Professional Documents
Culture Documents
PROSES PRODUKSI
IV-1
IV-2
Laporan Kerja PTaktek,
PT. SaCim Ivomas Pratama, Pdk,Sura6aya
b. Supervisior :
- Mengontrol mutu/kualitas produksi
- Membawahi regu masing-masing
- Memberi pengarahan kepada anggota
c. Operator :
- Mencatat data di log sheet per jam
- Mengoperasikan mesin
d. Helper
- Membantu operator (masih 4 regu)
- Membersihkan plant
a. Penampungan CPO
CPO yang berasal dari berbagai perkebunan kelapa sawit di luar pulau Jawa
diangkut dengan menggunakan kapal, setelah sampai disalurkan menggunakan truk tangki,
kemudian dimasukkan ke dalam storage tank yang ada di PT.Salim Ivomas Pratama Tbk,
Surabaya terdiri dari 4 buah storage tank yaitu tangki penampung A, B, D, E.
b. Pemanasan
CPO dianalisa di dalam laboratorium, untuk mengetahui kandungan FFA dan
kandungan fosfat pada CPO. Kemudian CPO dipompa menuju Plate Heat Exchanger
sebagai aliran utama, disilangkan dengan RBDPOyang berasal dari High Temperatur
Economizer. Kemudian CPO dipanaskan menuju Plate Heat Exchanger disilangkan
dengan menggunakan media panas steam. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan suhu
CPO. Kemudian CPO masuk ke dalam Dryer Tank yang memiliki kapasitas 2,4 ton, proses
ini bertujuan untuk mengurangi kandungan air (moisture) dalam CPO. Kondisi vakum
yang terjadi berfungsi untuk mencegah terjadinya hidrolisis triglerisida oleh udara yang
mengakibatkan FFA (free fatty acid) terbentuk.
c. Degumming
Kemudian CPO yang sudah dipanaskan masuk ke dalam Degumming Tank yang
dilengkapi agitator yang dijalankan dengan kecepatan sedang, dan ditambahkan dengan
PA melalui Dosing Pump Acid. Proses degumming ini bertujuan untuk menghilangkan zat
terlarut dan zat koloidal, seperti resin, gum, protein, dan fosfatida dalam minyak mentah.
Prinsipnya yaitu proses pembentukan dan pengikatan flok-flok dari zat terlarut dan zat
bersifat koloidal dalam minyak mentah sehingga flok-flok terbentuk saling mengikat dan
menghasilkan partikel yang cukup besar dan dipisahan dari minyak.
Zat yang ditambahkan dalam proses degumming ini adalah PA/ H3PO4 yang
berbentuk liquid. Pada proses ini getah minyak akan menggumpal dan tidak menempel
pada dinding tangki. Jumlah PA yang ditambahkan sewaktu-waktu sesuai dengan
kandungan % FFA (free fathy acid/ asam lemak bebasj yang terdapat dalam CPO, apabila
% FFA semakin tinggi penambahan CPO semakin banyak.
d. Bleaching
CPO dan PA dialirkan menuju slury tank dalam tangki ini terjadi proses bleaching.
Proses bleaching (pemucatan) merupakan proses menghilangkan zat-zat warna, terutama
warna merah bata yang terdapat pada CPO yang berasal dari beta karoten. Proses
bleaching yang digunakan yaitu absorbsi. Proses ini menggunakan zat penyerap yang
memiliki aktivitas permukaan yang tinggi dalam menyerap zat warna, juga dapat
digunakan untuk menyerap sifat koloidal lainnya seperti gum dan resin. Absorben yang
digunakan pada proses ini yaitu bleaching earth (BE). Penambahan jumlah BE sesuai
waktu yang telah ditentukan dan berbeda-beda untuk tiap jenis CPO dan untuk kualitas
produk yang diinginkan. Semakin baik kualitas CPO maka semakin sedikit BE yang
ditambahkan. Sebaliknya, semakin jelek kualitas CPO maka semakin banyak BE yang
ditambahkan. Di dalam tangki ini juga terdapat agitator yang berguna untuk mengaduk
BE, dan CPO.
