You are on page 1of 13

Anatomi Sistem Genitalia Masculina

Organa Genitalia Masculina


Organa genitalia masculina selain
berfungsi memproduksi spermatozoa
dan hormon juga dipakai untuk
mengalirkan urine keluar melalui
urethra. Dibagi menjadi organa
genitalis masculina interna dan
organa genitalia masculina externa.
Organa genitalia masculina interna
terdiri dari :
1. Testis
2. Epididymis
3. Ductus deferens
4. Vesicula seminalis
5. Funiculus spermaticus
6. Prostata
7. Glandula bulbourethralis.

Organa genitalia masculina externa terdiri atas :


1. Penis
2. Urethra masculina
3. Scrotum

Testis (Orchis)
Testis adalah organ genitalia pria yang terletak di scrotum. Ukuran testis pada orang dewasa
adalah panjang 4 cm, anterior-posterior 3 cm dan lebar 2,5 cm, berbentuk ovoid dengan
volume 15-25 ml dan berat 10-14 gram. Setiap testis mempunyai facies medialis dan facies
lateralis yang berbentuk konveks, bertemu di bagian anterior dan posterior membentuk margo
anterior dan margo posterior yang juga berbentuk konveks bulat. Ujung-ujungnya berbentuk
bulat dan disebut extremitas superior dan extremitas inferior. Permukaan testis halus. Testis
mempunyai capsula yang terdiri atas tiga lembar lapisan, dan superficial ke profunda, yakni :
1. Tunica vaginalis, merupakan bagian dari peritoneum, terdiri dari lamina parietalis dan
lamina visceralis; di bagian dorsal dari testis terjadi peralihan dari lamina parietalis
menjadi lamina visceralis.
2. Tunica albuginea, dibentuk oleh jaringan ikat, berwarna putih. Dibungkus oleh tunica
vaginalis, kecuali permukaan testis yang ditempati oleh epididymis. Di bagian dorsal
tunica albuginea menebal, membentuk mediatinum testis (corpus Highmori ).
3. Tunica vasculosa, dibentuk oleh anyaman pembuluh darah dan jaringan ikat, berada pada
facies profunda dari tunica albuginae dan mengikuti permukaan septula testis.
Dari mediatinum testis terdapat beberapa septula testis ke arah tunica albuginea,
membagi testis kedalam 250 buah rongga-rongga kecil (lobuli testis). Di dalam setiap rongga
tersebut terdapat dua buah tubuli seminiferi contorti
atau lebih. Setiap tubuli tadi mempunyai ukuran dua feet (60 cm). Ke arah mediatinum testis
tubuli tadi saling berhubungan dan berbentuk lurus, disebut tubuli seminiferi recti. Di dalam
mediatinum testis tubuli seminiferi recti mengadakan anastomose membentuk rete testis. Dari
rete testis terdapat 6 12 buah ductuli efferentes testis yang mengadakan hubungan dengan
epididymis.
Di dalam tubulus seminiferus terdapat sel-sel spermatogonia dan sel sertoli, sedangkan
di antara atubuli seminiferi terdapat sel-sel Leydig. Sel-sel spermatogonium dan proses
spermatogenesis menjadi spermatozoa. Sel-sel sertoli berfungsi memberi makan dan bakal
sperma, sedangkan sel-se Leydig atau disebut sel-sel interstisial testis berfungsi dalam
menghasilkan hormone testosteron. Sel-sel spermatozoa yang diproduksi di tubuli seminiferi
testis disimpan dan mengalami pematangan/maturasi di epididimis dan vas deferens
disalurkan menuju ke ampula vas deferens. Sel-sel setelah bercampur dengan cairan-cairan
dari epididimis, vas deferens, vesikula seminalis, serta cairan prostate membentuk cairan
semen (mani).

