You are on page 1of 33

PRAKTIKUM I

MENGUKUR KEBULATAN

A. Pendahuluan
Menurut JIS ( B0651 1984), Kebulatan di definisikan sebagai
jumlah dari deviasi bentuk lingkaran dari sebuah lingkaran pasti
geometris. Disini bentuk lingkaran adalah sebuah bentuk yang
dispesifikasikan menjadi sebuah lingkaran sebagai sebuah bentuk bidang
atau bagian silang dari sebuah permukaan yang berotasi. Kebulatan di
tentukan oleh perbedaan antara jari jari lingkaran konsentris yang dekat
dengan bentuk lingkaran yang dipertimbangkan ketika jarak antara dua
lingkaran minimum, kebulatan dinyatakan sebagai kebulatan mm atau
kebulatan m.

B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan melaksanakan praktikum mengukur kebulatan adalah
sebagai berikut
1. Untuk mengetahui kerusakan dan kelainan pada alat ukur
2. Untuk mengetahui proses pengukuran kebulatan dan dapat
mengaplikasikan dalam kehidupan sehari hari.

C. Dasar Teori
Tiga metode konvensional untuk mengukur kebulatan di antara nya
metode diameter, metode radius dan metode tiga point di deskripsikan
dalam bagian berikut:
1. Pengukuran kebulatan menggunakan metode diameter
Diameter profil lingkaran diukur menggunakan sebuah mikrometer
pada beberapa sudut yang berbeda di sekitar sumbu pusat dari benda
kerja.kebulatan di ekspresikan sebagai perbedaan antara maksimum

1
dan minimum diameter terukur. Kebulatan suatu dapat di tentukan
dalam cara yang sama menggunakan sebuah mikrmeter dalam. Ini
sebuah metode yang sederhana yang efektif untuk mengukur bagian
bagian biasa. Sejak definisi baru di perkenalkan evaluasi para meter ini
harus menunjuk kepada keseragaman diameter

Gambar mengukur kebulatan menggunakan metode diameter

2. Pengukuran kebulat menggunakan metode radius


Benda kerja di ganjal pada sebuah pusat sepanjang sumbu pusatnya
dan di rotasikan. Sebuah dial indikator mengukur penempatan jari
jari sebuah bagian silang pada interval siku siku spesifik. Kebulatan
di tentukan sebagai perbedaan antara pembacaan indicator

Gambar mengukur kebulatan menggunakan metode radius

2
3. Pengukuran kebulatan menggunakan metode 3 point
Pengukuran kebulatan menggunakan metode 3 point, membutuhkan V-
block, sebuah saddel gage atau tripod gage seperti di tujukan pada
gambar berikut (a) benda kerja di dukung pada dua point dengan v
block. Dial indicator menyentuh benda kerja pada dua bidang sudut
terbentuk oleh dua wadah dari bentuk v block . benda kerja di
rotasikan dan kebulatan di tentukan sebagai perbedaan maksimum
antara pembacaan indicator. Saddle gage di gunakan untuk mengukur
besarnya diameter benda kerja dan tripod gage di gunakan untuk
diameter dalam. Bagaimana pun ketepatan pengukuran dengan metode
3 point tergantung dari sudut v block dan bentuk profil benda kerja.

Gambar pengukuran kebulatan menggunakan metode 3 point

D. Alat alat yang diperlukan :


1. Kertas milimeter
2. Spesimen poros
3. V - Block
E. Pelaksanaan
1. Langkah kerja
- Tulis nilai yang ingin di ukur pada kertas milimeter blok
- Tempelkan kertas tersebut pada spesimen poros
- Letakkan spesimen pada benda v block
- Putar spesimen tersebut dan baca nilai kebulatan pada dia indicator
dari alat ukur
- Nilai kebulatan muncul pada dial indicator

3
2. Hasil pengamatan

NO Sudut Uji I Uji II Uji III Rata - Rata keterangan


0,0 0 0 0 0 0
0,5 12 2 1 1 1.3
1,0 24 10 1 2 4.3
1,5 36 -2 -3 1 -1.3
2,0 48 -8 -8 -3 6.3
2,5 60 -8 -8 --4 6.7
3,0 72 -8 -8 -6 7.3
3,5 84 -9 -9 -7 -8.3
4,0 96 -8 -8 -6 -7.3
4,5 108 -8 -6 -6 -6. 7
5,0 120 -8 -6 -5 -6.3
5,5 132 -8 -6 -5 -6.3
6,0 144 -8 -6 -5 -6.3
6,5 156 -6 -6 -5 -5.6
7,0 168 -6 -6 -5 -5. 7
7,5 180 2 -1 -2 -0.3
8,0 192 -3 0 1 -0. 7
8,5 204 -6 -2 0 -2. 7
9,0 216 -7 -4 -2 -4.3
9,5 228 -7 -4 -2 -4.3
10,0 240 -8 -4 -2 -4.7
10,5 252 -8 -4 -2 -4. 7
11,0 264 -4 5 -2 -0.3
11,5 276 -4 -3 4 -1
12,0 288 -4 -3 -1 -2. 7
12,5 300 -5 -3 -1 -3
13,0 312 -2 5 -5 -0. 7
13.5 324 1 2 1 1.3

