You are on page 1of 17

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP DASAR HEMODIALISA

Disusun Oleh :
Ellya Shahnaz Fitriani
G2A014039

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
KONSEP DASAR HEMODIALISA

A. PENGERTIAN
Dialisis adalah proses difusi partikel larut dari satu kompartemen ke
kompartemen lain melewati membran semipermeabel.
Hemodialisa adalah lintasan darah melalui selang diluar tubuh ke ginjal
buatan, dimana dilakukan pembuangan kelebihan zat terlarut dan cairan.
Frekuensi hemodialisa bervariasi dari 2 3 x/minggu. Darah yang
mengandung produk sisa seperti urea dan kreatinin mengalir kedalam ginjal
buatan (dialiser), tempat akan bertemu dengan dialisat yang tidak mengandung
urea dan kreatinin. Aliran berulang darah melalui dialiser pada rentang
kecepatan 200 400 ml/jam, lebih dari 2 4 jam, diharapkan dapat mengurangi
kadar produk sisa ini menjadi keadaan yang lebih normal.

B. TUJUAN
1. Membuang produk sisa metabolisme protein seperti urea, kreatinin dan
asam urat.
2. Membuang kelebihan air dengan mengetahui tekanan banding antara
darah dan bagian cairan, biasanya terdiri atas tekanan positif dan negatif
(penghisap) dalam kompartemen dialisat.
3. Mempertahankan atau mengembalikan sistem buffer tubuh.
4. Mempertahankan atau mengembalikan kadar elektrolit tubuh.

C. INDIKASI
1. Gagal ginjal akut
2. Gagal ginjal kronik, bila laju filtrasi gromelurus kurang dari 5 ml/menit
3. Kalium serum lebih dari 6 mEq/l
4. Ureum lebih dari 200 mg/dl
5. PH darah kurang dari 7,1
6. Anuria berkepanjangan, lebih dari 5 hari
7. Intoksikasi obat dan zat kimia
8. Sindrom Hepatorenal
D. BENTUK/ GAMBARAN PERALATAN YANG DIGUNAKAN
1. Dialiser atau Ginjal Buatan
Terdiri dari membran semi permeabel yang memisahkan kompartemen
darah dan dialisat.
2. Dialisat atau Cairan Dialisis
Yaitu cairan yang terdiri dari air dan elektrolit utama dari serum normal.
Dialisat ini dibuat dalam sistem bersih dengan air kran dan bahan kimia
saring. Bukan merupakan sistem yang steril, karena bakteri terlalu besar
untuk melewati membran dan potensial terjadinya infeksi pada pasien
minimal. Karena bakteri dari produk sampingan dapat menyebabkan
reaksi pirogenik, khususnya pada membran permeabel yang besar, maka
air untuk dialisat harus aman secara bakteriologis. Konsentrat dialisat
biasanya disediakan oleh pabrik komersildan umumnya digunakan oleh
unit kronis.
3. Sistem Pemberian Dialisat
Yaitu alat yang mengukur pembagian proporsi otomatis dan alat mengukur
serta pemantau menjamin dengan tepat kontrol rasio konsentrat-air.
4. Aksesori Peralatan
a. Perangkat Keras, terdiri dari :
1) Pompa darah, pompa infus untuk mendeteksi heparin
2) Alat pemonitor suhu tubuh apabila terjadi ketidakamanan
konsentrasi dialisat, perubahan tekanan udara dan kebocoran darah.
b. Perangkat Disposibel yang digunakan selain ginjal buatan :
1) Selang dialisis yang digunakan untuk mengalirkan darah antara
dialiser dan pasien.
2) Transfer tekanan untuk melindungi alat monitor dari pemajanan
terhadap darah.
3) Kantong cairan garam untuk membersihkan sistem sebelum
digunakan.
5. Komponen Manusia/Pelaksana
Tenaga pelaksana hemodialisa harus mempunyai keahlian dalam
menggunakan teknologi tinggi, tercapai melalui pelatihan teorits dan
praktikal dalam lingkungan klinik.
Aspek yang lebih penting adalah pemahaman dan pengetahuan yang akan
digunakan perawat dalam memberikan asuhan pada pasien selama dialisis
berlangsung.

