Professional Documents
Culture Documents
Moderator:
dr. Sasmoyohati Sp.S
Disusun Oleh:
Ganang Aji Handoko 141.0221.069
Tanggal penyajian :
1 September 2015
Disusun Oleh:
Ganang Aji Handoko 141.0221.069
IDENTITAS :
Nama / Umur : Tn. A. S. / 49 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : PAM angkatan darat
Agama : Islam
Status Pernikahan : Menikah
Suku Bangsa : Jawa
Tanggal masuk : 14 Agustus 2015
Dirawat ke :2
Tgl pemeriksaan : 27 Agustus 2015
ANAMNESA :
Auto/Alloanamnesa : Autoanamnesa tanggal 27 Agustus 2015
KELUHAN UTAMA : Lengan dan tungkai kiri terasa lemah dan sulit
digerakkan sejak 12 jam SMRS
RIWAYAT KELAHIRAN/PERTUMBUHAN/PERKEMBANGAN:
Tidak ada kelainan
PEMERIKSAAN FISIK
STATUS INTERNUS :
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Gizi : BB : 70 kg , TB :170 cm (Normoweight)
Tanda vital
TD kanan : 150/80 mmHg
TD kiri : 150/80 mmHg
Nadi kanan : 80x/menit
Nadi kiri : 80x/menit
Pernafasan : 24x/menit
Suhu : 36,6C
Limfonodi : Tidak ada pembesaran limfonodi
Jantung : BJ I-II reguler, gallop (-), murmur (-)
Paru : Suara dasar vesikuler, rhonki -/-, whezzing -/-
Hepar : Tidak teraba membesar
Lien : Tidak teraba membesar
Ekstremitas : Akral hangat, edema (-), CRT < 2 detik
STATUS PSIKIATRI
Tingkah laku : Wajar
Perasaan hati : Tenang
Orientasi : Baik
Jalan pikiran : Normal
Daya ingat : Baik
STATUS NEUROLOGIS
Kesadaran : Compos Mentis
E4M6V5 GCS = 15
Sikap tubuh : Baik
Cara berjalan : Kaki kiri diseret
Gerakan abnormal: Tidak ada
Kepala
Bentuk : Normocephal
Simetris : Simetris
Pulsasi : Teraba pulsasi A.Temporalis dextra
dan sinistra
Nyeri tekan : Tidak ada
Leher
Sikap : Normal
Gerakan : Bebas ke segala arah
Vertebra : Dalam batas normal
Nyeri tekan : Tidak ada
NERVI CRANIALIS
N.I ( Olfaktorius)
Daya penghidu : Normosmia Normosmia
N II (Opticus)
Ketajaman penglihatan : Baik Baik
Pengenalan warna : Baik Baik
Lapang pandang : Baik Baik
Funduscopy : Tidak dilakukan
N III,IV,VI (Oculamotorius,Trochlearis,Abducens)
Ptosis : (-) (-)
Strabismus : (-) (-)
Nistagmus : (-) (-)
Exophtalmus : (-) (-)
Enophtalmus : (-) (-)
Gerakan bola mata :
Lateral : (+) (+)
Medial : (+) (+)
Atas lateral : (+) (+)
Atas medial : (+) (+)
Bawah lateral : (+) (+)
Bawah medial : (+) (+)
Atas : (+) (+)
Bawah : (+) (+)
Pupil
Ukuran pupil : 3 mm 3mm
Bentuk pupil : bulat bulat
Isokor/anisokor : isokor
Posisi : sentral sentral
Rf cahaya langsung : (+) (+)
Rf cahaya tdk langsung: (+) (+)
Rf akomodasi/konvergensi: (+) (+)
N V (Trigeminus)
Menggigit : (+)
Membuka mulut : Simetris
Sensibilitas Atas : (+) (+)
Tengah : (+) (+)
Bawah : (+) (+)
Rf masester : (+) (+)
Rf zigomatikus : (+) (+)
Rf cornea : Tidak dilakukan
Rf bersin : Tidak dilakukan
N VII (Facialis)
Pasif
Kerutan kulit dahi : simetris kanan dan kiri
Kedipan mata : simetris kanan dan kiri
Lipatan nasolabial : asimetris kiri lebih datar
Sudut mulut : asimetris kiri lebih rendah
Aktif
Mengerutkan dahi : simetris kanan dan kiri
Mengerutkan alis : simetris kanan dan kiri
Menutup mata : simetris kanan dan kiri
Meringis : Asimetris, bibir kiri tertinggal
Menggembungkan pipi : Asimetris, kanan lebih menggembung
Gerakan bersiul : Tidak dilakukan
Daya pengecapan lidah 2/3 depan : Baik
Hiperlakrimasi : tidak ada
Lidah kering : tidak ada
N. VIII ( Acusticus )
Mendengarkan suara gesekan jari tangan : (+) (+)
Mendengar detik arloji : (+) (+)
Tes Schawabach : Normal Normal
Tes Rinne : (+) (+)
