Professional Documents
Culture Documents
ABSTRAK
Pendahuluan: Keluarga merupakan tempat utama dan pertama untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia, memiliki
lima tugas di bidang kesehatan. Ketidakmampuan keluarga melaksanakan tugasnya akan menjadi masalah pada anggota
keluarga yang menderita gangguan jiwa, sehingga memungkinan terjadi pemasungan. Tujuan penelitian ini adalah
merumuskan kemungkinan pemasungan penderita gangguan jiwa oleh keluarga. Metode: Desain penelitian ini adalah
cross sectional. Subyek penelitian sebanyak 45 keluarga yang memiliki anggota keluarga penderita gangguan jiwa
berasal dari empat kluster di Puskesmas Bacem Ponggok dan Sutojayan Kabupaten Blitar, yang dipilih dengan teknik
cluster random sampling secara rapid survei. Analisis menggunakan regresi nominal dengan = 0,05. Hasil: Dua tugas
keluarga yang berpengaruh terjadinya pemasungan pasien yaitu kemampuan keluarga merawat dengan nilai signifi kan
0,009 dan kemampuan keluarga memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan dengan nilai signifikan 0,034. Kemungkinan
pasien gangguan jiwa dipasung oleh keluarga diformulasikan dalam sebuah rumus. Diskusi: Besar pengaruh kedua tugas
keluarga sebesar 37,1% (Nagelkerke sebesar 0,371) sedangkan 62,9% dipengaruhi oleh faktor lain. Untuk memperkecil
kejadian pasung diharapkan keluarga merawat penderita dengan ikhlas, kasih sayang, dan memanfaatkan sarana pelayanan
kesehatan.
ABSTRACT
Introduction: The family was the place and the first to meet the basic needs of human beings, has five tasks in health.
The inability of the family perform its tasks will be a problem in a family member suffering from a mental disorder,
so allow the deprivation occurred. The aim of this study was to formulate the possibility of deprivation of people with
mental disorders by family. Method: The study design was cross sectional. Study subjects by 45 families who have family
members with mental disorders from four clusters at health centres of Bacem Ponggok and Sutojayan of Kabupaten
Blitar, selected by cluster random sampling with rapid survey. Analysis using nominal regression with = 0.05. Result:
Two tasks the family that affect was deprived of the ability of families caring for patients with significant value 0.009
and the ability of families utilizing health care facilities with significant value of 0.034. The possibility of patients to be
deprived by family was formulated. Discussion: Influences family task was 37.1% (Nagelkerke = 0.371) whereas 62.9%
influenced by other factors. To minimize the occurrence of deprived be expected to treat patients with a family of faith,
love, and use of health service facilities.
PENDAHULUAN
2005 terdapat masalah kesehatan jiwa akibat
Keluarga merupakan tempat pertama bencana dengan gangguan jiwa berat 34%,
dan utama untuk memenuhi kebutuhan gangguan mental emosional 1520% dan
dasar manusia. Sesuai hirarkhi Maslow stress ringan sampai berat 2050%.
kesehatan jiwa merupakan kebutuhan dasar Gangguan jiwa berdampak penurunan
mulai kebutuhan dasar sampai aktualisasi produktivitas, peningkatan biaya perawatan,
diri. Peran keluarga menjadi penting untuk dan cenderung menimbulkan permasahan
menemukan dan mengenali masalah keluarga baru misalnya resiko perceraian pada pasangan
yang berkaitan dengan gangguan jiwa. Hasil suami istri, resiko terjadi penganiayaan dan
Riskesdas 2007 menunjukkan gangguan jiwa penyiksaan pada kondisi amuk. Pemahaman
berat 0,46%, gangguan mental emosional 11,6 yang masih rendah terhadap gangguan jiwa di
%. Data tersebut merupakan data kesehatan masyarakat, dan pandangan miring terhadap
jiwa tanpa bencana, sedangkan menurut penderita gangguan jiwa dengan masih
World Health Organization (WHO) tahun lekatnya stigma yang diberikan menjadikan
118
Prediksi Penderita Gangguan Jiwa (Sri Mugianti dan Suprajitno)
119
Jurnal Ners Vol. 9 No. 1 April 2014: 118125
diisi oleh anggota keluarga yang mengasuh Tabel 1. Keadaan keluarga dengan pasien
penderita gangguan jiwa setiap hari. gangguan jiwa
Pengumpulan data dilakukan pada bulan
No. Keadaan keluarga f %
