You are on page 1of 6

Media Gizi Pangan, Vol.

XV, Edisi 1, 2013 Wasting, Asupan Makanan, Penyakit Infeksi

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN WASTING PADA


ANAK BALITA DI KECAMATAN MARIORIWAWO
KABUPATEN SOPPENG

1 1 2
Hendrayati , Aswita Amir, Darmawati
1
Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Kemenkes, Makassar
2
Alumni D-IV Jurusan Gizi, Politeknik Kesehatan Kemenkes, Makassar

Abstract

Background: Wasting is a state of less weight than normal proportion to height,


measured by index weight / height, with the Z-Score value is -3 SD to <-2 SD. Based on
data from Health Department in Soppeng, wasting proportion to district level was 2.41%,
among the seven districts, District Marioriwawo has the highest proportion is 5.69%.

Objectives: The objective of this research was to determine the factors that influence the
incidence of wasting in children under five in Distric Marioriwawo, Soppeng. This
research method is a survey analytic approach Cross Sectional Study. The number of
samples is 30 children under five. Analysis of the data using linear regressive test.

Methods: This research is an analytic survey research, with the aim of obtaining the
relationship between variables. The approach used was a cross sectional study. The
research was conducted in District Marioriwawo. 5 month long study from January 2012
to May 2012. The research population consists of 121 children with wasting status in
Marioriwawo, Soppeng. Sample was children aged 24-59 months with wasting status in
District Marioriwawo, Soppeng based on W/H and have immunization status data.

Results: The results show, that there was no relationship between the incidence of
wasting with energy intake (p = 0.061), there was no relationship between protein intake
with the incidence of wasting (p = 0.212), there was no relationship between fat intake
(p = 0.261), carbohydrate intake (p = 0.040), infectious disease (p = 0.500), maternal
nutrition knowledge (p = 0.227), immunization status (p = 0.567).

Conclusions: Conclusions of this research are the factors that influence the incidence of
wasting in children under five in Distric Marioriwawo. This research shows that there is no
significant relationship between dietary intake factors, infectious diseases (diarrhea),
maternal nutrition knowledge and immunization status.

Suggestion: Similar research should be conducted with more variables and more
samples. Method of weighing food, types of infections other than diarrhea.
Keywords: Incidence of wasting, dietary intake, infectious diseases, maternal nutrition
knowledge and immunization status

PENDAHULUAN underweight (BB/U), Stunting/pendek (TB/U)


Masalah gizi adalah gangguan pada dan wasting/kekurusan (BB/TB).
beberapa segi kesejahteraan perorangan dan Berdasarkan riset kesehatan dasar
atau masyarakat yang disebabkan oleh tidak (Riskesdas) pada tahun 2007 prevalensi
terpenuhinya kebutuhan akan zat gizi yang wasting nasional adalah sebesar 13,6 %,
diperoleh dari makanan. Masalah gizi tersebut sedangkan pada tahun 2010 prevalensi
dapat berupa masalah gizi makro dan masalah wasting nasional menjadi 13,3 %, turun
gizi mikro. Masalah gizi makro dapat berbentuk sebesar 0,3 % dalam waktu 3 tahun.
gizi kurang dan gizi lebih , . Berdasarkan Berdasarkan Riskesdas 2010, keadaan status
antropometri, status gizi dapat dikelompokan gizi di Sul-Sel yaitu prevalensi underweight,