Vascularisasi

Testis mendapat darah dari beberapa cabang arteri, yaitu :


1. Arteri spermatika interna, yang merupakan cabang dari aorta.
2. Arteri deferensialis cabang dari arteri vesikalis inferior, dan
3. Arteri kremasterika yang merupakan cabang dari epigastrica.
Arteria testicularis memberi beberapa percabangan, menuju ke margo posterior, menembusi
tunica albuginea, berjalan mengikuti septula testis menuju ke mediastinum testis. Arteria
testicularis mengadakan anastomose dengan arteria deferentialis dan arteria spermatica
externa, dan bersumber pada aorta abdominalis. Pembuluh-pembuluh vena berjalan ke
posterior menuju ke margo posterior, menembusi tunica albuginea dan bergabung dengan
plexus pampiniformis. Selanjutnya plexus pampiniformis menjadi vena testicularis di dekat
anulus inguinalis internus. Vena testicularis dextra bermuara kedalam vena cava inferior, dan
vena testicularis sinistra bermuara kedalam vena renalis sinistra.

Innervasi

Testis dipersarafi oleh serabut-serabut saraf dari plexus nervosus testicularis. Plexus ini
dibentuk oleh nervus spinalis thoracalis 6 - 9 dan nervus thoracalis 10 - 12, yang turut
mempersarafi dinding abdomen di sekitar umbilicus. Plexus nervosus testicularis juga
menerima serabut-serabut saraf yang dipercabangkan oleh nervus genitofemoralis dan nervus
scrotalis posterior. Serabut-serabut saraf sympathies membawa komponen vasomotoris.
Referred pain (rasa nyeri) pada testis menyebar ke daerah inguinalis dan daerah bagian
caudal dinding abdomen.

Epididimis
Epididimis adalah organ yang berupa saluran berkelok-kelok dengan panjang kira-
kira 5-6 meter, terdiri atas caput, corpus, dan cauda epididimis. Caput epididymis berada di
bagian cranial, corpus epididymis berada di bagian medial dan cauda epididymis berada di
bagian caudal. Cauda epididymis melanjutkan diri menjadi ductus deferens, berjalan
ascendens pada sisi medial epididymis. Caput epididymis dihubungkan oleh ductus efferentes
testis dengan testis. Setiap ductuli efferentes testis membentuk lobuli epdidymis. Lobuli ini
bersatu membentuk caput epididymis, dan selanjutnya bermuara kedalam ductus
epididymidis.
Ductus epididymidis membentuk corpus dan cauda epididymidis. Ductus epididymidis
berkelok-kelok, mempunyai ukuran kira-kira sepanjang intestinum tenue. Cauda
epididymidis berakhir pada ductus deferens. Sel-sel spermatozoa setelah diproduksi di dalam
testis dialirkan ke epididimis. Di sini spermatozoa mengalami maturasi menjadi motil (dapat
bergerak) dan disimpan di dalam cauda epididimis sebelum dialirkan ke vas deferens.

Vascularisasi

Epididymis mendapat suplai darah dari cabang-cabang arteria testicularis dan arteri
deferensialis. Pembuluh vena bermuara kedalam plexus pampiniformis.
Innervasi

Diperoleh dari cabang-cabang plexus hypogastricus inferior.


Vas Deferens/Duktus deferens

Organ berbentuk tabung kecil dengan


panjang 30 35 cm, bermula dari cauda
epididimis dan berakhir pada duktus
ejakulatorius di uretra posterior. Berfungsi
sebagai saluran tempat mengalirkan
spermatozoa dari testis sampai ke uretra.
Ujung terminal ductus deferens membesar
dan berkelok-kelok, disebut ampulla ductus
deferentis. Dalam perjalanannya menuju
duktus ejakulatorius, duktus deferens dibagi
dalam beberapa bagian, yaitu :
1. Pars tunika vaginalis,
2. Pars skrotalis
3. Pars iguinalis
4. Pars pelvikum, dan
5. Pars ampularis.

Vascularisasi

Arteria deferentialis merupakan salah satu cabang dari arteria vesicalis superior yang
memberi suplai darah kepada epididymis dan ductus deferens (vas deferens). Arteria
deferentialis mengadakan anastomose dengan arteria testicularis. Ada sebagian dari vena
bermuara kedalam vena testicularis dan ada sebagian lagi yang menuju ke plexus
pampiniformis.

