You are on page 1of 13

A.

Konsep Dasar Obstruksi Usus


1. Definisi

Obstruksi usus adalah gangguan pada aliran normal isi usus sepanjang traktus
intestinal (Nettina, 2001).
Obstruksi terjadi ketika ada gangguan yang menyebabkan terhambatnya aliran isi
usus ke depan tetapi peristaltiknya normal (Reeves, 2001).
Obstruksi usus merupakan suatu blok saluran usus yang menghambat pasase cairan,
flatus dan makanan dapat secara mekanis atau fungsional (Tucker, 1998).
Obstruksi usus dapat didefinisikan sebagai gangguan (apapun penyebabnya)
aliran normal isi usus sepanjang saluran usus. Obstruksi usus dapat akut dengan
kronik, partial atau total. Obstruksi usus biasanya mengenai kolon sebagai akibat
karsinoma dan perkembangannya lambat. Sebagian dasar dari obstruksi justru
mengenai usus halus. Obstruksi total usus halus merupakan keadaan gawat yang
memerlukan diagnosis dini dan tindakan pembedahan darurat bila penderita ingin
tetap hidup.

2. Etiologi

a. Mekanis
Adhesi/perlengketan pascabedah (90% dari obstruksi mekanik)
Adhesi (perlekatan usus halus) merupakan penyebab tersering ileus obstruktif,
sekitar 50-70% dari semua kasus. Adhesi bisa disebabkan oleh riwayat operasi
intraabdominal sebelumnya atau proses inflamasi intraabdominal. Obstruksi
yang disebabkan oleh adhesi berkembang sekitar 5% dari pasien yang
mengalami operasi abdomen dalam hidupnya. Perlengketan kongenital juga
dapat menimbulkan ileus obstruktif di dalam masa anak-anak
Hernia inkarserata eksternal (inguinal, femoral, umbilikal, insisional, atau
parastomal) merupakan yang terbanyak kedua sebagai penyebab ileus
obstruktif, dan merupakan penyebab tersering pada pasien yang tidak
mempunyai riwayat operasi abdomen. Hernia interna (paraduodenal, kecacatan
mesentericus, dan hernia foramen Winslow) juga bisa menyebabkan hernia.
Neoplasma. Tumor primer usus halus dapat menyebabkan obstruksi intralumen,
sedangkan tumor metastase atau tumor intraabdominal dapat menyebabkan
obstruksi melalui kompresi eksternal.
Intususepsi usus halus menimbulkan obstruksi dan iskhemia terhadap bagian
usus yang mengalami intususepsi. Tumor, polip, atau pembesaran limphanodus
mesentericus dapat sebagai petunjuk awal adanya intususepsi.
Penyakit Crohn dapat menyebabkan obstruksi sekunder sampai inflamasi akut
selama masa infeksi atau karena striktur yang kronik.
Volvulus sering disebabkan oleh adhesi atau kelainan kongenital, seperti
malrotasi usus. Volvulus lebih sering sebagai penyebab obstruksi usus besar.
Batu empedu yang masuk ke ileus. Inflamasi yang berat dari kantong empedu
menyebabkan fistul dari saluran empedu ke duodenum atau usus halus yang
menyebabkan batu empedu masuk ke traktus gastrointestinal. Batu empedu
yang besar dapat terjepit di usus halus, umumnya pada bagian ileum terminal
atau katup ileocaecal yang menyebabkan obstruksi.
Striktur yang sekunder yang berhubungan dengan iskhemia, inflamasi, terapi
radiasi, atau trauma operasi.
Penekanan eksternal oleh tumor, abses, hematoma, intususepsi, atau
penumpukan cairan.
Benda asing, seperti bezoar.
Divertikulum Meckel yang bisa menyebabkan volvulus, intususepsi, atau hernia
Littre.
Fibrosis kistik dapat menyebabkan obstruksi parsial kronik pada ileum distalis
dan kolon kanan sebagai akibat adanya benda seperti mekonium.

b. Fungsional (non mekanik)


Ileus paralitik
Lesi medula spinalis
Enteritis regional
Ketidakseimbangan elektrolit
Uremia

3. Klasifikasi

Adapun klasifikasi dari obstruksi usus dibagi menjadi dua bagian menurut jenis
obstruksi usus, yaitu:

a. Mekanis
Terjadi obstruksi intramunal atau obstruksi munal dari tekanan pada usus,
contohnya adalah intrasusepsi, tumor dan neoplasma, stenosis, striktur, perlekatan,
hernia dan abses.

