You are on page 1of 12

HIPERBILIRUBINEMIA

A. Defenisi
Hiperbilirubinemia adalah keadaan meningginya kadar bilirubin didalam
jaringan ekstravaskuler sehingga kulit, konjungtiva, mukosa dan alat tubuh
lainnya berwarna kuning (Ngastiyah, )

B. Etiologi
Secara garis besar etiologi ikterus neonatorum dapat dibagi:
1. Produksi yang berlebihan
Hal ini melebihi kemampuan bayi mengeluarkannya , misalnya pada hemolisis
yang meningkat pada inkomptabilitas darah rh, abo, golongan darah lain,
defisiensi enzim g6-pd, piruvat kinase, perdarahan tertutup, dan sepsis.

2. Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi hepar


Disebabkan oleh imaturitas hepar, kurangnya substrat untuk konjugasi
bilirubin, gangguan fungsi hepar, akibat asidosis, hipoksia dan infeksi atau
tidak terdapatnya enzim glukoronil transferase, defisiensi protein y dalam
hepar yang berperanan penting dalam uptake bilirubin ke hepar.

3. Gangguan transportasi
Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian diangkut ke hepar.
Ikatan bilirubin dengan albumin ini dapat dipengaruhi oleh obat misalnya
salisilat, sulfafurazole. Defisiensi albumin menyebabkan lebih banyak
terdapatnya bilirubin indirek yang bebas dalam darah yang mudah melekat ke
sel otak.

4. Gangguan dalam eksresi


Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau di luar hepar.
Kelainan di luar hepar biasanya disebabkan oleh kelainan bawaan. Obstruksi
dalam hepar biasanya akibat infeksi atau kerusakan hepar oleh penyebab lain.
( ilmu kesehatan anak, buku kuliah 3, fkui, 1985 )

Ikterus dapat digolongkan kepada dua macam, yaitu:


1. Ikterus fisiologi
timbul pada hari ke 2 atau ke 3, tampak jelas pada hari ke 5-6 dan
menghilang pada hari ke 10.
bayi tampak biasa, minum baik, berat badan naik biasa
kadar bilirubin serum pada bayi cukup bulan tidak lebih dari 12 mg %,
pada bblr 10 mg %, dan akan hilang pada hari ke 14.
penyebab ikterus fisiologis diantaranya karena kekurangan protein y dan z,
enzim glukoronyl transferase yang belum cukup jumlahnya.

2. Ikterus patologis
ikterus timbul dalam 24 jam pertama kehidupan, serum bilirubin total > 12
mg %
peningkatan kadar bilirubin 5 mg % atau lebih dalam 24 jam
konsentrasi bilirubin serum melebihi 10 mg % pada bblr dan 12,5 mg %
pada bayi cukup bulan.
ikterus yang disertai proses hemolisis ( inkomptabilitas darah, defisiensi
enzim g-6-pd, dan sepsis )
bilirubin direk lebih dari 1 mg % atau kenaikan bilirubin serum 1 mg %
/dl/jam atau lebih 5 mg/dl/hari
ikterus menetap sesudah bayi umur 10 hari ( bayi cukup bulan ) dan lebih
dari 14 hari pada BBLR

Berikut adalah beberapa keadaan yang menimbulkan ikterus patologis :


1. Penyakit hemolitik, isoantibodi karena ketidakcocokan golongan darah ibu
dan anak seperti rhesus antagonis, abo, dsb.
2. Kelainan dalam se darah merah seperti pada defisiensi g-6-pd
3. Hemolisis, hematoma, polisitemia, perdarahan karena trauma lahir.
4. Infeksi : septisemia, meningitis, infeksi saluran kemih, penyakit karena
toksoplasmosis, sifilis, rubela, hepatitis
5. Kelainan metabolik, hipoglikemia, galaktosemia
6. Obat2an yang menggantikan ikatan bilirubin dengan albumin seperti :
sulfonamid, salisilat , sodium benzoat, gentamisin.
7. Pirau enteropatik yang meninggi, obstruksi usus letak tinggi, penyakit
hirschsprung, stenosis pilorik, mekonium ileus, dsb.
( ngastiyah, perawatan anak sakit, p 198 )

C. Patofisiologi
Peningkatan kadar bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan:
1. Terdapatnya penambahan beban bilirubin pada sel hepar yang terlalu
berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan
penghancuran eritrosit, polisitemia, memendeknya umur eritrosit
janin/bayi, meningkatnya bilirubin dari sumber lain, atau terdapatnya
peningkatan sirkulasi enterohepatik
2. Gangguan ambilan bilirubin plasma. Hal ini dapat terjadi apabila kadar
protein-y berkurang atau pada keadan protein-y dan protein-z terikat oleh
anion lain, misalny pada bayi anoksia/hipoksia
Pada derajat tertentu, bilirubin ini akan bersifat toksik (terutama bilirubin indirek
yang larut dalam lemak) dan merusak jaringan tubuh. Sifat ini memungkinkan
terjadinya efek patologik pada sel otak apabila bilirubin tadi dapat menembus
sawar darah otak.