4
Kebulatan
8
6
4
2
0
-2
-4
-6 R2

-8
-10 R1
Kebulatan

Error adalah selisih antara Jari-jari terkecil dengan jari-jari terbesar. Maka data di
atas dapat diperoleh :
R1 = -8.3
R2 = 7.3

-8.3 - 7.3 = -15.6

F. Penutup
1. Kesimpulan

Terliahat jelas bahwa benda ukur tidak bulat yang di ukur pada setiap
setengah sentimeter pada keliling lingkaran tersebut. Jika benda di
lihat oleh mata benda ini terlihat mulus dan melingkar. Kenyataanya
setelah di ukur dan di lihat dari grafik di atas, benda di atas tidak bulat

2. Saran
Alat-alat Ukur yg dugunakan harus di cek dulu keprsisiannya sebelum
digunakan untuk mengukur suatu benda.

5
PRAKTIKUM II
MENGUKUR DIMENSI

A. Pendahuluan
Sebagian besar pengukuran geometris benda ukur dalam metrologi
industri adalah menyangkut pengukuran linier atau pengukuran panjang
(jarak), diameter poros, tebal gigi, tinggi, lebar, kedalaman,
perhitungansudut dengan metode sinus atau tangent, kesemuanya itu
merupakan contoh dari dimensi panjang (linier) dari benda ukur yang
memangmempunyai variasi bentuk panjang yang bermacam-macam.
Untuk itu perlu dipelajari bagaimana cara mengukurnya dan alat-alat ukur
apa saja yang bisa digunakan untuk mengukurnya.oleh karena itu dasar
dasar penguran tersebut sangat di perlukan untuk mengukur dimensi suatu
benda yang ingin di ukur.

B. Tujuan praktikum
Adapun tujuan praktikum mengukur dimensi adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui alat ukur digunakan untuk mengukur dimensi suatu benda
2. Mengetahui cara menggunakan alat ukur tersebut
3. Dapat melakukan praktikum dengan baik

C. Dasar teori
Ada beberapa jenis alat ukur yang dapat di gunakan untuk mengukur
dimensi suatu alat ukur yaitu sebagai berikut
1. Mikrometer
Alat ukur linier langsung yang juga termasuk alat ukur presisi
adalah mikrometer. Mikrometer inipun mempunyai bentuk yang
bermacam - macam yang disesuaikan dengan bentuk yang bermacam-
macam yang disesuaikan dengan bentuk dari benda ukur. Bagian yang
sangat penting dari mikrometer adalah ulir utama. Dengan adanya ulir

6
utama kita dapat menggerakkan poros ukur menjauhi dan mendekati
permukaan bidang ukur dari benda ukur.
Ulir utama ini dibuat sedemikian rupa sehingga satu putaran ulir
utama dapat menggerakkan sepanjang satu kisaran tergantung dari
jarak kisar (pitch) ulir. Berarti di sini gerak rotasi diubah menjadi
gerak traslasi. Jarak kisar ulir biasanya dibuat 0.05 mm. Pada ulir
utama inilah biasanya terjadi kesalahan kisar. Bila diamati kesalahan
kisar ini mulai dari awal gerak sampai batas akhir akan terjadi
kesalahan kisar yang biasanya disebut dengan kesalahan kumulatif.
Untuk mengurangi kesalahan kumulatif dari kisar ulir utama maka
biasanya panjang ulir utama hanya dibuat sampai 25 mm yang berarti
panjang poros ukur maksimum hanya 25 mm (panjang yang bisa
dicapai oleh maju mundurnya poros ukur). Untuk pengukuran yang
berjarak lebih besar dari pada 25 milimeter maka biasanya dibuat
landasan tetap yang dapat diganti-ganti.
Secara umum, tipe dari mikrometer ada tiga macam yaitu
mikrometer luar (outside micrometer), mikrometer dalam (inside
micrometer) dan mikrometer kedalaman (depth micrometer).
Meskipun mikrometer ini terbagi dalam tiga tipe yang masing-masing
tipe mempunyai bermacam-macam bentuk, akan tetapi komponen-
komponen penting dan prinsip baca skalanya pada umumnya sama.