Penyebab intraluminal (relatif jarang), antara lain:

Benda asing yang tertelan.


Meskipun demikian, pada umumnya suatu benda asing yang telah lolos
melewati lubang pylorus (dari lambung ke usus), tidak akan mengalami
kesulitan untuk mencapai usus halus, kecuali adanya adesi setelah operasi.
Bezoars mungkin merupakan faktor.
Penyakit parasit, seperti Ascariasis mungkin dapat ditemukan.
Batu empedu mungkin terjadi dengan suatu fistula cholecystenteric.
Suatu bolus makanan yang besar dapat menjadi penyebab, dengan material
makanan yang sulit dicerna akan berdampak pada usus bagian bawah. Pada
kasus ini kebanyakan pasien pada umumnya sudah mengalami operasi pada
daerah lambung.
Cairan mekonium akan menyebabkan obstruksi pada daerah distal ileum
mungkin akibat kista fibrosis yang terjadi pada semua umur.
Penyebab intramural, (relatif jarang). Obstruksi yang terjadi sebagai akibat dari
adanya lesi pada dinding usus halus.
Atresia dan striktur mungkin juga merupakan penyebab.
Penyakit Crohn. Obstruksi yang terjadi mungkin hilang timbul dan
obstruksinya sebagian atau parsial.
Tuberkulosis usus. Pada negara-negara tertentu tidak merupakan hal yang laur
biasa.
Striktur mungkin akan menyebabkan terjadinya ulserasi yang juga apabila di
induksi oleh pemberian tablet kalium, nonsteroid anti-inflammatory agen, dan
terapi iradiasi yang digunakan untuk mengobati kanker kandung kemih atau
kanker cerviks.
Suatu hematoma yang terjadi diantara dinding usus, akibat trauma atau pasien
yang mendapat pengobatan dengan antikoagulan yang berlebihan dari dosis
yang dibutuhkan.
Lipomatous, leiomyomatous, dan tumor carcinoid relatif jarang menyebabkan
obstruksi, tetapi pernah dilaporkan adanya obstruksi usus halus yang
disebabkan oleh lymphoma dan jarang adenocarsinoma.
Tumor sekunder, khususnya colonic dan karsinoma lambung, kanker ovarium,
dan melano maligna, adakalanya akan bersatu pada lumen usus halus.
Banyak polipoid mukosa atau lesi submukosa mungkin akan membentuk
kepala dari suatu intussuscepsi, yang mana pada akhirnya akan menyebabkan
ileus obstruktif.
Intussuscepsi pada anak-anak yang berumur kurang dari 2 tahun pada
umumnya adalah idiopatik dan merupakan keadaan kedaruratan abdomen,
walaupun diverticulum Meckel, polip, dan kista dupleks dapat menjadi
penyebab ileus obstruktif.
Penyebab ekstramural. Penyebab ini mungkin merupakan penyebab yang
paling umum atau sering:
Adesi yang berhubungan dengan pembedahan abdomen atau peritonitis sering
meningkatkan frekuensi ileus obstruktif. Adesi mudah lengket pada lumen usus
dan menyebabkan luka yang berlokasi dimana-mana. Adesi ini dapat
menghalangi peristaltik usus halus dan menyebabkan angulasi secara akut dan
kekusutan pada usus, sering terjadi beberapa tahun setelah prosedur awal
dilakukan.
Kelainan intraperitoneal kongenital mungkin dapat mengakibatkan obstruksi.
Malrotasi kongenital mengakibatkan pendeknya mesenterik, dan keseluruhan
usus dapat mengalami torsi atau volvulus, keadaan ini tidak hanya dapat
menyebabkan obstruksi, tetapi mempercepat timbulnya iskemia dan kematian.
Hernia dapat menyebabkan obstruksi.
b. Fungsional : Muskulator usus tidak mampu mendorong isi sepanjang
Pada beberapa pasien, etiologi obstruksi usus mungkin adalah multifaktorial.
Sebagai contoh: metastase pada usus halus dapat secara langsung menyerang
dinding usus. Obstruksi mungkin terjadi sebagai akibat tekanan dari luar atau
kekusutan usus akibat tumor primer atau deposit metastase.