Untuk membuat homogen antara BE dan CPO, masuklah ke dalam bleaching tank
yang terdapat dua buah dan memiliki fungsi yang sama. Untuk masing-masing dilengkapi
Program Studi D3 TeknikKimia
FTI-ITS
BAB IV Proses Produksi
IV-4
Laporan Kerja Prafctek,
PT. SaCim Ivomas Pratama, T6k,Sura6aya
dengan sparging steam. Di dalam tangki ini campuran antara CPO dan BE menjadi hitam
akibat proses adsorben yang terjadi, walaupun pada mulanya BE bewarna putih seperti
tepung. Permulaan warna hitam ini yang membuat warna minyak semakin memucat. Pada
tangki ini kondisinya vakum sama seperti tangki lainnya berguna agar tak ada udara luar
yang masuk selama proses berjalan.
e. Filtering
Dari tangki penampungan dipompa menggunakan discharge pump menuju ke
Niagara Filter. Terdapat 3 buah Niagara Filter yang bekerja secara bergantian sehingga
proses produksi lebih efektif. Niagara Filter ini berbentuk mengecil pada bagian
bawahnya. Niagara Filter adalah penyaring minyak, yang berisi penyaring yang berbentuk
lempengan dan berpori, yang berfungsi untuk menyaring blontong atau BE yang terdapat
dalam CPO. Jumlah screen terdapat 17 buah yang disusun berjajar dengan luas permukaan
penyaringan yang berbeda-beda. Proses pertama yang terjadi dalam Niagara yaitu
memasukkan minyak ke dalam tangki sampai penuh, kemudian mensirkulasikannya dalam
12 step yang mana terdapat 10 valve yang akan terbuka dan tertutup sesuai dengan stepnya,
dalam beberapa waktu tertentu hingga minyak menjadi jernih. Blontong yang tertinggal
pada screen merupakan campuran PA, BE, serta getah dan pengotor lainnya, yang
tertinggal akan dikeringkan. Setelah minyak jernih keluar dari Niagara Filter dan masuk ke
dalam Filtrat Tank. Ketika blontog cukup kering, screen akan digetarka menggunakan
vibrator sehingga blontong jatuh ke dalam tangki penampung blotong.
Aliran Produk yang terdapat di dalam Filtrat Tank dialirkan ke dalam Bag Filter
untuk difiltrasi kembali. Bag filter disusun paralel sebanyak 4 buah. Bag filter ini
merupakan penyaringan yang berbentuk seperti kantong kain yang cukup tebal dengan
ukuran pori-pori 10 mikron, sehingga partikel yang lebih kecil tidak dapat lolos. Pada
tahap ini produk sudah berupa BPO (Bleached Palm Oil), yang akan dialirkan menuju ke
tangki penampungan.
f. Deodorizing
Selanjutnya adalah tahap deodorizing yang terjadi pada deodorizer tank. Pada
proses ini membutuhkan suhu tinggi sebelum masuk ke dalam deodorizer tank suhu
minyak harus dinaikkan hingga suhu T30C. Pertama saat keluar dari tangki penampungan
suhu minyak hanya T10C kemudian dipompa menuju High Temperatur Economizer
disilangkan dengan RBDPO yang keluar dari deodorizer tank. Kemudian BPO menuju
shell and tube Heat Exchanger yang disilangkan dengan steam hingga mencapai suhu
T20C. Akan tetapi suhu sebesar T20C belum cukup untuk masuk ke dalam deodorizer tank,
sehingga dimasukkan lagi ke dalam final heater yang merupakan shell dan tube heat
exchanger dengan menggunakan media steam suhu tinggi yang berasal dari High Pressure
Boiler (HPB). Sehingga suhu BPO naik hingga mencapai suhu T30C, sehingga dapat
masuk ke dalam tangki deodorizing.
Deodorizer tank merupakan tangki yang didalamnya terdapat 5 tray dengan sistem
overflow, masing-masing tray mempunyai kapasitas 5 ton minyak. Setiap tray juga
memiliki sparging steam berfungsi untuk mendidihkan FFA dalam minyak RBDPO
(Refined Bleached Deoorized Palm Fatty Acid Destilated). Sehingga FFA berbentuk uap
ditangkap dan dikumpulkan dalam satu tangki untuk diproses lebih lanjut. Sedangkan
Program Studi D3 TeknikKimia
FTI-ITS
BAB IV Proses Produksi
IV-5
Laporan Kerja Prafctek,
PT. SaCim Ivomas Pratama, T6k,Sura6aya
minyak yang tidak mengandung FFA semakin lama akan turun kebawah (sistem overflow)
dan akan keluar dari tangki deodorizing.
Uap FFA yang berasal dari RBDPO ditampung pada tangki 2,1 ton, lalu uap tangki
tersebut dikondensasikan menjadi liquid. Proses kondensasi membutuhkan PFAD yang
telah mengalami proses pendinginan di PHE untuk membuat menjadi cair. Hasil
pendinginan dari FFA ini merupakan PFAD (Palm Fatty Acid Destilated) yang dapat
digunakan dalam industri lain seperti dalam pembuatan sabun, lilin, campuran kosmetik
dan sebagainya.
