You are on page 1of 9

OTOT LAMBAT, OTOT CEPAT DAN PERBEDAANNYA

Abstrak

Juanita Dolores H.N.

Otot skelet manusia dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu serabut otot tipe I dan
tipe II. Perbedaan anatomis dan fungsional dari tiap tipe serabut otot itu akan
menentukan kekuatan atau durasi otot berkontraksi. Keberhasilan prestasi
olahraga, selain ditentukan oleh ketepatan bentuk latihannya, juga ditentukan oleh
faktor otot itu sendiri.
Dikenal dua golongan aktivitas olahraga, yaitu aerob dan anaerob. Perbedaan ini
menjadikan adanya perbedaan bentuk latihan pada atlet, karena setiap latihan
memberikan rangsangan pada tipe serabut otot yang dilibatkan. Tipe serabut otot
sangat mempengaruhi adaptasi terhadap program latihannya.

Kata kunci: Serabut otot tipe I, serabut otot tipe II, aktivitas aerobik, aktivitas
anaerobik.

Pendahuluan

Pengetahuan mengenai tipe serabut otot sangat diperlukan oleh seorang pelatih, karena dalam
merencanakan suatu program yang adekuat untuk meningkatkan kekuatan, ketahanan dan flekxibilitas
otot, pengetahuan tentang sistem otot sangat dibutuhkan, yaitu pengetahuan tentang struktur otot,
secara makroskopis maupun mikroskopis. Tidak semua serabut otot (sel otot) mempunyai kemampuan
metabolisme dan fungsional yang sama. Sebagai contoh, ada otot yang mempunyai kemampuan bekerja
dalam suasana aerobik, dan ada yang anaerobik.
Bagaimana otot rangka menyesuaikan diri dengan stimulus yang berulang-ulang diterima, sebagian besar
tergantung pada karakteristik otot itu sendiri. Secara spesifik, jenis serabut yang membentuk otot
seseorang sangat mempengaruhi cara seorang atlet beradaptasi dengan program latihan mereka. Ada
alasannya mengapa beberapa atlet dapat berlari lebih cepat dan mendapatkan pembesaran otot lebih
mudah daripada yang lain atau mengapa beberapa atlet dapat berjalan untuk jangka waktu yang
panjang tanpa merasa kelelahan (Karp, 2007).

Rekor atletik dipecahkan dari tahun ke tahun dan menjadi perdebatan di kalangan para ahli. Kadang yang
diperkirakan tidak mungkin, akhirnya terjadi. Tetapi performans atlet itu mempunyai suatu batas.
Seorang ahli fisiologi berpendapat bahwa pembatasan itu dipengaruhi oleh faktor genetik, yang
mengatur ketahanan kardiovaskuler dan tipe serabut otot, di samping beberapa faktor lainnya turut
mempengaruhi yaitu nutrisi, motivasi, lingkungan termasuk kelengkapan sepatu dll. (Quinn, 2007).
Genetik memegang peran besar dalam hal kekuatan, ukuran otot, komposisi serabut otot cepat dan
lambat, nilai ambang anaerobik, kapasitas paru, flexibilitas dll.
Salah satu faktor yang berpengaruh untuk terjadinya prestasi seorang atlet adalah ototnya. Persentase
yang lebih banyak dari suatu tipe serabut otot dapat menentukan tipe olahraga apa yang dapat
dijalaninya, karena tipe serabut otot mempengaruhi bagaimana respon otot terhadap latihan atau
aktivitas fisik.

Anatomi Otot Manusia


Otot manusia merupakan 40-45% dari berat badan seseorang, merupakan kumpulan serabut otot atau
disebut miosit atau atau sel otot. Otot manusia dapat dibagi menjadi 3 macam, yaitu, otot jantung, otot
polos dan otot bergaris. Otot manusia yang berhubungan langsung dengan gerak tubuh adalah otot
bergaris atau sering disebut otot skelet, otot sadar atau otot serat melintang. Selanjutnya, yang
dibicarakan di sini adalah otot bergaris atau otot skelet.
Otot terdiri dari serabut-serabut otot. Setiap serabut otot berisi ratusan atau ribuan miofibril. Tiap
miofibril terdiri dari banyak miofilamen. Dikenal 2 macam miofilamen, yaitu aktin dan miosin. Aktin
merupakan miofilamen yang tipis dan miosin merupakan miofilamen yang tebal. Interaksi kedua
miofilamen ini memungkinkan otot untuk berkontraksi.
Mekanisme kontraksi otot mengikuti teori meluncurnya filamen, yaitu filamen aktin meluncur terhadap
filamen miosin, menghasilkan suatu ketegangan pada otot, yang biasanya adalah suatu pemendekan
otot.

