You are on page 1of 9

MENENTUKAN HARGA Sw

(Laporan Praktikum Welloging)

Oleh
Suryadi
1315051053

LABORATORIUM GEOFISIKA
JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2015
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam ilmu geofisika memanfaatkan beberapa parameter fisika yang


digunakan untuk penelitian objek yang ada dibawah permukaan bumi, terutama
objek-objek yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Salah satu cabang ilmu
geofisika yang digunakan adalah well logging. Well logging adalah suatu teknik
untuk mendapatkan data bawah permukaan dengan menggunakan alat ukur yang
dimasukkan kedalam lubang sumur untuk mendapatkan data yang berguna untuk
mengevaluasi formasi dan mengidentifikasi ciri-ciri batuan dibawah permukaan.
Well logging memiliki tujuan mendapatkan informasi litologi, porositas,
resistivitas, menentukan lapisan permeabel dan impermeabel, memperkirakan
kuantitas minyak dan gas bumi. Data yang kita peroleh dari perngukuran atau
akuisisi data, kemudian kita olah hingga kita bisa menganalisa atau
menginterpretasikannya. Dalam menginterpretasikan data logging terdapat
interpretasi kualitatif dan interpretasi kuantitatif. Interpretasi kualitatif dilakukan
untuk mengidentifikasi lapiran porous, permeabel dan ada tidaknya fluida didalam
sumur trsebut. Interpretasi kuantitatif bertujuan untuk mencari besaran atau harga
dari Vclay, porositas, Rfluida, Sw dan permeabilitas dari suatu batuan. Dalam
penentuan harga sw atau interpretasi kuntitatif sw terdapat beberapa persamaan
yang akan digunakan sesuai dengan kondisi sumur kita. Pada sumur yang
memiliki lapisan yang bersih maka kita menggunakan persamaan archie, untuk
sumur yang memiliki lapisan pengotor kita menggunakan persamaan simandoux.
Karena kita berada di wilayah Indonesia, Indonesia memiliki perbedaan dengan
daerah lain dalam melakukan penentuan sw karena di Indonesia kondisinya
berbeda dengan daerah lain sehingga dibuat persamaan untuk menentukan sw
yang sesuai dengan daerah Indonesia yaitu dengan menggunakan Indonesian
equation. Untuk persamaan archie sekarang sudah jarang digunakan karena tidak
ada lapisan yang bersih dalam suatu sumur. Dalam menentukan sw ini, perlu
ditentukan terlebih dahulu nilai Rw dari suatu sumur tersebut. Penentuan harga
Sw ini berguna untuk menentukan jenis kandungan di dalam reservoar (gas,
minyak dan air), dari hasil perhitungan kejenuhan air formasi (Sw) tersebut kita
tentukan kandungan reservoarnya dengan melihat batasan umum harga Sw untuk
gas, minyak dan air. Dimana pada gas, minyak dan air memiliki batasan nilai Sw
yang berbeda-bda. Untuk memahami lebih lanjut mengenai interpretasi kualitatif
dilakukanlah praktikum ini.

1.2 Tujuan Praktikum


Adapun tujuan dari praktikum ini adalah menentukan harga Sw atau saturasi
air.
2

1.3 Batasan Masalah


Adapun batasan masalah praktikum ini adalah mahasiswa hanya menentukan
harga Sw.
II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Geologi Regional


Pada daerah Pulau Sumatera merupakan zona subduksi dari Lempeng
Hindia-Australia dengan batas Lempeng Asia pada masa Paleogen diperkirakan
menyebabkan rotasi Lempeng Asia termasuk Sumatra searah jarum jam.
Perubahan posisi Sumatra yang sebelumnya berarah E-W menjadi SE-NW
dimulai pada Eosen-Oligosen. Perubahan tersebut juga mengindikasikan
meningkatnya pergerakan sesar mendatar Sumatra seiring dengan rotasi. Subduksi
oblique dan pengaruh sistem mendatar Sumatra menjadikan kompleksitas regim
stress dan pola strain pada Sumatra. Karakteristik Awal Tersier Sumatra ditandai
dengan pembentukkan cekungan-cekungan belakang busur sepanjang Pulau
Sumatera, yaitu Cekungan Sumatera Utara, Cekungan Sumatera Tengah, dan
Cekungan Sumatera Selatan.

II.2 Statigrafi Cekungan Sumatera Selatan


Stratigrafi pada cekungan Sumatera Selatan dapat dikenal satu daur besar
(Megacycle) yang terdiri dari suatu transgresi yang diikuti regresi.
a. Fase Transgresi, menghasilkan endapan kelompok Telisa yang terdiri dari
Formasi Lahat, Formasi Talang Akar, Formasi Baturaja dan Formasi Gumai.
Kelompok Telisa ini diendapkan tidak selaras diatas batuan dasar berumur pra
Persia.
b. Fase Regresi, menghasilkan endapan kelompok Palembang yang terdiri dari
Formasi Air Benakat, Formasi Muara Enim dan Formasi Kasai.

