Professional Documents
Culture Documents
External Noise
External noise adalah gangguan suara yang berasal dari luar ruangan yang merambat melalui
media udara dan konstruksi bangunan. External noise dapat kita bagi menjadi dua, yaitu noise
konstan dan noise impulse. Noise konstan adalah noise yang terjadi secara terus-menerus,
seperti noise yang disebabkan oleh kompresor AC yang terletak tepat di luar ruangan kita.
Noise impulse adalah noise yang kadang-kadang terjadi seperti bunyi pintu di luar ruangan
yang dibuka tutup atau suara motor yang melintasi di jalan yang berada di luar ruangan
tersebut.
Internal Noise
Internal noise adalah gangguan suara yang berasal dari dalam ruangan itu sendiri. Seperti
halnya dengan external noise, internal noise dapat kita bagi menjadi noise konstan dan noise
impulse. Noise konstan adalah yang berasal dari dalam ruangan yang dapat terjadi akibat
suara fan AC atau noise dari peralatan audio itu sendiri. Sedangkan, noise impulse yang
terjadi dalam ruangan yang bersumber dari peralatan yang ada di ruangan tersebut.
Pada akhirnya, baik noise konstan maupun noise impulse yang berasal dari luar ruangan
maupun dari dalam ruangan, di amplifikasi dan di perpanjang oleh resonansi dan reverberasi
yang terdapat di ruangan tersebut.
Jadi, untuk dapat mendengarkan detail-detail suara musik yang umumnya berlevel kecil di
concert hall, ruangan audio, atau control room sebuah recording studio dibutuhkan
background noise yang sangat rendah.
Secara matematis, kita dapat mengatakan bahwa dalam ruangan kita terdapat noise room
sebesar 50 dB dengan spektrum frekuensi yang flat mulai dari 20 Hz sampai dengan 20,000
Hz. Apabila di ruangan tersebut kita memainkan musik dari perangkat audio dengan sound
level rata-rata sebesar 90 dB, maka dinamika real musik yang kita nikmati adalah tinggal plus
minus 40 dB, bergantung pada posisi frekuensi musik tersebut.
Kedua: seandainya telah memiliki sebuah perangkat yang mampu menghadirkan mikro detail
secara akurat, tetap saja kita harus memperhatikan hal itu. Akan tetapi, informasi tersebut
mungkin saja luput dari pendengaran kita karena noise level yang terdapat dalam ruangan
tersebut lebih besar daripada suara mikro detail yang dihasilkan oleh perangkat audio kita.
Sebuah ruangan yang didesain untuk suatu fungsi tertentu, baik yang mempertimbangkan
aspek akustik maupun yang tidak, seringkali dihadapkan pada problem-problem berikut:
1. Focusing of Sound (Pemusatan Suara) : Masalah ini biasanya terjadi apabila ada
permukaan cekung (concave) yang bersifat reflektif, baik di daerah panggung, dinding
belakang ruangan, maupun di langit-langit (kubah atau jejaring kubah). Bila anda mendesain
ruangan dan aspek desain mengharuskan ada elemen cekung/kubah, ada baiknya anda
melakukan treatment akustik pada bidang tersebut, bisa dengan cara membuat permukaannya
absorptif (mis. menggunakan acoustics spray) atau membuat permukaannya bersifat diffuse.
2. Echoe (pantulan berulang dan kuat): Problem ini seringkali dibahasakan sebagai gema,
yang menurut saya pribadi adalah terjemahan yang kurang tepat. Echoe disebabkan oleh
permukaan datar yang sangat reflektif atau permukaan hyperbolic reflektif (terutama pada
dinding yang terletak jauh dari sumber). Pantulan yang diakibatkan oleh permukaan-
permukaan tersebut bersifat spekular dan memiliki energi yang masih besar, sehingga
(bersama dengan delay time yang lama) akan mengganggu suara langsung. Problem akan
menjadi lebih parah, apabila ada permukaan reflektif sejajar di hadapannya. Permukaan
reflektif sejajar bisa menyebabkan pantulan yang berulang-ulang (flutter echoe) dan juga
gelombang berdiri. Flutter echoe ini bisa terjadi pada arah horisontal (akibat dinding sejajar)
maupun arah vertikal (lantai dan langit-langit sejajar dan keduanya reflektif).