RBDPO ini memiliki suhu T30C dan butuh untuk didinginkan, sehingga disilangkan
dengan BPO di High Temperatur Economizer, seperti yang dijelaskan sebelumnya.
RBDPO masih memiliki suhu tinggi sehingga perlu untuk didinginkan lagi, sehingga
disilangkan dengan CPO yang berada di awal proses di Plate Heat Exchanger. Kemudian
didinginkan lagi dengan air pada Plate Heat Exchanger. Proses pendinginan dilakukan
untuk menjaga kualitas produk, apabila suhu minyak masih tinggi menyebabkan minyak
muda berbau dan tidak tahan lama. Minyak RBDPO dingin dengan suhu T0C dialirkan bag
filter RBDPO yang disusun pararel sebanyak 4 untuk disaring kembali. Kemudian RBDPO
dialirkan ke storage tank, atau langsung ke Fractination Plant.
Degumming
7. Phosporic Acid Tank
Fungsi: Menampung bahan pembantu (Asam Fosfat) sebelum diinjeksikan ke dalam
CPO, serta meningkatkan efektifitas kontak asam dengan minyak.
Type: Tangki silinder berpengaduk yang di dalamnya terdapat blade/kipas.
8. Phosporic Acid Dozing Pump
Fungsi: Menginjeksi Asam Fosfat sebelum masuk Degumming Tank Bleaching
9. Slurry Tank
Fungsi: Menghomogenkan DPO (degummedpalm oil) dengan Bleaching Earth (BE).
Type: tangki berbentuk vertikal dengan konstruksi dari Stainless Steel, yang dilengkapi
dengan agitator yang beroperasi dalam keadaan vakum.
10. Bleacher Tank
Fungsi: Lebih menghomogenkan antara CPO, PA dan BE menggunakan sparging
steam dan menampung sementara selama waktu tertentu sebelum masuk ke proses
(filtrasi) Type: vertical tank dengan bahan konstruksi Stainless Steel, beroperasi secara
vacuum.
Filtering
11. Niagara Pump
Fungsi: Mempompa BPO dari bleached oil tank menuju Niagara Filter.
12. Niagara Filter
Fungsi: Menyaring BE dan PA.
Type: vessel filter cylinder (Niagara filter), dengan media penyaring berbentuk
lempengan dan berpori. Jumlah lempengan tersebut 17 buah dengan luas permukaan
penyaringan yang berbeda-beda dan dilengkapi dengan sistem vibrasi.
Kontrol: Tekanan dan Laju Alir
13. Bag Filter 1
Fungsi: Menyaring BPO (Bleached Palm Oil) yang keluar dari Niagara Filter dari
impurities sebelum memasuki Filtrat Tank.
Type: Stainless Steel Vertical Filter (di dalamnya berisi penyaring yang berupa kain
berbentuk kantong yang pada bagian luarnya diselimuti lempeng besi berlubang yang
berfungsi sebagai penyangga dengan ukuran pori 10 mikron) berjumlah 4 buah.
14. Filtrat Tank
Fungsi: untuk menampung sementara BPO sebelum dipanaskan dengan pemanas.
Type: Stainless Steel Vertical Tank yang dilengkapi dengan Level Indikator Control.
15. Cyclone
Fungsi: Membantu membuang tekanan pada proses pembersihan Niagara Filter.
16. Slupe Oil Tank
Fungsi: Menampung BPO yang masih kotor, lalu dialirkan menuju ke Bleacher Tank.
17. Slupe Oil Pump
Fungsi: Memompa BPO yang masih kotor menuju Bleacher Tank.
18. Dryer Tank BPO
Fungsi: Menampung BPO yang telah difiltrasi sebelum masuk ke Deodorizer Tank.
Fungsi: mendinginkan PFAD sebagai produk atas dari kolom destilasi sampai suhu
tertentu.
Type: Plate Heat Exchanger.
Filter
Crystallize
Tugasnya adalah :
1. Supervisior tiap regunya: mengawasi/mengotrol proses jalannya produksi
2. Operator crystallizer: membuat grafik parameter produksi
3. Operator filter press: mengoperasionalkan filter press
4. Helper: membantu kinerja operator dan supervisor serta mengirim sampel
Sistem kerja di Fractination Plant yaitu sistem shift yang diberlakukan bagi pekerja
yang mengerjakan tugas secara kontinyu selama 24 jam. Dengan pembagian 3 shift yang
terdiri dari 4 grup. Dalam sistem kerja di Fractination Plant terdapat 1 Supervisor, 1
Operator Crystallizer, 2 Operator Filter Press dan 1 Helper.