Gambar 2.1 Statigrafi Cekungan Sumatera Selatan


4

II.3 Sedimantasi Cekungan Sumatera Selatan


Sedimentasi di Cekungan Sumatera Selatan berlangsung menerus selama
zaman Tersier disertai dengan penurunan dasar cekungan hingga ketebalan
sedimen mencapai 600 meter. Sedimentasi yang terjadi selama Tersier
berlangsung pada lingkungan laut setengah tertutup. Pada fase transgresi
terbentuk urutan fasies darat-transisi-laut dangkal pada fase regresi terbentuk
urutan sebaliknya yaitu, laut dangkal-transisi-darat. Endapan Tersier pada
Cekungan Sumatera Selatan dari tua ke muda terdiri dari Formasi Lahat, Formasi
Talang Akar, Formasi Baturaja, Formasi Gumai, Formasi Air Benakat.
III. TEORI DASAR

Dalam persamaan Archie ada beberapa parameter yang baru dan nilainya tidak
bisa diukur dan hanya dalam teoritis saja nilainya. Untuk resistivitas dan porositas
dapat diukur nilainya dengan menggunakan logging akan tetapi untuk m, n dan a
tidak ada alat yang mampu mengukur nilainya, sehingga diperluka pemahaman
akan mengenai definisi dari masingmasing variable sehingga dapat dilakukan
estimasi terhadap nilainya. Nilai a adalah faktor turtuositas batuan, dimana
turtuositas adalah perbandingan jarak (panjang lintasan) yang ditempuh fluida
dalam batuan dengan panjang keseluruhan batuan atau dengan kata lain seperti
persamaan dibawah. Artinya nilai minimum a adalah 1, sehingga asumsi yang
biasa digunakan sebesar 0,6 sampai 1 adalah keliru.

Nilai n adalah fungsi saturasi, secara mudahnya n berhubungan dengan jalur


konduktivitas. Ketika pori-pori batuan berisi air formasi semua artinya jalur ion
dalam batuan tidak terputus dan nilai n kecil, artinya nilai n itu menggambarkan
hambatan yang dialami oleh ion-ion. Dari hal tersebut bisa dikatakan bahwa nilai
n itu berubah-ubah tergantung saturasi air. Nilai minimum n terjadi ketika
hidrokarbon dalam kondisi tidak continous (Sor) dan nilai maksimum n terjadi
ketika air tidak dalam kondisi continous (Swc). Secara teoritis nilai n didekati
dengan 2. Nilai m adalah faktor sementasi batuan. Secara mudahnya nilai m itu
menunjukkan baik atau tidaknya sementasi batuan sedimen, semakin baik
sementasi batuan maka nilai m akan semakin besar, begitu sebaliknya. NIlai m
bisa didefinisikan sebagai perbandingan luas badan pori (pore body) dengan luas
jalan pori (pore throat) batuan, semakin besar perbedaan tersebut maka semakin
besar juga nilai m. Persamaannya adalah:

Nilai m juga bisa didefinisikan sebagai efisiensi ion-ion untuk mengalir melewati
batuan, semakin efisien (efisien dalam arti ini ada atau tidaknya gangguan media
yang dilewati) jalur tersebut maka nilai m akan semakin kecil. Hubungan dari
ketiga hal diatas adalah sebagai berikut, sementasi batuan yang baik akan
membuat jalan pori penuh dengan semen sehingga membuat luas jalan pori (pore
throat) mengecil akibatnya menurunkan nilai efisiensi aliran dimana hal itu
ditunjukkan dengan nilai m yang besar. Nilai m ini mengambil peranan yang
sangat besar dalam penentuan besarnya cadangan suatu lapisan. Bila penentuan
nilai m salah maka hasilnya akan berdampak secara langsung pada besarnya
cadangan (Hernansjah, 2012).
6

Perhitungan saturasi air dilakukan dengan menggunakan adalah persamaan


simandoux.

Keterangan :
Vsh = Volume Shale, fraksi
PHIE = Porositas Efektif, fraksi
Sw = Saturasi air, fraksi
Rt = Resistivitas batuan pada kedalaman tertentu, ohm.m
Rw = Resistivitas Air Formasi, ohm.m
Rc = Resistivitas Shale, ohm.m
Untuk mendapatkan zona hirokarbon maka perlu adanya nilai batasan (cut off).
Nilai cut off di tentukan berdasarkan hasil analisa data core di laboratorium
(Ulum, 2011).
Saturasi atau kejenuhan air formasi adalah rasio dari volume pori yang terisi oleh
air dengan volume porositas total (Adi Harsono, 1997). Tujuan menentukan
saturasi air adalah untuk menentukan zona yang mengandung hidrokarbon, jika
air merupakan satu-satunya fluida yang terkandung dalam pori-pori batuan, maka
nilai Sw = 1, tetapi apabila pori-pori batuan mengandung fluida hidrokarbon maka
nilai Sw< 1. Archie menyusun persamaannya, yang kemudian kita kenal dengan
Archie formula:

Rumus ini dipakai sebagai dasar interpretasi data Log sampai sekarang.Persamaan
Archie tersebut biasanya digunakan pada cleansand formation.Dari persamaan
Archie tersebut, diturunkan menjadi beberapa persamaan yang cocok digunakan
pada Shalysand formation, antara lain:
Simandoux Equation

Indonesian equation

Penentuan jenis kandungan di dalam reservoar (gas, minyak dan air) didapat dari
hasil perhitungan kejenuhan air formasi (Sw) dalam hasil batasan umum harga Sw
untuk lapangan yang belum dikenal seperti di bawah ini :
Gas = Jika harga Sw adalah 0 35%
Minyak = Jika harga Sw adalah 35 65%
Air = Jika harga Sw adalah >65% (Harsono,1997).
IV. PROSEDUR PRAKTIKUM

IV.1Alat dan Bahan


Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai
berikut:
1. Data log (grafik)
2. Laptop
3. Alat tulis

IV.2Diagram Alir
Adapun diagram alir dalam praktikum ini adalah sebagai berikut:

Mulai

Data log (grafik)

Mencari nilai Rw

Mengentukan nilai Sw

Metode Archie Metode Simaandoux Metode Waxman-


Smits

Harga Sw

Selesai
8

You might also like