Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
yang terjadi setelah kematian dibedakan menjadi dua yaitu perubahan yang terjadi
secara cepat (early) dan perubahan yang terjadi secara lambat (late). (FK UI,
Ilmu tanatologi merupakan ilmu yang paling dasar dan paling penting
atau mengambil organ untuk kepentingan donor atau transplantasi dan untuk
kelainan yang terjadi pada waktu korban masih hidup, serta untuk mengetahui saat
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanatologi
kematian) dan logos (ilmu). Tanatologi adalah bagian dari Ilmu Kedokteran
Forensik yang mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan kematian yaitu definisi
atau batasan mati, perubahan yang terjadi pada tubuh setelah terjadi kematian dan
faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut (FK UI, 1997, Singh S.,
perkembangan teknologi, ada alat yang dapat menggantikan fungsi sirkulasi dan
respirasi secara buatan. Oleh karena itu definisi kematian berkembang menjadi
kematian batang otak. Brain death is death. Mati adalah kematian batang otak
Ada tiga manfaat tanatologi ini, antara lain untuk dapat menetapkan hidup
wajar atau tidak wajarnya kematian korban (FK UI, 1997, Singh S.,2011).
Menetapkan apakah korban masih hidup atau telah mati dapat kita ketahui
dari masih adanya tanda kehidupan dan tanda-tanda kematian. Tanda kehidupan
dapat kita nilai dari masih aktifnya siklus oksigen yang berlangsung dalam tubuh
korban. Sebaliknya tidak aktifnya siklus oksigen menjadi tanda kematian (FK UI,
1997).
persarafan, sistem kardiovaskuler dan sistem pernapasan. Ketiga sistem itu sangat
mempengaruhi satu sama lainnya, ketika terjadi gangguan pada satu sistem, maka
sistem-sistem yang lainnya juga akan ikut berpengaruh (FK UI, 1997).
perkembangan teknologi ada alat yang bisa menggantikan fungsi sirkulasi dan
respirasi secara buatan. Oleh karena itu definisi kematian berkembang menjadi
kematian batang otak. Brain death is death. Mati adalah kematian batang otak
Dalam tanatologi dikenal beberapa istilah tentang mati, yaitu mati somatis
(mati klinis), mati suri, mati seluler, mati serebral dan mati otak (mati batang
Mati somatis (mati klinis) ialah suatu keadaan dimana oleh karena sesuatu
sebab terjadi gangguan pada ketiga sistem utama tersebut yang bersifat menetap
(FK UI, 1997). Pada kejadian mati somatis ini secara klinis tidak ditemukan
adanya refleks, elektro ensefalografi (EEG) mendatar, nadi tidak teraba, denyut
jantung tidak terdengar, tidak ada gerak pernapasan dan suara napas tidak
Mati suri (apparent death) ialah suatu keadaan yang mirip dengan
kematian somatis, akan tetapi gangguan yang terdapat pada ketiga sistem bersifat
sementara. Kasus seperti ini sering ditemukan pada kasus keracunan obat tidur,
tersengat aliran listrik dan tenggelam (FK UI, 1997, Singh S. 2011, Amir A.,
2011).
Mati seluler (mati molekuler) ialah suatu kematian organ atau jaringan
tubuh yang timbul beberapa saat setelah kematian somatis. Daya tahan hidup
seluler pada tiap organ tidak bersamaan (FK UI, 1997, Singh S.2011, Amir A.,
2011).
Mati serebral ialah suatu kematian akibat kerusakan kedua hemisfer otak
yang irreversible kecuali batang otak dan serebelum, sedangkan kedua sistem
bantuan alat (FK UI, 1997, Singh S.2011, Amir A., 2011).
Mati otak (mati batang otak) ialah kematian dimana bila telah terjadi
otak dan serebelum. Dengan diketahuinya mati otak (mati batang otak) maka
dapat dikatakan seseorang secara keseluruhan tidak dapat dinyatakan hidup lagi,
sehingga alat bantu dapat dihentikan (FK UI, 1997, Singh S.2011, Amir A.,
2011).
2.3 Tanda-tanda Kematian
teraba.