Tes Weber : Terdengar di Tengah
N. IX ( Glossopharyngeus )
Arcus pharynx : simetris
Posisi uvula : Di tengah
Daya pengecapan lidah 1/3 belakang : Baik
Refleks muntah : (+)
N.X ( Vagus )
Denyut nadi : teraba, reguler
Arcus faring : simetris
Bersuara : normal
Menelan : tidak ada gangguan
N. XI ( Accesorius )
Memalingkan kepala : normal
Sikap bahu : simetris
Mengangkat bahu : dapat dilakukan
N.XII ( Hipoglossus )
Menjulurkan lidah : Deviasi ke kiri
Kekuatan lidah : Normal
Atrofi lidah : tidak ada
Artikulasi : Kurang jelas
Tremor lidah : tidak ada
REFLEKS FISIOLOGIS
Refleks Tendon : Kanan Kiri
Refleks Biseps : (+) (+)
Refleks Triseps : (+) (+)
Refleks Patella : (+) (+)
Refleks Archilles : (+) (+)
Refleks Permukaan :
Dinding perut : (+)
Cremaster : tidak dilakukan
Spinchter Anii : tidak dilakukan
SENSIBILITAS
Eksteroseptif :
Nyeri : (+) (+)
Suhu : tidak dilakukan
Taktil : (+) (+)
Propioseptif :
Vibrasi : (+) (+)
Posisi : (+) (+)
Tekan dalam : (+) (+)
FUNGSI OTONOM
Miksi
Inkontinensia : Tidak ada
Retensi : Tidak ada
Anuria : Tidak ada
Defekasi
Inkontinensi : Tidak ada
Retensi : Tidak ada
FUNGSI LUHUR
Fungsi bahasa : Baik
Fungsi orientasi : Baik
Fungsi memori : Baik
Fungsi emosi : Baik
Fungsi kognisi : Baik
RESUME :
Pasien Tn A.S. laki-laki usia 49 tahun datang dengan keluhan lemah pada
anggota gerak tubuh bagian kiri sejak 12 jam SMRS. Pasien juga
mengeluhkan bicara pelo, sakit kepala (+), mual (+), penurunan kesadaran
(-), kejang (-), muntah (-), gangguan penglihatan (-), gangguan
pendengaran (-), kejang (-), kesulitan menelan (-), riwayat trauma (-). BAB
dan BAK tidak ada kelainan. Pernah mengalami keluhan seperti ini
sebelumnya 7 tahun lalu. Riwayat kolesterol tinggi (+), trigliserida tinggi
(+), hipertensi (+) tidak terkontrol, penyakit jantung (+). Orang tua pasien
menderita tekanan darah tinggi.
Pemeriksaan:
Status internis : Dalam batas normal
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Gizi : Normoweight
Kesadaran : Compos mentis
TD kanan : 150/80 mmHg
TD kiri : 150/80 mmHg
Nadi kanan : 80 x/menit
Nadi kiri : 80 x/menit
Pernapasan : 24 x/menit
Suhu : 36,6C
Status psikiatri : Baik
Status neurologis
Kesadaran : Compos mentis GCS =15 (E4M6V5 )
Rangsangan meningeal: kaku kuduk (-), laseq
(-/-), kerniq (-/-)
brudzinsky I (-/-), brudzinsky II (-/-)
Reflek fisiologi : Rf bicep (+/+), tricep (+/
+), patella (+/+), achilles (+/+)
Relek patologis : Rf Babinski (-/-), chaddock (-/-),
Oppenheim (-/-), Gordon (-/-), Schaefer (-/-)
Nervus kranialis :
N VII : Pada saat pasif :sudut mulut kiri lebih rendah
Pada saat aktif:menggembungkan pipi,kanan lebih
menggembung
waktu meringis sudut bibir kiri tertinggal
N XII : Deviasi lidah ke kiri
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Lab darah ( darah lengkap, gula darah, kolesterol, ureum, kreatinin)
Foto rontgen thorak
MRI
CT scan kepala
DIAGNOSIS
Diagnosis Klinik : Hemiparese sinistra tipe UMN
Parese N VII snistra tipe senral
Parese N XII sinistra
Diagnosis Topik : Hemisfer cerebri dextra
Diagnosis Etiologi : Stroke non hemoragik
Diagnosis Sekunder : Hipertensi
Dislipidemia
THERAPY
Penatalaksanaan umum (5B) :
Breathing : Perhatikan kelancaran jalan nafas
Blood : Pemantauan tekanan darah,pada tahap awal
tidak boleh segera diturunkan karena dapat
memperburuk keadaan,kecuali pada kondisi
hipertensi emergency(sistolik > 220 mmHg dan
atau daistolik >120 mmHg).