Gambar mikrameter kedalaman

7
D. Alat alat yang di perlukan

- Blok ukur
- mikrometer kedalaman
- spesimen blok machine
- kaca pembesar
E. Pelaksanaan

1. Langkah Kerja
- Untuk mengukur kedalaman mechine masukkan mikrometer
kedalam blok tersebut
- Putar sleeve hingga menjepit dinding dinding blok
- Lihat angka pada mikrometer kemudian hitung secara bertahap
- Jika melewati satu kali putaran maka di tambah 0,5
- Kemudian semua hasilnya dijumlahkan supaya mendapatkan hasil
kedalaman yang di inginkan
2. Hasil pengamatan

1 2 3

8
F. Penutup

Kesimpulan

Karena kesalahanya sangat kecil tidak dapat dilihat langsung dengan


mata,jadi dengan adanya metode pengukuran ini kita dapat memperbaiki
dan menghasilkan produk yang hamper sempurna.

Saran

Alat-alat Ukur yg dugunakan harus di cek dulu keprsisiannya sebelum


digunakan untuk mengukur suatu benda.

9
PRAKTIKUM III
MENGUKUR KELURUSAN

A. Pendahuluan
Pengukuran kelurusan pada dewasa ini sangat banyak di gunakan
untuk mengukur kelurusan suatu benda yang ingin di ukur Suatu
permukaan benda dikatakan lurus bila bidang permukaan tersebut
berbentuk garis lurus seandainya digambarkan dalam bentuk garis.
Artinya demikian, suatu benda yang diperiksa kelurusan
permukaannya dalam panjang tertentu, ternyata dalam
pemeriksaannya tidak ditemukan adanya penyimpangan bentuk ke
arah horizontal atau vertikal yang berarti, maka dikatakan permukaan
benda tersebut adalah lurus. Dan kalau digambarkan secara grafis
maka akan diperoleh bentukgaris lurus.

B. Tujuan praktikum
Adapun tujuan praktikum mengukur kebulatan adalah sebagai berikut
1. Untuk mengetahui jenis alat ukur yang di gunakan untuk mengukur
kelurusan
2. untuk mencari kesalahan pada benda ukur ( alat ukur )
3. dapat mengaplikasikan dalam kehidupan

C. Dasar Teori
1. Pemeriksaan kelurusan dengan Mistar Baja
Pemeriksaan kelurusan dengan menggunakan mistar baja pada
dasarnya tidak untuk mencari berapa besarnya ketidaklurusan suatu
permukaan benda, melainkan hanya untuk melihat apakah
permukaan benda tersebut mempunyai penyimpangan pada
dimensi kelurusannya atau tidak. Oleh karena itu, dalam
pemeriksaannya tidak diperhatikan skala ukurnya. Sebagai contoh,

10
misalnya akan memeriksa kelurusan] benda kerja yang berbentuk
balok seperti tampak pada Gambar dibawah ini.

Gambar memeriksa kelurusan permukaan dengan mistar baja

2. Pemeriksaan kelurusan dengan jam ukur ( dial indicator )


Dengan menggunakan jam ukur maka bisa diketahui besarnya
penyimpangan dari kelurusan suatu permukaan benda ukur. Karena
setiap perubahan jarak yang dialami oleh sensor jam ukur akan
ditunjukkan oleh jarum penunjuk jam ukur tersebut. Pemeriksaan
kelurusan dengan jam ukur ini bisa digunakan untuk melihat
kelurusandalam arah horizontal (penyimpangan ke kiri atau ke
kanan) dankelurusan dalam arah vertikal (penyimpangan ke atas
atau ke bawah).
Agar pemeriksaan memberikan hasil yang teliti maka
pelaksanaannya harus dilakukan di atas meja rata (surface table).
Antara benda ukur dengan landasan jam ukur harus diberi pelat
lurus (straight edge) atau yang sejenis agar gerakan dari jam ukur
tetap stabil sehingga tidak merubah posisi penekanan sensor
terhadap muka ukur. Pada waktu meletakkan sensor pada muka
ukur sebaiknya jarum penunjuk menunjukkan skala pada posisi
nol. Seandainya muka ukurnya relatif panjang maka sebaiknya
panjang muka ukur tersebut dibagi dalam beberapa bagian yang

11
besarnya jarak tiap-tiap bagian tergantung pada pertimbangan si
pengukur sendiri. Antara bagian satu dengan yang lain diberi tanda
titik atau garis pendek/strip. Pada masing-masing titik inilah
nantinya dapat digambarkan besarnya penyimpangan dari
kelurusan muka ukur. Dengan demikian dapat diketahui bagian-
bagian mana darimuka
ukur yang tidak lurus. Sebagai contoh dapat dilihat Gambar.
berikut ini.