3. Kulit pucat, tetapi bukan merupakan tanda yang dapat dipercaya, karena
Tanda kematian yang pasti terjadi pada tingkat kematian sellular, dimana jarak
atara kematian somatik dan mati mollekular tidak serentak pada semua sel atau
jaringan tubuh, bergantung dari kemampuan sel atau jaringan dalam bertahan
hidup dengan keterbatasan dan ketiadaan oksigen. Dan hal ini menimbulkan
(post mortem). Berdasarkan teori tersebut, maka tanda-tanda kematian yang pasti
sebagai berikut:
Lebam mayat
Kaku mayat
Proses pembusukan
Adiposere
Mummifikasi
kehidupan, yaitu:
kardiovaskuler :
d) Tes magnus : tidak adanya tanda sianotik pada ujung jari tangan setelah
e) Tes Icard : daerah sekitar tempat penyuntikan larutan Icard subkutan tidak
f) Tes Spointing: Tidak keluarnya darah dengan pulsasi pada insisi pembuluh
darah arteri.
tangan tampak kuning pucat pada saat disorot dengan lampu senter.
h) Tes nail (ujung jari): pada saat penekanan ujung kuku, kuku yang ditekan
akan berwarna pucat dan tidak berubah lagi menjadi merah (warna kulit
a) Tes bulu bulu ayam (Feather test), dengan meletakkan bulu ayam atau
kapas ditaruh di muka lubang hidung akan bergerak secara ritmis sesuai
b) Tes cermin (Mirror test), dengan melihat uap pernafasan di cermin yang
Fungsi motorik dan sensorik berhenti. Dapat dilihat dari hilangnya semua
refleks, tidak ada rasa sakit, tidak ada tonus otot dan tidak ada refleks cahaya pada
pupil mata dan pupil mata melebar, kecuali pada keracunan morfin maka pupil
Perubahan-perubahan tubuh yang terjadi setelah mati (post mortem), dapat dibagi
Penurunan suhu mayat akan terjadi setelah kematian dan berlanjut sampai
tercapai suatu keadaan dimana suhu mayat sama dengan suhu lingkungan.
demikian pula bila suhu tubuh mayat sudah mendekati suhu lingkungan.
Penurunan suhu tubuh terjadi karena proses pemindahan panas dari badan
ke benda yang lebih dingin, malalui cara radiasi, konduksi, evaporasi dan
kurva sigmoid, dimana pada jam-jam pertama penurunan suhu akan berlangsung
dengan lambat, demikian pula bila suhu tubuh mayat telah mendekati suhu
lingkungan. Tubuh terdiri dari lapisan yang tidak homogen, maka lapisan yang
lapisan tersebut juga menerima panas dari lapisan yang berada dibawahnya.
Keadaan tersebut yaitu dimana terjadi pelepasan atau penyaluran panas secara
gradient, yaitu suatu keadaan dimana telah terdapat perbeadaan suhu yang
dari bagian tubuh ke permukaan dapat berjalan dengan lancar, penurunan suhu
tubuh mayat akan tampak jelas. Proses metabolisme sel yang masih berlangsung
beberapa saat setelah kematian somatik dimana juga terbentuk energi, merupakan
faktor yang menyebabkan mengapa penurunan suhu mayat pada jam-jam pertama
(Modis teks book) pada enam jam pertama dan 1,6-2,00F atau 0,9-1,20C
pada enam jam berikutnya, sehingga dalam 12 jam suhu tubuh akan sama
o Dua jam pertama suhu tbuh turun setengah dari perbedaan antara
terakhir (dua jam ketiga), atau 1/8 dari perbedaan suhu initial.
Menurut Marshall dan Hoare (1962), penurunan suhu tubuh mayat dalam
keadaan telanjang dengan suhu lingkungan 15,50C yaitu 0,550C pada tiga
jam pertama, lalu 1,10C pada enam jam berikutnya (tiga jam kedua) serta
Oleh karena suhu mayat akan terus menurun, maka akan dicapai suatu
keadaan dimana perbedaan antara suhu mayat dengan suhu lingkungan tidak
terlalu besar, hal ini yang menerangkan mengapa penurunan suhu mayat pada saat
1. Suhu udara : makin besar perbedaan suhu udara dengan suhu tubuh
jenazah.
aktifitas yang hebat, maka suhu tubuh waktu meninggal lebih tinggi.