JuliNopember 2013. Analisis menggunakan
1 Hubungan keluarga:
regresi nominal dengan = 0,05. 14 31,1
- Ibu
- Bapak 4 8,9
- Anak 4 8,9
HASIL 8 17,8
- Suami / Istri
Keadaan keluarga yang merawat pasien 9 20,0
- Kakak 4 8,9
gangguan jiwa digambarkan seperti tabel 1. - Adik 2 4,4
Hasil analisis uji statistik menggunakan - Bukan keluarga inti
regresi nominal dengan metode entered yaitu 2 Pengertian keluarga
dilakukan sekali analisis regresi terhadap tentang gangguan jiwa:
variabel dependen dan semua variabel - Gangguan pikiran 18 40,0
- Saraf terganggu 4 8,9
independen yang dipilih secara serentak. Hasil
- Tidak dapat tidur 1 2,2
regresi logistik dan nilai variabel independen 4 8,9
yang signifikan seperti pada tabel 4, kesesuaian - Perilaku aneh
10 22,2
model fungsi seperti pada tabel 5, dan nilai - Orang gila
7 15,6
- Depresi
pengaruh variabel independen secara bersama 1 2,2
- Tidak tahu
seperti pada tabel 6. Dari tabel 4 dapat dibuat
Tabel 2. Tabulasi silang antara tempat dan rutinitas periksa pasien gangguan jiwa
Rutinitas periksa
Total
Ya Tidak
25 9 34
Puskesmas
55,6% 20,0% 75,6%
Tempat periksa
0 11 11
Bukan
0,0% 24,4% 24,4%
25 20 45
Total
55,6% 44,4% 100,0%
Tabel 4. Nilai regresi logistik dan variabel independen dengan metode entered
Model fitting Effect selection test Nilai kejadian
Model Effect(s)
criteria 2 df sig dipasung
0 Intercept 75,951 -- 19,712
1 Rawat 66,513 9,438 2 0,009 -37,209
2 Sarana 59,734 6,779 2 0,034 -19,010
120
Prediksi Penderita Gangguan Jiwa (Sri Mugianti dan Suprajitno)
121
Jurnal Ners Vol. 9 No. 1 April 2014: 118125
Oktober 2010 yaitu Menuju Indonesia Bebas ikatan yang terjadi antar anggota keluarga.
Pasung. Alasannya melanggar UU yang Bentuk kegiatan perawatan pada hal sederhana
dimiliki Negara Indonesia, karena gangguan memungkinkan dilakukan oleh keluarga,
jiwa dapat disenbuhkan dan penderita menimbulkan rasa spontan perawatan oleh
gangguan jiwa berhak mendapatkan layanan anggota keluarga yang lain, sehingga dapat
pengobatan dan perlakuan yang manusiawi. disimpulkan Kemampuan keluarga melakukan
Sehingga, Indonesia Bebas Pasung memiliki tugas untuk merawat anggota keluarga yang
makna upaya untuk membuat Indonesia bebas sakit akan memperkecil kemungkinan pasien
secara nasional dari adanya praktik pasung gangguan jiwa dipasung.
dan penelantaran terhadap penderita gangguan Menurut PKMRS RS Jiwa Radjiman
jiwa. Wediodiningrat Lawang, merawat penderita
Berdasarkan hasil regresi logistik dan gangguan jiwa di keluarga merupakan upaya
nilai variabel independen yang signifikan rehabilitasi. Rehabilitasi bertujuan untuk
adalah tugas keluarga merawat anggota mengoptimalkan kemampuan atau upaya
keluarga yang menderita gangguan jiwa dan untuk membantu mencapai kualitas hidup
memanfaatkan sarana/fasilitas kesehatan yang optimal bagi penderita gangguan
dengan nilai signifikansi 0,009 dan 0,034. jiwa. Rehabilitasi akan membantu proses
Tugas keluarga dalam merawat pasien penyembuhan dan kembalinya kepercayaan
gangguan jiwa merupakan tugas ketiga dari diri penderita gangguan jiwa. Di samping
lima tugas keluarga di bidang kesehatan. itu diperlukan peran serta masyarakat yang
Tugas ketiga ini secara statistik berpengaruh dekat dengan keluarga karena masyarakat
sebesar nilai 37,209 terhadap kejadian dapat membantu proses rehabilitasi dengan
pemasungan penderita gangguan jiwa oleh mener ima dan mendorong pender it a
keluarga. Merawat anggota keluarga yang melakukan aktifitas sosial sesuai dengan
sakit merupakan sesuatu yang alamiah keadaannya. Peran serta masyarakat aktif yang
terjadi pada sebuah keluarga. Seberapapun diperlukan, jika menemukan kasus pasung
tingkat pemahaman keluarga terhadap pada orang dengan gangguan jiwa di sekitar
gangguan jiwa, seberapa tepat pembuatan tempat tinggalnya diharap segera melapor
keputusan dan seberapapun keberdayaan ke (1) kader kesehatan, (2) fasilitas layanan
keluarga, tugas merawat anggota keluarga kesehatan terdekat (Puskesmas, Rumah Sakit
yang sakit merupakan wujud bahwa fungsi Umum, atau Rumah Sakit Jiwa), atau (3) Dinas
keluarga tersebut berjalan, Hal ini terutama Kesehatan setempat.