(a) ( b)

Gambar a. memeriksa kelurusan untuk arah penyimpangan horizontal

b. memeriksa kelurusan untuk arah penyimpangan vertikal

Dalam menggambarkan besarnya penyimpangan kelurusan dalam bentuk


grafik biasa dibutuhkan tanda minus (-) untuk penyimpangan negatif dan tanda
plus (+) untuk penyimpangan positif. Untuk menentukan mana penyimpangan
yang bertanda minus danpenyimpangan yang bertanda plus tergantung pada si
pengukurnya sendiri. Biasanya yang banyak dilakukan oleh orang adalah bahwa
kalau penyimpangan ke arah atas atau ke kanan maka penyimpangan diberi tanda
plus (+) dan sebaliknya bila terjadi penyimpangan ke arah bawah atau ke kiri

12
maka penyimpangannya diberi tanda minus (-). Penyimpangan dengan tanda
positif atau negatif bukan berarti bertanda positif (+) lebih baik dari pada yang
bertanda negatif (-).Baik penyimpangan itu bertanda positif atau negatif,
pengambilan keputusan didasarkan pada harga-harga batas yang diijinkan.
Apabila hasil pemeriksaan ternyata melampaui harga-harga batas yang diijinkan
maka dikatakan bahwa tingkat kelurusan dari muka ukur benda ukur adalah tidak
baik atau rendah, tanpa memperhatikan apakah penyimpangannya ke arah yang
bertanda plus (positif) atau ke arah yang bertanda minus (negatif). Secara grafis
dapat dilihat sebuah contoh hasil pemeriksaan kelurusan yang sudah dinyatakan
dalam bentuk garis, Gambar.

Gambar Grafik hasil pemeriksaan kelurusan permukaan benda ukur dengan


menggunakan jam ukur.

Dari Gambar diatas panjang muka ukur diambil misalnya 150 milimeter
yang dibagi menjadi 15 bagian yang sama dengan panjang masing-masing bagian
10 milimeter. Dengan demikian ada 15 titik pemeriksaan yang pada tiap-tiap
itulah dicantumkan harga pengukurannya. Dari harga-harga ini lalu dapat dibuat

13
semacam grafik seperti tampak pada Gambar 6.3. tersebut. Dengan cara di atas
nampaknya hanya cocok untuk pemeriksaan sisi muka ukur yang relatif sempit
tanpa arahnya memanjang (bagian sisi tebal benda ukur). Seandainya muka ukur
cukup lebar pada arahnya memanjangnya maka pemeriksaan kelurusan dapat
dilakukan beberapa kali pada posisi yang berbeda-beda menurut pertimbangan
yang lebih menguntungkan dalam proses pengukuran. Jadi, pemeriksaannya tidak
hanya pada satu garis, melainkan bisa lebih dari satu garis.

Pemeriksaan kelurusan dengan jam ukur tidak saja bisa dilakukan terhadap
benda berbentuk balok, tetapi juga bisa digunakan untuk memeriksa kelurusan
poros. Gambar menunjukkan salah satu contoh pemeriksaan kelurusan poros.
Analisis hasil pemeriksaannya bisa dilakukan seperti yang sudah dibicarakan di
atas (Gambar).

Gambar. Pemeriksaan kelurusan poros dengan menggunakan jam

D. Alat alat yang di perlukan


- Mistar siku
- Meja rata
- Spesimen
- Dial indicator

14
E. Pelaksanaan
1. Langkah kerja
- Letakkan spesimen pada alat ukur
- Tempelkan alat ukur pada permukaan benda / spesimen yang
ingin di ukur
- Geser alat ukur dengan hati hati dan ingat tidak boleh adanya
goyangan
- ketika alat ukur di geserkan maka jarum pada dial indicator pada
benda ukur akan bergerak
- kemudian tulis nilai nya apabila jarum indicator bergerak searah
jarum jam maka nilainya minus ( - ) dan berlawanan jarum jam
maka nilainya plus (+)
2. Hasil pengamatan

No Uji I Uji Uji III Rata - rata keterangan


II
0 0 0 0 0
1 4 5 6 5
2 8 9 9 8. 7
3 11 12 12 11. 7
4 14 16 16 15.3
5 17 19 19 18.3
6 21 23 23 22.3
7 24 26 26 25.3
8 27 29 29 28.3
9 30 33 33 32
10 34 36 36 35.3
11 37 39 39 38.3
12 40 42 43 41. 7
13 43 46 46 45
14 47 49 49 48.3
15 50 52 53 51. 7
16 54 56 56 55. 3
17 57 59 60 58. 7

15
18 62 63 63 62. 7
19 67 66 66 66.3
20 70 69 70 69. 7
21 73 72 72 72.3
22 76 76 76 76
23 79 79 79 79
24 83 82 82 82.3
25 86 85 85 85.3
26 89 88 88 88.3
27 93 92 91 92
28 96 94 94 94. 7
29 99 98 98 98. 3

Gambar. Menunjukan alat


ukur kerataan dengan skala
29
28
27 sentimeter (cm)
26
25
24
23
22
21
20
19
18
17
16
15
14
13
12
11
10
9
Di Ganjal 8
7
6
5
4
3
2
1
0

16
35

30

25

20

Series1

15


10

0
0 8. 7 15.3 22.3 28.3 35.3 41. 7 48.3 55. 362. 769. 7 76 82.3 88.3 94. 7

Besar di ukur dengan menggunakan Busur, = 40

F. Penutup

Kesimpulan

Benda yang di ukur di ganjal, sehingga pada waktu pengukuran terbentuk


sebuah sudut sebesar . Pada alat ukur, pengukurannya dilakukan setiap
satu sentimeter maka di dapat data seperti pada table di atas.