4. Manifestasi Klinis
1. Obstruksi Usus Halus
a. Gejala awal biasanya nyeri abdomen sekitar umbilicus atau bagian epigastrium yang
cenderung bertambah berat sejalan dengan beratnya obstruksi dan bersifat
intermitten. Jika obstruksi terletak di bagian tengah atau letak tinggi dari usus halus
maka nyeri bersifat konstan.
b. Klien dapat mengeluarkan darah dan mucus, tetapi bukan materi fekal dan tidak
terdapat flatus.
c. Umumnya gejala obstruksi usus berupa konstipasi, yang berakhir pada distensi
abdomen, tetapi pada klien dengan obstruksi parsial bias mengalami diare.
d. Pada obstruksi komplet, gelombang peristaltic pada awalnya menjadi sangat keras
dan akhirnya berbalik arah dan isi usus terdorong kea rah mulut.
e. Apabila obstruksi terjadi pada ileum maka muntah fekal dapat terjadi. Semakin
kebawah obstruksi dibawah area gastrointestinal yang terjadi, semakin jelas adanya
distensi abdomen.
f. Jika obstruksi usus berlanjut terus dan tidak diatasi maka akan terjadi shock
hipovolemia akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma, dengan manifestasi
klinis takikardi dan hipotensi. Suhu tubuh biasanya normal tapi kadang-kandang
dapat meningkat. Demam menunjukkan obstruksi strangulate.
g. Pada pemeriksaan abdomen didapatkan abdomen tampak distensi dan peristaltic
meningkat. Pada tahap lanjut dimana obstrusi terus berlanjut, peristaltic akan
menghilang dan melemah. Adanya feces bercampur darah pada pemeriksaan rectal
toucher dapat dicurigai adanya keganasan dan intususepsi.
2. Obstruksi Usus Besar
a. Nyeri perut yang bersifat kolik dalam kualitas yang sama dengan obstruksi pada usus
halus tetapi intensitasnya jauh lebih rendah.
b. Muntah muncul terakhir terutama bila katup ileosekal kompeten. Pada klien dengan
obstruksi di sigmoid dan rectum, konstipasi dapat menjadi gejala satu-satunya dalam
satu hari.
c. Akhirnya abdomen menjadi sangat distensi, loop dari usus besar menjadi dapat dilihat
dari luar melalui dinding abdomen.
d. Klien mengalami kram akibat nyeri abdomen bawah.

5. Patofisiologi

Peristiwa patofisiologi yang terjadi setelah obstruksi usus adalah sama, tanpa
memandang apakah obstruksi usus tersebut diakibatkan oleh penyebab mekanik atau
fungsional. Perbedaan utamanya adalah obstruksi paralitik, paralitik dihambat dari
permulaan, sedangkan pada obstruksi mekanis peristaltik mula-mula diperkuat
kemudian intermiten akhirnya hilang. Lumen usus yang tersumbat profesif akan
terenggang oleh cairan dan gas.

Akumulasi gas dan cairan didalam lumen usus sebelah proksimal dari letak obstruksi
mengakibatkan distensi dan kehilangan H2O dan elektrolit dengan peningkatan
distensi maka tekanan intralumen meningkat, menyebabkan penurunan tekanan vena
dan kapiler arteri sehingga terjadi iskemia dinding usus dan kehilangan cairan menuju
ruang peritonium akibatnya terjadi pelepasan bakteri dan toksin dari usus, bakteri
yang berlangsung cepat menimbulkan peritonitis septik ketika terjadi kehilangan
cairan yang akut maka kemungkinan terjadi syok hipovolemik. Keterlambatan dalam
melakukan pembedahan atau jika terjadi stranggulasi akan menyebabkan kematian

