Professional Documents
Culture Documents
A. Hasil
Postur: Normal
Presentasi:
2
Longitudinal posterior
Postur: Normal
Presentasi:
3
Longitudinal anterior
Penanganan: Fiksasi
kedua kaki depan.
Repulsi. Ektensi kepala
ke dalam cavum pelvis
dengan cara memegang
moncong fetus. Tarik
paksa.
Presentasi:
5
Longitudinal anterior
Penanganan: Fiksasi
kedua kaki depan.
Repulsi. Ektensi kepala
ke dalam cavum pelvis
dengan cara memegang
moncong fetus. Tarik
paksa.
Presentasi:
6
Longitudinal anterior
Penanganan: Fiksasi
kaki depan sebelah
kanan. Repulsi. Ektensi
sendi siku sebelah kiri
dengan memegang
teracak fetus
(pelurusan ektremitas).
Repulsi. Tarik paksa.
Presentasi:
7
Longitudinal anterior
Penanganan: Fiksasi
kepala fetus pada
bagian mandibula.
Ekstensi sendi siku
kanan dengan
memegang teracak fetus
(pelurusan ektremitas).
Repulsi. Fiksasi kaki
depan kanan. Ekstensi
sendi siku kiri dengan
cara memegang teracak
fetus (pelurusan
ekstremitas). Repulsi.
Fiksasi kaki depan
sebelah kiri. Tarik
paksa.
Presentasi:
8
Longitudinal anterior
Penanganan: Fiksasi
kaki depan sebelah
kanan. Repulsi. Ektensi
sendi bahu (menjadi
unilateral carpal
flexion). Repulsi.
Ektensi sendi siku
dengan memegang
teracak fetus. Repulsi.
Tarik paksa.
Presentasi:
9
Longitudinal anterior
Penanganan: Fiksasi
kedua kaki depan dan
kepala pada bagian
mandibula. Repulsi.
Rotasi 90 searah jarum
jam. Tarik paksa.
Presentasi:
11
Longitudinal anterior
Penanganan: Fiksasi
kaki depan kiri fetus
dan kepala bagian
mandibula. Repulsi.
Rotasi 90 searah jarum
jam. Repulsi. Ekstensi
sendi siku kanan untuk
meluruskan ektremitas
dengan memegang
teracak fetus (menjadi
unilateral carpal
flexion). Repulsi. Tarik
paksa.
Presentasi:
12
Longitudinal anterior
Penanganan: Fiksasi
kedua kaki depan dan
kepala bagian
mandibula. Repulsi.
Rotasi 180 berlawanan
jarum jam (sampai
umbilicalis tidak melilit
fetus). Tarik paksa.
Presentasi:
13
Longitudinal anterior
Penanganan: Fiksasi
kedua kaki depan dan
kepala bagian
mandibula. Repulsi.
Tarik paksa.
Presentasi:
14
Longitudinal posterior
Penanganan: Fiksasi
kaki belakang kiri.
Repulsi. Ekstensi sendi
loncat kanan kearah
pelvis dengan
memegang teracak
fetus. Repulsi. Tarik
paksa.
Presentasi:
15
Longitudinal posterior
Penanganan: Fiksasi
kaki belakang kiri.
Repulsi. Ektensi sendi
pinggul dengan cara
menarik tulang tibia
kearah pelvis (menjadi
unilateral tarsal
flexion). Repulsi.
Ekstensi sendi loncat
kearah pelvis. Repulsi.
Tarik paksa.
Presentasi:
17
Longitudinal posterior
Penanganan: Ekstensi
kedua kaki belakang.
Repulsi pada bagian
pantat. Rotasi 90
searah jarum jam.
Repulsi. Ekstensi sendi
loncat kaki kanan
dengan memegang
teracak fetus. Repulsi.
Fiksasi kaki belakang
kanan. Repulsi.
Ekstensi sendi loncat
kaki kiri dengan
memegang teracak
fetus. Repulsi. Tarik
paksa.
Presentasi:
18
Longitudinal posterior
Penanganan: Fiksasi
kedua kaki belakang.
Repulsi pada bagian
pantat. Rotasi 180
berlawanan jarum jam
(umbilicalis tidak
melilit fetus). Tarik
paksa.