Macam Serabut Otot


Tidak semua serabut otot mempunyai kemampuan metabolisme dan fungsional yang sama. Ada serabut
otot yang mempunyai kemampuan bekerja dalam suasana aerobik dan ada yang anaerobik, sehingga
keduanya berbeda dalam kecepatan berkontraksi dan kekuatannya.
Dalam tubuh manusia, ada dua macam tipe serabut otot, yaitu tipe serabut I atau tipe serabut otot
lambat atau slow twitch (ST) dan tipe serabut II atau tipe serabut otot cepat atau fast twitch (FT).
Kemudian, FT ini dibagi menjadi dua lagi, yaitu FTa dan FTb (Quinn, 2007). Wilmore, Costill, Kenney
(2008) membagi tipe serabut otot sebagai tipe I dan II. Kemudian, tipe II dibagi menjadi tipe IIa atau
disebut sebagai FTA, tipe IIx dan tipe IIc. Perbedaan tipe serabut ini mempengaruhi bagaimana otot
berespons pada aktivitas fisik dan masing-masing tipe serabut otot ini mempunyai sifat yang unik dalam
kemampuannya untuk berkontraksi. Ketika distimulasi, serabut otot lambat mencapai puncak
tegangannya dalam waktu 110 mili detik, sedangkan serabut otot cepat dalam waktu 50 mili detik
(Wilmore, Costill, Kenney, 2008).

Tipe I atau Slow Twitch (ST)


Serabut otot tipe ini disebut juga tipe serabut otot aerobik, otot merah atau slow-oxidative (SO).
Serabutnya mempunyai kemampuan aerobik yang sangat kuat, yaitu dalam upaya suatu proses oksidasi
untuk menghasilkan energi yang disebut Adenosine Tri Phosphate (ATP). Kontraksinya lambat, sehingga
ia sangat berguna dalam aktivitas ketahanan yang memerlukan waktu yang sangat panjang. Serabut otot
ini mempunyai nilai ambang yang lebih rendah terhadap aktivasi ion Calsium dan lebih sedikit respons
tenaga terhadap ion Calsium. Di samping itu ia lebih efisien menggunakan oksigen untuk membentuk
bahan bakar tenaganya, sehingga tipe ini sangat ideal untuk aktivitas yang membutuhkan waktu lama
dan terus menerus dan tidak mudah lelah. Aktivitas itu dapat berupa lari maraton atau bersepeda
selama berjam-jam. Tipe I ini mempunyai miosin ATPase yang lambat. Miosin ATPase adalah enzim yang
berfungsi dalam pemecahan ATP untuk menghasilkan tenaga.
Secara mikroskopis, serabut tipe I ini mempunyai mitokondria and mioglobin dalam jumlah yg lebih
banyak daripada serabut tipe II. Adanya mioglobin yg banyak serta vaskularisasi yang padat membuat
warna otot tersebut tampak kemerah-merahan. Ciri lainnya adalah diameter serabutnya lebih kecil.

Tipe II atau Fast Twitch (FT)


Serabut otot tipe ini disebut juga tipe serabut otot anaerobik, otot putih atau fast-glycolytic (FG). Lebih
lanjut, tipe II ini dibedakan menjadi beberapa subdivisi, yaitu tipe IIa atau sering juga disebut sebagai
FTA, tipe IIx ekivalen dengan tipe IIb pada hewan (Wilmore, Costill, Kenney, 2008), dan tipe IIc atau FTC,
atau tipe intermediate. Kesemuanya ini dihubungkan dengan kecepatan kontraksi dan sumber energi
utama yang diproduksinya (Foss, Keteyian, 1998). Tipe II ini mempunyai miosin ATPase yang cepat.