IV.2.2.1 Input (Bahan Baku)
Bahan baku utama yang digunakan adalah RBDPO (Refinied Bleached Deodorized
Palm Oil), dihasilkan dari Refinery Plant atau didapatkan dari storage tank. RBDPO yang
digunakan memiliki spesifik yang berbeda-beda, tergantung jenis produksi yang
dikehendaki.
RBDPO yang diproduksi pada refinery plant memiliki jenis yang berbeda, adapun kualitas
yang diproduksi, yaitu Bimoli Spesial, Bimoli Klasik, Tining, serta Industri. Parameter yang
digunakan untuk RBDPO antara lain, warna (colour), FFA, IV, PV (Peroxide Value),
moisture, could point.
IV.2.2.2 Proses
IV.2.2.3 Uraian Proses
Proses yang terjadi pada Fractination Plant ini adalah:
Gambar IV.4 Flowchart Proses Fraksinasi RBDPO menjadi Olein dan Stearin
1. Penyimpanan Sementara
Pada Fractionation Plant di PT SIMP Tbk, buffer tank yang digunakan sebanyak 2
buah. Buffer tank merupakan tangki penyimpan RBDPO sementara dengan kapasitas 64,5
ton. Dimana RBDPO berasal dari Refinery Plant atau storage tank kemudian diletakkan
dalam buffer tank, sebelum memasuki proses fraksinasi.
2. Kristalisasi
Pada Fractionation Plant 1 terdapat dua plant, dimana masing-masing plant terdapat
6 tangki Crystallizer (CR). Tipe tangki CR ada dua, yaitu coil dan (lempengan). Setiap
tangki CR memiliki coil, agitator, dan motor agitator. Agitator merupakan pengaduk yang
memiliki desain impeller yang menyerupai baling-baling atau pisau panjang, fungsinya agar
memudahkan pengadukan RBDPO didalam tangki CR agar homogen. Dimana kecepatan
agitator, berpengaruh pada kekentalan minyak. Sedangkan coil berfungsi pada proses
pemanasan dan pendinginan, berupa pipa yang didalamnya dialirkan media air (berasal dari
Cooling Tower atau chiller).
Kristalisasi bertujuan membentuk RBDPO menjadi fraksi padat dan fraksi cair
sehingga fraksi padat mudah dipisahkan dari fraksi cair. Pada tahap filtrasi fraksi padat
berbentuk kristal bila sudah dipisahkan menggunakan filter press disebut RBD stearin,
sedangkan fraksi cair merupakan hasil pemisahan di filter press disebut RBD olein. Prinsip
kerja proses kristalisasi adalah penurunan suhu dari RBDPO hasil refining hingga melewati
titik beku dari stearin yang akan menyebabkan stearin membentuk fraksi padat (kristal)
sehingga terbentuk RBDPO kristal, sedangkan olein tetap berada pada fase cair sehingga
dapat dipisahkan dari stearin pada proses filtrasi. Parameter yang digunakan pada kristalisasi
antara lain, waktu tunggu (wait time), heating, temperatur dingin (fast cooling), temperatur
air, kristalisasi, waktu kristalisasi, kecepatan agitator, pengolahan air, dan holding. Tahapan
proses kristalisasi terdiri dari:
a. Filling
Tahapan ini merupakan tahapan pengisian crystallizer tank dengan RBDPO yang
berasal dari buffer tank atau langsung dari refinery plant. Pada pengisian RBDPO, sengaja
diberi rentang (selisih) waktu agar penggunaan air panas atau air dingin tidak melebihi
kapasitas yang dikehendaki. Sistem pengisian RBDPO dilakukan secara bergantian,
mencegah kerusakan minyak akibat waktu tunggu (Heating wait) dan pendinginan terlalu
lama.
b. Heating
Tahapan ini merupakan proses pemanasan RBDPO yang terdapat dalam tangki CR,
dengan air panas yang dilewatkan pada coil hingga suhu tertentu. RBDPO yang digunakan
dapat berasal dari sumber yang berbeda (storage tank dan refinary plant), maka suhu dan
kondisi RBDPO juga berbeda. Oleh karena itu, fungsi heating adalah memecah inti sel
RBDPO dan membuat RBDPO menjadi lebih homogen.
c. Delay
Tahapan ini merupakan waktu tunggu yang diberikan pada tangki CR yang seeah
proses selanjutnya pada RBDPO di tangki CR dalam kurun waktu tertentu, lalu diikuti
dengan pengadukan dimana kecepatan agitator (rpm) dan waktu saling berkaitan.
