You are on page 1of 7

Idea Nursing Journal Devi Darliana

ISSN : 2087-2879

MANAJEMEN PASIEN ST ELEVASI MIOKARDIAL INFARK (STEMI)

ST Elevasi Myocardial Infark (STEMI) Patient Management

Devi Darliana
1
Bidang Keilmuan Keperawatan Medikal Bedah, Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Kedokteran,
Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.
2
Medical Surgical Nursing Department, School of Nursing, Fakulty of Medicine,
Syiah Kuala University, Banda Aceh.
Email: devi.darliana@yahoo.co.id

ABSTRAK
STEMI merupakan penyebab mortalitas dengan laju mortalitas awal 30 hari setelah serangan adalah 30%.
STEMI terjadi akibat aterosklerotik pada arteri koroner atau penyebab lainnya yang dapat menyebabkan
terjadinya ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen miokardium. Pada kondisi awal akan
terjadi ischemia miokardium, namun bila tidak dilakukan tindakan reperfusi segera maka akan menimbulkan
nekrosis miokard yang bersifat irreversible. Diagnosis awal yang cepat serta penanganan yang tepat setelah
pasien tiba di ruang IGD dapat membatasi kerusakan miokardial dan meminimalkan komplikasi yang dapat
memperburuk keadaan pasien. Pada pasien STEMI, dampak yang ditimbulkan tidak hanya gangguan
fisiologis dan psikologis saja, namun juga menimbulkan dampak ekonomi akibat meningkatnya kebutuhan
biaya pengobatan dan perawatan di rumah sakit serta biaya pemulihan kesehatan selama pasien di rumah.
Oleh karena itu, perlu kerjasama yang baik antara berbagai profesi seperti dokter, perawat dan team
kesehatan lainnya dalam mengatasi masalah pasien.

Kata kunci: STEMI, manajemen STEMI.

ABSTRACT
STEMI is the cause of mortality with the early rate 30 days after the attack as much as 30%. STEMI occurs
as the result of atherosclerotic of coronary arteries or other causes that can induce that imbalance between
supply and need of myocardial oxygen. In the early condition, ischemic myocardium will occur and if
reperfusion treatment is not given immediately, it will create irreversible myocardial necrotic. The early,
quick diagnose and the right treatment when the patients are admitted in emergency room can decrease
myocardial damage and minimize the complication that can worsen the patient condition. In STEMI patients,
the effect that appear is not only physiological and psychological problem, but also create economical
problem as the result of treatment cost, hospitalization, and recovery cost while the patients at home.
Therefore, good cooperation among health providers such as doctors, nurses, and others is needed.

Keywords: STEMI, STEMI management.

PENDAHULUAN miokardium. Pada kondisi awal akan terjadi


STEMI erat kaitannya dengan ischemia miokardium, namun bila tidak
tingginya morbiditas dan mortalitas. dilakukan tindakan reperfusi segera maka
Meskipun beberapa dekade telah dilakukan akan menimbulkan nekrosis miokard yang
penelitian dan clinical trial, namun masih bersifat irreversible. Adapun komplikasi
juga dijumpai 500.000 ST Elevasi STEMI biasanya terjadinya karena adanya
Miokardial Infark (STEMI) setiap tahun di remodeling ventrikel yang pada akhirnya
Amerika. Data menunjukkan bahwa akan mengakibatkan shock kardiogenik,
mortalitas akibat STEMI paling sering gagal jantung kongestif, serta disritmia
terjadi dalam 24 - 48 jam pasca onset dan ventrikel yang bersifat lethal aritmia
laju mortalitas awal 30 hari setelah serangan (Underhill, 2005; Libby, 2008; Rao, 2009).
adalah 30% (Rao, 2009; Brunner &
Suddarth, 2008). STEMI disebabkan oleh Diagnosis awal yang cepat dan
adanya aterosklerotik pada arteri koroner Penanganan yang tepat setelah pasien tiba di
atau penyebab lainnya yang dapat ruang IGD dapat membatasi kerusakan
menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan miokardial serta meminimalkan komplikasi
antara suplai dan kebutuhan oksigen yang dapat memperburuk keadaan pasien

