskemia masa
neonatal akibat torsi. Testis kontralateralnya biasanya mengalami hipertrofi.
Lokasi UDT tersering terdapat pada kanalis inguinalis (72%), diikuti
supraskrotal (20%), dan intra-abdomen (8%). Sehingga pemeriksaan fisik
yang baik akan dapat menentukan lokasi UDT tersebut.2.9.12
2.6 TataLaksana
Tujuan terapi UDT yang utama dan dianut hingga saat ini adalah
memperkecil risiko terjadinya infertilitas dan keganasan dengan melakukan
reposisi testis kedalam skrotum baik dengan menggunakan terapi hormonal
ataupun dengan cara pembedahan (orchiopexy)2,5,9
2.8 Komplikasi
a. Risiko Keganasan
Terdapat hubungan antara UDT dengan keganasan testis. Insiden
keganasan testis sebesar 1-6 pada setiap 500 laki-laki UDT di Amerika.
Risiko terjadinya keganasan testis yang tidak turun pada anak dengan
UDT dilaporkan berkisar 10-20 kali dibandingkan pada anak dengan
testis normal.5 Suatu meta- analisis tentang keganasan testis dari 21 studi
kontrol, menunjukkan terdapat peningkatan rasio 3,5- 17,1 pada laki-laki
dengan riwayat UDT. Makin tinggi lokasi UDT makin tinggi risiko
keganasannya, testis abdominal mempunyai risiko menjadi ganas 5x
lebih besar dibanding testis inguinal.2 Orchiopexi sendiri tidak akan
mengurangi risiko terjadinya keganasan, tetapi akan lebih mudah
melakukan deteksi dini keganasan pada penderita yang telah dilakukan
orchiopexy.3,5
b. Infertilitas
Laki-laki yang memiliki riwayat UDT berisiko untuk mengalami
infertilitas, pada umumnya memiliki kualitas semen yang buruk dan
jumlah sperma yang rendah dibandingkan dengan laki-laki normal yang
tidak memiliki riwayat UDT.2 Penderita UDT bilateral mengalami
penurunan fertilitas yang lebih berat dibandingkan penderita UDT
unilateral, dan apalagi dibandingkan dengan populasi normal. Penderita
UDT bilateral mempunyai risiko infertilitas 6x lebih besar dibandingkan
populasi normal (38% infertil pada UDT bilateral dibandingkan 6%
infertil pada populasi normal), sedangkan pada UDT unilateral berisiko
hanya 2x lebih besar. Perubahan gambaran histologis yang bermakna
mulai tampak setelah umur 1 tahun, semakin memburuk dengan
bertambahnya umur. Fertilitas masih dapat diperbaiki dengan
pengobatan dan dapat dicegah dengan penatalaksaan dini pada kasus
UDT.2,3,10
c. Komplikasi lain
Komplikasi lain yang dapat terjadi pada UTD adalah risiko trauma
testis terhadap tulang pubis, risiko torsio testis dan faktor psikologis
terhadap kantong skrotum yang kosong.3,5,11
DAFTAR PUSTAKA
1. Danon M, Friedman SC. Ambiguous Genitalia, Micropenis, Hypospadias,
and Cryptorchidism. In: Lifshitz F, ed. Pediatric Endocrinology. New
York: Marcel Dekker, 1996: 281-301.
2. Kolon TF. Cryptorchidism. In: http://www.emedicine.com/
med/topic2707.htm ( diakses 11 Nopember 2004 ).
3. Kolon TF, Patel RP, Huff DS. Cryptorchidism: diagnosis, treatment, and
long-term prognosis. Urol Clin North Am 2004; 31 (3): 469-80.
4. Gill B, Kogan S. Cryptorchidism Current Concept. Pediatr Clin North
Am 1997; 44 (5): 1211-27.
5. Dogra VS, Mojibian H. Cryptorchidism. In: http://www.emedicine.com/
radio/topic201.htm ( diakses 11 November 2009).
6. Docimo SG, Silver RI, Cromie W. The Undescended Testicle: Diagnosis
and Management. Am Fam Physician 2000; 62: 2037-44.
7. Wilcox DT, Creighton S, Woodhouse CRJ, Mouriquand PDE. Urogenital
Implications of Endocrine Disorders in Children and Adolescents. In:
Brook CGD, Hindmarsh PC, eds. Clinical Pediatric Endocrinology.
London: Blackwell Science Ltd, 2001: 222-6.
8. John Radcliffe Hospital Cryptorchidism Study Group. Cryptorchidism: a
prospective study of 7500 consecutive male births, 1984-8. Archives of
Disease in Childhood 1992; 67: 892-9. (Abstract)
9. Hutson JM, Hasthorpe S, Heys CF. Anatomical and Functional of
Testicular Descent and Cryptorchidism. Endocrine Reviews 1997; 18 (2):
259-75.
10. Styne DM. The Testes Disorders of Sexual Differentiation and Puberty
in the Male. In: Sperling MA, ed. Pediatric Endocrinology. Philadelphia:
Saunders, 2002: 570-73.
11. Ferlin A, Simonato M, Bartoloni L et al. The INSL3-LGR8/GREAT
Ligand-Receptor Pair in Human Cryptorchidism. J Clin Endocrinol Metab
2003; 88: 42739.
12. Kubotal Y, Temelcos C, Bathgate RAD, Smith KJ et al. The role of insulin
3, testosterone, Mllerian inhibiting substance and relaxin in rat
gubernacular growth. Molecular Human Reproduction 2002; 8(10): 900-5.
13. Cryptorchidism. Abnormal Genitalia. In: Wales JKH, Wit JM, Rogol AD,
eds. Pediatric Endocrinology and Growth. Edinburgh, London, New York:
Saunders, 2003: 173-4.
14. Zhang RD, Wen XH, Kong LS et al. A quantitative (stereological) study of
the effects of experimental unilateral cryptorchidism and subsequent
orchiopexy on spermatogenesis in adult rabbit testis. Reproduction 2002;
124: 95105.
15. Ritzen M, Hintz RL. Hypospadias/virilization. In: Hoechberg Z, Haifa,
eds. Practical Algorithms in Pediatric Endocrinology. Druck, Basel
(Switzerland): Karger AG, 1999: 38-9.