d. Fast cooling
Tahapan ini merupakan proses penurunan dan penghomogenan suhu RBDPO secara
cepat. Mekanismenya adalah dengan mengalirkan air dari cooling tower melalui coil pada
sisi dalam tangki.
e. Seeding
Tahapan ini merupakan tahapan pendinginan secara lambat dengan menggunakan air
chiller. Pada tahap ini mulai terbentuk bibit (inti) kristal.
f. Crystallisation
Tahapan ini merupakan tahapan kristalisasi, dimana perbedaan suhu antara minyak
dengan air chiller diatur menjadi lebih kecil dan tidak penuh pada suhu tertentu. semakin
bagus kualitas minyak yang diinginkan maka semakin lama proses kristalisasi yang terjadi.
g. Final cooling
Tahapan ini merupakan tahapan dimana kristal selesai terbentuk pada tangki CR,
lalu didinginkan hingga batas temperatur tertentu sesuai dengan kualitas yang diinginkan.
h. Holding Approach
Tahapan ini merupakan tahapan dimana waktu tunggu menuju holding.
i. Holding
Tahapan ini merupakan tahapan dimana waktu menstabilkan Palm Oil (PO) yang
dialirkan menuju ke filter press. Tahap ini juga dilakukan analisa IV (Iodine Value)
3. Filtrasi
Proses filtrasi merupakan tahapan proses terakhir dalam pemurnian minyak kelapa
sawit dengan menggunakan filter press. Filter press yang digunakan berjumlah empat unit,
dengan kapasitas x liter. Filter press terdiri dari beberapa plat yang didesain memiliki
membran berpori yang sangat kecil, dan hanya mampu dilewati oleh liquid saja. Plat tersebut
disusun dengan rapat, agar olein tidak jatuh ke tangki stearin yang berada di bawah filter
press. Pada proses filtrasi menghabiskan waktu y jam. Tahapan dari proses filtrasi adalah:
a. Ready & Filter Closing
Tahapan ini merupakan tahapan persiapan seluruh bagian mesin atau dapat
dikatakan mesin dalam keadaan standby (siap digunakan). Tahapan ini merupakan tahapan
penutupan plate pada mesin filter press.
b. Load
Tahapan ini merupakan tahapan pengisian RBDPO yang telah berbentuk semikristal
ke dalam filter press, melalui lubang tengah dengan sedikit tekanan agar RBDPO merata ke
seluruh filter press.
c. Squeezing
Tahapan ini merupakan tahapan inti dari proses filtrasi. Proses pemisahan antara
RBD stearin dan RBD olein terjadi pada tahapan ini. Pemisahan dilakukan dengan
menginjeksikan udara kering dari compressor pada membrane pada tekanan tertentu untuk
mengelembungkan membrane filter press dan membrane filter cloth sehingga RBDPO akan
mengalami tekanan dari kedua sisi filter cloth antar plate. Fraksi olein dapat melewati filter
sehingga fraksi stearin yang berbentuk padat karena tertahan, sehingga fraksi olein dan
stearin akan terpisah.
d. Blowing
Tahapan ini bertujuan untuk membersihkan jalur RBDPO dengan menghembuskan
udara kering agar sisa minyak dapat dikeluarkan. Blowing ini dibagi menjadi 2, yaitu filtrate
blowing dan core blowing. Filtrate blowing bertujuan untuk peniupan sisa RBD
olein yang masih terdapat dalam chamber, sedangkan core blowing bertujuan untuk
peniupan jalur RBD stearin, lalu dialirkan ke dalam cylone tank.
e. Release
Tahapan ini merupakan tahapan pengurangan tekanan yang terdapat pada filter cloth.
f. Double Shift
Tahapan ini merupakan tahap pembukaan filter press agar pengeluaran sisa-sisa
udara kering dari mesin filter press dan pembukaan plate untuk menjatuhkan stearin hasil
pengepressan ke tangki stearin yang berada di bawah mesin filter press. Stearin yang telah
jatuh di tangki intermediate akan dicairkan agar bisa dialirkan menuju tahapan selanjutnya.
4. Pencucian (Washing)
Proses Washing dilakukan apabila cloth plate dan mesin filter press telah kotor,
keadaan cloth plate plate yang kotor tersebut dapat menganggu proses filtrasi dan
menurunkan standard yield yang dihasilkan. Proses ini dilakukan dengan menggunakan olein
dengan suhu yang dijaga konstan. Olein pencuci biasanya digunakan setelah proses filter
berjalan sebanyak X batch dan diganti oleh olein pencuci yang baru setiap Y kali washing.