a) Suhu air
b) Aliran air
c) Keadaan air
rectum atau dapat pula dalam alat dalam seperti otak atau hati yang tertentunya
baru dapat dilakukan bila dilakukan bedah mayat. Bila yang dipergunakan
perrektal. (Rectal temperature/ RT). Saat kematian (dalam jam) dapat dihitung
1,5
Suhu tubuh normal adalah sebesar 98,6 oF, sedangkan rata-rata penurunan
suhu per jam dimana suhu lingkungan 70o F (21o C) adalah 1,5. Rata-rata
penurunan suhu pada jam-jam pertama adalah 2o F, 1o F setelah tercapainya
Saat kematian (dalam jam) dapat dihitung rumus Post Mortem Interval
PMI = 37 o C - RT o C +3
PMI = 98,6 o F - RT o F
1,5
berhenti dan timbul stagnasi sebagai akibat gravitasi maka daah mencari tempat
yang terendah.1 Lebam mayat terjadi saat kegagalan sirkulasi, ketika arteri rusak
dan aliran balik vena gagal mempertahankan darah mengalir melalui saluran
pembuluh darah kapiler, maka darah dengan butir sel darahnya saling tumpuk
memenuhi saluran tersebut dan sukar dialirkan di tempat lain seperti pada
fenomena kopi tubruk. Gaya gravitasi meyebabkan darah yang terhenti tersebut
mengalir ke area terendah. Sel darah merah (eritrosit) adalah yang paling terkena
efeknya, dimana akan bersedimentasi melalui jaringan longgar, tetapi plasma akan
dimana timbul blister pada kulit. Dari luar akan terlihat bintik-bintik berwarna
merah kebiruan , atau adanya eritrosit pada daerah terendah terlihat dengan
timbulnya perubahan warna kemerahan pada kulit yang disebut Lebam Mayat.
Lebam mayat mulai tampak 20-30 menit pasca mati, makin lama intensitasnya
bertambah dan menjadi lengkap dan menetap setelah 8-12 jam. Sebelum waktu
ini, lebam mayat masih bisa hilang (memucat) pada penekanan dan dapat
berpindah jika posisi mayat diubah. Tidak hilangnya lebam mayat dikarenakan
telah terjadi perembesan darah akibat rusaknya pembuluh darah ke dalam jaringan
di sekitar pembuluh darah itu, walaupun setelah 24 jam, darah masih tetap cukup
cair sehingga sejumlah masih dapat mengalir dan membentuk lebam mayat di
Bentuk dari lebam mayat tergantung posisi tubuh pasca mati. Sering posisi
mayat terlentang dengan bahu, pantat, dan punggung menekan permukaan tanah.
Hal ini menyebabkan tekanan pada aliran darah di area-area tersebut, sehingga
lebam tidak timbul pada daerah tersebut dan kulit tetap berwarna sama. Bila tubuh
dalam posisi vertikal setelah mati, dalam kasus penggantungan, lebam mayam
terbanyak terletak di kaki, tungkai kaki, ujung jari tangan, dan lengan bawah
(Apuranto, 2007).
Bagian pucat terjadi juga pada daerah penunjang atau daerah tertekan
lainnya sehingga meniadakan adanya lebam mayat dan membentuk pola. Sebagai
contoh, daerah pucat yang tidak rata akibat penekanan daerah tubuh mayat oleh
tepi sprei, tekanan oleh ikat pinggang yang ketat,bahkan kaos kaki. Pada korban
yang terkena arus listrik, yang mengambil tempat di air (biasanya bak mandi)
lebam mayat terbatas dalam bentuk horisontal menurut batas air (Apuranto, 2007).
Lebam mayat sering berwarna merah padam, tetapi bervariasi, tergantung
mayat memiliki warna lebam yang lebih gelap karena adanya hemoglobin
tereduksi dalam pembuluh darah kulit. Lebam mayat merupakan indikator kurang
antara tingkat kgelapan lebam mayat dengan kematian yang disebabkan oleh
asfiksia. Kematian dengan sebab wajar oleh karena gangguan koroner atau
penyakit lain memiliki lebam yang lebih gelap. Terkadang area lebam mayat
berwarna terang dan dilanjutkan dengan area lebam mayat yang lebih gelap. Hal
ini akan berubah seiring dengan memanjangnya interval posterior mortem. Sering
kali warna lebam mayat merah terang atau merah muda. Kematian yang
disebabkan oleh hipotermi atau terpapar udara dingin selama beberapa waktu
kematian tetapi relatif tidak spesifik oleh karenamayat yang terpapar udara dingin
setelah mati (terutama bila mayat yang berada dalam lemari es mayat) dapat
terjadi perubahan lebam dari merah padam menjadi merah muda (Apuranto,
2007).