Innervasi
Kontraksi ductus deferens berada di bawah pengaruh serabut-serabut saraf sympathis.
Serabut-serabut parasympathis dibawa oleh nervi erigentes, yang berasal dari medulla
spinalis sacralis.

Vesicula Seminalis

Terletak di dasar vesika urinaria dan di sebelah cranial dari kelenjar prostat. Ada dua buah
yang terletak simetris, berada diantara vesica urinaria dan rectum. Berupa kantong dengan
ukuran 5-6 cm. Ujung cranial berbentuk bulat, buntu, dan ujung caudal kecil, membentuk
ductus excretorius. Volume dari vesicula kira-kira 1,5 5 cc.
Di antara kedua vesicula seminalis terdapat kedua ampulla dari ductus deferens yang letaknya
saling berdekatan pada linea mediana. Ampulla ductus deferentis bergabing dengan ductus
ejaculatorius. Di antara pars caudalis vesicula seminalis dan prostata di satu pihak dan rectum
di pihak lainnya terdapat penebalan jaringan ikat yang dinamakan fascia Denonvilliers.
Fascia ini adalah modifikasi dari peritoneum. Vesikula seminalis menghasilkan cairan
frukstosa, yang merupakan bagian dari semen (mani), dan berfugsi memberi nutrisi pada
sperma.

Vascularisasi

Suplai darah diperoleh dari cabang-cabang arteria vesicalis inferior dan arteria vesicalis
media. Pembuluh vena bermuara kedalam plexus venosus vesicoprostaticus.

Innervasi

Vesicula seminalis dipersarafi oleh serabut-serabut sympathis dan para sympathis.


Pengosongna vesicula seminalis dipengaruhi oleh persarafan sympathis.

Feniculus Spermaticus

Dibentuk oleh :
1. Ductus deferens, bersama-sama dengan vasa deferentialis dan serabutserabut saraf yang
menuju ke epididymis; ductus deferens terletak di bagian posterior didalam funiculus
spermaticus, dan di dalam canalis inguinalis berada di baian caudal ;
2. Arteria testicularis, terletak di sebelah ventral ductus deferens, bersamasama dengan
serabut-serabut saraf yang menuju ke testis;
3. Plexus pampiniformis, suatu anyaman pembuluh-pembuluh vena yang berasal dari testis,
epididymis dan ductus deferens;
4. Pembuluh-pembuluh lymphe;
5. Arteria cremasterica;
6. Ramus genitalis, suatu cabang dari nervus genitofemoralis;
7. Processus vaginalis peritonei.
Funiculus spermaticus dibungkus dari superficial ke profunda oleh :
1. Fascia spermatica externa berbentuk tipis, melekat pada crus inferius (anulus inguinalis
externus), merupakan lanjutan dari fascia yang menutupi m.obliquus externus abdominis
;
2. Fascia cremasterica bersama-sama dengan m.cremaster ;
3. Fascia spermatica interna, tipis, berasal dari fascia transversalis abdominis, berada
bersama-sama dengan jaringan extra peritoneal. M.cremaster merupakan myofibril dari
m.obliquus internus abdominis.
Mendapat vascularisasi dari arteria cremasterica, dan innervasi dari ramus genitalisn
genitofemoralis. Stimulus di bagian cranial facies medialis regio femoris dapat menimbulkan
kontraksi m.cremaster sehingga testis terangkat, ini yang dinamakan reflex cremaster. Arteria
cremasterica (a.spermatica externa) adalah salah satu cabang dari arteria epigastrica inferior.
Mengadakan anastomose dengan arteria spermatica interna.