Presentasi: Transversal
19
dorsal
Penanganan: Repulsi
daerah pantat sambil
melakukan versi untuk
memperbaiki presentasi
fetus menjadi presentasi
longitudinal anterior
dengan posisi dorso
illial kiri dan postur
menjadi penekukan
kedua sendi bahu.
Fiksasi kepala pada
bagian mandibula.
Repulsi kepala. Rotasi
90 searah jarum jam.
Repulsi. Ekstensi sendi
bahu kiri dan kanan
satu persatu sehingga
postur menjadi
penekukan kedua sendi
siku. Repulsi. Ekstensi
sendi siku kiri dan
kanan satu persatu
dengan memegang
teracak fetus sehingga
ekstremitas menjadi
normal. Tarik paksa.
B. Pembahasan
Distokia atau kalahiran yang sulit adalah suatu keadaan dimana stadium
pertama, terutama stadium kedua dari proses kelahiran menjadi lebih lama atau bahkan
tidak mungkin bagi induk untuk melahirkan anaknya tanpa mendapat pertolongan dari
luar. Distokia merupakan salah satu kondisi kebidanan yang harus ditangani oleh dokter
hewan. Kejadian distokia pada ternak diperkirakan 3,3%, kejadian ini lebih banyak pada
ternak sapi perah dibandingkan pada sapi potong. Kelahiran (partus) adalah suatu proses
yang sangat rumit dan distokia dapat muncul apabila beberapa bagian dari proses
tersebut mengalami kegagalan atau menjadi tidak terkoordinasi.
Kasus distokia umumnya terjadi pada induk yang baru pertama kali beranak,
induk yang masa kebuntingannya jauh melebihi waktu normal, induk yang terlalu cepat
dikawinkan, hewan yang kurang bergerak, kelahiran kembar dan penyakit pada rahim.
Distokia dapat disebabkan oleh faktor induk dan faktor anak (fetus). Aspek induk yang
dapat mengakibatkan distokia diantaranya kegagalan untuk mengeluarkan fetus akibat
gangguan pada rahim yaitu rahim sobek, luka atau terputar, gangguan pada abdomen
(rongga perut) yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk merejan, tersumbatnya jalan
kelahiran, dan ukuran panggul yang tidak memadai. Aspek fetus yang dapat
mengakibatkan distokia diantaranya, defisiensi hormon (ACTH/cortisol), ukuran fetus
yang terlalu besar, kelainan posisi fetus dalam rahim serta kematian fetus dalam rahim.
Ukuran fetus yang terlalu besar dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu keturunan, faktor
pejantan yang terlalu besar sedangkan induk kecil, lama kebuntingan, jenis kelamin fetus
yaitu fetus jantan cenderung lebih besar, serta kebuntingan kembar. Faktor nutrisi induk
juga berperan, yakni pemberian pakan terlalu banyak dapat meningkatkan berat badan
fetus dan timbunan lemak dalam rongga panggul yang dapat menurunkan efektifitas
perejanan.
Kasus distokia harus segera ditangani sebagai suatu keadaan yang darurat.
Namun demikian untuk mencapai hasil yang memuaskan, adalah sangat penting bahwa
hewan betina harus diperiksa secara rutin dan cermat untuk menetapkan diagnosa yang
tepat supaya dapat diambil tindakan penanggulangan yang tepat. Tujuan dasar
penanggulangan distokia adalah untuk melahirkan anak yang hidup dan mencegah
perlukaan pada induk. Penanggulangan distokia dapat dibagi atas empat cara, yaitu
mutasi, tarik paksa, foetotomi atau embriotomi, dan sectio caesaria atau
laparohisterotomi.
Penarikan paksa ialah pengeluaran fetus dari induk melalui saluran kelahiran
dengan menggunakan kekuatan atau tarikan dari luar. Penarikan secara paksa
dilakukan apabila terdapat kelemahan uterus dan fetus tidak ikut menstimuler
perejanan. Tindakan ini dilakukan apabila sudah diadakan anestesi epidural dan
sesudah mutasi mengatasi sebab-sebab distokia.