dimengerti pada kasus hipotermi, dimana metabolisme reduksi dari jaringan gagal
Korban meninggal maka peredaran darah berhenti (stagnasi) dan sesuai dengan
arah gravitasi maka darah akan mencari tempat yang terendah hingga terlihat
bintik-bintik merah kebiruan. Timbul : 30 menit setelah kematian somatis dan
intensitas maksimal (menjadi lengkap) setelah 8-12 jam post mortal. Sebelum
waktu ini, lebam mayat masih dapat berpindah-pindah, jika posisi mayat diubah,
Tidak hilangnya lebam mayat pada saat itu, dikarenakan telah terjadinya
akibat tertimbunnya sel sel darah dalam jumlah yang banyak, adanya proses
hemolisa sel-sel darah dan kekakuan otot-otot dinding pembuluh darah. Dengan
demikian penekanan pada daerah lebam yang dilakukan setelah 8 12 jam tidak
akan menghilang. Hilangnya lebam pada penekanan dengan ibu jari dapat
memberi indikasi bahwa suatu lebam belum terfiksasi secara sempurna. Atas
dasar keadaan tersebut, maka dari sifat-sifat serta distribusi lebam mayat dapat
diperkirakan apakah pada tubuh korban telah terjadi manipulasi merubah posisi
korban.
Diketahui bahwa warna lebam mayat yang merah padam berubah menjadi
merah muda pad batas horisontal anggota tubuh bagian atas, warna lebam pada
anggota tubuh bagian bawah tetap gelap, sehingga perubahan secara kuantitatif
Perubahan lainnya pada warna lebam lebih berguna. Yang paling sering
terletak pada seluruh jaringan, warna ini khas dan sering merupakan indikasi
pertama adanya keracunan karbonmonoksida (CO). Keracunan sianida (CN)
memiliki ciri khas tertentu, yaitu warna lebam mayat merah kebiruan yang
jaringan dihambat). Bila ahli forensik tidak teliti terhadap penyebab dari riwayat
dan bau sianida (CN-bau amandel), sangatlah susah menggunakan lebam mayat
bervariasi pada keracunan anilin dan klor. Kematian yang disebabkan oleh sepsis
keabuan dapat terkadang terlihat pada kulit, walaupun hal ini tidak timbul pada
dilakukan, yaitu dengan menetesi contoh darah yang telah diencerkan dengan
NaOH/KOH 10%. Pada CO : warna tetap beberapa saat oleh karena resistensi,
sedangkan pada CN : warna segera menjadi coklat oleh karena terbentuk hematin
alkali. Pada anemia berat, lebam mayat yang terjadi sedikit, warna lebih muda dan
terjadinya biasanya lebih lambat. Pada polisitemia sebaliknya lebih cepat terjadi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan pembentukan lebam mayat
maka keadaan ini digunakan untuk membedakannya dengan resapan darah akibat
trauma (ekstravasasi). Bila pada daerah tersebut dilakukan irisan dan kemudian
disiram dengan air, maka warna merah darah akan hilang atau pudar pada lebam
mayat, sedangkan pada resapan darah tidak menghilang. Lamanya darah dalam
keadaan tetap mencair, bila koagulasi darah terganggu, sehingga lebam mayat
lebih ceapt muncul. Baila darah cvepat mengalami koagulasi, lebam mayat
Setelah kematian, otot-otot tubuh akan melalui tiga fase. Pertama, terjadi
inisial flaksid atau flaksid primer segera setelah kematian somatik, yaitu relaksasi
tubuh dan mata tapi masih berespon terhadap rangsangan kimia dan listrik.
Tahapan kedua, yaitu onset rigiditas otot yang disebut kaku mayat. Tidak ada lagi
respon terhadap rangsang kimia dan listrik. Terakhir, fase flaksid sekunder, ketika
kaku mayat hilang dan terjadi pembusukan, terbentuk kaku mayat karena
(Sampurna,2004).
Pada otot orang hidup terdapat cadangan glikogen. Glikogen oleh enzim
diubah menjadi asam laktat dengan berupa energi dalam ikatan senyawa fosfat.
Energi ini kemudian berikatan dengan ADP menjadi ATP. ATP digunakan untuk
memisahkan ikatan aktin dan myosin sehinggan terjadi relaksasi otot. Bila
cadangan glikogen dalam otot habis, maka energi tidak terbentuk lagi, aktin dan
tampak kira-kira 2 jam setelah mati klinis, dimulai dari bagian luar tubuh (otot-
otot kecil) ke arah dalam (sentripetal). Teori lama menyebutkan bahawa kaku
mayat ini menjalar kraniokaudal. Setelah mati klinis 12 jam, lewat 36 jam pasca
mati klinis, tubuh mayat mulai lemas kembali sesuai urutan terbentuknya
kekakuan . ini disebut dengan relaksasi sekunder. Kaku mayat umumnya tidak
disertai pemendekan serabut otot, tetapi jika sebelum terjadi kaku mayat otot
berada pada posisi teregang, maka saat kaku mayat terbentuk akan terjadi
1. Suhu sekitar
Bila suhu sekitanya tinggi, rigor mortis akan cepat timbul dan cepat hilang,
sebaliknya bila suhu skitanya rendah, rigor mortis lebih lama serta lebih lama
hilang. Pada suhu di abwah 100C tidak akan terbentuk rigor mortis.