E. PERSIAPAN PRA DIALISIS


Tingkat dan kompleksitas masalah-masalah yang timbul selama hemodialisa
akan beragam diantara pasien-pasien dan tergantung pada beberapa variabel.
Untuk itu sebelum proses hemodialisa, perlu dikaji terlebih dahulu tentang :
- Diagnosa penyakit
- Tahap penyakit
- Usia
- Masalah medis lain
- Nilai laboratorium
- Keseimbangan cairan dan elektrolit
- Keadaan emosi
PERSIAPAN PERALATAN
1. Jarum arteri
2. Selang normal saline
3. Dialiser
4. Bilik drip vena
5. Detektor
6. Port pemberian obat
7. Pemantau tekanan arteri
8. Pompa darah
9. Sistem pengalir dialiser
10. Pemantau tekanan vena
11. Jarum vena
12. Penginfus heparin
Beberapa aspek yang mempunyai hubungan erat dengan masalah
keperawatan antara lain : Ginjal buatan, Dialisat, Pengolahan Air, AksesDarah,
Antikoagulan, tekhnik Hemodialisa, Perawatan Pasien Hemodialisa,
Kompliokasi akut hemodialisa dan pengelolaannya, peranan perawat yang
bekerja di luar HD (ruang perawatan biasa)
1. Ginjal Buatan
Suatu alat yang digunakan untuk mengeluarkan sisa metabolisme tubuh,
bila fungsi kedua ginjal sudah tidak memadai lagi, mengatur
keseimbangan cairan dan elektrolit, mengeluarkan racun-racun atau toksin
yang merupakan komplikasi dari Gagal Ginjal. Sedangkan fungsi
hormonal/ endokrin tidak dapat diambil alih oleh ginjal buatan. Dengan
demikian ginjal buatan hanya berfungsi sekitar 70-80 % saja dari ginjal
alami yang normal.
Macam-macam ginjal buatan :
a. Paraller-Plate Diyalizer
Ginjal pertama kali ditemukan dan sudah tidak dipakai lagi, karena
darah dalam ginjal ini sangat banyak sekitar 1000 cc, disamping cara
menyiapkannya sangat sulit dan membutuhkan waktu yang lama.
b. Coil Dialyzer
Ginjal buatan yang sudah lama dan sekarang sudah jarang dipakai
karena volume darah dalam ginjal buatan ini banyak sekitar 300 cc,
sehingga bila terjadi kebocoran pada ginjal buatan darah yang
terbuang banyak. Ginjal ini juga memerlukan mesin khusus, cara
menyiapkannya juga memerlukan waktu yang lama.
c. Hollow Fibre Dialyzer
Ginjal buatan yang sangat banyak saat ini karena volume darah
dalam ginjal buatan sangat sedikit sekitar 60-80 cc, disamping cara
menyiapkannya mudah dan cepat.
2. Dialisat
Adalah cairan yang terdiri dari air, elektrolit dan zat-zat lain supaya
mempunyai tekanan osmotik yang sama dengan darah.
Fungsi Dialisat pada dialisit:
a. Untuk mengeluarkan dan menampung cairan dan sisa
metabolisme
b. Untuk mencegah kehilangan zat-zat vital dari tubuh selama dialisa
Tabel perbandingan darah dan dialisat :