14
Idea Nursing Journal Vol. I No. 1

sehingga menurunkan risiko kematian. STEMI umumnya terjadi jika aliran


Setiap 30 menit penundaan dalam darah koroner menurun secara mendadak
penatalaksanaan pasien IMA akan setelah oklusi trombus pada plak
meningkatkan risiko relatif terhadap aterosklerosis yang sudah ada sebelumnya.
kematian dalam setahun sekitar 80 % (Rao, Stenosis arteri koroner derajat tinggi yang
2009). berkembang secara lambat biasanya tidak
Pada pasien STEMI, dampak yang memicu STEMI karena berkembangnya
ditimbulkan tidak hanya pada gangguan banyak kolateral sepanjang waktu. (Black &
fisiologis dan psikologis saja, namun juga Hawk, 2005; Libby, 2008 & Alwi, 2006).
menimbulkan dampak ekonomi akibat Pada sebagian besar kasus, infark
meningkatnya kebutuhan biaya pengobatan terjadi jika plaque aterosklerosis mengalami
dan perawatan di rumah sakit serta biaya fisura, rupture atau ulserasi dan jika kondisi
pemulihan kesehatan selama pasien di lokal atau sistemik memicu trombogenesis
rumah. Oleh karena itu perlu kerjasama yang sehingga mengakibatkan oklusi arteri koroner.
baik antara berbagai profesi seperti dokter, Pada STEMI gambaran patologis klasik
perawat dan team kesehatan lainnya dalam terdiri dari fibrin rich red trombus, yang
mengatasi masalah pasien. dipercaya menjadi alasan pada STEMI
Adapun tujuan penulisan ini adalah memberikan respon terhadap terapi
sebagai berikut: untuk mengetahui diagnosis trombolitik.
STEMI, untuk mengetahui patofisiologi Pada lokasi ruptur plaque, berbagai
STEMI, untuk mengetahui pengkajian agonis (kolagen, ADP epinefrin dan
pasien STEMI, untuk mengetahui serotonin) memicu aktivasi trombosit,
manajemen pasien STEMI secara medis dan selanjutnya akan memproduksi dan
keperawatan melepaskan tromboksan A2 (vasokontriktor
lokal yang poten). Aktifitas trombosit juga
Pengertian akan memicu terjadinya agregasi platelet
ST Elevasi Miokardial Infark dan mengaktifasi faktor VII dan X sehingga
(STEMI) merupakan suatu kondisi yang menkonversi protombin menjadi thrombin
mengakibatkan kematian sel miosit jantung dan fibrinogen menjadi fibrin. Pembentukan
karena iskhemia yang berkepanjangan akibat trombus pada kaskade koagulasi akan
oklusi koroner akut (Black & Hawk, 2005). menyebabkan oklusi oleh trombus sehinga
STEMI terjadi akibat stenosis total menyebabkan aliran darah berhenti secara
pembuluh darah koroner sehingga mendadak dan mengakibatkan STEMI
menyebabkan nekrosis sel jantung yang (Black & Hawk, 2005; Lily, 2008; Libby,
bersifat irreversible (Brown & Edwars, 2008 & Alwi, 2006).
2005).
Petanda (cardiac biomarker) kerusakan
Patofisiologi jantung
Proses aterosklerotik dimulai ketika Cardiac biomarker merupakan hal
adaya luka pada sel endotel yang yang sangat penting dalam diagnosis
bersentuhan langsung dengan zat-zat dalam STEMI. Pemeriksaan yang dianjurkan
darah. Permukaan sel endotel yang semula adalah Creatinin Kinase (CK)MB dan
licin menjadi kasar, sehingga zat-zat cardiac specific troponin (cTn)T atau (cTn)I
didalam darah menempel dan masuk dan dilakukan secara serial. Pada STEMI,
kelapisan dinding arteri. Penumpukan pemberian terapi trombolitik tidak perlu
plaque yang semakin banyak akan membuat menunggu hasil biomarker jantung namun
lapisan pelindung arteri perlahan-lahan dilakukan sesegera mungkin. Peningkatan
mulai menebal dan jumlah sel otot nilai enzim diatas 2 kali nilai batas atas
bertambah. Setelah beberapa lama jaringan normal menunjukkan adanya nekrosis pada
penghubung yang menutupi daerah itu miokard jantung.
berubah menjadi jaringan sikatrik, yang
mengurangi elastisitas arteri. Semakin lama
Infark anterior
semakin banyak plaque yang terbentuk dan
Adanya perubahan EKG ST elevasi
membuat lumen arteri mengecil.
pada lead V3 - V4 disebut infark anterior.