56
Media Gizi Pangan, Vol. XV, Edisi 1, 2013 Wasting, Asupan Makanan, Penyakit Infeksi

stunting dan wasting bertutut-turut adalah 25 Populasi dalam penelitian ini adalah
%, 38,9 % dan 12 % 121 balita dengan status gizi wasting di
Berdasarkan data dari Dinas Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Soppeng.
Kesehatan Kabupaten Soppeng diketahui Sampel dalam penelitian ini adalah anak balita
bahwa proporsi anak kurus (wasting) untuk yang berusia 24 - 59 bulan di Kecamatan
tingkat Kabupaten sebesar 2,41 %. Diantara Marioriwawo Kabupaten Soppeng dengan
tujuh kecamatan, Kecamatan Marioriwawo status gizi wasting (kurus) berdasarkan BB/TB
memiliki proporsi paling tinggi yaitu 5,69 %. dan memilki data status imunisasi. Total
Tingginya prevalensi wasting sampel sebesar 30 balita. Pengambilan
merupakan salah satu masalah kesehatan sampel dengan cara random sampling pada
yang memerlukan penanganan serius. 30 balita yang berusia 24 59 bulan dengan
Dampak Wasting pada balita dapat status gizi wasting.
menurunkan kecerdasan, produktifitas dan Data primer berupa data wasting
kreatifitas dan sangat berpengaruh pada dikumpulkan dengan pengukuran antropometri
kualitas SDM. Dampak yang paling buruk berdasarkan indeks berat badan menurut
ditimbulkan akibat kurang gizi adalah tinggi badan (BB/TB) menggunakan WHO
kematian, selain itu juga menyebabkan Antro 2005 (nilai Z skor < -2 SD s/d > -3
kehilangan generasi penerus bangsa (Lost SD). Asupan makanan pada Balita
Generation). dikumpulkan melalui food recall 1 x 24 jam.
Tingginya prevalensi gizi kurang dan Data asupan makanan dibandingkan dengan
buruk pada anak Balita dipengaruhi oleh tiga AKG Kemenkes RI 005, karena nilai
faktor utama, yaitu buruknya kualitas dan Karbohidrat dan lemak tidak ada di AKG
kuantitas konsumsi pangan sebagai akibat Kemenkes RI 2005. Peneliti memodifikasi
masih rendahnya ketahanan pangan keluarga, kebutuhan lemak dan karbohidrat. Balita umur
buruknya pola asuh dan rendahnya akses 24 - 47 bulan kebutuhan lemak adalah 29%
pada fasilitas kesehatan (32 gr) dan kebutuhan karbohidrat adalah 60%
Selain faktor konsumsi makan dan (150 gr). Balita umur 48 - 59 bulan kebutuhan
faktor infeksi/ kesehatan, menurut Engle, lemak adalah 29 % (50 gr) dan kebutuhan
Neron dan Hadad (1996) menambahkan faktor karbohidrat adalah 60 % (233 gr). Penyakit
ketersediaan faktor sumber daya keluarga infeksi, pengetahuan gizi dan status imunisasi
seperti pendidikan, pengetahuan dan dikumpulkan dengan metode wawancara
pendapatan keluarga serta pola pengasuhan, dengan bantuan kuesioner.
sanitasi dan kesehatan rumah sebagai faktor Data asupan makanan diolah dengan
yang mempengaruhi status gizi balita komputer menggunakan program Menu A.Data
Salah satu kegiatan yang dilakukan penyakit infeksi, pengetahuan gizi ibu dan
dipelayanan kesehatan adalah imunisasi. status imunisasi diolah dengan komputer
Imunisasi adalah salah satu usaha menggunakan SPSS. Analisis data dengan
memberikan kekebalan tubuh bayi dan anak menggunakan uji regresif linier dengan nilai
terhadap suatu penyakit tertentu. Imunisasi p=0,05 (derajad kepercayaan 95 %), jika nilai
berhubungan dengan peningkatan angka p>0,05 maka Ho ditolak artinya tidak ada
kesehatan balita. Balita yang tidak diimunisasi hubungan yang bermakna.Datadata yang
akan lebih rentan terhadap kesakitan dan telah diolah dan dianalisis disajikan dalam
kematian (Depkes, 2010). bentuk tabel dan narasi.
Berdasarkan uraian diatas yang
menjadi bahan kajian penelitian adalah faktor- HASIL PENELITIAN
faktor yang mempengaruhi kejadian wasting Kecamatan Marioriwawo merupakan
pada anak Balita khusunya di Kecamatan salah satu Kecamatan di Kabupaten Soppeng
Marioriwawo Kabupaten Soppeng. dengan luas wilayah 300 km, yang berada di
bagian selatan Kabupaten Soppeng. Jumlah
METODE PENELITIAN penduduk Kecamatan Marioriwawo secara
Penelitian ini merupakan penelitian keseluruhan sebanyak 44.310 jiwa yang terdiri
survey analitik , dengan tujuan memperoleh dari 20.701 jiwa laki-laki dan 23.609 jiwa
hubungan antar variabel. Pendekatan yang perempuan.
digunakan adalah cross sectional study. Kecamatan ini berada pada wilayah
Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan dengan topografi yang beragam. Sebagian
Marioriwawo Kabupaten Soppeng pada bulan desa berada pada wilayah yang datar dan
Januari 2012 - Mei 2012. lainnya berada pada wilayah dengan topografi
berbukit-bukit. Secara keseluruhan wilayah