6. Komplikasi

Strangulasi menjadi penyebab dari kebanyakan kasus kematian akibat


obstruksi usus. Isi lumen usus merupakan campuran bakteri yang mematikan, hasil-
hasil produksi bakteri, jaringan nekrotik dan darah. Usus yang mengalami strangulasi
mungkin mengalami perforasi dan menggeluarkan materi tersebut ke dalam rongga
peritoneum. Tetapi meskipun usus tidak mengalami perforasi bakteri dapat melintasi
usus yang permeabel tersebut dan masuk ke dalam sirkulasi tubuh melalui cairan
getah bening dan mengakibatkan shock septik.
Peritonitis karena absorbsi toksin dalam rongga peritonium sehinnga terjadi
peradangan atau infeksi yang hebat pada intra abdomen
Perforasi dikarenakan obstruksi yang sudah terjadi selalu lama pada organ intra
abdomen
Sepsis, infeksi akibat dari peritonitis, yang tidak tertangani dengan baik dan cepat
Syok hipovolemik terjadi akibat dehidrasi dan kehilangan volume plasma

7. Pemeriksaan Diagnostik

Adapun pemeriksaan diagnostik yang bisa dilakukan antara lain:

1. Pemeriksaan sinar x untuk menunjukan kuantitas abnormal dari gas atau cairan
dalam usus.
2. Pemeriksaan laboratorium (misalnya pemeriksaan elektrolit dan jumlah darah
lengkap) akan menunjukan gambaran dehidrasi dan kehilangan volume plasma
dan kemungkinan infeksi
3. Pemeriksaan radiogram abdomen sangat penting untuk menegakkan diagnosa
obstruksi usus. Obstruksi mekanis usus halus ditandai oleh udara dalam usus
halus, tetapi tidak ada gas dalam usus. Bila foto fokus tidak memberi kesimpulan,
dilakukan radiogram barium untuk mengetahui tempat obstruksi.
8. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Radiologi.
Foto polos abdomen dengan posisi terlentang dan tegak (lateral dekubitus)
memperlihatkan dilatasi lengkung usus halus disertai adanya batas antara air
dan udara atau gas (air-fluid level) yang membentuk pola bagaikan tangga.
Peeriksaan radiologi dengan Barium Enema mempunyai suatu peran terbatas
pada pasien dengan obstruksi usus halus. Pengujian Enema Barium terutama
sekali bermanfaat jika suatu obstruksi letak rendah yang tidak dapat pada
pemeriksaan foto polos abdomen. Pada anak-anak dengan intussuscepsi,
pemeriksaan enema barium tidaklah haany sebagai diagnostik tetapi juga
mungkin sebagai terapi.
CTScan. Pemeriksaan ini dikerjakan jika secara klinis dan foto polos
abdomen dicurigai adanya starngulasi. CTScan akan mempertunjukkan
secara lebih teliti adanya kelainan-kelainan dinding usus, mesenterikus, dan
peritoneum.
CTScan harus dilakukan dengan memasukkan zat kontras kedalam pembuluh
darah. Pada pemeriksaan ini dapat diketahui derajat dan lokasi dari obstruksi.
USG. Pemeriksaan ini akan mempertunjukkan gambaran dan penyebab dari
obstruksi.
MRI. Walaupun pemeriksaan ini dapat digunakan. Tetapi tehnik dan kontras
yang ada sekarang ini belum secara penuh mapan. Tehnik ini digunakan untuk
mengevaluasi iskemia mesenterik kronis.
Angiografi. Angiografi mesenterik superior telah digunakan untuk
mendiagnosis adanya herniasi internal, intussuscepsi, volvulus, malrotation,
dan adhesi
2. Pemeriksaan Laboratorium
Leukositosis mungkin menunjukkan adanya strangulasi, pada urinalisa
mungkin menunjukkan dehidrasi.

9. Penatalaksanaan Bedah dan Medis

Dasar pengobatan obstruksi usus adalah koreksi keseimbangan cairan dan elektrolit,
menghilangkan peregangan dan muntah dengan intubasi dan kompresi, memperbaiki
peritonitis dan syok bila ada, serta menghilangkan obstruksi untuk memperbaiki
kelangsungan dan fungsi usus kembali normal
1. Usus Halus
Dekompresi pada usus melalui selang usus halus atau nasogastrik bermamfaat
dalam mayoritas kasus obstruksi usus halus. Apabila usus tersumbat secara
lengkap, maka strangulasi yang terjadi memerlukan tindakan pembedahan,
sebelum pembedahan, terapi intra vena diperlukan untuk mengganti kehilangan
cairan dan elektrolit (natrium, klorida dan kalium).
Selain beberapa perkecualian, obstruksi usus harus ditangani dengan operasi,
karena adanya risiko strangulasi. Selama masih ada obstruksi, strangulasi tidak
dapat dicegah secara meyakinkan.