15
Idea Nursing Journal Vol. I No. 1

Infark anterior terjadi bila adanya oklusi V3R dan V4R serta adanya abnormalitas
pada left anterior desending (LAD). LAD gerakan dinding ventrikel kanan.
mensuplai darah ke dinding anterior Penatalaksanaan dilakukan dengan volume
ventrikel kiri dan 2/3 area septum loading untuk mempertahankan PCWP 18-
intraventrikular anterior. Komplikasi dari 20 mmHg, menghindari penggunaan nitrat
STEMI anterior adalah disfungsi ventrikel serta pemberian dobutamin untuk mengatasi
kiri yang berat yang dapat mengakibatkan hipotensi (Underhill, 2005, Lewis, 2004,
terjadinya gagal jantung dan shock Libby, 2008).
kardiogenik. Oklusi LAD juga dapat
menyebabkan AV block akibat infark pada Pengkajian
septum intraventrikular. Sinus tachycardia Pengkajian keperawatan merupakan
merupakan tanda yang umum dijumpai salah satu aspek penting perawatan pasien
akibat respon neurohormonal symphatetic STEMI. Adapun pengkajian yang harus
untuk mengurangi cardiac output atau dilakukan adalah sebagai berikut:
tekanan darah (Underhill, 2005, Libby,
2008). Tingkat kesadaran
Orientasi pasien terhadap tempat,
Infark inferior dan posterior waktu dan orang dipantau dengan ketat.
Infark inferior dan posterior Perubahan penginderaan berarti jantung
diakibatkan oleh oklusi right coronary artery tidak mampu memompa darah yang cukup
(RCA) pada 80-90% pasien sedangkan 10- untuk oksigenasi otak. Bila pasien
20% pasien diakibatkan oleh oklusi arteri mendapatkan obat yang mempengaruhi
left circumflex (LCX). Pada infark inferior fungsi pembekuan darah, maka pengawasan
dijumpai adanya perubahan EKG ST elevasi terhadap adanya tanda-tanda perdarahan
pada lead II, III, aVF sedangkan infark otak merupakan hal penting yang harus
posterior dijumpai adanya ST segmen dilakukan (Smeltzer & Bare, 2008).
depresi di V1 - V4 (Underhill, 2005; Libby,
2008). Nyeri dada
Nyeri dada bisa menjalar ke bagian
Infark lateral lengan kiri, ke leher, rahang bawah, gigi,
Infark miokardial lateral terjadi bila punggung/interskapula, perut dan dapat juga
dijumpai adanya perubahan ST elevasi pada ke lengan kanan. Nyeri juga dapat di jumpai
EKG di lead I, aVL, V5, V6. Infark ini pada daerah epigastrium dan menstimulasi
diakibatkan oleh cabang-cabang arteri yang gangguan pada saluran percernaan seperti
mensuplai darah pada dinding lateral mual, muntah,. Rasa tidak nyaman didada
ventrikel kiri yaitu cabang left circumflex dapat menyebabkan sulit bernafas, keringat
(LCx), diagonal LAD dan cabang terminal dingin, cemas dan lemas. Nyeri dada tidak
dari right coronary artery (RCA). Karena selalu ditemukan pada pasien STEMI
LCx mensuplai AV junction, bundle his, dan terutama pada pasien yang lanjut usia
anterior dan posterior muscle papillary pada ataupun menderita diabetes mellitus
10% populasi, oklusi arteri ini berkaitan (Underhill, 2005, Ignatavicius, 2005).
dengan abnormalitas konduksi jantung atau
insufisiensi katup mitral yang berkaitan Frekuensi dan irama jantung
dengan dysfungsi muscle papillary Frekuensi dan irama jantung perlu
(Underhill, 2005; Libby, 2008; Lily, 200). dipantau secara terus menerus. Adanya
disritmia dapat merupakan petunjuk
Infark ventrikel kanan ketidakseimbangan suplai dengan kebutuhan
Infark ventrikel kanan biasa terjadi oksigen jantung dan di pantau terhadap
pada infark inferior dengan trias perlunya diberikan terapi antidisritmia. Bila
karakteristik yaitu hipotensi, peningkatan terjadi disritma tanpa nyeri dada, maka
tekanan vena jugularis dengan tanda parameter klinis lain selain oksigenasi yang
kusmauls, serta area paru bersih. Infark adekuat harus di cari, seperti kadar kalium
inferior di diagnosis bila dijumpai elevasi serum terakhir (Smeltzer & Bare, 2008).
segmen ST pada sadapan EKG sisi kanan