Apabila korban meninggal dalam keadaan konvulsi atau lelah, rigor mortis akan
cepat timbul. Dan apabila korba meninggal secara mendadak atau dalam keadaan
Pada anak-anak timbulnya rigor mortis relative cepat daripada orang dewasa. Dan
apabila keadaan gizi korban jelek, timbulnya rigor mortis juga lebih cepat.
(Apuranto, 2007).
merupakan kaku mayat yang timbul dengan intensitas sangat kuat tanpa
bersifat setempat pada saat mati klinis karena kelelahan atau emosi yang
hebat sesaat sebelum meninggal. Lokasi kaku biasanya setempat dan pada
kelompok otot-otot tertentu misalnya otot lengan bawah tau tangan. Lebih
kaku dari pada rigor mortis. Kordinasi otot bagus, ada pengaruh faktor
psikis atau emosi dan aktivitas setempat. Salah satu kematian intravital.
Kasus yang bias kita temukan mayat mengalami cadaveric spasme, yaitu
bunuh diri dengan pistol atau senjata tajam, mati tenggelam, mati mendaki
pembunuh.
Table 1. Perbedaan Cadaveric spasm dengan kaku mayat
2. Heat stiffening, yaitu kekakuan pada otot akibat koagulasi protein otot
oleh panas. Otot-otot bewarna merah muda, kaku, tetapi rapuh (mudah
robek). Keadaan ini dapat dijumpai pada mati terbakar. Pada Heat
leher, siku, paha dan lutut, membentuk seperti petinju (pugilistic attitude).
Perubahan sikap ini tidak memberikan arti tertentu bagi sikap sesame
energi. Selama masih ada energy maka aktin dan miosin masih dapat meregang.
Jika glikogen otot habis dan energi tidak ada maka ADP tidak bisa dirubah
peranan ATP sangat penting. Rigor mortis terjadi akibat hilangnya ATP. ATP
digunakan untuk memisahkan ikatan aktin dan myosin sehingga terjadi relaksasi
otot. Namun karena pada saat kematian proses metabolisme tidak terjadi sehingga
tidak ada produksi ATP. Karena kekurangan ATP sehingga kepala miosin tidak
dapat dilepaskan dari filamen aktin, dan sarkomer tidak dapat berelaksasi. Karena
hal ini terjadi pada semua otot tubuh maka terjadilah kekakuan dan tidak dapat
miosin dikembalikan keposisinya, siap dan menunggu untuk berikatan dengan sisi
dari filamen aktin. Sebab tidak ada ATP yang bisa digunakan, pelepasan ion
melingkar di samping sarkomer dan menemukan cara untuk berikatan dengan sisi
dimulai dari otot kecil : rahang bawah, anggota gerak atas, dada, perut dan
Pola
Sentripetal, dari otot-otot kecil Kaku otot pada satu kelompok
terjadinya
kemudian otot besar. otot tertentu.
kaku otot
kecelakaan.
Kematian
Ada. Tidak ada.
sel.
Relaksasi
Ada Tidak ada
primer
Koordinasi
Kurang Baik
otot
Rangsangan
Tidak ada respon otot. Ada respon otot.
sel.
Kaku otot. Dapat dilawan dengan sedikit Perlu tenaga kuat untuk
tenaga. melawannya.