Persiapan-persiapan sebelum operasi:


Pemasangan pipa nasogastrik. Tujuannya adalah untuk mencegah muntah,
mengurangi aspirasi dan jangan sampai usus terus menerus meregang akibat
tertelannya udara (mencegah distensi abdomen).
Resusitasi cairan dan elektrolit. Bertujuan untuk mengganti cairan dan
elektrolit yang hilang dan memperbaiki keadaan umum pasien.
Pemberian antibiotik, terutama jika terdapat strangulasi.
Operasi
Operasi dapat dilakukan bila sudah tercapai rehidrasi dan organ-organ vital
berfungsi secara memuaskan.
Kalau obstruksi disebabkan karena hernia skrotalis, maka daerah tersebut
harus disayat. Kalau tidak terpaksa harus dilakukan penyayatan abdomen
secara luas. Perincian operatif tergantung dari penyebab obstruksi tersebut.
Perlengketan dilepaskan atau bagian yang mengalami obstruksi dibuang. Usus
yang mengalami strangulasi dipotong.
Pasca Bedah
Pengobatan pasca bedah sangat penting terutama dalam hal cairan dan
elektrolit. Harus dicegah terjadinya gagal ginjal dan harus memberikan kalori
yang cukup. Perlu diingat bahwa pasca bedah, usus pasien masih dalam
keadaan paralitik.
Tindakan pembedahan terhadap obstruksi usus halus tergantung penyebab
obstruksi. Penyebab paling umum dari obstruksi seperti hernia dan
perlengketan. Tindakan pembedahannya adalah herniotomi.

2. Obstruksi Usus Besar


Apabila obstruksi relatif tinggi dalam kolon, kolonoskopi dapat dilakukan
untuk membuka lilitan dan dekompresi usus. Sekostomi, pembukaan secara
bedah yang dibuat pasa sekum, dapat dilakukan pada pasien yang berisiko buruk
terhadap pembedahan dan sangat memerlukan pengangkatan obstruksi. Tindakan
lain yang biasa dilakukan adalah reseksi bedah utntuk mengangkat lesi penyebab
obstruksi. Kolostomi sementara dan permanen mungkin diperlukan.
Asuhan Keperawatan pada Obstruksi Usus

1. Pengkajian
a. Umum :
Anoreksia dan malaise, demam, takikardia, diaforesis, pucat, kekakuan abdomen,
kegagalan untuk mengeluarkan feses atau flatus secara rektal, peningkatan bising usus
(awal obstruksi), penurunan bising usus (lanjut), retensi perkemihan dan leukositosis,
mual dan muntah (materi fekal).

b. Khusus :

Usus halus
Berat, nyeri abdomen seperti kram, peningkatan distensi
Distensi ringan
Mual
Muntah : pada awal mengandung makanan tak dicerna dan kim; selanjutnya muntah
air dan mengandung empedu, hitam dan fekal
Dehidrasi
Usus besar
Ketidaknyamana abdominal ringan
Distensi berat
Muntah fekal laten
Dehidrasi laten : asidosis jarang

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI


Diagnose Tujuan Dan KiteriaHasil IntervensiKeperawatan Rasional
Keperawatan

Gangguan rasa Tujuan : 1. Kaji karakteristik nyeri, 1. Dasar untuk


nyaman; nyeri Meningkatkan durasi, frekuensi, dan melakukan intervensi
berhubungan kenyamanan klien atau skala nyeri (0-10) keperawatan
dengan proses nyeri teratasi. 2. Ajarkan tehnik distraksi
obstruksi atau dan relaksasi pada klien.
malfungsi Criteria hasil : 3. Lakukan masa 2. Tehnik tersebut
gastric atau a. Klien melaporkan sepunggung klien, jika dapat mengalihkan
selang drainase nyeri berkurang atau nyeri timbul rasa nyeri klien
usus hilang. 3. Masase dapat
b. Klien tampak rileks 4. Berikan analgesic dan merangsang
c. Klien dapat istirahat antiemetic sesuai pengeluaran endofin
dan tidur cukup. program medic yang dapat
d. Skala nyeri 0-2 5. Pertahankan mengurangi rasa
sambungan pada nyeri
penghisap intermiten 4. Menghilangkan rasa
rendah atau sesuai nyeri dan
progarm menghilangkan mual