3. Resonance (Resonansi): Seperti halnya echoe problem ini juga diakibatkan oleh dinding
paralel, terutama pada ruangan yang berbentuk persegi panjang atau kotak. Contoh yang
paling mudah bisa ditemukan di ruang kamar mandi yang dindingnya (sebagian besar atau
seluruhnya) dilapisi keramik.
4. External Noise (Bising): Problem ini dihadapi oleh hampir seluruh ruangan yang ada di
dunia ini, karena pada umumnya ruangan dibangun di sekitar sistem-sistem yang lain.
Misalnya, sebuah ruang konser berada pada bangunan yang berada di tepi jalan raya dan jalan
kereta api atau ruang konser yang bersebelahan dengan ruang latihan atau ruangan kelas yang
bersebelahan. Bising dapat menjalar menembus sistem dinding, langit-langit dan lantai,
disamping menjalar langsung melewati hubungan udara dari luar ruangan ke dalam ruangan
(lewat jendela, pintu, saluran AC, ventilasi, dsb). Konsep pengendaliannya berkaitan dengan
desain insulasi (sistem kedap suara). Pada ruangan-ruangan yang critical fungsi
akustiknya, biasanya secara struktur ruangan dipisahkan dari ruangan disekelilingnya, atau
biasa disebut box within a box concept.
5. Doubled RT (Waktu dengung ganda): Problem ini biasanya terjadi pada ruangan yang
memiliki koridor terbuka/ruang samping atau pada ruangan playback yang memiliki waktu
dengung yang cukup panjang.
Itulah beberapa problem yang umumnya muncul dalam ruangan yang memerlukan kinerja
akustik. Kesemuanya dapat diminimumkan apabila sudah dipertimbangkan dengan seksama
pada saat ruangan tersebut didesain. Apabila ruangan sudah telanjur jadi, maka solusi yang
biasanya diambil adalah mengubah karakteristik permukaan dalam ruangan, misalnya dari
yang semula reflektif menjadi absorptif ataupun difusif. Solusi tersebut biasanya melibatkan
biaya yang tidak sedikit (karena ruangan sudah telanjur jadi). Oleh sebab itu, sangat
disarankan untuk mempertimbangkan problem-problem tersebut pada tahap desain. Saat ini
sudah banyak perangkat lunak yang dapat digunakan untuk memprediksi kinerja akustik
suatu ruangan, meskipun ruangan tersebut belum dibangun, cukup dengan menginputkan
geometri ruangan dan karakteristik permukaannya. Perangkat yang biasa digunakan para
perancang akustik adalah ODEON, CATT Acoustics, RAMSETE, dan EASE.
Mengenal Masalah Akustik Ruangan
Apabila merancang ruangan yang mana salah satu fungsi utama ruangan tersebut adalah
mendengarkan suara, seperti studio rekaman, auditorium, gedung konser, home theater, ruang
rapat, kelas sekolah dan sebagainya, kita harus memperhatikan aspek akustiknya. Apabila
rancangan tersebut tidak memperhatikan aspek akustik, maka dapat dipastikan fungsi ruangan
tersebut menjadi gagal.
Beberapa kejadian akustik yang terjadi di sebuah ruangan adalah room modes, reflection
(pantulan), absorbtion (penyerapan), diffusion (penyebaran), diffraction (pembayangan), dan
lain-lain. Kejadian akustik tersebut terdengar oleh pendengar sebagai gema (echo), dengung
(reverberation), bass boomy-flat, dan lain- lain. Banyaknya gema, panjangnya dengung, dan
lain sebagainya apabila digabung, akan membentuk sebuah karakteristik akustik ruangan.
Contoh karakteristik akustik di sebuah multi function room adalah terdengarnya suara
berulang (gema), waktu dengung ruangan (reverberation time) yang cukup panjang sampai
dengan tujuh detik, serta karakter suara yang berubah menjadi lebih berat dan gelap. Apabila
kita membuat event seminar di ruangan seperti itu, maka artikulasi kata-kata pembicara yang
terdengar akan tumpang tindih. Selain itu, suara pembicara terdengar lebih dalam dan gelap
sehingga membuat pendengar menjadi sulit untuk mendengarkan seminar tersebut. Dan
apabila kita membuat acara musik, maka suara musik terdengar tumpang tindih dengan
artikulasi nada yang tumpul.