terkait dengan fungsi keluarga menurut Merawat penderita gangguan jiwa di
Friedman (1992) yaitu (1) fungsi cinta kasih: keluarga, seharusnya tidak diartikan seperti
memberikan kasih sayang dan rasa aman, merawat penderita yang sakit dan dirawat inap
memberikan perhatian diantara anggota di Rumah Sakit. Merawat yang sebenarnya
keluarga, (2) fungsi melindungi: melindungi pada penderita gangguan jiwa adalah jika
anak dari tindakan-tindakan yang tidak baik, keluarga atau masyarakat tidak mengabaikan,
sehingga anggota keluarga merasa terlindung menelantarkan, mengucilkan, mengolok-
dan merasa aman, dan (3) fungsi reproduksi: olok, atau bahkan memasung. Jika keadaan
meneruskan keturunan, memelihara dan tersebut dilakukan disebut perilaku keluarga
membesarkan anak, memelihara dan merawat atau masyarakat yang salah. Perilaku salah
anggota keluarga. Bila dikaitkan dengan hasil mungkin didasarkan pada persepsi yang
penelitian tampak bahwa orang terdekat yang salah. Persepsi yang salah dan benar tentang
merawat pasien gangguan jiwa sesuai sampel penderita gangguan jiwa ditabelkan seperti
penelitian hampir 100% adalah keluarga tabel 7.
inti, hanya 4.4% saja dirawat bukan oleh Tugas keluarga kelima di bidang
keluarga inti, namun masih ada hubungan kesehatan yaitu keluarga memanfaatkan
kekerabatan. Merawat anggota keluarga yang fasilitas pelayanan kesehatan memiliki
sakit merupakan bentuk rasa kasih sayang, pengaruh sebesar 19,010 untuk kemungkinan
122
Prediksi Penderita Gangguan Jiwa (Sri Mugianti dan Suprajitno)
pemasungan oleh keluarga dilakukan pada kekerasan pada hak-hak individu, hak politik,
penderita gangguan jiwa. Pemanfaatan fasilitas ekonomi, sosial dan budaya.
pelayanan kesehatan dapat berbentuk bantuan Peran Puskesmas, diharapkan juga
petugas kesehatan atau pelayanan fasilitas menya mpai ka n ba hwa ODM K t id a k
kesehatan yang dibutuhkan keluarga ketika diperbolehkan dipasung dan diterlantarkan.
keluarga tidak mampu merawat sendiri anggota Sehingga, peran serta masyarakat diharapkan
keluarga yang sakit dapat dipenuhi. Sarana mampu untuk mengenali kasus-kasus
pelayanan kesehatan yang dapat berperan gangguan jiwa di masyarakat, pemasungan
pada lini pertama adalah Pusat Kesehatan yang ada di lingkungan dan mendorong
Masyarakat (Puskesmas). Fungsi Puskesmas anggota masyarakat untuk berobat dan
diantaranya sebagai Pusat Pemberdayaan kontrol. Upaya Puskesmas untuk Menuju
Masyarakat dan Keperawatan Kesehatan Indonesia Bebas Pasung diperlukan juga
Masyarakat. upaya dan peran Pemerintah. Karena,
Puskesmas sebagai Pusat Pemberdayaan Pemerintah dan pemerintah daerah bukan
Masyarakat berpean untuk memberikan hanya menemukan kasus-kasus pasung untuk
pemahaman bahwa penderita gangguan kemudian melepaskan tetapi juga harus
jiwa dapat disebut Orang Dengan Masalah memberikan edukasi pada masyarakat untuk
Kejiwaan (ODMK). ODMK yang berat dan tidak melakukan pemasungan.