Olein pencuci yang sudah digunakan berulangkali dialirkan kembali kedalam buffer tank
untuk dilakukan proses fraksinasi kembali. Prinsip kerja washing ini adalah degan media
olein panas yang ketika melewati filter press akan melarutkan stearin yang tertinggal atau
menempel pada cloth filter press.
b. Gear pump: mengalirkan campuran RBD olein dan kristal RBD stearin dari crystallizer
ke dalam filter press.
c. Hidraulic pump: menggerakan chamber filter press dan mengatur pembukaan chamber
untuk menurunkan fase padat stearin.
d. Filter press: memisahkan RBD olein dan RBD stearin yang telah melalui proses
kritalisasi RBDPO. Control: tekanan dan jumlah aliran.
e. Washing tank: tangki penampung RBD oelin yang digunakan pada saat tahapan proses
pencucian filter press.
f. Washing tank pump: memompa RBD olein ke filter press saat digunakan pada proses
pencucian filter press.
g. Cyclone tank: menampung sisa RBDPO yang keluar dari filter press pada tahapan proses
blowing.
h. Compressor, terdiri dari dua jenis:
- Compressor chiller: mengkompresikan gas Freon sampai tekanan tertentu
- Compressor udara: mensuppply udara yang digunakan untuk kebutuhan pembukaan
valve serta tekanan pada tahap squeezing dan filter blowing pada filter press.
IV-15
Laporan Kerja Prafctek,
PT. SaCim Ivomas Pratama, Pdk,Sura6aya
3. Pembentukan Preform
Biji PET yang sudah mencair tersebut diinjeksikan melalui nozzle menuju ke
injection mold terdiri dari dua bagian, yaitu bagian atas (injection core), sedangkan bagian
bawah (injection cavity). Preform adalah bentuk awal dari botol, berupa tabung plastik
dengan ukuran sesuai botol yang akan dibentuk. Dalam kondisi merapat, diantara ijection
core dan injection cavity terdapat ruang kosong, lalu saat itu pasta PET siap diinjeksikan.
4. Conditioning
Tahap ini merupakan proses penyempurnaan dan penstabilan preform agar pada saat
stretching dan blowing, botol yang dibentuk tidak bocor. Pada conditioning terdapat dua
bagian yaitu conditioning core, dilengkapi dengan thermocontrol untuk mengendalikan dan
menstabilkan bagian dalam preform. Sedangkan bagian luar terdapat heating pot yang terdiri
dari tiga bagian yaitu atas, tengah, dan bawah. Ketiga bagian ini berfungsi untuk
memanaskan bagian luar, bagian mana yang tebal diberi suhu yang lebih tinggi dari bagian
lain. Suhu ketiga bagian ini dapat diatur sesuai kondisi yang dibutuhkan.
5. Blow Molding
Tahap ini merupakan tahap mencetak benda berongga dengan cara meniupkan atau
menghembuskan udara ke dalam preform. Cetakan (mold) terdiri dari dua bagian, yaitu
depan dan belakang. Setelah preform berada didalam mold, maka kedua sisi dari mold
menempel satu sama lain (menjepit perform), lalu terjadi proses blowing. Pada saat ditiup
maka perform akan mengembang dengan bentuk yang sama dengan moldnya. Material yang
telah terbentuk akan mengeras dan dikeluarkan dari moldnya, karena mold dilengkapi
dengan saluran pendingin dan pisau pemotong pipa plastik.
6. Ejecting
Tahap ini merupakan proses terakhir dari siklus pembuatan botol, dimana mesin
melepaskan botol yang siap pakai menuju belt conveyor.
c. Output
Output yang dihasilkan pada Bottling Plant, untuk kemasan botol ASB adalah
Bimoli Klasik dengan berbagai ukuran yakni 250 mL, 620 mL, 1000 mL, dan 2000 mL.