Analisis karakteristik akustik ruangan secara subjektif memiiki kelemahan, yaitu hasil
analisis tidak akurat apabila dilakukan oleh orang yang telinganya tidak terlatih dan tidak
mempunyai pengalaman. Ada beragam jenis alat ukur aksutik mulai dari yang sederhana,
seperti real time analyzer, sampai alat ukur yang menyeluruh yang dapat mengukur
reverberation time, dan parameter akustik spesifik, seperti EDT, D50, C50, dan sebagainya.
Selain itu, kita juga dapat menganalisis karaketeristik akustik sebuah ruangan dengan
simulasi perangkat lunak akustik, seperti Odeon atau EASE-AURA.
Data hasil pengukuran akustik atau data output simulasi akustik ruang kemudian dianalisis
untuk menentukan langkah-langkah yang diambil. Misalnya, menurunkan reverberation time
atau mengeliminasi echo tanpa mengurangi reverberation.
Metode penetapan sasaran kualitas melalui psiko akustik adalah dengan melakukan survei
terhadap sekelompok orang yang akan menggunakan ruangan tersebut untuk mendapatkan
parameter akustik yang ideal. Penetapan sasaran kualitas akustik berdasarkan psiko akustik
lebih tepat diterapkan pada ruangan untuk mendengarkan musik karena setiap orang ingin
mendengarkan suara musik dengan sebaik-baiknya. Akan tetapi, terkadang preferensi akustik
setiap orang berbeda-beda sehingga digunakan metode survei untuk mendapatkan parameter
yang tidak jauh dari harapan pengguna ruangan.
Metode manakah yang lebih tepat dan bagaimana cara mendapatkan parameter yang ideal?
Untuk itu, diperlukan pengetahuan dan pengalaman yang cukup untuk dapat menentukan
standardisasi yang sesuai untuk kondisi di Indonesia.
Berikut ini adalah beberapa jenis bahan dan panel akustik peredam suara brand Acourete:
Acourete Fiber
Acourete Fiber adalah bahan peredam suara dengan densitas beragam densita mulai 300, 600,
800 dan 1000. Acourete Fiber terbuat dari anyaman serabut poly-propilene halus. Acourete
Fiber memiliki kekuatan serap suara yang sama atau lebih baik dibandingkan bahan peredam
lain yang tebalnya 10 kali lebih tebal. Berwarna putih dengan lebar 1.5m dan tebal mulai dari
4mm.
Acourete Board
Acourete Board adalah bahan peredam suara berpori yang berbentuk softboard. Material ini
terbuat dari serat polyester yang dipadatkan dengan densitas 230 kilogram per meter kubik.
Material ini memiliki panjang 1.2 meter, lebar 0.6 meter, dan tebal 9 milimeter.
Acourete Sinewave
Acourete Sinewave adalah polisilinder difuser yang bekerja efektif pada frekuensi tinggi.
Modul ini didesain dengan menggunakan software CAD. Untuk pembuatan moulding, kami
menggunakan teknologi CAM. Acourete Sinewave terbuat dari bahan plastik. Acourete
Sinewave tersedia dalam dua warna, yaitu coklat dan hitam. Panel ini dapat dipasangkan
dengan beragam pola. Pemasangan mudah dan cepat dengan sekrup yang telah disediakan.
Acourete Board Panel adalah sebuah panel peredam suara yang memiliki redaman suara pad
frekuensi mid-bass dan treble. Redaman suara pada mid-bass berfungsi untuk mengatasi
resonansi (room modes) dan redaman suara pada frekuensi tinggi berfungsi untuk meredam
pantulan awal, echo, dan reverberasi.