Karena informasi mengenai tipe IIc masih terbatas dan hanya merupakan 1-3% dari komposisi tipe
serabut otot (Wilmore, Costill, Kenney, 2008), maka tipe ini tidak akan dibahas di sini.
Secara mikroskopis, serabut tipe II mempunyai mitokondria and mioglobin dalam jumlah yg lebih sedikit
dibanding dengan serabut otot lambat, vaskularisasinya juga lebih sedikit sehingga dalam penglihatan
mikroskopis tampak pucat warnanya. Diameter serabutnya lebih besar.
Serabut tipe II menggunakan metabolisme anaerobik untuk menghasilkan energi, yang artinya
pembentukan energinya terjadi sangat cepat, sehingga serabut ini baik untuk aktivitas dengan ledakan
kuat dan cepat dalam waktu yang singkat, seperti yang dilakukan oleh seorang sprinter. Secara umum,
serabut tipe II menghasilkan gaya yang sama per kontraksinya seperti tipe I, tetapi tipe II dapat
melakukannya dalam waktu yang singkat. Serabut tipe II mudah lelah.
Serabut tipe II mempunyai nilai ambang yang lebih tinggi terhadap ion Calsium dan respons tenaga lebih
tinggi (Quinn, 2007).

Tipe IIa
Tipe ini juga dikenal sebagai tipe intermediate fast-twitch fibers. Tipe ini dapat menggunakan kedua
metabolisme aerobik dan anaerobik untuk menghasilkan energi, secara hampir sama. Jadi, tipe ini
adalah kombinasi dari tipe I dan tipe II.

Tipe IIb
Tipe ini menggunakan metabolisme anaerobik untuk menghasilkan energinya. Tipe ini unggul dalam
menghasilkan kecepatan dan ledakan kuat dan tingkat kekuatan dan kecepatan kontraksi yang tinggi
dibanding dengan semua jenis serabut otot, tetapi ia memiliki tingkat kelelahan yang lebih cepat,
sehingga aktivitasnya tidak dapat berlangsung lama (Quinn, 2007).

Salah satu metode yang digunakan untuk mengklasifikasikan tipe serabut otot adalah dengan prosedur
stain kimia yang diterapkan pada suatu irisan tipis jaringan otot. Teknik stain kimia ini mengukur aktivitas
ATPase pada serabut otot. Tiap tipe serabut akan bereaksi berlain-lainan. Satu serabut otot mempunyai
satu macam ATPase, tetapi serabut-serabut otot dapat mempunyai campuran ATPase.

Perbedaan Karakteristik Tipe I Dan II


Perbedaan ini mempengaruhi bagaimana otot berespons pada aktivitas fisik dan sifat unik dalam
kemampuannya untuk berkontraksi. Perbedaan di antara keduanya itu terutama karena perbedaan
pembentukan miosin ATPase. Miosin ATPase adalah enzim yang memecah ATP sehingga menghasilkan
tenaga yang dipakai untuk kontraksi otot. Tipe I mempunyai bentukan miosin ATPase yang lambat,
sedang tipe II sebaliknya, sehingga ATP lebih cepat dipecah pada serabut tipe II, sebagai respons dari
adanya stimulasi saraf.
Tipe II mempunyai retikulum sarkoplasma yang sangat berkembang, sehingga lebih terampil
memberikan Calsium ke dalam sel otot ketika otot distimulasi.