16
Idea Nursing Journal Vol. I No. 1
ISSN : 2087-2879

Bunyi jantung dada juga untuk menurunkan kebutuhan


Bunyi jantung harus diauskultasi oksigen miokard dengan menurunkan
secara terus-menerus, karena bunyi jantung preload dan meningkatkan suplai oksigen
abnormal dapat timbul. Deteksi dini S3 yang miokard dengan cara dilatasi pembuluh
diikuti penatalaksanaan medis yang agresif koroner yang terkena infark atau pembuluh
dapat mencegah edema paru yang kolateral. NTG harus dihindari pada pasien
mengancam jiwa. Adanya bunyi murmur dengan tekanan darah sistolik < 90 mmHg
yang sebelumnya tidak ada menunjukkan atau pasien yang dicurigai mengalami infark
perubahan fungsi otot miokard sedangkan ventrikel kanan (Antman, 2004; Opie &
friction rub menunjukkan adanya Gersh, 2005).
perikarditis (Lily, 2008 ).
Morfin
Tekanan Darah Morfin sangat efektif mengurangi
Tekanan darah di ukur dan di monitor nyeri dada dan merupakan analgesik pilihan
untuk menentukan respon terhadap nyeri dan dalam tata laksana nyeri dada pada STEMI.
keberhasilan terapi khususnya vasodilator. Morfin diberikan dengan dosis 2 - 4 mg
dapat tingkatkan 2 - 8 mg IV serta dapat di
Denyut nadi perifer ulang dengan interval 5 - 15 menit. Efek
Denyut nadi perifer dievaluasi secara samping yang perlu diwaspadai pada
teratur. Perbedaan frekuensi nadi perifer pemberian morfin adalah konstriksi vena
dengan frekuensi denyut jantung dan arteriol melalui penurunan simpatis,
menegaskan adanya disritmia seperti atrial sehingga terjadi pooling vena yang akan
fibrilasi. Denyut nadi perifer paling sering di mengurangi curah jantung dan tekanan arteri
evaluasi untuk menentukan kecukupan (Antman, 2004, Opie & Gersh, 2005).
aliran darah ke ekstremitas (Black & Hawk,
2005). Aspirin
Aspirin merupakan tata laksana dasar
Status volume cairan pada pasien yang dicurigai STEMI. Inhibisi
Pengukuran intake dan output cairan cepat siklooksigenase trombosit yang
penting dilakukan. Cairan yang seimbang dilanjutkan dengan reduksi kadar
dan cenderung negatif akan lebih baik untuk tromboksan A2 dicapai dengan absorpsi
menghindari kelebihan cairan dan aspirin bukal dengan dosis 162 mg - 325 mg
kemungkinan gagal jantung. Berkurangnya di ruang emergensi dengan daily dose 75 -
haluran urine (oliguria) yang disertai 162 mg.
hipotensi merupakan tanda awal shock
kardiogenik. Beta blocker
Betablocker mulai diberikan segera
Pemberian Oksigen setelah keadaan pasien stabil. Jika tidak ada
Hipoksemia dapat terjadi akibat dari kontraindikasi, pasien diberi betablocker
abnormalitas ventilasi dan perfusi akibat kardioselektif misalnya metoprolol atau
gangguan ventrikel kiri. Oksigen harus atenolol. Heart rate dan tekanan darah harus
diberikan pada pasien dengan saturasi terus rutin di.monitor setelah keluar dari
oksigen arteri < 90%. Pada semua pasien rumah sakit. Kontraindikasi terapi
STEMI tanpa komplikasi dapat diberikan betablocker adalah: hipotensi dengan
oksigen selama 6 jam pertama. Pemberian tekanan darah sistolik <100 mmHg,
oksigen harus diberikan bersama dengan bradikardi <50 denyut/menit, adanya heart
terapi medis untuk mengurangi nyeri secara block, riwayat penyakit saluran nafas yang
maksimal (antman et al, 2004). reversible, Betablocker harus dititrasi
sampai dosis maksimum yang dapat
Nitrogliserin ditoleransi. (Antman, 2004; Black & Hawk,
Nitogliserin (NTG) sublingual dapat 2005; Libby, 2008)
diberikan dengan dosis 0,4 mg dan dapat
diberikan sampai 3 dosis dengan interval 5
menit. NTG selain untuk mengurangi nyeri