Acourete Diffuser
Acourete Diffuser adalah Quadratic Residue Diffuser dengan bilangan prima tujuh. Panel ini
bekerja dengan baik pada range 500 Hz 4000 Hz. Acourete Diffuser tersedia dalam dua
model ukuran, yaitu 712 dan 706. Panel ini dibuat dari kayu MDF dan diselesaikan
menggunakan cat epoxy untuk mengurang penyerapan suara oleh material MDF. Acourete
Diffuser tersedia dalam dua pilihan warna, yaitu coklat dan hitam. Panel ini memiliki double
mounting system sehingga dapat dipasang vertikal pada dinding atau horizontal pada plafon.
Mendesain Bahan Akustik Peredam Suara
Setelah mengetahui jenis, jumlah, dan lokasi pemasangan bahan akustik peredam suara,
tantangan berikutnya adalah memikirkan metode pemasangan, faktor keamanan, dan
kesehatan, kemudahan perawatan, dan keindahan penampilan ruangan. Untuk mencapai hasil
desain yang terbaik, diperlukan kerja sama yang baik pula antara perencana akustik,
perencana arsitekur, dan kontraktor pelaksana.
Perlu dipikirkan untuk membuat rencana metode pemasangan bahan akustik peredam yang
rapi, mudah, ekonomis, dan aman. Faktor keamanan bahan akustik peredam suara adalah
apakah bahan tersebut memenuhi syarat keamanan atau tidak terhadap kebakaran. Banyak
beredar bahan akustik peredam suara yang murah, tetapi dapat membahayakan kesehatan
karena mengandung bahan yang yang menyebabkan gatal, gangguan pernapasan, dan dapat
menimbulkan penyakit yang mematikan untuk jangka waktu yang panjang. Faktor
kemudahan perawatan juga merupakan hal yang perlu dipertimbangkan, seperti debu yang
menempel, bahan yang menyerap kelembaban, dan dapat dibersihkan dengan mudah.
Hal terakhir yang tidak kalah penting adalah unsur keserasian bentuk dan warna bahan
akustik peredam suara dengan desain interior ruangan. Mencari yang cocok agar tampilan
bahan akustik peredam suara tidak mengganggu keindahan desain interior. Sehingga, hasil
akhir ruangan tersebut terasa indah di mata serta indah pula di telinga kita.
Jadi, bahan akustik peredam suara yang bagus itu sifatnya relatif. Tidak mutlak harus
memakai bahan ini atau itu. Semuanya bergantung pada kebutuhan yang diinginkan dan
kondisi kontur bangunan. Ibaratnya sebuah pakaian, tidak melulu pakaian yang bagus atau
yang mahal cocok dikenakan setiap orang. Dilihat juga dari bahan pakaiannya, bentuk tubuh
orangnya, situasi lokasinya, dan lain sebagainya. Kurang lebih seperti itu pengibaratannya.
Pasang panel akustik peredam suara sesuai dengan kebutuhan kita dan kontur bangunannya.
Sumber : www.acourete.com
Menetralisir Gema Ruang Dengar
Tulisan ini adalah lanjutan dari tulisan artikel akustik #1 Mengukur Resonansi Ruang
Dengar.
Setelah mendapatkan dimensi ruang dengar yang ideal tahap selanjutnya adalah mengukur
gema ruang dengar dan menetralisir gema ruang dengar.
Setiap ruang dengar memiliki gema dan gema di satu ruang berbeda dengan ruang yang lain.
Untuk ruang dengar kita membutuhkan gema yang terkontrol bukanlah gema yang di serap
habis. Gema yang terkontrol akan memberikan nuansa ruang live musik yang baik.
Gema ruang mempunyai besaran: (1) Waktu gema dengan satuan detik dan (2) Frekuensi
pantul/serap dengan satuan Hertz.
1. WAKTU GEMA
Waktu gema yang ideal untuk ruang dengar dengan volume 300 kubik feet adalah 0.9 detik
dan 20,000 kubik feet sebesar 1.4 detik.
Jika ruang dengar anda besarnya 10,150 kubik feet maka ideal nya waktu gemanya adalah
1,15 detik. Tetapi kenyataannya waktu gemanya adalah 1.7 detik maka anda membutuhkan
material serap suara. Dan sebaliknya jika waktu gemanya hanya 0,7 detik maka ruang
tersebut banyak terdapat material serap suara.