57
Media Gizi Pangan, Vol. XV, Edisi 1, 2013 Wasting, Asupan Makanan, Penyakit Infeksi

Kecamatan Marioriwawo berada pada Tabel 03


ketinggian antara 25 - 1.400 meter diatas Distribusi tingkat asupan energi sampel
permukaan laut. di Kecamatan Marioriwawo Kabupaten
Soppeng
Karakteristik Responden
Tabel 01 Tingkat asupan % p.
n.
Distribusi Karakteristik Responden energi
di Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Baik 11 36,7
Soppeng Tidak Baik 19 63,3 0,061
Jumlah 30 100
Umur (Tahun) n. %
18-25 12 40 Tabel 03 menunjukan bahwa
26-30 6 20 sampel pada umumnya (63,3 %) tingkat
31-40 11 36,7 asupan energi tidak baik .
>40 1 3,3
Total 30 100 Asupan protein
Pendidikan n. % Tabel 04
SD 13 43,3 Distribusi tingkat asupan protein sampel
SMP 15 50 di Kecamatan Marioriwawo Kabupaten
SMA 2 6,7 Soppeng

Tingkat asupan % p.
Total 30 100 n.
protein
Baik 12 40
Berdasarkan tabel 01 diketahui Tidak Baik 18 60 0,212
bahwa umur tertinggi responden adalah 18- Jumlah 30 100
25 tahun sebanyak 12 orang (40%) dan
pendidikan tertinggi adalah SMP (50%). Tabel 04 menunjukan bahwa
sampel yang dengan tingkat asupan protein
Karakteristik Sampel tidak baik sebanyak 18 orang (60%).
Tabel 02
Distribusi Karakteristik sampel Asupan lemak
di Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Tabel 05
Soppeng Distribusi tingkat asupan lemak sampel
di Kecamatan Marioriwawo Kabupaten
Jenis kelamin n. % Soppeng

Laki-Laki 16 53,3 Tingkat asupan % p.


n.
Perempuan 14 46,7 lemak
Baik 10 33,3
Jumlah 30 100 Tidak Baik 20 66,7 0,261
Umur (Bulan) n. % Jumlah 30 100
24-36 12 40
37-59 18 60 Tabel 05 menunjukan bahwa
Jumlah 30 100 sampel yang dengan tingkat asupan lemak
tidak baik sebanyak 20 orang (66,7%).
Tabel 02 menunjukan bahwa sampel
dengan umur 24-36 bulan sebanyak 12 orang
(40%) dan umur 37-59 bulan sebanyak 18
orang (60%)

Asupan makanan
Asupan energi
Data asupan energi dapat dilihat pada
Tabel 03.