Komponen elektrolit Darah Dialisat


Natrium/sodium 136mEq/L 134mEq/L
Kalium/potassium 4,6mEq/L 2,6mEq/L
Kalsium 4,5mEq/L 2,5mEq/L
Chloride 106mEq/L 106mEq/L
Magnesium 1,6mEq/L 1,5mEq/L
Ada 3 cara penyediaan cairan dialisat :
a. Batch Recirculating
Cairan dialisat pekat dicampur air yang sudah diolah dengan
perbandingan 1 : 34 hingga 120 L dimasukan dalam tangki air
kemudian mengalirkannya ke ginjal buatan dengan kecepatan 500
600 cc/menit.
b. Batch Recirculating/single pas
Hampir sama dengan cara batch recirculating hanya sebagian
langsung buang.
c. Proportioning Single pas
Air yang sudah diolah dan dialisat pekat dicampus secara konstan
oleh porpropotioning dari mesin cuci darah dengan perbandingan air
: dialisat = 34 : 1 cairan yang sudah dicampur tersebut dialirkan
keginjal buatan secara langsung dan langsung dibuang, sedangkan
kecepatan aliran 400 600 cc/menit.
3. Pengolahan air/ Water Treatment
Tujuan :
a. Mencegah infeksi nosokongial (sepsis)
b. Mencegah intoksikasi (trace element).
Air untuk mencampur dialisat pekat tidak perlu steril tetapi
seharusnya tidak mengandung zat/elektrolit, mikroorganisme dan
benda-benda asing lainnya. Pada kenyataannya kandungan air
biasanya cukup bervariasi, hal ini dipengaruhi oleh letak geografis
jenis sumber air, musim, sistim instalasi dan penjernihan air.
4. Akses Darah
Hemodialisme akan efektif jika dialisme dilakukan sekitar 2-6
jam/minggu pada pasien baru, sedangkan pada pasien yang sudah stabil
dan menjalani kronik hemodialisa sekitar 6 18 jam /minggu.
Untuk mendapatkan aliran darah yang besar ( sekitar 200 -300
cc/menit) selama 2-5 jam sangatlah sulit. Biasannya pada pasien akut kita
lakukan pada vena vemoralis, sehingga dapat diperoleh aliran darah yang
besar.
Pada pasien dengan program HD berkala yaitu 2 -3 kali/minggu
harus disiapkan penyambungan pembuluha darah arteri dan vena.
Ada 2 macam cara :
a. Pintas (shunt) eksternal
Kanula khusus yang mengalirkan darah arteri langsung ke vena
yang berdekatan. Kanula arteri dan vena dihubungan dengan
konektor sehingga pada saat dialisa konektor dibuka lalu kanula
arteri dihubungkan ke slang yang mengalirkan darah ke ginjal
buatan dan kanula vena untuk memasukkan darah kembali ketubuh
penderita. Komplikasi yang sering terjadi, seperti pembekuan
darah infeksi, oleh karena itu pemakaian pintas ini biasanya dibatasi
lama pamakaiannya, paling lama 6 bulan. Hal ini jarang dilakukan
lagi.
b. Fistula Arteriovenisa Interna
Fistula Arteriovenisa Interna pertama kali dibuat oleh Brescia
dan Cimino pada tahun 1966 yaitu menghubungan arteri dan vena
yang berdekatan dengan cara operatif, biasanya dilakukan pada
daerah tangan. Aliran dan tekanan darah dalam vena akan
meningkat sehingga menyebabkan pelebaran lumen vena dan
arterialisasi vena secara perlahan-lahan. Dengan demikian
memudahkan penusukan pembuluh darah sesuai dengan yang
diharapkan.
c. Antikoagulan
Selama hemodialisa berlangsung diperlukan antikoagulan agar
tidak terjadi pembekuan darah, yang biasanya digunakan heparin.
Pemakaian heparin ini dikenal dengan heparinisasi, macam
heparinisasi :
1) Heparinisasi sistemik
Digunakan pada hemodialisa kronik yang stabil. Bolus heparin
1000 5000 unit tiap jam. Pada jam terakhir tidak diberikan
lagi.
2) Heparinisasi regional
(sedang haid) bolus heparin tetap diberikAN sebanyak 1000
5000 unit, selanjutnya diinfuskan sebelum ginjal buatan dan
protamine sulfat, sesudah ginjal buatan, sebelum darah masuk
kedalam tubuh penderita. Jadi heparin diberikan pada sirkulasi
ekstrakorporeal saja.
3) Heparinisasi minimal
Diberikan hanya 500 unit saja pada awal tusukan karena
penderita cenderung berdarah selanjutnya tidak diberikan lagi.
5. Tekhnik hemodialisa
Sebelum berbicara tentang tekhnik hemodialisa terlebih dahulu