Ada beragam metode pengukuran waktu gema tetapi yang paling sering di gunakan adalah
RT 60. RT singkatan dari Reverberation Time dan 60 mewakili 60dB. RT 60 memiliki
definisi: waktu yang dibutuh kan suara untuk melemah sebanyak 60dB.
2. FREKUENSI GEMA
Setiap material memiliki karakter serap dan pantul yang berbeda untuk frekuensi yang
berbeda. Misalnya material semen cenderung untuk memantulkan nada tinggi dan untuk
nada rendah di teruskan. Sedangkan karpet cenderung untuk menyerap nada tinggi dan
meneruskan nada rendah. Sering saya melihat orang membuat ruang studio atau ruang audio
dengan memasang karpet di lantai dan dinding. Ruang seperti ini cenderung untuk
memberikan efek suara yang boomy (dengung) dengan detail suara yang tidak baik.
Tabel dibawah ini adalah koefisien serap/pantul pada frekuensi yang berbeda
(0,049) Volume
RT60 = -----------------------------------------------------------
Luas permukaan x koefisien serap/pantul (sabins)
Dengan rumus dan koefisien sabins maka anda dapat mengukur frekuensi gema ruang dengar
anda.
Berikut contoh soal perhitungan frekuensi gema ruang dengar.
Jika kita mempunyai ruang dengar dengan dimensi: Panjang 21.8 feet; Lebar 15.8 feet dan
tinggi 7.9 feet maka kita volume ruang dengar tersebut adalah 2721.076.
Sebelum treatment ruang dengar tersebut memiliki komposisi permukaan sbb: Lantai beton,
dinding semen dan plafon juga semen. Bisa kita lihat tabel perhitungan dan grafik frekuensi
gema sbb:
Luas
125 2 4
Hz 250 500 1 kHz kHz kHz
Material Sq ft a Sa Hz a Sa Hz a Sa a Sa a Sa a Sa
Lantai
Beton 344.44 0.01 3.4444 0.015 5.1666 0.015 5.1666 0.02 6.8888 0.02 6.8888 0.02 6.8888
Dinding 940 0.29 272.6 0.1 94 0.05 47 0.04 37.6 0.07 65.8 0.09 84.6
Total
serap
sabins 276.0444 97.4444 52.1666 44.4888 72.6888 91.4888
Waktu
gema
(detik) 0.48301 1.36829 2.55590 2.99699 1.83429 1.45736
Setelah dianalisa dan dihitung dengan cermat maka dipilihlah material akustik dengan
komposisi: Karpet, dinding berlapis dengan isi fiberglass. Maka dapat kita lihat perbedaan
nya dengan melihat perhitungan dan grafik dibawah ini:
1 2 4
Sq 125 250 500 kHz kHz kHz
Material ft Hz a Sa Hz a Sa Hz a Sa a Sa a Sa a Sa
Carpet w/40-
ounce felt 345 0.08 27.6 0.24 82.8 0.57 196.65 0.69 238.05 0.71 244.95 0.73 251.85
1/2" drywall 840 0.29 243.6 0.1 84 0.05 42 0.04 33.6 0.07 58.8 0.09 75.6
1/2" drywall
covered in 1"
Fiberglass 100 0.29 29 0.1 10 0 0 0 0
1" Fiberglass 100 0.01 1 0.21 21 0.68 68 0.85 85 0.9 90 0.97 97
Total
Absorption,
sabins 301.2 197.8 306.65 356.65 393.75 424.45
Reverberation
Time, seconds 0.442672 0.674078 0.434804 0.373848 0.338623 0.314131
Dari contoh soal diatas kita lihat bahwa setelah treatment frekuensi gema ruang menjadi lebih
datar (flat).
Demikian artikel mengenai perhitungan gema ruang dengar serta cara menetralisir nya.
Semoga berguna.
