Professional Documents
Culture Documents
Abstrak
Otot skelet manusia dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu serabut otot tipe I dan
tipe II. Perbedaan anatomis dan fungsional dari tiap tipe serabut otot itu akan
menentukan kekuatan atau durasi otot berkontraksi. Keberhasilan prestasi
olahraga, selain ditentukan oleh ketepatan bentuk latihannya, juga ditentukan oleh
faktor otot itu sendiri.
Dikenal dua golongan aktivitas olahraga, yaitu aerob dan anaerob. Perbedaan ini
menjadikan adanya perbedaan bentuk latihan pada atlet, karena setiap latihan
memberikan rangsangan pada tipe serabut otot yang dilibatkan. Tipe serabut otot
sangat mempengaruhi adaptasi terhadap program latihannya.
Kata kunci: Serabut otot tipe I, serabut otot tipe II, aktivitas aerobik, aktivitas
anaerobik.
Pendahuluan
Pengetahuan mengenai tipe serabut otot sangat diperlukan oleh seorang pelatih, karena dalam
merencanakan suatu program yang adekuat untuk meningkatkan kekuatan, ketahanan dan flekxibilitas
otot, pengetahuan tentang sistem otot sangat dibutuhkan, yaitu pengetahuan tentang struktur otot,
secara makroskopis maupun mikroskopis. Tidak semua serabut otot (sel otot) mempunyai kemampuan
metabolisme dan fungsional yang sama. Sebagai contoh, ada otot yang mempunyai kemampuan bekerja
dalam suasana aerobik, dan ada yang anaerobik.
Bagaimana otot rangka menyesuaikan diri dengan stimulus yang berulang-ulang diterima, sebagian besar
tergantung pada karakteristik otot itu sendiri. Secara spesifik, jenis serabut yang membentuk otot
seseorang sangat mempengaruhi cara seorang atlet beradaptasi dengan program latihan mereka. Ada
alasannya mengapa beberapa atlet dapat berlari lebih cepat dan mendapatkan pembesaran otot lebih
mudah daripada yang lain atau mengapa beberapa atlet dapat berjalan untuk jangka waktu yang
panjang tanpa merasa kelelahan (Karp, 2007).
Rekor atletik dipecahkan dari tahun ke tahun dan menjadi perdebatan di kalangan para ahli. Kadang yang
diperkirakan tidak mungkin, akhirnya terjadi. Tetapi performans atlet itu mempunyai suatu batas.
Seorang ahli fisiologi berpendapat bahwa pembatasan itu dipengaruhi oleh faktor genetik, yang
mengatur ketahanan kardiovaskuler dan tipe serabut otot, di samping beberapa faktor lainnya turut
mempengaruhi yaitu nutrisi, motivasi, lingkungan termasuk kelengkapan sepatu dll. (Quinn, 2007).
Genetik memegang peran besar dalam hal kekuatan, ukuran otot, komposisi serabut otot cepat dan
lambat, nilai ambang anaerobik, kapasitas paru, flexibilitas dll.
Salah satu faktor yang berpengaruh untuk terjadinya prestasi seorang atlet adalah ototnya. Persentase
yang lebih banyak dari suatu tipe serabut otot dapat menentukan tipe olahraga apa yang dapat
dijalaninya, karena tipe serabut otot mempengaruhi bagaimana respon otot terhadap latihan atau
aktivitas fisik.
Karena informasi mengenai tipe IIc masih terbatas dan hanya merupakan 1-3% dari komposisi tipe
serabut otot (Wilmore, Costill, Kenney, 2008), maka tipe ini tidak akan dibahas di sini.
Secara mikroskopis, serabut tipe II mempunyai mitokondria and mioglobin dalam jumlah yg lebih sedikit
dibanding dengan serabut otot lambat, vaskularisasinya juga lebih sedikit sehingga dalam penglihatan
mikroskopis tampak pucat warnanya. Diameter serabutnya lebih besar.
Serabut tipe II menggunakan metabolisme anaerobik untuk menghasilkan energi, yang artinya
pembentukan energinya terjadi sangat cepat, sehingga serabut ini baik untuk aktivitas dengan ledakan
kuat dan cepat dalam waktu yang singkat, seperti yang dilakukan oleh seorang sprinter. Secara umum,
serabut tipe II menghasilkan gaya yang sama per kontraksinya seperti tipe I, tetapi tipe II dapat
melakukannya dalam waktu yang singkat. Serabut tipe II mudah lelah.
Serabut tipe II mempunyai nilai ambang yang lebih tinggi terhadap ion Calsium dan respons tenaga lebih
tinggi (Quinn, 2007).
Tipe IIa
Tipe ini juga dikenal sebagai tipe intermediate fast-twitch fibers. Tipe ini dapat menggunakan kedua
metabolisme aerobik dan anaerobik untuk menghasilkan energi, secara hampir sama. Jadi, tipe ini
adalah kombinasi dari tipe I dan tipe II.