17
Idea Nursing Journal Vol. I No. 1

ACE Inhibitor Manajemen keperawaan pada pasien


ACE inhibitor mulai diberikan dalam STEMI
24 48 jam pascaMI pada pasien yang telah Perawat sebagai salah satu anggota
stabil, dengan atau tanpa gejala gagal team dalam tatanan keperawatan klinik
jantung. ACE inhibitor menurunkan sangat berperan dalam melakukan
afterload ventrikel kiri karena inhibisi. pengkajian riwayat kesehatan secara teliti,
sistem reninangiotensin, menurunkan dilasi mengidentifikasi tanda dan gejala awal
ventrikel. ACE inhibitor harus dimulai ischemia memberikan intervensi dan
dengan dosis rendah dan dititrasi naik implementasi keperawatan yang cepat dan
sampai dosis tertinggi yang dapat tepat sehingga akan mengembalikan aliran
ditoleransi. Kontraindikasinya hipotensi, darah koroner dan mencegah pasien dari
gangguan ginjal, stenosis arteri ginjal komplikasi. Selain itu perawat dapat
bilateral, dan alergi ACE inhibitor. Elektrolit mengidentifikasi faktor risiko, memodifikasi
serum, fungsi ginjal dan tekanan darah harus dan mempromosikan positive outcomes
dicek sebelum mulai terapi dan setelah 2 sehingga dapat hidup lebih produktif
minggu (Opie & Gersh, 2005; Libby, 2008). (underhill, 2005).

Terapi penurunan kadar lipid Adapun tujuan utama perawatan


Manfaat HMG CoA reductase pasien STEMI adalah:
inhibitor (statin) selain berfungsi sebagai Menghilangkan nyeri
penurun kolesterol juga mempunyai efek Menghilangkan nyeri dada merupakan
pleiotropic yang dapat berperan sebagai anti prioritas utama pada pasien dengan STEMI,
inflamasi, anti trombolitik. Target dan terapi medis diperlukan untuk mencapai
penurunan LDL < 100 mg/dl, sedangkan tujuan tersebut, sehingga penatalaksanaan
pada pasien dengan risiko tinggi, DM, nyeri dada merupakan usaha kolaborasi
penyakit jantung koroner, target penurunan dokter dengan perawat.
LDL kolesterol adalah < 70 mg/dl (Opie &
Gersh, 2005;Sukandar et al, 2008; Libby,
Istirahat fisik
2008)
Bedrest dengan posisi semifowler atau
menggunakan cardiac chair dapat
Anti koagulan mengurangi nyeri dada dan dispnea. Posisi
LMWH lebih banyak digunakan kepala yang lebih tinggi sangat bermanfaat
daripada unfractionated heparin karena
bagi pasien karena: (1) Volume tidal dapat
untuk membatasi perluasan thrombosis
diperbaiki karena tekanan isi abdomen
koroner. Studi ESSENCE menunjukkan
terhadap diafragma berkurang sehinngga
enoxaparin 1mg/kg 2 kali/hari lebih baik
pertukaran gas dapat lebih baik, (2) Drainase
daripada unfractinated heparin. Biaya lobus atas paru lebih baik serta (3) Aliran
enoxaparin lebih tinggi, tetapi mempunyai
balik vena ke jantung (preload) berkurang
aktivitas antifaktor Xa lebih besar, tidak sehingga mengurangi kerja jantung
memerlukan monitor terus menerus, dan (Smeltzer & Bare, 2008; Underhill, 2005).
dapat diberikan dengan mudah sehingga
menjadi pilihan terapi yang cukup popular.
Enoxaparin diberikan terus sampai pasien Memperbaiki fungsi respirasi
bebas dari angina atau paling sedikit selama Pengkajian fungsi pernafasan yang
24 jam, durasi terapi yang dianjurkan adalah teratur dan teliti dapat membantu perawat
2 8 hari (Sukandar et al, 2008; Libby, mendeteksi tanda-tanda awal komplikasi
2008). yang berhubungan dengan paru. Perhatian
yang mendalam mengenai status volume
Terapi reperfusi cairan dapat mencegah overload jantung dan
Terapi reperfusi dilakukan dengan paru.
percutaneus coronary intervention (PCI)
primer ataupun dengan terapi fibrinolisis. Mengurangi kecemasan
Membina hubungan saling percaya
dalam perawatan pasien sangat penting