D. Manifestasi klinis
tampak ikterus : sclera, kuku, kulit dan membran mukosa
muntah, anoreksia, fatigue, warna urine gelap, warna tinja pucat.
letargi ( lemas )
kejang
tak mau menghisap
tonus otot meninggi, leher kaku, akhirnya opistotonus
bila bayi hidup pada umur lebih lanjut dapat terjadi spasme otot,
opistotonus, kejang.
dapat tuli, gangguan bicara dan retardasi mental.
( ngastiyah, perawatan anak sakit, p 199; suriadi, asuhan keperawatan
pada anak, edisi 1 )

E. WOC (terlampir)

F. Data Fokus
1. Wawancara
a. Aktivitas / istirahat : letargi, malas
b. Sirkulasi : mungkin pucat, menandakan anemia
c. Eliminasi : bising usus hipoaktif, pasase mekonium mungkin lambat, feses
mungkin lunak / coklat kehijauan selama pengeluaran bilirubin, urine
gelap pekat, hitam kecoklatan ( sindrom bayi bronze )
d. Makanan / cairan : riwayat pelambatan / makanan oral buruk, lebih
mungkin disusui dari pada menyusu botol. Palpasi abdomen dapat
menunjukan pembesaran limpa, hepar
e. Neurosensori : sefalohematoma kemungkinan terlihat pada satu atau kedua
tulang parietal yang berhubungan dengan trauma kelahiran / kelahiran
ekstraksi vakum. Edema umum, hepatosplenomegali, kehilangan refleks
moro mungkin terlihat

2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi warna : sklera, konjungtiva, membrane mukosa mulut, kulit
terlihat kuning, urine gelap pekat, feses pucat
b. Lamanya bayi mengalami kuning dan awal timbulnya kuning

3. Pemeriksan diagnostik
a. Test comb pada tali pusat bayi baru lahir
Hasil positif test comb indirek menandakan adanya anti bodi rh-positif,
anti-a atau anti-b dalam darah ibu. Hasil positif dari test comb direk
menandakan adanya sesitifitas ( rh-positif, anti-a, anti-b )sel darah merah
dari neonates
b. Golongan darah bayi dan ibu
Mengidentifikasi inkompatibilitas ABO
c. Bilirubin total
Kadar direk ( terkonjugasi ) bermakna jika melebihi 1,0 1,5 mg/dl, yang
mungkin dihubungkan dengan sepsis. Kadar indirek ( tidak terkonjugasi )
tidak boleh melebihi peningkatan 5 mg/dl dalam 24 jam, atau tidak boleh
lebih dari 20 mg/dl pada bayi cukup bulan atau 15 mg/dl pada bayi
preterm ( tergantung pada berat badan)
d. Protein serum total
Kadar kurang dari 3,0 gr/dl menandakan penurunan kapasitas ikatan,
terutama pada bayi preterm

e. Hitung darah lengkap


Hb mungkin rendah (<14 gr/dl) karena hemolisis, ht mungkin meningkat
(>65%) pada polisitemia, penurunan (<45% ) dengan hemolisis dan
anemia berlebihan
G. Diagnosa dan intervensi keperawatan

Diangnosa NOC NIC

1. Resti cedera b.d efek samping tindakan fototerapi, komplikasi transfuse


tukar, peningkatan bilirubin sekunder dari pemecahan sel darah merah dan
gangguan eksresi bilirubin.
Noc:
Status neurologis
Kontrol risiko
Deteksi risiko
Kontrol gejala

Nic:
Manajemen lingkungan
Aktivitas:
ciptakan lingkungan yang nyaman bagi pasien
identifikasi kebutuhan keamanan pasien
pindahkan benda-benda berbahaya dari sekitar pasien
pindahkan benda-benda beresiko dari lingkungan pasien
sediakan ruangan rawat sendiri
sediakan tempat tidur yang nyaman dan bersih
posisikan tempat tidur agar mudah terjangkau
kurangi stimulus lingkungan
sesuaikan temperatur lingkungan menurut kebutuhan pasien
atur pencahayaan untuk efek terapi
batasi pengunjung
bawa benda-benda yang familiar dengan pasien dari rumah
Surveilan
Aktivitas:
pantau status neurologi
pantau tanda tanda vital jika diperlukan.
kolaborasikan dengan dokter melakukan monitoring icp, jika diperlukan.
kolaborasikan dengan dokter untuk melakukan monitoring hemodynamik
invasif, jika diperlukan
pantau tingkat kenyamanan dan beri tindakan yang sesuai.
pantau perubahan pola tidur.
pantau oksigenasi dan berikan tindakan untuk mendukung keadekuatan
oksigenasi organ vital
lakukan pemeriksaan kulit rutin pada pasien resiko tinggi.
pantau tanda dan gejala ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
pantau perfusi jaringan, jika diperlukan.
pantau status nutrisi, jika diperlukan.
pantau adanya infeksi, jika diperlukan.
pantau fungsi gastrointestinal, jika diperlukan.
pantau pola eliminasi, jika diperlukan.