Salam
Herwin Gunawan
Pentingnya Desain Akustik Untuk Ruangan
Rapat, Kantor, Kelas, Auditorium Hall,
Sekolah, Musik Hall
Seringkali kita mendengar orang mengeluh tentang akustik sebuah ruang. Keluhan seperti
tidak jelasnya dialog yang di ucapkan oleh panelis dalam sebuah konferensi, musik yang
terdengar hingar bingar pada sebuah konser musik rock, tidak dapat berbicara dengan tenang
pada meja makan di sebuah rumah makan karena noise level yang tinggi, pengumuman
jadwal penerbangan yang tidak terdengar jelas di sebuah airport.
Hal tersebut diatas terjadi karena perencanaan ruang tersebut tidak melibatkan konsultan
akustik dalam tahap awal perencanaan ruang, yang mengakibatkan ruangan yang telah di
desain secara indah menjadi mubasir akibat kegagalan akustik.
Salah satu hal penting yang perlu di perhitungan pada saat perencanaan ruang yang
melibatkan audiens adalah nilai RT60 yang sesuai dengan peruntukan ruang. Definisi RT 60
dapat dibaca pada artikel saya sebelumnya: Bahan peredam suara dalam mengatasi gema
perhitungan RT60.
Dalam tulisan ini saya akan memberikan beberapa contoh soal perencanaan desain akustik
yang benar yang memberikan kepuasan pada audiens serta pemilik ruangan tersebut.
Contohnya pertama adalah saat merancang sebuah ruangan konferensi dengan audiens
maksimal 800 orang dimana 80% aktifitas utama audiens dalam ruangan tersebut adalah
mendengarkan dialog. Maka diperlukan perencanaan nilai RT60 yang cocok sehingga
audiens dapat mendengarkan kejernihan dan kejelasan dialog tanpa adanya gangguan berupa
perkataan yang bertumpuk akibat pantulan suara yang terjadi di ruangan tersebut.
Gambar 1. Desain awal sebuah ruang konferensi
Ruang Konferensi yang baik memerlukan desain akustik yang benar. RT 60 adalah salah
satu aspek terpenting dalam perencanaan akustik ruang pada sebuah ruang konferensi.
Hal sebaliknya adalah merancang ruangan concert hall dengan audiens sekitar 2000 orang
yang mana di dalam ruangan tersebut 90% aktifitas utama audiens adalah mendengarkan
pagelaran musik akustik.
Pagelaran sebuah musik orkestra umumnya jarang menggunakan mikrofon dan pengeras suara. Sumber suara berupa suara
musik dari seksi alat musik gesek, soprano, tenor dan sebagainya dapat terdengar dengan baik oleh 1000 audiens berkat
bantuan pantulan dan difusi suara yang telah di rancang dengan baik oleh desainer akustik ruang tersebut.
Sydney opera house dengan kapasitas 2800 orang, salah satu ruang konser orkestra dan
theater dengan desain akustik terbaik di dunia, memiliki RT dan EDT 2.1 detik.
Dari dua contoh diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan utama audiens dalam ruangan dan
sumber suara adalah dasar untuk menentukan rancangan akustik.
Berdasarkan list suara yang di dengar oleh audiens diatas arsitek dan akustisi membagi
fungsi ruang sebagai berikut:
Dan berdasarkan list ruangan tersebut diatas, para akustisi dunia sepakat untuk membuat RT
minimum dan maksimal untuk masing masing ruangan yang disebutkan diatas sebagai
berikut:
Dengan banyaknya masalah yang kami terima berkenaan dengan masalah tersebut di atas
maka kami membuat artikel yang dapat membantu pembaca untuk menganalisa permasalahan
serta mencari solusi yang tepat.
1.Jendela:
a.Analisa: kebocoran suara melalui celah dan kaca jendela yang tipis
b.Investigasi: mendekatkan telinga ke jendela untuk memastikan apakah ada kebocoran suara
yang masuk melalui celah atau kaca jendela atau keduanya
c.Solusi: mengganti jendela dengan jendela soundproof, menambah jendela baru, membuat
faade di depan jendela, merapatkan celah jendela, mengganti kaca jendela dengan yang lebih
tebal, memasangkan bahan insulasi suara pada kaca jendela.