Saran

Alat-alat Ukur yg dugunakan harus di cek dulu keprsisiannya sebelum


digunakan untuk mengukur suatu benda.

17
PRAKTIKUM IV
KALIBRASI ALAT UKUR

A. Pendahuluan

Dalam metrologi industri alat ukur amat beraneka ragam, mulai


dari yang umum penggunaannya sampai yang khusus dibuat untuk tujuan
pengukuran tertentu. Pengukuran adalah proses pemberian angka2 atau
label kepada unit analisis untuk merepresentasikan atribut2 konsep. Proses
ini seharusnya cukup dimengerti orang walau misalnya definisinya tidak
dimengerti. Hal ini karena antara lain kita sering kali melakukan
pengukuran.

B. Tujuan Praktikum
Adapun tujuan dari praktikum adalah :
1. Untuk mengenal jenis jenis alat ukur yang akan digunakan dalam
pengukuran.
2. Supaya untuk lebih mahir menggunakan alat ukur.
3. Dapat digunakan dalam sehari hari.

C. Dasar Teori
1. Alat Ukur Linear Langsung
Pengukuran linier merupakan pengukuran yang sering dilakukan. Dari cara
pengukurannya dikenal dua jenis alat ukur linier, yaitu alat ukur linier
langsung dan alat ukur linier tak langsung. Dengan alat ukur linier langsung
maka hasil pengukuran dapat langsung dibaca pada bagian penunjuk (skala)
dan atat ukur tersebut.

MISTAR INGSUT

Mistar ingsut kadang-kadang disebut mistar geser, jangka sorong,


jangka geser atau schuifmaat. Prinsipnya sama seperti mistar ukur
yaitu dengan adanya skala linier pada batangnya, sedangkan
perbedaannya terletak pada cara pengukuran obyek ukur. Pada mistar

18
ingsut dibuat rahang ukur tetap dan rahang ukur gerak yang berfungsi
sebagai sensor yang menjepit benda ukur sewaktu melakukan
pengukuran.

Gambar mistar ingsut nonius

1. Kunci luncur 6. Penggerak halus

2. Kunci penggerak halus 7. Peluncur

3. Skala utama 8. Sensor (rahang gerak)

4. Batang 9. Rahang tetap

5. Lidah pengukur kedalaman 10.Nonius

MIKROMETER

Mikrometer merupakan alat ukur linier yang mempunyai


kecermatan yang lebih baik dibandingkan mistar ingsut.
Mikrometer memiliki kecermatan sampai 0,01 mm, dan tidak
mencapai satu mikrometer (meskipun namanya adalah
mikrometer). Tetapi terkadang terdapat pula mikrometer yang
dibuat dengan kecermatan 0,005 mm, 0,002 mm, 0,00 1 mm dan
bahkan sampai 0,0005 mm (dibantu.dengan skala nonius).

19
Meskipun demikian karena keterbatasan dan ketelitian pembuatan
ulir yang merupakan komponen utama dan sistem pengubah
mikrometer ini, maka derajat kepercayaan atas hasil pengukuran
akan turun apabila mikrometer tersebut mempunyai kecermatan
yang lebih kecil dan 0,005 mm.

Gambar Bagian-bagian Mikrometer luar.

2. Pemeriksaan kerataan dan muka ukur


Kerataan dan salah satu muka ukur dapat diperiksa dengan
menggunakan Kaca Datar (Optical flat), yaitu sekeping kaca (dan gelas
atau batu Sapphire) yang mempunyai satu permukaan yang rata
dengan toleransi kerataan sebesar 0,2 m sampai 0,05 m . Setelah
muka ukur dibersihkan maka kaca datar ini diletakkan dengan hati-hati
diatasnya (pada salah satu muka ukur).

3. Mikrometer Indikator (Indicating Micrometer)

Mikrometer Indikator adalah gabungan antara mikrometer dengan


jam ukur. Sebagian dari rangka mikrometer digunakan sebagai tempat
untuk mekanisme penggerak jarum dan jam ukur. Dalam hal ini landasan
tetap dan mikrometer dapat bergerak dan berfungsi pula sebagai sensor
dari jam ukur. Jarak gerak landasan tetap sangat kecil, dengan demikian
daerah ukur dari jam ukur sangat terbatas ( 0,02 mm) akan tetapi
mempunyai kecermatan pembacaan yang tinggi (0,00 1 mm).