menjelaskan beberapa istilah :
a. Sirkulasi ekstrakorporeal
b. Sirkulasi diluar tubuh selama terjadi hemodialisa.
c. Sirkulasi sistemik
d. Sirkulasi dalam tubuh
e. Selaput semipermiabel
f. Selaput yang sangat tipis mempunyai pori-pori halus, hanya dapa
dilihat dengan mikroskop.
g. Blood pump (Roller Pump)
h. Pompa mesin hemodialisa yang gunanya mengalirkan darah dari
sirkulasi sistemik ke sirkulasi ekstrakorporea dan kembali lagi ke
sirkulasi sistemik selama proses hemodialisa.
i. Blood Lines, selang darah yang mengalirkan darah dari tubuh
penderita ke dyalizer disebut arteria blood lines/inlet, sedangkan
selang yang mengalirkan darah dari dyalizer ke tubuh penderita
disebut venous blood line/outlet.
6. Persiapan mesin dan perangkat HD
a. Pipa pembuangan sudah masuk dalam saluran pembuangan
b. Sambungkan kabel mesin dengan stop kontak
c. Hidupkan mesin ke rinse selama 15-30 menit
d. Pindahkan ke posisi dialyze lalu sambungkan slang dialisat ke
jaringan tempat dialisat yang telah disiiapkan.
e. Tunggu sampai lampu hijau
f. Tes conductivity dan temperatur
g. Gantungkan saline normal sebanyak 4 flatboth yang telah diberikan
heparin sebanyak 25-30 unit dalam masing-masing flatboth
h. Siapkan ginjal buatan sesuai dengan kebutuhan pasien
i. Siapkan blood lines dan AV fiskula sebanyak2
j. Ginjal buatan dan blood lines diisi saline normal (priming)
k. Sambungkan dialisatelines pada ginjal buatan
l. Sambil mempersiapkan pasien slang inlet dan outlet disambungkan
lalu jalankan blood pump (sirkulasi tertutup).
7. Persiapan Penderita :
Indikasi hemodialisa:
a. Segera/ indikasi mutlak : over hidrasi atau edema paru, hiperkalemi,
aliguri berat atau anuria, asidosis, hipertensi maligma.
b. Dini/ profilaksis : gejala uremia (mual muntah) perubahan mental,
penyakit tulang, gangguan pertumbuhan dan seks, perubahan
kualitas hidup.
Bila penderita baru yang datang di ruang HD, sebelum kita
melakukan HD terlebih dahulu periksa kembali hasil-hasil pemeriksaan
yang penting (Hb, hematokrit, ureum, kreatinin, dan HbsAg), hal ini perlu
untuk menentukan tindak lanjut sperlu untuk menentukan tindak lanjut
suatu HD.
Langkah-langkah HD
a. Timbang dan catat BB
b. Ukur dan catat tekanan darah (dapat digunakan untuk
menginterpretasikan kelebihan cairan)
c. Tentukan akses darah yang akan ditusuk.
d. Bersihkan daerah yang akan ditusuk dengan betadine 10% lalu
alcohol 70% kemudian ditutup pakai duk steril Sediakan alat-alat
yang steril didalam bak spuit kecil :spuit 2,5cc sebanyak 1, spuit 1
cc 1 buah, mangkok kecil berisi saline 0,9% dan kasa steril.
e. Sediakan obat-obatan yang perlu yaitu lidonestdan heparin.
f. Pakai masker dan sarung tangan steril.
g. Lakukan anestesi local didaerah akses darah yang akan ditusuk.
h. Tusuk dengan AV fistula lalu berikan heparin sebanyak 2000unit
pada inlet sedangkan outlet sebanyak 1000 unit.
i. Siap sambungkan ke sirkulasi tertutup yang telah disediakan.
j. Aliran darah permulaan sampai 7 menit 75 ml/menitkemudian
dinaikkan perlahan sampai 200 ml/menit.
k. Tentukan TMP sesuai dengan kenaikkan berat badan.
l. Segera ukur kemabali tekanan darah, nadi, pernapasan, akses darah
yang digunakan dicatat dalam status yang telah tersedia.
8. Perawatan pasien Hemodialisa
Terbagi 3 yaitu ;
a. Perawatan sebelum hemodialisa
o Mempersiapkan perangkat HD
o Mempersiapkan mesin HD
o Mempersiapkan cara pemberian heparin
o Mempersiapkan pasien baru dengan memperhatikan factor
BioPsikososial, agar penderita dapat bekerja sama dalam hal
program HD
o Mempersiapkan akses darah
o Menimbang berat bada, mengukur tekanan darah, nadi,
pernapasan
o Menentukan berat badan kering
o Mengambil pemeriksaan rutin dan sewaktu
b. Perawatan Selama Hemodialisa
Selama HD berjalan ada 2 hal pokok yang diobservasi yaitu
penderita dan mesin HD