kronis seperti skizofrenia dan gangguan Keperawatan Kesehatan Masyarakat
bipolar adalah termasuk kelompok yang rentan sebagai salah satu fungsi Puskesmas
mengalami pengabaian hak-haknya. WHO diharapkan mampu menjangkau pelayanan
dalam pernyataannya mengenai Kesehatan kesehatan sampai kepada masyarakat baik
Jiwa, menyatakan bahwa, gangguan jiwa dalam pelayanan dalam gedung atau pelayanan
mempengaruhi cara berpikir dan berperilaku, luar gedung. Pada tabel 2, pasien gangguan
kemampuan untuk melindungi kepentingan jiwa menggunakan sarana Puskesmas sebagai
dirinya dan kemampuan mereka untuk tempat berobat adalah 75,6% dan sebanyak
mengambil keputusan; seseorang dengan 55,6% menggunakan sarana Puskesmas
gangguan jiwa berhadapan dengan stigma, sucara rutin. Program Kesehatan Jiwa di
diskriminasi dan marginalisasi. Stigma Puskesmas bukan merupakan Program Utama
menyebabkan mereka tidak mencar i Puskesmas, namun kemungkinan faktor yang
pengobatan yang sangat mereka butuhkan, mempengaruhi keluarga memanfaatkan
atau mereka akan mendapatkan pelayanan Puskesmas sebagai tempat pengobatan
yang bermutu rendah; marginalisasi dan karena keluarga merasa tidak mampu
diskriminasi juga meningkatkan risiko merawat anggota keluarga yang menderita
123
Jurnal Ners Vol. 9 No. 1 April 2014: 118125
124
Prediksi Penderita Gangguan Jiwa (Sri Mugianti dan Suprajitno)
KEPUSTAKAAN So ek r a m a , 20 01. Pe n i n gk a ta n d a n
Pemeliharaan Kesehatan Jiwa Serta
Baker, Maureen, 2001. Families, Labour, &
Penanggulangan Stres. Jakar ta:
Love. Australia: Allen & Unwin.
Yayasan Purna Bhakti Negara.
DepKes RI, 2008. Riskesdas 2007. Jakarta:
Swanson, Janice M. & Mary A. Nies, 1997.
Badan Penelitian dan Pengembangan
Community Health Nursing: Promoting
Departemen Kesehatan RI.
the health of aggregates. Philadelphia:
DepKes RI., 2006, Keperawatan Jiwa Teori
WB Saunders Company.
dan Tindakan Keperawatan, Jakarta.
Townsend. MC., 2005. Essentials of
Direktorat Jenderal Bina Pelayanan
Psychiatric Mental Health Nursing (3th
Medik
ed). Philadelphia: F A Davis Company.
Friedman, Marilyn M., 1998. Family Nursing:
Videbeck, S.L., 2008. Buku Ajar Keperawatan
Research, Theory, & Practice. Stamford:
Jiwa. Bandung: Refika Aditama
Appleton & Lange.
Walkinson, Greg, 2002. Seri Kesehatan
Hawari, 2007. Pendekatan Holistik Pada
Bimbingan Dok ter pada St res.
Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta:
Terjemahan oleh Christine Pangemanan.
FKUI.
Jakarta: Dian Rakyat.
Indonesia Bebas Pasung. http://rsjlawang.
Widowati, 2013. Era Kesehatan Jiwa
blogspot.com/2012/03/indonesia-bebas-
Masyarakat (CommunityMental Health)
pasung.html
sesuai Pertemuan di Bali Desember
Juliansyah, 2009. Stigma Penderita Gangguan
2012. Artikel dalam http://rsjsoerojo.
Jiwa. diakses melalui http:// perawat
co.id/era_community_mental_health_
psikiatri. blogspot. com/ mental
kesehatan_ jiwa_masyarakat_sesuai_
disorder. html
per temu a n _d i _bali _desember_
Keliat, B.A. dkk, 1991. Tingkah Laku Bunuh
berita112.html
Diri. Jakarta: Arcan.
Willis S, 2005. Remaja & Masalahnya.
Maramis, W.F, 2004. Catatan Ilmu Kedokteran
Bandung: Alfabeta.
Jiwa (edisi tujuh). Surabaya: Airlangga
Wright, Lorraine M. & Maureen Leahey,
Universitas.
1994. Nurses and Families: a guide
Menuju Indonesia Bebas Pasung. http://buk.
to family assessment and intervention,
depkes.go.id/index.php?option=com_c
2nd edition. Philadelphia: FA Davis
ontent&view=article&id=87:menuju-
company
indonesia-bebas-pasung-
Yosep. I., 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung:
Mervyn, Harold, 2001. Kiat Keluarga Sehat.
Jilid 2. Bandung: Indonesia Publishing Refika Aditama.
House.
Santrock W. John, 2003. Adolenscence
(Perkembangan Remaja). Jakarta:
Erlangga
125