setempat pada saat mati klinis karena kelelahan atau emosi yang
Terlihat pada kasus : bunuh diri dengan pistol atau senjata tajam,
2. Heat stiffening :
3. Cold stiffening
1. Pembusukan / Decomposition
mengatakan autolisis adalah perlunakan dan pencairan jaringan yang terjadi dalam
mengalami proses autilisis lebih cepat daripada organ-organ yang tidak memiliki
enzim, dengan demikian pancreas akan mengalami autolisis lebih cepat dari pada
Proses autolisis ini tidak dipengaruhi oleh mikroorganisme oleh karena itu
pada mayat yang steril misalnya mayat bayi dalam kandungan proses autolisis ini
akibat dari pengaruh enzim yang dilepaskan pasca mati. Mula-mula yang terkena
ialah nukleoprotein yang terdapat pada kromatin dan sesudah itu sitoplasmanya,
pengaruh suhu yang rendah maka proses autolisis ini akan dihambat demikian
juga pada suhu tinggi enzim-enzim yang terdapat pada sel akan mengalami
jaringan pada tubuh yang disebabkan terutama oleh bakteri anaerob yang berasal
hilang,bakteri yang secara normal dihambat oleh jaringan tubuh akan segera
media yang terbaik bagi bakteri untuk berkembang biak. Bakteri ini menyebabkan
hemolisa, pencairan bekuan darah yang terjadi sebelum dan sesudah mati,
berasal dari usus dan yang paling utama adalah Cl. Welchii. Bakteri ini
berkembang biak dengan cepat sekali menuju ke jaringan ikat dinding perut yang
menyebabkan perubahan warna. Perubahan warna ini terjadi oleh karena reaksi
antara H2S (gas pembusukan yang terjadi dalam usus besar) dengan Hb menjadi
pasca mati berupa warna kehijauan pada dinding abdomen bagian bawah, lebih
sering pada fosa iliaka kanan dimana isinya lebih cair, menngandung lebih
banyak bakteri dan letaknya yang lebih superfisial.Perubahan warna ini secara
bertahap akan meluas keseluruh dinding abdomen sampai ke dada dan bau
Perubahan warna ini juga dapat dilihat pada permukaan organ dalam
seperti hepar, dimana hepar merupakan organ yang langsung kontak dengan kolon
gundul (arborescent pattern atau arborescent mark) yang sering disebut marbling.
Selain bakteri pembusukan ini banyak terdapat dalam intestinal dan paru bakteri-
bakteri ini cenderung berkumpul dalam sistem vena, maka gambaran marbling ini
jelas terlihat pada bahu,dada bagian atas, abdomen bagian bawah dan paha
(Basbeth F, 2009).
sitoplasma dari organ sel itu akan mengalami desintegrasi dan nukleusnya akan
dirusak sehingga sel menjadi lisis atau rhexis. Kemudian sel-sel menjadi lepas
memproduksi gelembung gas. Ukuran gelembung gas yang tadinya kecil dapat
cepat membesar menyerupai honey combed appearance. Lesi ini dapat dilihat
dilepaskan dengan jaringan yang ada dibawahnya dan ini disebut skin slippage.
Skin slippage ini menyebabkan identifikasi melalui sidik jari sulit dilakukan.
timbulnya bula-bula yang bening, fragil, yang dapat berisi cairan coklat
kemerahan yang berbau busuk. Cairan ini kadang-kadang tidak mengisi secara
pendulum yang berukuran 5 - 7.5cm dan bila pecah meninggalkan daerah yang
pecahnya sel-sel lemak subkutan sehingga cairan lemak keluar ke lapisan dermis
oleh karena tekanan gas pembusukan dari dalam. Selain itu epitel kulit, kuku,
rambut kepala, aksila dan pubis mudah dicabut dan dilepaskan oleh karena adanya
udara mengisi hampir seluruh jaringan subkutan. Gas yang terdapat di dalam
jaringan dinding tubuh akan menyebabkan terabanya krepitasi udara. Gas ini
Scrotum dan penis dapat membesar dan membengkak, leher dan muka
keluar, lidah terjulur diantara dua gigi, ini menyebabkan mayat sulit dikenali
kembali oleh keluarganya. Pembengkakan yang terjadi pada seluruh tubuh
udara dan cairan pembusukan yang berasal dari trachea dan bronchus terdorong
keluar, bersama-sama dengan cairan darah yang keluar melalui mulut dan hidung.
Cairan pembusukan dapat ditemukan di dalam rongga dada, ini harus dibedakan
dengan hematotorak dan biasanya cairan pembusukan ini tidak lebih dari 200 cc.