1. Observasi terhadap pasien HD
o Tekanan darah, nadi diukur setiap 1 jam lalu dalam
status
o Dosis pemberian heparin dicatat setiap 1 jam dalam
status
o Cairan yang masuk perparenteral maupun peroral dicatat
jumlahnya dalam status
o Akses darah dihentikan
2. Observasi terhadap mesin HD
o Kecepatan aliran darah /Qb, kecepatan aliran
dialisat/Qd dicatat setiap 1 jam
o Tekanan negatif, tekanan positif, dicatat setiap jam
o Suhu dialisa, conductivity diperhatikan bila perlu diukur
o Jumlah cairan dialisa, jumlah air diperhatikan setiap jam
o Ginjal buatan, slang darah, slang dialisat dikontrol setiap
1 jam.
c. Perawatan sesudah Hemodialisa
Ada dua hal penting yang perlu diperhatikan yaitu cara
menghentikan HD pada pasien dan mesin HD
1. Cara mengakhiri HD pada pasien
o Ukur tekanan darah nadi sebelum slang inlet dicabut
o Ambil darah untuk pemeriksaan laboratorium
o Kecilkan aliran darah menjadi 75 ml/menit
o Cabut AV fistula intel/ lalu bilas slang inlet memakai
saline normal sebanyak 50-100 cc, lalu memakai udara
hingga semua darah dalam sirkulasi ekstrakorporeal
kembali ke sirkulasi sistemik
o Tekan pada bekas tusukan inlet dan outlet selama 5- 10
menit, hingga darah berhenti dari luka tusukan
o Tekanan darah, nadi, pernapasan ukur kembali lalu catat
o Timbang berat badan lalu dicatat
o Kirimkan darah ke laboratorium
2. Cara mengakhiri mesin HD
o Kembalikan tekanan negative, tekanan positif, ke posisi
nol
o Sesudah darah kembali ke sirkulasi sistemik cabut
selang dialisat lalu kembalikan ke Hansen connector
o Kembalikan tubing dialisat pekat pada konektornya
o Mesin ke posisi rinse, lalu berikan cairan desifektan
(hipoclhoride pekat) sebanyak 250 cc, atau cairan
formalin 3% sebanyak 250 cc
o Formalin dibiarkan selama 1-2 x 24 jam, baru mesin
dirinsekan kembali.
F. KOMPLIKASI
1. Ketidakseimbangan Cairan
a. Hipervolemia
Temuan berikut ini mengisyaratkan adanya kelebihan cairan seperti
tekanan darah naik, peningkatan nadi, dan frekuensi pernafasan,
peningkatan tekanan vena sentral, dispnea, batuk, edema,
penambahan BB berlebih sejak dialysis terakhir
b. Hipovolemia
Petunjuk terhadap hipovolemia meliputi penurunan TD, peningkatan
frekuensi nadi, pernafasan, turgor kulit buruk, mulut kering, tekanan
vena sentral menurun, dan penurunan haluaran urine. Riwayat
kehilangan banyak cairan melalui lambung yang menimbulkan
kehilangan BB yang nantinya mengarah ke diagnosa keperawatan
kekurangan cairan.
c. Ultra filtrasi
Gejala ultrafiltarasi berlebihan adalah mirip syok dengan gejala
hipotensi, mual muntah, berkeringat, pusing dan pingsan.
d. Rangkaian ultrafiltrasi (Diafiltrasi)
Ultrafiltrasi cepat untuk tujuan menghilangkan atau mencegah
hipertensi, gagal jantung kongestif, edema paru dan komplikasi lain
yang berhubungan dengan kelebihan cairan seringkali dibatasi oleh
toleransi pasien untuk memanipulasi volume intravaskular.
e. Hipotensi
Hipotensi selama dialysis dapat disebabkan oleh hipovolemia,
ultrafiltrasi berlebihan, kehilangan darah ke dalam dialiser,
inkompatibilitas membran pendialisa, dan terapi obat antihipertensi
f. Hipertensi
Penyebab hipertensi yang paling sering adalah kelebihan cairan,
sindrom disequilibrium, respon renin terhadap ultrafiltrasi, dan
ansites.
g. Sindrome disequilibrium dialisis
Dimanifestasikan olehh sekelompok gejala yang diduga
disfungsiserebral dengan rentang dari mual muntah, sakit kepala,
hipertensi sampai agitasi, kedutan, kekacauan mental, dan kejang.
2. Ketidakseimbangan Elektrolit
Elektrolit merupakan perhatian utama dalam dialisis, yang normalnya
dikoreksi selama prosedur adalah natrium, kalium, bikarbonat, kalisum,
fosfor, dan magnesium.
3. Infeksi
Pasien uremik mengalami penurunan resisten terhadap infeksi, yang
diperkirakan karena penurunan respon imunologik. Infeksi paru