Brain : Hindari peningkatan TIK dan suhu tubuh
meningkat
Bladder: Hindari infeksi saluran kemih dan
perhatikan keseimbangan cairan input dan output.
Bowel : Perhatikan kebutuhan cairan, kalori,dan
hindari obstipasi
Medikamentosa
IVFD asering 20 tpm
Anti platelet : Aspilet 1 x 80 mg PO
Anti platelet : CPG 1 x 75 mg PO
Proteksi neuronal : Citikolin 2 x 500 mg IV
Anti Kolesterol : Simvastatin 1 x 20 mg
Anti hipertensi : Amlodipin 1 x 10 mg PO
:
Non medikamentosa
Fisioterapi
Konsul penyakit dalam untuk mengatasi hipertensi
PROGNOSA
Ad vitam : Dubia ad bonam
Ad fungsionam : Dubia ad malam
Ad sanationam: Dubia ad bonam
Follow Up
Tgl. S O A P
27- Bicara pelo TD 150/80 mmHg SNH hari Infus RL 20tpm
Agustu berkurang, N 80x/menit ke 13 Inj.Citicholin 2x500mg
s- kelemahan Clopidogrel 1x75mg
2015 ekstremitas kiri GCS E4V5M6 Aspilet 1x80mg
berkurang, sudah Pupil bulat isokor Simvastatin 1x20mg
bisa berjalan 3mm/3mm Amlodipin 1x10 mg
sambil pegangan RCL +/+
RCTL +/+
Kaku kuduk (-)
Meningeal (-)
Refleks fisiologis
Refleks patologis
(- / -)
+ +
+ +
Motorik
5 4
5 4
+5 +
4
+5 +
4
5 4
5 4
5 4
5 4
Sensorik
Otonom :
BAK (+)
BAB (+)
N.kranialis:
Lesi N.VII sinistra
tipe sentral
Lesi N.XII sinistra
28- Bicara pelo TD 160/90 mmHg SNH hari Infus RL 20tpm
Agustu berkurang, N 88x/menit ke 14 Inj.Citicholin 2x500mg
s- kelemahan Clopidogrel 1x75mg
2014 ekstremitas kiri GCS E4V5M6 Aspilet 1x80mg
berkurang, sudah Pupil bulat isokor Simvastatin 1x20mg
bisa berjalan 3mm/3mm Amlodipin 1x10 mg
sambil pegangan RCL +/+
RCTL +/+
Kaku kuduk (-)
Meningeal (-)
Refleks fisiologis
Refleks patologis
(- / -)
Motorik
555 444
+
5 +4
555
+ + 444
5 4
Sensorik
Otonom :
BAK (+)
BAB (+)
N.kranialis:
Lesi N.VII sinistra
tipe sentral
Lesi N.XII sinistra
BAB II
ANALISA KASUS
Pasien Tn. A.S. usia 49 tahun didiagnosa Stroke Non Hemoragik dan
terdapat hemiparese sinistra tipe UMN, parese nervus VII sinistra tipe
sentral dan parese nervus XII sinistra. Diagnosis tersebut ditegakkan
berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan neurologis.
Definisi stroke yaitu disfungsi neurologis akut oleh karena gangguan
pembuluh darah dan timbul secara mendadak atau cepat dengan gejala-
gejala dan tanda-tanda yang sesuai daerah otak yang terganggu.