20
Mikrometer Indikator selain berfungsi sebagai mikrometer luar
juga dapat dipakai sebagai kaliber. Apabila dipakai sebagai mikrometer
luar maka pembacaan ukuran pada skala mikrometer dilakukan setelah
jarum pada indikator menunjuk angka nol. Dengan demikian, meskipun
mikrometer ini tidak dilengkapi dengan gigi gelincir tetapi tekanan
pengukuran dapat dijaga secukupnya dan selalu tetap.

Gambar mikrometer indikator.

D. Alat alat yang dibutuhkan


1. Kertas untuk mencatat hasil hitungannya
2. Alat mikrometer
3. Kaca pembesar
4. Blok ukur
5. Spesimen
E. Pelaksanaan
1. Langkah kerja
Untuk mencari kerataan pada spesimen digunakan mistar
ingsut dan mikrometer pada blok ukur
Catat hasil yang telah dicari dengan alat kerja
Apabila nilai yang nampak kurang jelas,maka gunakan kaca
pembesar
Nilai akan muncul pada?

21
2. Hasil pengamatan
Tinggi Toleransi Hasil pengukuran
blok mistar
Pengamat A Pengamat B
ukur ingsut
I O d i o d
0 0 0 0 0 0 0

5 5 5 5 5 5 5

10 10 10 10 10 10 10

15 15 15 15 15 15 15

20 20 20 20 20 20 20

25 25 25 25 25 25 25

F. Penutup
1. Kesimpulan
Pada data yang di peroleh, terliahat bahwa tidak ada penyimpangan
ukuran, hal ini di karenakan alat yang digunakan masih presisi dan
baru
2. Saran
Pada saat praktikum mahasiswa harus lebih teliti dalam melakukan
praktikum dimana angka angka pada alat sangat kecil.

22
PRAKTIKUM V
PENGUKURAN SUDUT

A. Pendahuluan

Satu derajat (1) adalah sudut dari 1/360 bagian dari lingkaran
sempurna. Apabila satu derajat ini dibagi dalam 60 bagian yang sama
maka terbentuklah bagian dari derajat yang disebut satu menit (1).
Selanjutnya bila satu menit dibagi lagi dalam 60 bagian yang sama maka
didapat bagian yang dikenal sebagai satu detik (1). Dengan demikian
praktis tidak diperlukan suatu standar absolut bagi satuan sudut, karena
teoritik setiap orang dapat membuat satuan sudut dengan cara membagi
suatu lingkaran.

B. Tujuan praktikum
Dapat mengenal lebih tentang pengukuran
Untuk mengetahui keakuratan sudut secara lebih detail
Supaya mempermudah digunakan

C. Dasar teori

Ada beberapa jenis alat ukur yang digunakan untuk pengukuran


sudut,di antaranya sebagai berikut :

1. Bagian busur bilah dan jenisnya

Untuk pengukuran sudut antara dua permukaan benda ukur


dengan kecermatan lebih kecil dari satu derajat, maka dapat digunakan
busur bilah.

Jenis dari busur bilah diantaranya :

Badan/Piringan dasar, berupa lingkaran penuh dengan diameter


55 mm. Pada tepi dari permukaan atas terdapat skala dengan

23
pembagian dalam derajat dan diberi nomor dan 00 - 90 - 00 -
90 (skala kiri dan kanan).
Pelat dasar, bersatu dengan piringan dasar. Panjang, lebar dan
tebal dan pelat dasar, 90 x 15 x 7 mm. dengan toleransi
kerataan 0,01 mm untuk sepanjang sisi kerja.
Piringan indeks, Pada piringan ini tercantum garis indeks dari
skala nonius sudut (skala nonius kiri dan skala nonius kanan),
biasanya dengan kecermatan sampai 5 menit.
Bilah utama, dapat diatur kedudukannya dengan kunci yang
terletak pada piringan indeks. dengan toleransi kerataan sebesar
0,02 sampai 0,03 mm untuk seluruh panjangnya.

Gambar Beberapa jenis busur bilah.

Piringan indeks dapat berputar bersama-sama dengan bilah utama


dan dapat dikunci/dimatikan kedudukannya relatif terhadap piringan dasar.
Dengan demikian sudut antara salah satu sisi dari bilah utama dengan sisi
kerja dari pelat dasar dapat dibaca pada skala piringan dasar dengan
bantuan garis indeks dan skala nonius.