6. Irigasi selang dengan 5. Sebagai pertahanan


salin normal 30 ml kepatenan dan fungsi
sesuai program yang tepat dari
7. Pertahankan selang selang gastric atau
gastric tepat posisinya usus.
dalam lambung dengan
plester
6. Menghilangkan
8. Hindari oklusi dari sumbatan pada
lubang sisi selang selang, sehingga
penghisap drainase lancer.
7. Pada posisi selang
9. Masukkan selang usus yang tepat dapat
dengan perlahan sampai menyebabkan
mencapai lokasi yang distensi abdomen
diinginkan yang menyebabkan
10.Ubah posisi tidur klien; nyeri
miring kanan, telentang,
miring kiri
11.Pertahankan kepala 8. Mempertahankan
tempat tidur 30-45 kepatenan selang
derajat sesuai program gastric atau usus,
12.Anjurkan klien untuk sehingga dapat
mengubah posisi tidur menghilangkan
setiap 2 jam sesuai obstruksi.
indikasi 9. Posisi selang yang
13.Berikan perawatan tepat dapat
mulut :menyikat gigi, mengurangi nyeri.
mencuci mulut, dan
berikan pelumas mulut
dengan interval sering
10.Dapat memudahkan
14.Lakukan perawatan pada selang gastric
cuping hidung yang atau usus.
terpasang selang dan
berikan pelumas larut 11.Meningkatkan
air sesuai program kenyamanan dan
meningkatkan
ventilasi paru.
12.Perubahan posisi
dapat meningkatkan
peristaltic usus.

13.Perawatan mulut
yang sering menjaga
kelembapan mukosa
mulut dan
meningkatkan
kenyamanan faring.

14.Untuk mencegah
iritasi dan
memberikan
kenyamanan pada
klien.
Gangguan Tujuan : 1. Kaji keluhan mual, sakit 1. Untuk menilai
pemenuhan Setelah dilakukan menelan dan muntah keluhan yang ada
kebutuhan tindakan keperawatan yang dapat
nutrisi kurang selama 2 x24 jam 2. Kolaborasi pemberian mengganggu
dari kebutuhan diharapkan nutrisi dapat obat antiemetik. pemenuhan nutrisi.
berhubungan terpenuhi. 2. Membantu
dengan mual Kriteria hasil : mengurangi rasa
muntah dan Mual dan muntah hilang, mual dan muntah.
anoreksia. nafsu makan bertambah,
makan habis satu porsi.
Resiko tinggi Tujuan: 1. kaji tingkat kekurangan 1. Penyimpangan dari
terjadinya tidak terjadi kekurangan cairan: turgor kulit, hasil pengkajian
kekurangan volume cairan. membran mukosa, merupakan indikator
volume cairan Kriteria hasil: mengeluh haus. kekurangan cairan
berhubungan 1. Turgor kulit baik 2. Observasi tanda-tanda 2. merupakan acuan
dengan 2. Membran vital. untuk mengetahui
kehilangan mukosa lembab penyimpangan dari
cairan 3. Pengeluaran urin keadaan normalnya.
berlebihan 30ml/jam 3. Monitor intake dan 3. mengidentifikasi
akibat obstruksi 4. Klien tidak output cairan selama kekurangan cairan
dan muntah mengeluh haus 8jam dan untuk
tahap lanjut 5. TTV dalam batas menentukan jumlah
dan penurunan normal 4. Timbang berat badan koreksi cairan
masukan akibat klien setiap hari 4. BB yang turun
pembatasan derastis merupakan
cairan suatu tanda
kekurangan cairan
5. Catat jumlah dan dalam jumlah besar
karakter aspirasi 5. Indikator kekurangan
gastrointestinal setiap cairan
hari
6. Siapkan spesimen untuk
pemeriksaan cairan 6. Untuk mengetahui
aspirasi gastrointestinal kehilangan elektrolit
sesuai program dan Ph cairan
gastrointestinal
7. Monitor TTV setiap 8jam 7. Perubahan TTV
merupakan indikasi
kekurangan cairan
8. Ukur lingkar abdomen 8. Evaluasi
setiap hari kemungkinan
terjadinya kelebihan
cairan
9. Berikan cairan 9. Untuk pemenuhan
intravena sesuai kebutuhan cairan
program medik

You might also like