Berdasarkan anamnesa, pasien mengeluh lengan dan tungkai kiri
mendadak tidak dapat digerakkan pada saat pasien duduk ketika bekerja di
kantor, bicara menjadi pelo, dan adanya riwayat sakit kepala ringan selama
3 hari. Hal ini merupakan manifestasi klinis dari serangan stroke. Dari
anamnesa dapat ditentukan apakah serangan yang terjadi stroke
hemmoragic atau stroke non hemmoragic (infark), berdasarkan Algoritma
stroke Gajah Mada, Siriraj Stroke score, Djoenaidi stroke score.
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
B. Fisiologi
B. Etiologi
Pada tingkatan makroskopik, stroke non hemoragik paling sering
disebabkan oleh emboli ektrakranial atau trombosis intrakranial. Selain itu,
stroke non hemoragik juga dapat diakibatkan oleh penurunan aliran serebral.
Pada tingkatan seluler, setiap proses yang mengganggu aliran darah menuju
otak menyebabkan timbulnya kaskade iskemik yang berujung pada terjadinya
kematian neuron dan infark serebri.2
1. Emboli
Fibralisi atrium;
C. Faktor Resiko
2. Hipertensi
3. Merokok
4. Penyakit jantung (penyakit jantung koroner, hipertrofi ventrikel kiri,
dan fibrilasi atrium kiri)
5. Hiperkolesterolemia
D. Klasifikasi
E. Patofisiologis
Suatu penyumbatan total dari aliran darah pada sebagian otak akan
menyebabkan hilangnya fungsi neuron yang bersangkutan pada saat itu juga.
Bila anoksia ini berlanjut sampai 5 menit maka sel tersebut dengan sel
penyangganya yaitu sel glia akan mengalami kerusakan ireversibel sampai
nekrosis beberapa jam kemudian yang diikuti perubahan permeabilitas
vaskular disekitarnya dan masuknya cairan serta sel-sel radang.
Di sekitar daerah iskemi timbul edem glia, akibat berlebihannya H+
dari asidosis laktat. K+ dari neuron yang rusak diserap oleh sel glia disertai
rentensi air yang timbul dalam empat hari pertama sesudah stroke. Edem ini
menyebabkan daerah sekitar nekrosis mengalami gangguan perfusi dan timbul
iskemi ringan tetapi jaringan otak masih hidup. Daerah ini adalah iskemik
penumbra. Bila terjadi stroke, maka di suatu daerah tertentu dari otak akan
terjadi kerusakan (baik karena infark maupun perdarahan). Neuron-neuron di
daerah tersebut tentu akan mati, dan neuron yang rusak ini akan mengeluarkan
glutamat, yang selanjutnya akan membanjiri sel-sel disekitarnya. Glutamat ini
akan menempel pada membran sel neuron di sekitar daerah primer yang
terserang. Glutamat akan merusak membran sel neuron dan membuka kanal
kalsium (calcium channels). Kemudian terjadilah influks kalsium yang
mengakibatkan kematian sel. Sebelumnya, sel yang mati ini akan
mengeluarkan glutamat, yang selanjutnya akan membanjiri lagi neuron-neuron
disekitarnya. Terjadilah lingkaran setan. Neuron-neuron yang rusak juga akan
melepaskan radikal bebas, yaitu charged oxygen molecules (seperti nitric acida
atau NO), yang akan merombak molekul lemak didalam membran sel,
sehingga membran sel akan bocor dan terjadilah influks kalsium. Stroke
iskemik menyebabkan berkurangnya aliran darah ke otak yang menyebabkan
kematian sel.
Pembuluh darah
Oklusi
Iskemia
Hipoksia
Na & K influk
Retensi cairan
Oedem serebral
F. Diagnosis
1. Gambaran Klinis
a) Anamnesis
b) Pemeriksaan Fisik
2. Gambaran Laboratorium
G. Penatalaksanaan
Terapi pada stroke iskemik dibedakan menjadi fase akut dan pasca fase akut:1
1. Fase Akut (hari ke 0 14 sesudah onset penyakit)
Gula darah : kadar gula yang tinggi pada fase akut tidak
boleh diturunkan secara drastis, terutama bila pasien memiliki
diabetes mellitus kronis
1. Terapi Trombolitik
Aspirin
Berolahraga teratur 1
BAB IV
KESIMPULAN
7. Majalah Kedokteran Atma Jaya Vol. 1 No. 2 September 2002. Hal: 158-67.