Prostat
Terdiri atas kelenjar (50 %) dan jaringan ikat fibromuscular (25 % myofibril otot polos dan
25 % jaringan ikat), membungkus urethra pars prostatica, dan terbagi atas beberapa zona,
yaitu :
1. Zona perifer
2. Zona sentral
3. Zona transisional
4. Zona prepostatik sfingter, dan
5. Zona anterior.
Mempunyai bentuk seperti piramid terbalik dengan basis (basis prostatae) menghadap ke arah
collum vesicae dan apex (apex prostatae) yang menghadap ke arah diaphragma urogenitale.
Ukuran prostata adalah tinggi 3 cm, lebar 4 cm dan lebar anterior-posterior sebesar 2,5 cm,
dan beratnya sekitar 20 gram.
Prostat menghasilkan suatu cairan yang merupakan salah satu komponen dari cairan ejakulat
(semen). Volume cairan prostate merupakan 25% dari seluruh volume ejakulat. Prostata
selain difiksasi oleh ligamentum puboprostaticum mediale, yang mengandung
m.puboprostaticus, juga difiksasi oleh ligamentum puboprostaticum laterale pada arcus
tendineus fascia pelvis.
Jaringan kelenjar membentuk tiga buah gugusan konsentris, yaitu :
1. Gugusan mucosal yang terletak paling profunda dengan saluran keluarnya yang
bermuara kedalam urethra di sebelah cranial dari colliculus seminalis;
2. Gugusan submucosal, terletak di bagian intermedia, saluran keluarnya bermuara kedalam
urethra setinggi colliculis seminalis;
3. Gugusan utama (glandula prostatica propria), bentuknya besar dan membungkus kedua
gugusan lainnya, kecuali di bagian anterior di mana kedua gugusan lainnya dihubungi
satu sama lain oleh isthmus prostatae (serabut otot polos). Gugusan ini mempunyai
saluran keluar yang bermuara kedalam sinus prostaticus.
Prostata membentuk tiga buah lobus, yaitu :
1. Dua buah lobus lateralis dan
2. Sebuah lobus medius.
Kedua lobus lateralis dihubungkan satu sama lain di sebelah ventral urethra oleh isthmus
prostatae, yang tampak dari luar. Lobus medius mempunyai ukuran yang bervariasi, terletak
menonjol kedalam urethra pars cranialis pada permukaan posterior, dan menyebabkan
terbentuknya uvula vesicae. Hypertrophi lobus medius dapat menghalangi pengeluaran urine.

Vascularisasi

Ramus prostaticus dipercabangkan oleh arteria vesicalis inferior. Prostata seringkali juga
mendapatkan suplai darah dari percabangan arteria rectalis superior. Apabila ada arteria
rectalis media maka ada percabangannya yang mensuplai prostata.
Ramus prostaticus memasuki prostata pada celah antara prostata dengan vesica urinaria.
Pembuluh vena berjalan memasuki plexus venosus prostaticus, yang selanjutnya bergabung
dengan plexus venosus vesicalis, kemudian bermuara kedalam vena iliaca interna.

Innervasi

Menerima serabut-serabut saraf sympathies dan parasympathis dari plexus nervosus


prostaticus. Serabut-serabut parasympathis berasal dari medulla spinalis segmental sacralis.
Plexus prostaticus (plexus pelvikus) menerima masukan serabut parasipatis dari korda
spinalis S2-4 dan simpatis dari nervus hipogastricus (T10-L2).
Stimulasi parasimpatis meningkatkan sekresi kelenjar pada epitel prostate, sedangkan
rangsangan simpatis menyebabkan pengeluaran cairan prostate ke dalam uretra posterior,
seperti pada saat ejakulasi.