58
Media Gizi Pangan, Vol. XV, Edisi 1, 2013 Wasting, Asupan Makanan, Penyakit Infeksi

Asupan karbohidrat orang (46,7 %) dan tingkat pengetahuan gizi


Tabel 06 ibu yang tidak baik adalah 16 orang (53,3 %).
Distribusi tingkat asupan karbohidrat sampel
di Kecamatan Marioriwawo Kabupaten Status Imunisasi
Soppeng Berdasarkan hasil pengumpulan data,
maka data status imunisasi sampel dapat
Tingkat asupan % p. dilihat pada tabel 09.
n.
karbohidrat
Baik 14 46,7 Tabel 09
Tidak Baik 16 53,3 0,04 Distribusi status imunisasi sampel
di Kecamatan Marioriwawo Kabupaten
Soppeng
Jumlah 30 100
Status % p.
Tabel 06 menunjukan bahwa n.
imunisasi
sampel yang dengan tingkat asupan
Lengkap 22 73,3
karbohidrat baik sebanyak 14 orang (46,7 %)
Tidak Lengkap 8 26,7 0,567
sedangkan sampel dengan tingkat asupan
Jumlah 30 100
karbohidrat tidak baik sebanyak 16 orang
(53,3 %).
Tabel 09 menunjukan bahwa sampel
Penyakit infeksi yang memiliki status imunisasi lengkap
Berdasarkan hasil pengumpulan sebanyak 22 orang (73,3%) dan sampel yang
data, maka data kejadian diare dapat dilihat memiliki status imunisasi tidak lengkap
pada Tabel 07. Tabel 07 menunjukan bahwa sebanyak 8 orang (26,7%)
sampel pada umumnya pernah menderita
diare sebanyak 26 orang (86,7%). PEMBAHASAN
Berdasarkan penelitian yang
Tabel 07 dilakukan untuk mengetahui faktor yang
Distribusi penyakit infeksi sampel mempengaruhi kejadian wasting pada anak
di Kecamatan Marioriwawo Kabupaten balita di kecamatan Marioriwawo, peneliti
Soppeng menggunakan 30 sampel balita. Variabel yang
diteliti yaitu asupan makanan, penyakit infeksi
Penyakit (diare), pengetahuan gizi ibu dan status
n. % p. imunisasi.
infeksi
Diare 26 86,7
Asupan makanan
Tidak diare 4 13,3 0,500
Asupan makanan merupakan zat gizi
Jumlah 30 100
yang dikonsumsi oleh tubuh untuk beraktifitas
serta untuk mencapai kesehatan yang optimal.
Pengetahuan Gizi Ibu
Asupan makanan yang dilihat dalam penelitian
Berdasarkan hasil pengumpulan ini adalah asupan energi, asupan karbohidrat,
data, maka data pengetahuan gizi ibu dapat asupan protein dan asupan lemak. Kebutuhan
dilihat pada Tabel 08. energi total untuk anak balita diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan energi basal dan untuk
Tabel 08 beraktifitas. Energi yang dibutuhkan berasal
Distribusi pengetahuan gizi ibu dari zat gizi yang dikonsumsi seperti
di Kecamatan Marioriwawo Kabupaten karbohidrat, protein dan lemak. Dari hasil
Soppeng penelitian diketahui bahwa asupan energi,
karbohidrat, protein dan lemak masih kurang.
Pengetahuan % p. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
n.
gizi tidak ada hubungan antara asupan energi
Baik 14 46,7 dengan kejadian wasting (p=0,061), tidak ada
Tidak baik 16 53,3 0,227 hubungan antara asupan protein dengan
kejadian wasting (p=0,212), tidak ada
Jumlah 30 100 hubungan antara asupan lemak dengan
kejadian wasting (p=0,261), ada hubungan
Tabel 08 menunjukan bahwa tingkat antara asupan karbohidrat dengan kejadian
pengetahuan gizi ibu yang baik adalah 14 wasting (p=0,04). Secara umum asupan