24
Busur bilah universal mempunyai bilah bantu yang dipasangkan
tegak lurus terhadap pelat dasar. Kedudukan bilah bantu ini dapat diatur,
sehingga memungkinkan pengukuran sudut antara dua permukaan dengan
lebih mudah. Jenis yang lain dan busur bilah memakai sistem optik untuk
pembacaan skala sudutnya, sehingga dapat dicapai kecermatan pembacaan
sampai 2 menit.

2. Pemakaian busur bilah

Harga sudut yang ditunjukkan oleh skala pada busur bilah


adalah sudut antara sisi bilah utama dan sisi kerja dan pelat dasar, jadi
bukan sudut sesungguhnya dari benda ukur. Oleh sebab itu pemakaian
busur bilah harus dilakukan dengan seksama supaya sudut dari busur
bilah betu1-betul sesuai dengan sudut benda ukur. Tiga hal penting
yang harus diperhatikan dalam pemakaiannya adalah sebagai berikut :

Permukaan benda ukur dan permukaan kerja dari busur bilah


harus bersih. Kesalahan pengukuran dapat terjadi akibat adanya
debu atau geram dan dapat merusakkan busur bilah. Aturlah
kedudukan dari bilah utama dengan memakai kunci bilah.

Gambar Pengaturan posisi busur bilah.

Bidang dari busur bilah harus berimpit atau sejajar dengan


bidang dari sudut yang diukur (bidang normal). Apabila
kondisi ini tidak dipenuhi, maka harga sudut yang dibaca pada
busur bilah mungkin lebih kecil dari sudut benda ukur.

25
Sisi kerja dari pelat dasar dan salah satu sisi dari bilah utama
harus betul-betul berimpit dengan permukaan benda ukur, tidak
boleh terdapat celah. Untuk mempermudah pengukuran dari
benda ukur yang besar, maka kunci piringan indeks dapat
dikendorkan dan kemudian geserkan busur bilah (dengan sisi
kerja pelat dasar berimpit dengan permukaan benda ukur)
menuju permukaan yang menyudut sampai bilah utama terputar
dan berimpit dengan permukaan tersebut, Bacalah harga sudut
pada kedudukan ini, atau kunci indeks terlebih dahulu baru
dibaca harga sudutnya dengan cara memiringkan busur bilah
untuk rnempermudah pembacaan skala noniusnya (atau untuk
mengintip okuler dan busur bilah optik).

Posisi utama terhadap


pelat dasar adalah tegak
lurus. Garis indeks
(garis not nonius)
menunjuk 900

Diputar kebalikan jarum


jam

- digunakan skata nonius


kanan

- sudut yang terbaca


adalah dart bilah utama
kepetat dasar kebalikan
jarum jam

26
- sudut peturus adalah dart
pelat dasar kebitah utarna,
kebalikan jarum jam.

Diputar searah jarum jam

- digunakan skata nonius


kin

- sudut yang terbaca


adaIah dart bilah utama
kepelat dasar, searah
Jarum jam

- sudut pelurus adaIah dart


petat dasar kebitah utama,
searah jarum Jam.

Gambar Pemakaian busur bilah nionius.

D. Alat alat yang diperlukan


Blok sudut
Pisau lurus
Batang sinus
Jam ukur
Dudukan pemindah

E. Pelaksanaan

1. Langkah kerja
Ukur sudut dan (lihat gambar dibawah) dengan
memakai bilah nonius.
Pengukuran dengan harga sudut 0 dengan blok ukur dengan
cara melihat celah yang terjadi diantara permukaan benda ukur
yang lebih besar/kecil dibandingkan dengan sudut dari blok
sudut.

27
2. Hasil pengamatan

Sudut yang di ukur Pengamat A Pengamat B


Skala nonius Skala optik Skala nonius Skala optik
60 59
69 69
125 125
107 107
Jumlah 3610 3610
Teoritis 3600 3600 3600 3600
Kesalahan
Sudut : 510 510
1. = 1800 ( + )
2. = ( 1800- ) 110 110
Selisih (1) (2) 370 370

F. Penutup

1. Kesimpulan
Karena kesalahanya sangat kecil tidak dapat dilihat langsung dengan
mata,jadi dengan adanya metode pengukuran ini kita dapat
memperbaiki dan menghasilkan produk yang hamper sempurna.

2. Saran
Alat-alat Ukur yg dugunakan harus di cek dulu keprsisiannya sebelum
digunakan untuk mengukur suatu benda.

28
PRAKTIKUM VI
PENGUKURAN KERATAAN MEJA

A. Pendahuluan

Salah satu karakteristik geometris yang ideal dari suatu komponen


adalah permukaan yang halus. Dalam prakteknya memang tidak mungkin
untuk mendapatkan suatu komponen dengan permukaan yang betulbetul
halus. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, misalnya factor manusia
(operator) dan faktor-faktor dari mesin-mesin yang digunakan untuk
membuatnya. Akan tetapi, dengan kemajuan teknologi terus berusaha
membuat peralatan yang mampu membentuk permukaan komponen degan
tingkat kehalusan yang cukup tinggi menurut standar ukuran yang berlaku
dalam metrologi yang dikemukakan oleh para ahli pengukuran geometris
benda melalui pengalaman penelitian.