2.Pintu
a.Analisa: kebocoran suara melalui celah dan panel pintu yang tipis
b.Investigasi: mendekatkan telinga kepintu untuk memastikan apakah ada kebocoran suara
yang masuk melalui celah atau panel pintu atau keduanya
c.Solusi: mengganti pintu dengan pintu soundproof, menambah pintu baru, merapatkan celah
pintu, memasangkan bahan insulasi suara pada panel pintu.
3.Ventilasi udara
a.Analisa: kebocoran suara melalui atap genteng dan plafon gypsum atau sejenis
b.Investigasi: mendekatkan telinga ke plafon untuk memastikan apakah ada kebocoran suara
yang masuk melalui plafon
Penutup
Mungkin masih terdapat beberapa media kebocoran suara, analisa masalah, metode
investigasi ataupun solusi yang belum kami tuliskan pada tulisan ini, untuk itu kami
mengharapkan masukan dari para pembaca. Demikianlah artikel singkat mengenai cara
mencari solusi yang tepat untuk gangguan kebisingan yang disebabkan oleh pengeras suara
dari kegiatan beribadah di masjid. Semoga dapat memberikan manfaat bagi pembaca semua.
Untuk mendapatkan sebuah ruangan yang berkinerja baik secara akustik, ada beberapa
kriteria akustik yang pada umumnya harus diperhatikan. Kriteria akustik tersebut secara
ringkas adalah sebagai berikut:
1. Liveness : kriteria ini berkaitan dengan persepsi subjektif pengguna ruangan terhadap
waktu dengung (reverberation time) yang dimiliki oleh ruangan. Ruangan yang live, biasanya
berkaitan dengan waktu dengung yang panjang, dan ruangan yang death berkaitan dengan
waktu dengung yang pendek. Panjang pendeknya waktu dengung yang diperlukan untuk
sebuah ruangan, tentu saja akan bergantung pada fungsi ruangan tersebut. Ruang untuk
konser symphony misalnya, memerlukan waktu dengung 1.7 2.2 detik, sedangkan untuk
ruang percakapan antara 0.7 1 detik.
2. Intimacy : Kriteria ini menunjukkan persepsi seberapa intim kita mendengar suara yang
dibunyikan dalam ruangan tersebut. Secara objektif, kriteria ini berkaitan dengan waktu tunda
(beda waktu) datangnya suara langsung dengan suara pantulan awal yang datang ke suatu
posisi pendengar dalam ruangan. Makin pendek waktu tunda ini, makin intim medan suara
didengar oleh pendengar. Beberapa penelitian menunjukkan harga waktu tunda yang
disarankan adalah antara 15 35 ms.
4. Warmth vs Brilliance: Kedua kriteria ini ditunjukkan oleh spektrum waktu dengung
ruangan. Apabila waktu dengung ruangan pada frekuensi-frekuensi rendah lebih besar
daripada frekuensi mid-high, maka ruangan akan lebih terasa hangat (warmth). Waktu
dengung yang lebih tinggi di daerah frekuensi rendah biasanya lebih disarankan untuk
ruangan yang digunakan untuk kegiatan bermusik. Untuk ruangan yang digunakan untuk
aktifitas speech, lebih disarankan waktu dengung yang flat untuk frekuensi rendah-mid-
tinggi.
5. Texture: kriteria ini menunjukkan seberapa banyak pantulan yang diterima oleh pendengar
dalam waktu-waktu awal (< 60 ms) menerima sinyal suara. Bila ada paling tidak 5 pantulan
terkandung dalam impulse response di awal 60 ms, maka ruangan tersebut dikategorikan
memiliki texture yang baik.
6. Blend dan Ensemble: Kriteria Blend menunjukkan bagaimana kondisi mendengar yang
dirasakan di area pendengar. Bila seluruh sumber suara yang dibunyikan di ruangan tersebut
tercampur dengan baik (dan dapat dinikmati tentunya), maka kondisi mendengar di ruangan
tersebut dikatakan baik. Hal ini berkaitan dengan kriteria bagaimana suara di area panggung
diramu (ensemble). Contoh, apabila ruangan digunakan untuk konser musik symphony, maka
pemain di panggung harus bisa mendengar (ensemble) dan pendengar di area pendengar juga
harus bisa mendengar (blend) keseluruhan (instruments) symphony yang dimainkan.