1. Resiko kurangnya volume cairan b.d tidak adekuatnya intake cairan,


fototerapi, diare.

Noc:
Keseimbangan cairan
Status nutrisi: intake makanan dan cairan
Kontrol risiko
Hidrasi
Termoregulasi:neonatus
Nic:
Manajemen cairan
Aktivitas:
timbang bb tiap hari
pertahankan intake yang akurat
monitor status hidrasi (seperti :kelebapan mukosa membrane, nadi)
monitor status hemodinamik termasuk cvp,map, pap
monitor hasil lab. Terkait retensi cairan (peningkatan bun, ht )
monitor ttv
monitor adanya indikasi retensi/overload cairan (seperti :edem, asites,
distensi vena leher)
monitor status nutrisi
kaji lokasi dan luas edem
distribusikan cairan > 24 jam
berikan terapi iv
berikan cairan
berikan diuretic
berikan cairan iv
nasogastrik untuk mengganti kehilangan cairan

Pemantauan cairan
Aktivitas:
kaji tentang riwayat jumlah dan tipe intake cairan dan pola eliminasi
kaji kemungkinan factor resiko terjadinya imbalan cairan (seperti :
hipertermia, gagal jantung, diaforesis, diare, muntah, infeksi, disfungsi hati)
pantau berat badan, intake dan output
pantau nilai elektrolit urin dan serum
pantau osmolalitas urin dan serum
pantau denyut jantung, status respirasi
pantau td ortostatik dan perubahan ritme jantung
pantau parameter hemodinamik invasive
pantau membrane mukosa, turgor dan rasa haus
pantau warna dan kuantitas urin
pantau distensi vena leher , edem perifer dan pengingkatan berat badan
pantau tanda dan gejala asites
pertahankan keakuratan catatan intake dan output
catat adanya vertigo
beri agen farmakoligis untuk meningkatkan output urin
lakukan dialisa, catat respon klien
beri cairan
batasi intake cairan pertahankan aliran iv

Pemantauan tanda vital


Aktivitas:
monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan pernafasan, jika diindikasikan.
catat adanya fluktuasi tekanan darah.
pertahankan kelangsungan pemantauan suhu.
monitor adanya tanda dan gejala hipotermi/hipertermi.
monitor kuat/lemahnya tekanan nadi.
monitor irama dan frekuensi jantung.
monitor bunyi jantung.
monitor frekuensi dan irama nafas.
identifikasi faktor penyebab perubahan tanda-tanda vital.
monitor warna kulit, temperatur, dan kelembapan
monitor sianosis sentral dan perifer

1. Resiko gangguan integritas kulit b.d fototerapi


Noc:
Integritas jaringan : membran kulit dan mukosa
Penyembuhan luka : tujuan primer
Penyembuhan luka : tujuan sekunder

Nic:
Manajemen cairan/elektrolit
Aktivitas:
timbang berat badan tiap hari
beri cairan
promosikan intake oral
beri serat pada selang makan pasien untuk mengurangi kehilangan cairan
dan elektrolit selama diare
pasang infuse iv
pertahankan keakuratan catatan intake dan output
pantau tanda dan gejala retensi cairan
pantau tanda- tanda vital
restribusi cairan
kaji sclera,kulit untuk mencari indikasi kekurangan keseimbangan cairan
dan elektrolit
beri suplemen elektrolit
pantau kehilangan cairan ( seperti; pendarahan, muntah, takipneu )
lakukan perkontrolan kehilangan cairan

Pengawasan pada kulit


Aktivitas:
hindari penggunaan alas kasur yang kasar
bersihkan dengan sabun antibakteri jika diperlukan
gunakan pakaian yang longgar
taburkan bedak, jika diperlukan
jaga kebersihan, kekeringan, alas tempat tidur
gunakan antibiotik topikal
gunakan anti jamur
dokumentasikan kerusakan kulit
inspeksi kulit setiap hari untuk mengetahui resiko kerusakan kulit

Pengaturan posisi
Aktivitas:
posisikan untuk memberikan ventilasi/perfusi yang adekuat (good lung
down), sesuai kebutuhan
posisikan untuk meringankan dispnea (posisi semi fowler), sesuai
kebutuhan
tempatkan pasien pada tempat tidur yang sesuai
gunakan tempat tidur yang kuat dan kokoh
tempatkan pada posisi terapeutik
posisi kesejajaran tubuh yang baik
DAFTAR PUSTAKA

Ngastiah. (199). Perawatan Anak Sakit. EGC: Jakarta

You might also like