B. Tujuan praktikum
- Untuk mengetahui kerataan suatu permukaan
- Untuk mengetahui alat alat yang digunakan pada saat praktikum

C. Dasar teori
Batas permukaan dan parameter parameternya
Menurut istilah keteknikan, permukaan adalah suatu batas yang
memisahkan benda padat dengan sekitarnya. Dalam prakteknya, bahan
yang digunakan untuk benda kebanyakan dari besi atau logam. Oleh
karena itu, benda-benda padat yang bahannya terbuat dari tanah, batu,
kayu dan karet tidak akan disinggung dalam pembicaraan mengenai
karakteristik permukaan dan pengukurannya.
Kadang-kadang ada pula istilah lain yang berkaitan dengan
permukaan yaitu profil. Istilah profil sering disebut dengan istilah lain
yaitu bentuk. Profil atau bentuk yang dikaitkan dengan istilah permukaan
mempunyai arti tersendiri yaitu garis hasil pemotongan secara normal atau

29
serong dari suatu penampang permukaan. Untuk mengukur dan
menganalisis suatu permukaan dalam tiga dimensi adalah sulit.
Oleh karena itu, untuk mempermudah pengukuran maka
penampang permukaan perlu dipotong. Cara pemotongan biasanya ada
empat cara yaitu pemotongan normal, serong, singgung dan pemotongan
singgung dengan jarak kedalaman yang sama. Garis hasil pemotongan
inilah yang disebut dengan istilah profil, dalam kaitannya dengan
permukaan. Dalam analisisnya hanya dibatasi pada pemotongan secara
normal. Gambar dibawah menunjukkan perbedaan antara bidang dan
profil.

Gambar bidang dan profil pada penampang permukaan.


Dengan melihat profil ini maka bentuk dari suatu permukaan pada
dasarnya dapat dibedakan menjadi dua yaitu permukaan yang kasar
(roughness) dan permukaan yang bergelombang (waviness). Permukaan
yang kasar berbentuk gelombang pendek yang tidak teratur dan terjadi
karena getaran pisau (pahat) potong atau proporsi yang kurang tepat dari
pemakanan (feed) pisau potong dalam proses pembuatannya.
Sedangkan permukaan yang bergelombang mempunyai bentuk
gelombang yang lebih panjang dan tidak teratur yang dapat terjadi karena
beberapa faktor misalnya posisi senter yang tidak tepat, adanya gerakan
tidak lurus (non linier) dari pemakanan (feed), getaran mesin, tidak
imbangnya (balance) batu gerinda, perlakuan panas (heat treatment) yang
kurang baik, dan sebagainya. Dari kekasaran (roughness) dan gelombang

30
(wanivess) inilah kemudian timbul kesalahan bentuk. Untuk lebih jelasnya
lihat Gambar berikut ini.

Gambar kekerasan, gelombang, dan kesalahan bentuk dari suatu


permukaan

D. Alat alat yang diperlukan


- Alat ukur kerataan
- Meja rata
- Pelumas
-
E. Pelaksanaan
1. Langkah kerja
- Tempatkan alat ukur di meja rata
- Jalankan alat ukur ke arah vertikal,horizontal dan sisi miring
- Kemudian akan muncul hasil dari dial indikator
- Ketika jarum dial indikator bergerak ke atas searah cw maka
hasilnya positif dan kalau bergerak ke bawah searah ccw maka
hasilnya negatif.

31
2. Hasil pengamatan
8

7
-12 8 -5 -15 -3 5 -8

6
--27 -21 -16 9 -3 -5 -17

5 -16 -4 -6 -4 -5 -6 -10

4
-14 -2 -9 -13 -3 -20 -17

3 -22 -11 -8 -23 -9 -38 -20

2 -21 -10 -20 -32 -9 -5 35

1
0 -1 -11 10 -4 -10 13

1 2 3 4 5 6 7 8

Hasil Perolehan Grafik permukaan meja Perata

40
20
0
-20 1 2
3
-40 4
5
6
7

32
F. Penutup

Kesimpulan
Dari data yang diperoleh, terlihat bahwa Permukaan meja perata tidak
rata. Jika meja perata di lihat oleh mata sekilas terlihat rata. Hal ini
terlihat jalas pada grafik permukaan di atas.

Saran
Alat-alat Ukur yg dugunakan harus di cek dulu keprsisiannya sebelum
digunakan untuk mengukur suatu benda.

33

You might also like