18
Idea Nursing Journal Vol. I No. 1
ISSN : 2087-2879

untuk mengurangi kecemasan. Rasa diterima penginderaan dan perubahan nilai


dan diperhatikan akan membantu pasien laboratorium (Smeltzer & Bare, 2008).
mengetahui bahwa perasaan seperti itu STEMI disebabkan oleh adanya
masuk akal dan normal, sehingga aterosklerotik pada arteri koroner sehingga
diharapkan dapat mengurangi menyebabkan terjadinya nekrosis miokard
kecemasannya. yang bersifat irreversible. Menghilangkan
Coronary precaution nyeri dada merupakan prioritas utama pada
Coronary precaution pada pasien pasien dengan STEMI, dan terapi medis
STEMI yaitu menghindari valsava maneuver. diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut,
Valsava maneuver dapat menyebabkan sehingga penatalaksanaan nyeri dada
udara terperangkap dalam paru akibat merupakan usaha kolaborasi dokter dengan
penutupan glotis dan meningkatnya tekanan perawat.
darah sistolik dan frekuensi jantung. Perawat sebagai salah satu anggota
Meningkatnya tekanan intrathorak akan team dalam tatanan keperawatan klinik
menyebabkan penurunan venous return, sangat berperan dalam melakukan
penurunan preload, penurunan stroke pengkajian riwayat kesehatan secara teliti,
volume, penurunan cardiac output sehingga mengidentifikasi tanda dan gejala awal
menyebabkan peningkatan heart rate dan ischemia memberikan intervensi dan
vasokontriksi perifer. Ketika tekanan implementasi keperawatan yang cepat dan
intrathorak menurun, preload meningkat tepat sehingga akan mengembalikan aliran
sehingga akan mengakibatkan peningkatan darah koroner dan mencegah pasien dari
beban kerja jantung (Underhill, 2005; Black komplikasi. Selain itu perawat dapat
& Hawk, 2005) mengidentifikasi faktor risiko, memodifikasi
dan mempromosikan positive outcomes
Pendidikan pasien dan pertimbangan sehingga dapat hidup lebih produktif
perawatan di rumah (underhill, 2005).
Discharge planning diberikan segera
setelah pasien di rawat di rumah sakit dan KEPUSTAKAAN
sebelum pulang pasien seharusnya sudah Black, J. M., & Hawk, J. H. (2005). Medical
menerima instruksi secara detail follow up surgical nursing clinical management
kesehatannya antara lain latihan fisik, diet, for positive outcomes (7th Ed.). St.
obat-obatan, modifikasi faktor risiko dan Louis, Missouri: Elsevier Saunders.
kapan harus mencari pertolongan medis.
Ignativicius, D. D., & Workman, M. L.
Rehabilitasi jantung (2006). Medical-surgical nursing:
Rehabilitasi bertujuan untuk Critical thinking for collaborative
mengembangkan dan memperbaiki kualitas care (4th Ed.). St. Louis, Missouri:
hidup pasien, sedangkan tujuan jangka Elsevier Saunders.
pendek adalah mengembalikan sesegera
mungkin ke gaya hidup normal atau Gray, H. et al. (2002). Lecture notes
mendekati normal. kardiologi. Alih bahasa: Azwar
Agoes. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Pemantauan dan penatalaksanaan
komplikasi potensial Smeltzer, S. C., Bare, B. G., Hinkle, J. L., &
Komplikasi yang dapat terjadi antara Cheever, K. H. (2008). Brunner &
lain disritmia, shock kardiogenik, gagal Suddarths textbook of medical-
jantung dan lain lain yang dapat surgical nursing (11th Ed.).
menimbulkan kematian, oleh karena itu Philadelphia: Lippincott Williams &
identifikasi dini tanda dan gejala yang dapat Wilkins.
mencetuskan awitan tersebut. Pasien
dipantau dengan ketat terhadap perubahan Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., Alwi I.,
frekuensi, irama, bunyi jantung, tekanan Simadibrata, M., & Setiati, S. et al.
darah, nyeri dada, status pernafasan, (2006). Buku ajar ilmu penyakit
haluaran urine, suhu, warna kulit, perubahan dalam (Ed. 4). Jakarta: FKUI.

19
Idea Nursing Journal Vol. I No. 1

Underhill, S. L., Woods, S. L., Froelicher, E.


S. S., & Halpenny, C. J. (2005).
Cardiac nursing (5th Ed.).
Philadelphia: Lippincott Williams &
Wilkins.

20

You might also like