Proses Pembuatan Cap
Proses pembuatan tutup botol (cap) memiliki prinsip yang sama dengan handle,
tetapi bahan yang digunakan adalah HDPE dengan Yellow Pigment. Hal ini karena sifat
HDPE yang lentur namun sangat ulet (kuat), sesuai untuk tutup dan segel botol di mana
segel (seal) tersebut harus dapat terpasang dengan rapat, namun dapat dilepaskan dengan
cukup mudah oleh konsumen. Terdapat dua ukuran tutup botol yang dibuat di PT. Salim
Ivomas Pratama Tbk Surabaya, yaitu diameter 27 mm untuk botol 250 ml dan 30 mm untuk
botol 620 ml, 1000 ml, dan 2000 ml. Awalnya HDPE dan yellow pigment di mixer selama
x menit agar merata. Selanjutnya dimasukkan ke dalam hopper (silo kecil) di bagian atas
mesin pembuatan handle botol. Lalu dialirkan memasuki screw yang dilengkapi dengan 4
unit heater yaitu heater nozzle serta heater silinder 1, 2, dan 3. Selain untuk efektivitas
proses pemanasan, keempat heater juga bermanfaat jika kualitas bahan plastik yang
digunakan kurang baik, yaitu dengan memodifikasi suhu pada heater tersebut sehingga hasil
yang diperoleh tetap sesuai dengan yang diinginkan. Pasta diinjeksi ke dalam cetakan (mold)
lalu air dingin dari chiller dialirkan pada sekeliling cetakan untuk
Program Studi D3 TeknikKjmia
FTI-ITS
BAB IV Proses Produksi
IV-17
Laporan Kerja Prafctek,
PT. SaCim Ivomas Pratama, T6k,Sura6aya
proses pendinginan di mana plastik dalam bentuk pasta akan mengeras sesuai bentuk
cetakan. Sebuah tambahan heater mold pada aliran injeksi awal ada pada alat ini sehingga
efisiensi mesin cap moulding ini lebih baik dibandingkan handle karena kelebihan injection
dari jalur-jalur pembuat cap tetap berada di tempatnya dan tetap dalam bentuk pasta.
Proses pembuatan Handle
Bahan polimer yang digunakan adalah PP dan Yellow Pigment. Prinsip kerja pada
pembuatan handle kurang lebih memiliki tahapan yang sama dengan pembuatan tutup botol
(cap). Bedanya terletak pada bentuk cetakan (mold) dan suhu yang digunakan. Selesai
pencetakan, handle akan jatuh dari mesin cetakan (moulding) ke buffer hasil produk dan
dimasukkan ke karton yang sudah tersedia, bila kelebihan injection dari jalur pembuat
handle (waste runner) akan memasuki mesin crusher untuk menghancurkan waste runner
tersebut.
Proses Pengisian sampai Peyimpanan
Proses selanjutnya adalah tahap pengisian minyak goreng pada botol hingga penyimpanan.
Untuk botol ukuran 2 L, diberi pegangan (handle). Berikut ini tahapannya:
1. Filling
Tahap ini merupakan tahap dimana pengisian dengan minyak melalui nozzle, yang
dilengkapi dengan bagian samping untuk mengalirkan minyak. Sedangkan bagian bawah
untuk menghisap minyak, jika ketinggian minyak sudah menyentuh lubang bagian bawah,
sehingga minyak sesuai dengan kapasitas botol.
2. Caping
Tahap ini merupakan tahap dimana cap yang ditampung di dalam tangki, secara
otomatis cap diterima oleh pemutar tutup dan segera menutup botol.
3. Labelling
Tahap ini merupakan tahap pemberian label pada botol. Mulanya lem dipompa ke
atas dan ditahan sisi rol, sisi rol yang terkena lem (glue) mengenai label yang dibawa oleh
sebuah plat spon, lalu label yang sudah diberi lem ditarik dengan plat yang ada penjepitnya
untuk ditempel pada dinding botol. Setelah itu, label direkatkan lagi dengan kuas di sebelah
kiri dan kanan. Kuas tersebut akan menempelkan label lebih erat dan rata pada dinding
botol.
4. Codding
Proses ini digunakan untuk percetakan kode produksi dan tanggal kadaluarsa
(expired) pada botol menggunakan bantuan mesin inkjet printer.
5. Packing
Tahap ini dimulai dengan tahap pengecekan botol, letak label, dan kode expired,
kemudian botol dikemas ke dalam kotak karton.
6. Sealing
Tahap ini merupakan tahap penyegelan kotak dengan bantuan packing tape, yang
didalamnya berisi botol minyak. Pemberian kode produksi dan nomor urut juga diberikan
pada kotak. Kemudian kotak tersebut diletakkan diatas belt conveyor menuju ke gudang
stock barang jadi (ware-house).
IV.3.2.2 Serac
a. Input (Bahan Baku)
Pada Bottling Plant, mesin jenis Serac digunakan hanya untuk produk Bimoli Spesial
saja. Untuk
bahan
bakunya
sendiri
seperti botol
dan tutup
botol
(cap)berasal
dari supplier.
b. Proses
Di plant ini terdapat beberapa tahapan yakni: tahap pengisian (filling), penutupan
botol (caping), pemberian label (labelling), pemberian kode expire (codding), dan
pengepakan (packing), pengemasan (sealing), dan gudang barang jadi (ware-house).