Glandula Bulbourethralis

Kelenjar ini disebut juga glandula Cowperi. Ada buah yang terlatak di sebelah kiri dan kanan
linea mediana, berada didalam spatium perineum profundus, di antara pars caudalis prostata
dan bulbus penis. Terletak di sebelah dorsal urethra pars membranacea. Mempunyai diameter
0,5 - 1,5 cm.
Dibungkus oleh m.sphincter urethrae membranaceae. Saluran keluar dari kelenjar ini berjalan
menembusi fascia inferior diaphragmatis urogenitalis, masuk di bagian caudal urethra pars
spongiosa pada dinding posterior. Berfungsi mengeluarkan secret yang belum jelas
fungsinya. Mendapat suplai darah dari cabang-cabang arteria bulbi penis.
Penis
Penis dibentuk oleh jaringan erectil, yang dapat
mengeras (ereksi) dan dipakai untuk melakukan
copulasi (hubungan seksual). Ereksi terjadi oleh
karena rongga-rongga di dalam jaringan erectil
terisi darah.
Penis terdiri atas 3 buah korpora berbentuk
silindris, yaitu :
1. Dua buah korpora kavernosa, dan
2. Sebuah korpus spongiosa yang berada di
sebelah ventralnya
Korpora kavernosa dibungkus oleh jaringan
fibroelastik tunika albuginea, sehingga
merupakan satu kesatuan, sedangkan di sebelah
proksimal terpisah menjadi dua sebagai krus
penis. Setiap krus penis dibungkus oleh otot
ishiokavernosus yang kemudian menepel pada
rami osis ischii.
Korpus spongiosa membungkus uretra mulai dari
diagragma urogenitalis dan di sebelah proksimal
dilapisi oleh otot bulbo-kavernosus. Korpus
spongiosa ini berakhir pada sebelah distal sebagai
glans penis.
Ketiga korpora ini cibungku oleh fascia Buck dan
lebih superficial lagi oleh fascia Colles atau
fascia Dartos yang merupakan kelanjutan dari fascia Scarpa. Di daerah collum glandis dan
corona glandis terdapat sejumlah glandulae preputiales yang memproduksi smegma,
mempunyai bau yang khas.
Di dalam setiap korpus yang terbungkus oleh tunika albuginea terdapat jaringan erektil, yaitu
berupa jaringan kavernus (berongga) seperti spon. Jaringan ini terdiri atas sinusoid atau
rongga lacuna yang dilapisi oleh endothelium dan otot polos kavernosa. Rongga lacuna ini
dapat menampung darah yang cukup banyak sehingga menyebabkan ketegangan batang
penis.

Vascularisasi

1. Arteria bulbi penis, berjalan di dalam bulbus penis, lalu melanjutkan diri kedalam corpus
spongiosum penis.
2. Arteria urethralis, berada di sebelah anterior arteri bulbi penis, masuk kedalam corpus
spongiosum penis, melanjutkan diri sampai pada glans penis.
3. Arteria profunda penis, setelah masuk kedalam crus penis, selanjutnya berjalan di dalam
corpus cavernosum penis.
4. Arteria dorsalis penis, berjalan di sebelah profunda fascia penis profunda, berada pada
dorsum penis, terletak di sebelah medial dari nervus dorsalis penis dan di sebelah lateral
dari vena dorsalis penis. Percabangan dari arteri ini memberi suplai darah kepada corpus
cavernosum penis dan corpus spongiosum penis, mengadakan anastomose dengan
percabangan dari arteria profunda penis dan arteria bulbi penis.
Glans penis terutama mendapat vascularisasi dari arteria dorsalis penis. Keempat buah arteri
tersebut tadi dipercabangkan oleh arteria pudenda interna. Vena dorsalis penis ada sebuah,
menerima darah venous dari glans penis, preputium, corpus spongiosum dan corpora
cavernosa, lalu membentuk bifurcatio sebuah vena ke kanan dan sebuah ke kiri, bermuara
kedalam plexus venosus prostaticus.
Vena dorsalis penis cutanea (superficialis) membawa darah venous dari kulit dan jaringan
subcutaneus, bermuara kedalam vena saphena magna.

Innervasi

Penis dipersarafi oleh :


1. Nervus dorsalis penis, dipercabangkan oleh nervus pudendus, mempersarafi kulit,
terutama glans penis.
2. Ramus profundus nervi perinealis, berjalan masuk kedalam bulbus penis, lalu masuk
kedalam corpus spongiosum penis, terutama mempersarafi urethra.
3. Nervus ilioinguinalis, memberikan cabang-cabang yang mempersarafi kulit pada radix
penis.
4. Nervus cavernosus penis (major et minor) mempersarafi jaringan erectil pada bulbus,
crus, corpus spongiosum penis dan corpus cavernosum penis. Berasal dari truncus
sympathicus dan nervus sacralis S2 4 (parasympathis) melalui plexus nervosus
pelvicus. Beberapa cabang berjalan bersama-sama dengan nervus dorsalis penis.
Saraf-saraf tersebut di atas berfungsi membawa stimulus sensibel, termasuk rasa nyeri dari
kulit dan urethra, dan mengontrol circulasi darah penis.