59
Media Gizi Pangan, Vol. XV, Edisi 1, 2013 Wasting, Asupan Makanan, Penyakit Infeksi

makanan tidak mempengaruhi kejadian sehingga dengan berkurangnya berat badan,


wasting pada anak balita. Pada penelitian ini, maka anak balita akan mengalami berat badan
kejadian wasting hanya berhubungan dengan kurang (wasting).
asupan karbohidrat, artinya jika asupan
karbohidrat meningkat, maka nilai z-skore juga Pengetahuan gizi ibu
meningkat sehingga balita tidak menderita gizi Menurut Notoatmodjo (2007),
kurang. pengetahuan gizi merupakan kemampuan
Moehji (2002) mengemukakan bahwa yang dimiliki seseorang dalam memahami
kurang energi yang berlangsung lama akan konsep dan prinsip gizi dalam kehidupan
mengakibatkan menurunnya berat badan, sehari-hari, pengetahuan gizi seseorang
keadaan kurang gizi dan mudah terkena dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya
penyakit infeksi. adalah latar belakang pendidikan, akses
Soekirman (2000) mengemukakan informasi, kondisi geografis, keadaan sosial
bahwa anak yang mendapatkan makanan ekonomi dan lain-lain.
cukup baik, tetapi sering diserang diare Hasil penelitian menunjukkan bahwa
akhirnya dapat menderita kurang gizi. tingkat pengetahuan gizi ibu pada umumnya
Demikian juga pada anak yang makan tidak tidak baik, seperti pada tabel 13. Hal ini
cukup baik, maka daya tahan tubuhnya dapat disebabkan karena sebagian besar latar
melemah. Akibatnya anak mudah terserang belakang pendidikan ibu balita hanya tamat
infeksi yang dapat mengurangi nafsu makan SMP. Berdasarkan uji statistik menunjukkan
dan akhirnya menderita kurang gizi. bahwa tidak ada hubungan antara
pengetahuan gizi ibu dengan kejadian wasting
Penyakit infeksi (diare) pada balita (p = 0,227). Hal ini disebabkan
Dari hasil penelitian diketahui bahwa karena pengetahuan gizi bukan penyebab
dari 30 balita pada umumnya pernah langsung masalah gizi. Penelitian ini berbeda
menderita diare (86,7%). Berdasarkan dengan penelitian Apooh dan krekling (2005)
observasi pada waktu penelitian diketahui yang mengemukan bahwa pengetahuan gizi
bahwa keadaan lingkungan dilokasi penelitian ibu sangat berhubungan dengan status gizi
kurang bersih dan masih ada masyarakat yang anak balita. Kumiati (2005) menyatakan bahwa
tidak memiliki jamban keluarga. penyebab dari gangguan gizi adalah
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kurangnya pengetahuan tentang gizi dan
tidak ada hubungan antara penyakit infeksi kurangnya kemampuan untuk menerapkan
(diare) dengan kejadian wasting (p=0.500). Hal informasi yang diperoleh dari kehidupan
ini disebabkan karena penelitian ini tidak sehari-hari.
melihat frekuensi kejadian diare, hanya pernah
atau tidak balita menderita diare. Balita yang Status imunisasi
hanya menderita diare 1 kali sebulan dalam Imunisasi adalah adalah salah satu
waktu yang singkat tidak bisa secara langsung usaha memberikan kekebalan tubuh bayi dan
menurunkan berat badan. Penelitian ini anak terhadap suatu penyakit tertentu. Hasil
berbeda dengan penelitian di Desa Muara penelitian menujukkan bahwa status imunisasi
Ponco Kecamatan Sungai Manau Kabupaten balita sudah baik, seperti pada tabel 14. Hasil
Merangin menunjukkan ada kaitan antara penelitian menunjukkan bahwa tidak ada
kejadian diare akut dengan status gizi. Suharjo hubungan antara kelengkapan imunisasi
(1996) mengemukakan bahwa penyakit infeksi dengan kejadian wasting. (p=0.567). Hal ini
dapat menyababkan merosoknya nafsu makan disebabkan karena imunisasi bukan penyebab
atau menimbulkan kesulitan menelan dan langsung dari masalah gizi. Balita yang tidak
mencerna makanan, parasit dalam usus diimunisasi akan lebih mudah terkena penyakit
seperti cacing gelang dan cacing pita bersaing infeksi. Meskipun status imunisasi balita sudah
dalam tubuh untuk memperoleh makanan lengkap, namun keadaan lingkungan yang
sehingga mengahalangi zat gizi masuk tidak memadai, asupan makanan kurang serta
kedalam usus darah. Kejadian ini membuat pengetahuan gizi ibu yang kurang maka balita
terjadinya kurang gizi. akan mudah terkena penyakit infeksi.
Smith et al (1991) dalam penelitiannya
mengenai hubungan penyakit infeksi dengan KESIMPULAN
pertumbuhan anak balita di Papua New 1. Tidak ada hubungan antara asupan
Guinea mendapatkan hasil bahwa terjadi makanan dengan kejadian wasting pada
pengurangan berat badan sebesar 12,8 gram anak balita.
perhari selama anak mengalami sakit,