Pengeluaran urine dan feses dapat terjadi oleh karena tekanan intra abdominal
yang meningkat. Pada wanita uterus dapat menjadi prolaps dan fetus dapat lahir
jam setelah kematian. Organ-organ dalam lain seperti hati, ginjal dan limpa
dinding lambung terutama di fundus dapat dilihat dalam 24 jam pertama setelah
perubahan warna pada jaringan sekitarnya menjadi coklat kehijauan. Pada hati
dapat dilihat gambaran honey combs appearance, limpa menjadi sangat lunak dan
gravid, dan prostat merupakan organ yang lebih tahan terhadap pembusukan
karena strukturnya yang berbeda dengan jaringan yang lain yaitu jaringan
fibrousa. Organ-organ ini cukup mudah dikenali walaupun organ-organ lain sudah
Yang menarik pada pembusukan lanjut dari organ dalam ini adalah
kecil dengan diameter 1-3 mm yang terdapat pada permukaan serosa yang terletak
endocardium. Milliary plaques ini pertama kali ditemukan oleh Gonzales yang
massa seperti sabun dan bakteri, yang secara medikolegal sering dikacaukan
dan mesenterium dapat mencair menjadi cairan kuning yang transluscent yang
mengisi rongga badan diantara organ yang dapat menyebabkan autopsi lebih sulit
dalam proses pembusukan sesudah mati. Beberapa jam setelah kematian lalat
hidung, mulut dan telinga. Biasanya jarang pada daerah genitoanal. Bila ada luka
ditubuh mayat lalat lebih sering meletakkan telur-telurnya pada luka tersebut,
sehingga bila ada telur atau larva lalat didaerah genitoanal ini maka dapat
dicurigai adanya kekerasan seksual sebelum kematian. Telur-telur lalat ini akan
berubah menjadi larva dalam waktu 24 jam. Larva ini mengeluarkan enzim
F, 2009).
Insekta tidak hanya penting dalam proses pembusukan tetapi meraka juga
tubuh mayat telah dipindahkan dari satu lokasi ke lokasi lainnya, memberi tanda
pada badan bagian mana yang mengalami trauma, dan dapat dipergunakan dalam
Hasil akhir dari proses pembusukan ini adalah destruksi jaringan pada
tubuh mayat. Dimana proses ini dipengaruhi oleh banyak faktor. Aktifitas
37,8C) aktifitas ini dihambat bila suhu berada dibawah 50F(10C) atau pada
Bila mayat diletakkan pada suhu hangat dan lembab maka proses
pembusukan akan berlangsung lebih cepat. Sebaliknya bila mayat diletakkan pada
suhu dingin maka proses pembusukan akan berlangsung lebih lambat (Basbeth F,
2009).
Pada mayat yang gemuk proses pembusukan berlangsung lebih cepat dari
pada mayat yang kurus oleh karena kelebihan lemak akan menghambat hilangnya
panas tubuh dan kelebihan darah merupakan media yang baik untuk
Pada bayi yang baru lahir hilangnya panas tubuh yang cepat menghambat
pertumbuhan bakteri disamping pada tubuh bayi yang baru lahir memang terdapat
2009).
terjadi sebelum kematian seperti peritonitis fekalis, aborsi septik, dan infeksi paru.
Disini gas pembusukan dapat terjadi walaupun kulit masih terasa hangat (Basbeth
F, 2009).
mayat yang dikubur di tanah umumnya membusuk 8 x lebih lama dari pada mayat
Ini disebabkan karena suhu di dalam tanah yang lebih rendah terutama bila
dikubur ditempat yang dalam, terlindung dari predators seperti binatang dan
Bila mayat dikubur didalam pasir dengan kelembaban yang kurang dan
iklim yang panas maka jaringan tubuh mayat akan menjadi kering sebelum
terjadi pembusukan. Penyimpangan dari proses pembusukan ini di sebut
Pada mayat yang tenggelam di dalam air pengaruh gravitasi tidaklah lebih
besar dibandingkan dengan daya tahan air akibatnya walaupun mayat tenggelam
diperlukan daya apung untuk mengapungkan tubuh di dalam air, sehingga mayat
berada dalam posisi karakteristik yaitu kepala dan kedua anggota gerak berada di
bawah sedangkan badan cenderung berada di atas akibatnya lebam mayat lebih
berlangsung lebih lambat dari pada yang di udara terbuka. Pembusukan di dalam
air terutama dipengaruhi oleh temperatur air, kandungan bakteri di dalam air.
Kadar garam di dalamnya dan binatang air sebagai predator (Basbeth F, 2009)
tumbuhan. Derajat keasaman yang terdapat pada tanah juga berpengaruh terhadap
kecepatan penghancuran tulang. Sisa-sisa tulang yang dikubur pada tanah yang
mempunyai derajat keasaman yang tinggi lebih cepat terjadi penghancuran dari
pada tulang yang di kubur di tanah yang bersifat basa (Basbeth F, 2009).
Faktor-faktor yang mempengaruhi cepat-lambatnya pembusukan mayat,
yaitu :
a. Dari luar
1. Mikroorganisme/sterilitas
b. dari dalam
1. Umur. Bayi yang belum makan apa-apa paling lambat terjadi pembusukan.
kurus.
4. Seks. Wanita baru melahirkan (uterus post partum) lebih cepat mengalami
pembusukan.
