Professional Documents
Culture Documents
Sudah menjadi pemahaman umum, bahwa tak boleh ada manusia memaksakan kehendaknya
bagi manusia lainnya. Setiap manusia memiliki hak hidup yang sama, tidak satupun boleh
menindas terhadap yang lainnya. Jika ditanya, maka semua orang akan menjawab ya, setuju
dengan dua kalimat di atas.
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebijakan, memberi kepada
kamu kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia
memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (An-Nahl [16]: 90)
Pelanggaran hak, mulai dari hak ekonomi, hak pendidikan, hak keamanan, bahkan hak untuk
hidup sudah tak terjamin bagi masyarakat muslim arakan atau yang dikenal sekarang sebagai
Etnis Rohingya. Pembantaian dan kekejian terhadap Muslim Rohingya di Myanmar yang
banyak diekspose media massa dan media sosial belakangan ini sebenarnya bukan untuk
yang pertama kalinya! Mari kita simak.
Myanmar merupakan wilayah yang terdiri dari banyak suku, lebih dari 140 suku. Suku
mayoritas sekaligus suku utamanya adalah Bamar/Birma. Suku ini adalah suku kasta pertama
dan pemegang pemerintahan. Kasta kedua adalah suku Syan, Kachin, Chin, Kayah, Magh,
dan umat Islam dari suku Rohingya. Jumlah kasta kedua ini kurang lebih 5juta jiwa.
Umat Islam tiba di Arakan bertepatan dengan masa Daulah Abbasiyah yang tengah dipimpin
oleh Khalifah Harun al-Rasyid rahimahullah abad ke-7 sama dengan yang terjadi di bumi
Nusantara, Indonesia. Antara tahun 1430 1784 M berdiri kesultanan Islam di Arakan.
Arakan sendiri berasal dari bahasa arab (bentuk jamak dari kata arab rukun yang berarti
tiang/pokok). See?
Pada tahun 1784 M, Arakan diserang oleh raja Budha anti Islam dari suku Birma yang
kemudian menggabungkan wilayah Arakan ke dalam wilayahnya. Untuk melanggengkan
kekuasaan, dilancarkanlah penindasan-penindasan dan provokasi konflik horizontal (konflik
antar sesama masyarakat) antara suku Magh dan muslim Arakan.
Konflik berhenti dengan kedatangan penjajah Inggris pada tahun 1824 M. Apakah selama
penjajahan itu tak terjadi konflik dan penindasan terhadap mereka? Tidak juga! Tahun 1942
bencana besar menimpa kaum muslimin Rohingya. Orang-orang Budha Magh membantai,
lebih dari 100.000 muslim tewas. Sebagian besar korbannya adalah wanita, orang tua, dan
anak-anak. Ratusan ribu lainnya melarikan diri dari Burma.
Pertama, multitrack diplomacy. Melakukan kerja sama dengan NGO untuk menyuarakan
nasib masyarakat Rohingya di Myanmar ataupun terlibat membantu etnis Rohingya yang
berada di negara-negara lain. Kedua, billateral diplomacy. Melakukan diplomasi politik
antara Indonesia-Myanmar dalam bingkai nilai-nilai kemanusian. Dalam artian, etnis
Rohingya butuh diperlakukan sebagai manusia, seperti halnya masyarakat Myammar lainnya.
Ketiga, ASEAN Institution Instrument. Di sini, Indonesia menjadikan institusi ASEAN
sebagai instrumen untuk melakukan konsolidasi dengan negara-negara ASEAN. Konsolidasi
ditujukan untuk mendorong pemerintahan Myanmar secepatnya menyelesaikan permasalahan
Rohingya secara utuh.
Apabila upaya-upaya di atas sudah dilalui Pemerintah Indonesia dan kemudian tidak
mencapai target dan tujuan, tentunya harus ada rencana tindak lanjut lainnya. Negara-negara
ASEAN bisa menekan Pemerintah Myanmar sebagai wujud dari manifestasi (pelaksanaan)
kesepakatan Piagam ASEAN. Jika perlu pemutusan hubungan ekonomi dan hubungan
diplomatik dilakukan, yang diawali Indonesia dan mengajak negara-negara lain juga
melakukannya.
Desakan itu dilakukan supaya Myanmar dapat menyelesaikan masalah Rohingya mulai dari
akar-akarnya, seperti mencabut isi dari Burma Citizenship Law yang terbit pada 1982 yang
berbunyi, ''Warga etnis Rohingya dinyatakan sebagai non-national atau bukan warga negara.''
Selama ini, media Islam-lah yang berusaha untuk mengungkap tragedi berdarah yang
menimpa umat Islam di Burma disaat media internasional kelas atas bungkam. Namun,
fakta-fakta yang dipaparkan selama ini oleh media Islam masih saja menghadapi berbagai
hujatan dan kritikan dari orang-orang yang ragu, meskipun sumbernya dari mereka yang
memiliki koneksi langsung ke Muslim Rohingya di Arakan.
Sebagai sesama manusia bahkan saudara seiman, sudah menjadi kewajiban bersama untuk
kita mengulurkan tangan membantu mereka. Hal ini bisa dilakukan mulai dari membantu
menyuarakan tuntutan dan sikap keprihatinan, membantu menyebarkan informasi aktual
(terbaru) terkait perkembangan konflik, mengampanyekan aktivitas penggalangan dana, ikut
mendonasikan harta sebagai bantuan, dan selemah-lemahnya membenci penindasan dan
mendoakan keselamatan bagi muslim Rohingya yang masih bertahan.
Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah,
sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (Al-Maidah : 2)
Sumber :
https://almanhaj.or.id/2800-perintah-untuk-saling-menolong-dalam-mewujudkan-kebaikan-
dan-ketakwaan.html
https://kisahmuslim.com/5057-sejarah-umat-islam-rohingya-di-myanmar.html
https://www.arrahmah.com/read/2012/08/03/22150-sekelumit-fakta-tentang-genosida-
muslim-rohingya-di-burma.html#sthash.XnvnEI36.dpuf
https://hizbut-tahrir.or.id/2012/08/09/kronologis-sejarah-penderitaan-muslim-rohingya/
http://indonesian.irib.ir/editorial/cakrawala/item/108012-peran-indonesia-dan-nasib-rohingya