merupakan penyebab utama kematian pada pasein uremik.
4. Perdarahan dan Heparinisasi
Perdarahan selama dialysis mungkin karena konsidi medik yang
mendasari seperti ulkus atau gastritis atau mungkin akibat antikoagulasi
berlebihan. Heparin adalah obat pilihan karena pemberiannya sederhana,
meningkatkan masa pembekuan dengan cepat, dimonitor dengan mudah
dan mungkin berlawanan dengan protamin.
KONSEP KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
a. Biodata
1) Nama :
2) Umur : Biasanya terjadi pada usia lebih dari 50
tahun
3) Jenis Kelamin :
4) Pekerjaan :
5) Agama :
6) Alamat :
7) Pendidikan :
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan utama
Pada pasien GGK yang akan dilakukan hemodialisa biasanya
mengeluh mual, muntah, anorexia, akibat peningkatan ureum darah
dan edema akibat retensi natrium dan cairan.
2) Riwayat kesehatan yang lalu
Perlu ditanya penyakit-penyakit yang pernah diderita klien sebagai
penyebab terjadinya GGK, seperti DM, glomerulonefritis kronis,
pielonefritis. Selain itu perlu ditanyakan riwayat penggunakan
analgesik yang lama atau menerus.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Perlu ditanyakan apakah orang tua atau kelauarga lain ada yang
menderita GGK erat kaitannya dengan penyakitketurunannya seperti
GGK akibat DM.
c. Data Biologis
1. Makan/ minum
Biasanya terjadi penurunan nafsu makan sehubungan dengan
keluhan mual muntah akibat peningkatan ureum dalam darah.
2. Eliminasi
Biasanya terjadi ganggutian pengeluaran urine seperti oliguri,
anuria, disuria, dan sebagainya akibat kegagalan ginjal melakukan
fungsi filtrasi, reabsorsi dan sekresi.
3. Aktivitas
Pasien mengalami kelemahan otot, kehilangan tonus dan penurunan
gerak sebagai akibat dari penimbunan ureum dan zat- zat toksik
lainnya dalam jaringan.
4. Istrahat/ tidur
Pasien biasanya mengalami gangguan pola istrahat tidur akibat
keluhan-keluhan sehubungan dengan peningkatan ureum dan zat-zat
toksik seperti mual, muntah, sakit kepala, kram otot dan sebagainya.
d. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : lemah dan penurunan tingkat kesadaran akibat
terjadinya uremia
Vital sign : biasanya terjadi hipertensi akibat retensi cairan dan natrium
dari aktivitas sistim rennin
BB : Biasanya meningkat akibat oedema
1. Inspeksi
o Tingkat kesadaran pasien biasanya menurun
o Biasanya timbul pruritus akibat penimbunan zat-zat toksik
pada kulit
o Oedema pada tangki, acites, sebagai akibat retensi caira dan
natrium
2. Auskultasi
Perlu dilakukan untuk mengetahui edema pulmonary akibat
penumpukan cairan dirongga pleura dan kemungkinan gangguan
jantung (perikarditis) akibat iritasi pada lapisa pericardial oleh toksik
uremik serta pada tingkat yang lebih tinggi dapat terjadi gagal
jantung kongestif.
3. Palpasi
Untuk memastikan oedema pada tungkai dan acietas.
4. Perkusi
Untuk memastikan hasil auskultasi apakah terjadi oedema pulmonar
yang apabila terjadi oedema pulmonary maka akan terdengar redup
pada perkusi.
e. Data psikologis
Pasien biasanya mengalami kecemasan akibat perubahan body image,
perubahan peran baik dikeluarga maupun dimasyarakat. Pasien juga
biasanya merasa sudah tidak berharga lagi karena perubahan peran dan
ketergantungan pada orang lain.
f. Data sosial
Pasien biasanya mengalami penurunan aktivitas sosial akibat penurunan
kondisi kesehatan dan larangan untuk melakukan aktivitas yang berat.
g. Data Penunjang
1. Rontgen foto dan USG yang akan memperlihatkan ginjal yang kecil
dan atropik
2. Laboratorium :
- BUN dan kreatinin, terjadi peningkatan ureum dan kreatinin dalam
darah.
- Elektrolit dalam darah : terjadi peningkatan kadar kalium dan
penurunan kalium.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah


Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC

You might also like