Secara rata-rata, serabut tipe II mempunyai kecepatan kontraksi 5-6 kali lebih cepat dibanding dengan
tipe I, walau jumlah gaya yang dihasilkan per besaran diameter serabut yang sama pada serabut tipe II
dan I adalah sama, power yang dihasilkan oleh serabut tipe II, 3-5 kali lebih besar daripada tipe I, karena
kecepatan pemendekan otot lebih tinggi pada tipe II (Wilmore, Costill, Kenney, 2008).
Unit fungsional dari sistem neuromuskuler adalah motor unit. Motor unit adalah sebuah -motor
neuron dengan serabut-serabut otot yang dilayaninya. -motor neuron juga menentukan serabut otot
itu tipe I atau II. Pada serabut otot tipe I, sel bodi -motor neuronnya lebih kecil dan hanya melayani
sekelompok serabut otot kurang dari 300 buah, sedangkan pada serabut otot tipe II, sel bodinya lebih
besar dan melayani 300 serabut otot atau lebih. Perbedaan ukuran motor unit ini mengakibatkan ketika
-motor neuron menstimulasi serabut otot tipe I, hanya sedikit serabut otot yang berkontraksi
dibandingkan serabut otot tipe II. Oleh karena itu, serabut otot tipe II lebih cepat mencapai puncak
kecepatan dan kekuatan (Scott, Stevens, BinderMacleod, 2001). Serabut otot tipe II diaktivasi oleh
neuron dengan kecepatan sepuluh kali lebih cepat daripada pada serabut otot tipe I.
Serabut otot tipe I mempunyai kemampuan aerobik yang tinggi, sehingga baik untuk aktivitas ketahanan
aerobik, sedangkan serabut tipe II mempunyai kemampuan anaerobik yang baik. Serabut tipe I Ia
memegang peran dalam aktivitas dengan intensitas tinggi.

Tabel 1. Karakteristik 3 Tipe Serabut Otot

Karakteristik tipe I FO (IIa) FG (IIb)

Aktivitas miosin ATPase: rendah tinggi tinggi


Kecepatan kontraksi: lambat cepat cepat
Ketahanan terhadap kelelahan: tinggi sedang rendah
Kapasitas oksidatif: tinggi tinggi rendah
Kadar enzim anaerobik: rendah sedang tinggi
Mitokondria: banyak banyak sedikit
Kapiler: banyak banyak sedikit
Warna serabut: merah merah putih
Kadar glikogen: rendah sedang tinggi
Diameter serabut: kecil sedang besar
(Karp, 2007)

Distribus Tipe Serabut Otot


Otot manusia selalu terdiri dari campuran kedua tipe serabut otot, yaitu tipe I dan tipe II, tetapi setiap
otot di seluruh tubuh mempunyai persentase kedua tipe itu berlain-lainan. Otot yang sama pada orang
yang berlainan, mempunyai persentase yang berlain-lainan juga. Umumnya, otot lengan dan kaki
seseorang mempunyai komposisi yang mirip. Hasil penelitian menunjukkan bahwa seseorang dengan
komposisi utama serabut otot tipe I pada otot kaki, akan juga mempunyai komposisi utama yang sama
pada otot lengannya. Pengecualian terjadi pada otot Soleus di betis, otot ini mempunyai persentase
serabut tipe I yang sangat tinggi pada semua orang (Wilmore, Costill, Kenney, 2008).
Penentuan komposisi tipe serabut ditentukan secara genetik, tetapi rata-rata setiap orang memiliki
kurang lebih 50 persen serabut otot tipe I dan 50 persen serabut otot tipe II, walaupun masih dapat
terjadi variasi yang lain (Quinn, 2007).
Menurut Wilmore, Costill dan Kenney (2008), Secara rata-rata, otot bergaris mempunyai komposisi
serabut otot tipe I sebanyak 50%, 25% tipe IIa, dan sisanya terutama tipe IIx, sedang tipe IIc hanya
sejumlah 1-3% saja. Secara tepatnya, persentase tipe serabut otot sangat bervariasi pada masing-
masing otot dan masing-masing individu.
Seorang sprinter Olimpiade dilaporkan mempunyai komposisi serabut otot cepat sebesar 80% dan atlit
marathon Olimpiade mempunyai 80% tipe serabut otot lambat (Quinn, 2007). Seseorang yang secara
genetik mempunyai persentase yang tinggi dari suatu tipe serabut otot, akan unggul dalam olahraga
yang sesuai dengan tipe serabut ototnya.
Suatu studi menyatakan bahwa semakin tua seseorang, dapat terjadi perubahan distribusi serabut otot
tipe I dan II, yaitu kecenderungan penurunan motor unit tipe II, dan peningkatan persentase serabut otot
tipe I (Wilmore, Costill, Kenney, 2008).

Tabel 1. Persentase serabut otot tipe I dan II pada beberapa otot.