60
Media Gizi Pangan, Vol. XV, Edisi 1, 2013 Wasting, Asupan Makanan, Penyakit Infeksi

2. Tidak ada hubungan antara penyakit Kecamatan Banggae Kabupaten


infeksi (diare) dengan kejadian wasting Majene. Makassar.
pada anak balita. Litbangkes. 2007. Riset Kesehatan dasar.
3. Tidak ada hubungan antara pengetahuan Jakarta : Departemen Kesehatan
gizi ibu dengan kejadian wasting pada Republik Indonesia.
balita. Litbangkes. 2010. Riset Kesehatan dasar.
4. Tidak ada hubungan antara status Jakarta : Departemen Kesehatan
imunisasi dengan kejadian wasting pada Republik Indonesia.
anak balita. Mitayani, dkk. 2010. Buku Saku Ilmu Gizi.
Jakarta; Trans Info Media.
SARAN Moehji, Sjahmien. 2003. Ilmu Gizi. Jakarta;
1. Disarankan untuk penelitian selanjutnya Papas sinar Sinanti-Bharatara.
agar meneliti penyakit infeksi yang lain Notoatmodjo Soekidjo.2007. Kesehatan
tanpa membatasi pada penyakit diare Masyarakat dan seni. Jakarta. PT
2. Dibutuhkan kerjasama antar petugas Rineka Jaya.
kesehatan dengan lintas sektor terkait Santoso, Soegeng. 1999. Kesehatan Dan
dalam menurunkan kejadian wasting pada Gizi. Jakarta; Rineka Cipta.
anak balita. Satoto. 1990. Pertumbuhan dan
Perkembangan Anak umur 0 -18
DAFTAR PUSTAKA Bulan di Kecamatan Mlonggo
Almatsier, Sunita. 2003. Prinsip Dasar Ilmu Kabupaten Jepara Jawa Tengah.
Gizi. Jakarta; Gramedia Pustaka Semarang; Disertasi Doktor pada
Utama Universitas Doponegoro.
Departemen Kesehatan RI, 2005. Rencana Sihadi. 2000. Anak Gizi Buruk, Tanggung
Aksi Nasional Pencegahan dan Jawab Siapa ?. Media Penelitian dan
Penanggulangan Gizi Buruk tahun Pengembangan Kesehatan.
2005-2009. Jakarta Sodiaoetama, Achmad Djaeni. 2010. Ilmu Gizi
Departemen Kesehatan RI, 2011. Standar Jilid 1. Jakarta; Dian Rakyat.
Anrtopometri Penilaian Status Gizi Soekirman. 2000. Ilmu Gizi Dan Aplikasinya.
Anak. Jakarta Jakarta; Dirjen Pendidikan Tinggi
Dinkes, 2011. Laporan Tahunan Program Departemen Pendidikan Nasional.
Perbaikan Gizi Masyarakat Suhardjo.1996.Berbagai Cara Pendidikan Gizi.
Kabupaten Soppeng. Soppeng Bogor; PT Bumi Aksara.
Jahari AB, 2002. Penilaian Status Gizi dengan Supariansa. 2002. Penilaian Status Gizi.
Antropometri (berat badan dan tinggi Jakarta; Penerbit Buku Kedokteran
badan. Jakarta; Prodising Kongres EGC.
Nasional PERSAGI dan Temu Ilmiah Wati, E.K, 2005. Hubungan Episode Infeksi
XII. PERSAGI. Saluran Pernafasan Akut (ISPA)
Kumiati, 2005. Pengaruh Tingkat Pendidikan dengan Pertumbuhan Bayi umur 3
dan Pengetahuan Gizi Ibu Serta sampai 6 Bulan, Studi di Kecamatan
Keaktifan Mengikuti Posyandu Suruh Kabupaten Semarang.
Terhadap Status Gizi Anak Umur 12 Semarang; Tesis Program Pasca
36 Bulan di kelurahan Banga Sarjana Universitas Diponegoro.

61

You might also like