Tipe IIb
Tipe ini menggunakan metabolisme anaerobik untuk menghasilkan energinya. Tipe ini unggul dalam
menghasilkan kecepatan dan ledakan kuat dan tingkat kekuatan dan kecepatan kontraksi yang tinggi
dibanding dengan semua jenis serabut otot, tetapi ia memiliki tingkat kelelahan yang lebih cepat,
sehingga aktivitasnya tidak dapat berlangsung lama (Quinn, 2007).
Salah satu metode yang digunakan untuk mengklasifikasikan tipe serabut otot adalah dengan prosedur
stain kimia yang diterapkan pada suatu irisan tipis jaringan otot. Teknik stain kimia ini mengukur aktivitas
ATPase pada serabut otot. Tiap tipe serabut akan bereaksi berlain-lainan. Satu serabut otot mempunyai
satu macam ATPase, tetapi serabut-serabut otot dapat mempunyai campuran ATPase.
Secara rata-rata, serabut tipe II mempunyai kecepatan kontraksi 5-6 kali lebih cepat dibanding dengan
tipe I, walau jumlah gaya yang dihasilkan per besaran diameter serabut yang sama pada serabut tipe II
dan I adalah sama, power yang dihasilkan oleh serabut tipe II, 3-5 kali lebih besar daripada tipe I, karena
kecepatan pemendekan otot lebih tinggi pada tipe II (Wilmore, Costill, Kenney, 2008).
Unit fungsional dari sistem neuromuskuler adalah motor unit. Motor unit adalah sebuah -motor
neuron dengan serabut-serabut otot yang dilayaninya. -motor neuron juga menentukan serabut otot
itu tipe I atau II. Pada serabut otot tipe I, sel bodi -motor neuronnya lebih kecil dan hanya melayani
sekelompok serabut otot kurang dari 300 buah, sedangkan pada serabut otot tipe II, sel bodinya lebih
besar dan melayani 300 serabut otot atau lebih. Perbedaan ukuran motor unit ini mengakibatkan ketika
-motor neuron menstimulasi serabut otot tipe I, hanya sedikit serabut otot yang berkontraksi
dibandingkan serabut otot tipe II. Oleh karena itu, serabut otot tipe II lebih cepat mencapai puncak
kecepatan dan kekuatan (Scott, Stevens, BinderMacleod, 2001). Serabut otot tipe II diaktivasi oleh
neuron dengan kecepatan sepuluh kali lebih cepat daripada pada serabut otot tipe I.
Serabut otot tipe I mempunyai kemampuan aerobik yang tinggi, sehingga baik untuk aktivitas ketahanan
aerobik, sedangkan serabut tipe II mempunyai kemampuan anaerobik yang baik. Serabut tipe I Ia
memegang peran dalam aktivitas dengan intensitas tinggi.
Simpulan
1. Pengetahuan tentang kompleksitas otot rangka diperlukan untuk merancang program latihan
yang benar untuk masing-masing atlet, karena tiap tipe serabut otot mempunyai ciri karakter
sendiri-sendiri dalam beradaptasi terhadap program latihannya
2. Komposisi tipe serabut otot seorang atlet turut menentukan keberhasilan seorang atlet dalam
berprestasi. Atlet sprint membutuhkan serabut otot tipe II dalam persentase yang lebih besar
dan atlet maraton lebih memerlukan serabut otot tipe I dalam persentase yang lebih besar.
Secara genetik sebenarnya tiap orang sudah ditentukan golongan aktivitas sportnya, aerob atau
anaerob.
Daftar Pustaka
Foss, Merle L, Keteyian, Steven J. (1998). Foxs Physiological Basis for Exercise and Sport. Sixth Edition.
Mc Graw Hill. Boston, Massachusetts, Burr Ridge, Illinois.
Karp, Jason R. M.S. (2007). Muscle Fiber Types and Training. http://www.coachr.org/fiber.htm [6 Agustus
2008]
Mc.Ardle, W.D., Katch, F.I. & Katch,V.L. (1996). Exercise physiology : Energy, nutrition and human
performance (4th ed.). Philadelphia : Lea & Febiger.
Robson, David. (2005). How do FT and ST muscle fibres influence athletic performance ?
http://www.bodybuilding.com/fun/drobson33.htm [Juli 2008]
Quinn, Elizabeth (2007). Fast and Slow Twitch Muscle Fibers. Does muscle type determine sports ability?
http://sportsmedicine.about.com/od/anatomyandphysiology/a/MuscleFiberType.htm [Agustus 2008]
Quinn, Elizabeth (2008). Are Athletes Born or Built? Genetics and Athletic Success. How important are
genetics in athletic success?
http://sportsmedicine.about.com/od/anatomyandphysiology/a/genetics.htm [Juli 2008]
Wayne, Scott, Stevens, Jennifer and Binder, Stuart A Macleod. (2001). Human Skeletal Muscle Fiber
Type Classifications. Journal of American Physical Therapy Association. Vol. 81, No. 11, November 2001,
pp. 1810-1816. http://www.ptjournalonline.net/cgi/content/full/81/11/1810. [Agustus 2008].