Scrotum
Scrotum adalah sebuah kantong yang terbagi menjadi dua bagian oleh septum scroti,
ditempati oleh testis, epididymis dan bagian caudal funiculus sparmaticus beserta
pembungkusnya. Terletak di sebelah caudal dari radix penis dan symphysis osseum pubis.
Scrotum dibentuk oleh lapisan-lapisan dari superficial ke profunda, sebagai berikut :
1. Kulit, tipis, mengandung banyak pigmen, sedikit rambut, banyak kelenjar sebacea dan
kelenjar keringat. Pada linea mediana terdapat raphe scroti, yang ke arah anterior
menjadi raphe penis dan ke arah posterior menjadi raphe perinealis.
2. Tunica dartos, mengandung serabut-serabut otot polos, yang dinamakan m.dartos.
lapisan ini melekat pada kulit, tidak mengandung jaringan lemak dan banyak mengadung
pembuluh darah. Lapisan ini membentuk septum scroti.
3. Tunica vaginalis, yang merupakan bagian dari peritoneum, turut bersamasama dengan
testis masuk kedalam scrotum.
4. Fascia spermatica externa, suatu lembaran tipis yang membungkus funiculus spermaticus
dan testis. Pada anulus inguinalis externus lapisan ini melanjutkan diri dengan fascia
yang membungkus m.obliquus externus abdominis.
5. Lamina cremasterica yang terdiri atas fascia cremasterica dan serabut-serabut
m.cremaster, mempunyai hubungan dengan m.obliquus internus abdominis bersama
dengan fascianya.
6. Fascia spermatica interna, suatu lembaran yang tipis, sukar dipisahkan dari lamina
cremasterica, tetapi mudah dilepaskan dan funiculus spermaticus dan testis yang
dibungkusnya.
Bentuk dan ukuran scrotum bervariasi antar individu, dan berubah menurut kondisi. Pada
waktu udara dingin, m.dartos berkontraksi membuat kulit scrotum berkeriput. Sebaliknya
pada suhu udara panas kulit scrotum menjadi longgar. Keadaan ini berkaitan dengan fungsi
scrotum untuk mempertahankan suhu yang optimal sehingga proses spermatogenesis dapat
berlangsung dengan baik dan sempurna.

Vascularisasi

Ada beberapa arteri yang memberi suplai darah kepada scrotum, sebagai berikut :
1. Arteria pudenda externa, memberi vascularisasi ke bagian anterior scrotum.
2. Ramus scrotalis arteriae pudendae internae, mensuplai scrotum bagian posterior.
3. Cabang-cabang arteria testicularis.
4. Cabang-cabang arteria cremasterica.
Pembuluh-pembuluh vena berjalan bersama-sama dengan arteri terkait.

Innervasi
Scrotum dipersarafi oleh :
1. Nervus ilioinguinalis, mempersarafi scrotum bagian ventral.
2. Ramus genitalis nervi genitofemoralis, juga mempersarafi bagian anterior scrotum.
3. Ramus scrotales mediales et laterales sebagai cabang dari nervus perinealis,
mempersarafi scrotum bagian posterior.
4. Ramus perinealis n.cutaneus femoris posterior.
DAFTAR PUSTAKA

1. Richard S, Snell. Anatomi Klinik untuk mahasiswa kedokteran, Edisi 6. Jakarta : EGC
2006.
2. Simba Sitepu, dkk. Anatomi 2 ( kepala, Leher, Thorax, Abdomen, Pelpis). Edisi 4 :
Bagian Anatomi FK USU, 2005
3. R. Putz dan R. Pabst. Sabotta, Atlas Anatomi manusia, Jilid 1, Edisi 21. Jakarta : EGC
2000.
4. R. Putz dan R. Pabst. Sabotta, Atlas Anatomi manusia, Jilid 2, Edisi 21. Jakarta : EGC
2000.

You might also like