Tinggi Kadar albumin & klor Bulla Rendah atau tidak ada
dermis
Variasi-variasi pembusukan:
a. Mummifikasi
sampai bertahun-tahun.
o Proses penguapan cairan atau dehidrasi jaringan yang cukup cepat sehingga
Gambar. mummifikasi
b. Adipocare
o Terjadi karena hidrogenisasi asam lemak tidak jenuh (asam palmitat, asam
stearat, asam oleat) dihidrogenisasi menjadi asam lemak jenuh yang relatif
padat .
Lemak cukup
1. Perubahan biokimia
- Perubahan plasma
- Perubahan jantung
asam laktat dan penurunan kadar glukosa & pH. Perubahan humor vitreus
berupa peningkatan kadar kalium yang terjadi antara 24 sampai 100 jam
post mortem. Perubahan jantung berupa chicken fat clot (bekuan lemak
ayam) yaitu bekuan darah post mortem menyerupai lemak ayam yang
Cornea menjadi keruh, sebagai akibat tertutup oleh lapisan tipis secret
mata yang mengering. Keadaan ini diperlamnat bila kelopak mata tertutup.
Bulbus oculi melunak dan mengkerut akibat turunnya tekanan intra oculer.
Pupil dapat berbentuk bulat, lonjong atau ireguler sebagai akibat menjadi
Temuan lain saat otopsi yang dapat membantu untu menentukan saat
terjadinya kematian :
Kekeruhan menyeluruh pada kornea terjadi kira-kira 10-12 jam pasca mati
Pengosongan lambung yang terjadi dalam 3-5 jam setelah makan terakhir,
misalnya sandwich akan dicerna dalam waktu 1 jam sedangkan makan besar
kandung seni penuh , berarti korban meninggal waktu masih pagi sebelum
bangun. Jadi bila lambung berisi makanan kasar berarti korban meninggal dalam
waktu kurang lebih 6 jam setelah makan terakhir. Bila ditemukan lambung tak
berisi makananm duodenum dan ujung atas usus halus berisi makanan yang telah
tercerna, berarti korban meninggal dalam waktu lebih kurang 6 jam setelah makan
saat kematian, kecepatan tumbuh rambut rata-rata 0,4 mm/hari. Dapat mengetahui
saat kematian dalam hubungan dengan saat terakhir korban mencukur jenggotnya.
Rambut pada orang hidup mempunyai kecepatan tumbuh 0,5mm/hari dan setelah
meninggal tidak tumbuh lagi. Pemeriksaan rambut jenggot ini harus dilakukan
dalam 24 jam pertama sebab lebih dari 24 jam kulit mengkerut dan rambut dapat
lebih muncul diatas kulit sehingga seolah-olah rambut masih tumbuh. Rambut
d) Pertumbuhan kuku
Pertumbuhan kuku yang diperkirakan sekitar 0,1 mm/hari. Kuku akan lepas
belum lewat 10 jam, Kadar nitrogen non protein kurang 80 mg% menunjukkan
siklus hidupnya.
Siklus : Telur (8-14 jam) (larva (9-12 hari) (kepompong 12 hari) lalat dewasa)
Syarat : tidak boleh ada kepompong & dicari larva lalat yang paling besar.
umur larva tidak dapat dipakai. Karena kepompong it statis (besarnya selalu tetap
meskipun isinya bertambah). Bila belum ada kepompong, hanya ada larva lalat
dapat dipakai untuk menentukan umurnya karena larva lalat bila tumbuh akan
menjadi kepompong pada hari ke-8, menjadi lalat pada hari ke-14. Larva
kepompong pada hari ke-10 dan menjadi lalat pada hari ke-18. Necrophagus
species akan memakan jaringan tubuh jenazah. Sedangkan predator dan parasit
keduanya baik jaringan tubuh maupun serangga. Telur lalat biasanya akan mulai
ditemukan pada jenazah sesudah 1-2 hari postmortem. Larva ditemukan pada 6-10
hari postmortem. Sedangkan larva dewasa yang akan berubah menjadi pupa
g) Reaksi supravital
Reaksi jaringan tubuh sesaat pasca mati klinis yang masih sama seperti reaksi
jaringan tubuh pada seseorang yang hidup. Rangsang listrik dapat menimbulkan
kontraksi otot mayat hingga 90-120 menit pasca mati, mengakibatkan sekresi
kelenjar sampai 60-90 menit pasca mati, trauma masih dapat menimbulkan
PENUTUP
penentuan mengenai apakah seseorang benar benar sudah meningal atau belum,