(Wilmore, Costill, Kenney, 2008:41)

Respons Terhadap Latihan


Perbedaan kedua tipe serabut otot itu mempengaruhi bagaimana otot berespons pada aktivitas fisik dan
masing-masing serabut otot ini mempunyai sifat yang unik dalam kemampuannya untuk kontraksi
(Quinn, 2007).
Serabut otot tipe I mempunyai level yang tinggi untuk ketahanan aerobik. Aerobik berarti dengan adanya
oksigen. Jadi, oksidasi yang terjadi itu berjalan dengan proses aerobik. Serabut tipe I sangat efisien
memproduksi ATP melalui proses oksidasi karbohidrat dan lemak sepanjang aktivitas dilakukan.
Kemampuan mempertahankan aktivitas otot dalam periode yang panjang disebut ketahanan otot,
sehingga dapat disebut bahwa tipe I mempunyai kemampuan ketahanan aerobik yang tinggi.
Serabut otot tipe II mempunyai kemampuan ketahanan aerobik yang relatif buruk, tetapi ia lebih baik
melakukan aktivitas anaerobik, yaitu tanpa oksigen. Tanpa adanya oksigen yang memadai, ATP dihasilkan
melalui proses anaerobik. Serabut otot tipe IIa dapat menghasilkan kekuatan lebih besar daripada
serabut otot tipe I, tetapi ia lebih cepat lelah karena keterbatasannya terhadap ketahanan. Jadi, tipe IIa
sangat ideal untuk aktivitas dengan intensitas yang agak tinggi, dan waktunya tidak terlalu lama, seperti
renang 400 meter. Serabut otot tipe IIx terutama dipakai untuk aktivitas dengan ledakan tinggi seperti
lari sprint 100 meter dan renang 50 meter.

Simpulan

1. Pengetahuan tentang kompleksitas otot rangka diperlukan untuk merancang program latihan
yang benar untuk masing-masing atlet, karena tiap tipe serabut otot mempunyai ciri karakter
sendiri-sendiri dalam beradaptasi terhadap program latihannya

2. Komposisi tipe serabut otot seorang atlet turut menentukan keberhasilan seorang atlet dalam
berprestasi. Atlet sprint membutuhkan serabut otot tipe II dalam persentase yang lebih besar
dan atlet maraton lebih memerlukan serabut otot tipe I dalam persentase yang lebih besar.
Secara genetik sebenarnya tiap orang sudah ditentukan golongan aktivitas sportnya, aerob atau
anaerob.

Daftar Pustaka

Fletcher, C. Dane. (2007). Slow-Twitch vs. Fast-Twitch Muscle Fiber Training.


http://ezinearticles.com/?Slow-Twitch-Vs-Fast-Twitch-Muscle-Fiber-Training&id=830059 [3 Agustus
2008]

Foss, Merle L, Keteyian, Steven J. (1998). Foxs Physiological Basis for Exercise and Sport. Sixth Edition.
Mc Graw Hill. Boston, Massachusetts, Burr Ridge, Illinois.

Karp, Jason R. M.S. (2007). Muscle Fiber Types and Training. http://www.coachr.org/fiber.htm [6 Agustus
2008]

Mc.Ardle, W.D., Katch, F.I. & Katch,V.L. (1996). Exercise physiology : Energy, nutrition and human
performance (4th ed.). Philadelphia : Lea & Febiger.

Robson, David. (2005). How do FT and ST muscle fibres influence athletic performance ?
http://www.bodybuilding.com/fun/drobson33.htm [Juli 2008]

Quinn, Elizabeth (2007). Fast and Slow Twitch Muscle Fibers. Does muscle type determine sports ability?
http://sportsmedicine.about.com/od/anatomyandphysiology/a/MuscleFiberType.htm [Agustus 2008]

Quinn, Elizabeth (2008). Are Athletes Born or Built? Genetics and Athletic Success. How important are
genetics in athletic success?
http://sportsmedicine.about.com/od/anatomyandphysiology/a/genetics.htm [Juli 2008]
Wayne, Scott, Stevens, Jennifer and Binder, Stuart A Macleod. (2001). Human Skeletal Muscle Fiber
Type Classifications. Journal of American Physical Therapy Association. Vol. 81, No. 11, November 2001,
pp. 1810-1816. http://www.ptjournalonline.net/cgi/content/full/81/11/1810. [Agustus 2008].

You might also like