Bedanya dengan tahapan pengisian minyak pada mesin ASB dengan Serac, terletak pada
bentuk botol, cap, serta kualitas minyak goreng yang dimasukkan ke dalam botol. Seperti
yang telah dijelaskan diawal, bahwa mesin serac memiliki kelebihan sistem bongkar pasang
mesin, dimana satu mesin bisa digunakan untuk beberapa macam volume botol.
c. Output
Output yang dihasilkan pada Bottling Plant, jenis serac adalah khusus kemasan botol
Bimoli Spesial, ukuran 250 mL, 500 mL, 1000 mL, dan 2000 mL.
IV.3.2.3 Can
a. Input (Bahan Baku)
Pada Bottling Plant, tidak memproduksi kemasan jerrycan (can), namun hanya
melakukan proses filling saja, karena desain dan plastik can berasal dari supplier. Ukuran can
yang digunakan hanya 5000 mL saja, kelebihannya harga terjangkau dan cocok untuk
pengusaha kuliner seperti restaurant atau hotel.
Program Studi D3 TeknikKJmia
FTI-ITS
BAB IV Proses Produksi
IV-19
Laporan Kerja Prafctek,
PT. SaCim Ivomas Pratama, T6k,Sura6aya
b. Proses
GLUE
b. Proses
Gambar IV.9 Flow Diagram Pouch
Berikut ini merupakan tahapannya:
1. Ready
Tahap ini merupakan tahap dimana pouch yang telah diberi label, bagian
atasnya dibuka. Awalnya pouch dimasukkan secara manual dengan posisi horizontal,
lalu diambil oleh sebuah tangkai pengambil diubah posisinya menjadi vertikal.
Kemudian dikembangkan dengan penjepit karet yang menarik pouch.
2. Blowing
Setelah itu pouch yang telah terbuka, ditiup oleh udara yang berasal dari
compressor, sehingga terdapat ruang kosong dalam pouch.
3. Filling
Tahap ini merupakan tahap pengisian (filling) minyak sesuai volume yang
dikehendaki.
4. Pengepresan
Tahap ini merupakan tahap dimana bagian atas pouch dijepit dan dilengkapi dengan
heater pada suhu cukup tinggi sehingga plastik depan dan belakang menyatu.
5. Codding
Proses ini digunakan untuk percetakan kode produksi dan tanggal kadaluarsa
(expired) menggunakan bantuan mesin ink jet printer.
6. Packing
Tahap ini dimulai dari tahap pengecekan pouch, letak label, dan kode expired.
kemudian pouch dikemas ke dalam kotak karton dan siap untuk proses sealing.
7. Sealing
Tahap ini merupakan tahap penyegelan kotak dengan bantuan packing tape.
Pemberian kode produksi dan nomor urut juga diberikan pada kotak karton. Lalu
8. Ware-house
Kotak karton yang sudah terisi minyak dan tersegel, lalu disimpan dalam gudang
barang jadi.
c. Output
Output yang dihasilkan pada Bottling Plant, untuk kemasan pouch (sachet) adalah
jenis Bimoli Klasik dan Bimoli Klasik dengan berbagai ukuran yakni 250 mL, 500 mL, 1000
mL, dan 2000 mL.
IV.4.2 Pengujian
Pengujian minyak dilakukan karena ada sebuah tujuan yang ingin dicapai dari produk
tersebut. Pengujian minyak dilakukan dengan beberapa pengujian yaitu pengujian kimia,
pengujian organoleptik dan pengujian mikrobiologi. Hal ini bertujuan untuk memonitor
masalah yang mungkin terjadi pada produk minyak goreng tersebut. Sebuah minyak
goreng mempunyai masalah yang sangat umum, antara lain:
- Mudah rusak akibat hidrolisis
- Mudah rusak akibat oksidasi Program Studi D3 TeknikKimia
FTI-ITS
BAB IV Proses Produksi
IV-25
Laporan Kerja Prafctek,
PT. SaCim Ivomas Pratama, Pdk,Sura6aya
dimonitor setiap ada penambahan produksi baru atau beberapa kali dalam seminggu bila
tidak terjadi penambahan produk baru. Minyak RBD Olein sebelum masuk ke dalam PET
Bottling Plant (sebelum dikemas dalam botol, pouch maupun canning) dianalisa terlebih
dahulu antara lain:
- Colour
- Physhic
- Iodine Value
- Cloud Point
- FFA
- Peroxide Value
- Moisture dan Impurities (M+I)
Sehingga RBD Olein yang dikemas telah dipastikan kualitasnya sesuai
standar dengan spesifikasi yang diharapkan dan menjamin keamanan pangan bagi
konsumen.
RBD Olein masih mengandung kadar lemak padat di dalamnya. Maka dari
itu, pengujian SFC berguna untuk mengetahui kadar lemak padat di dalam minyak.
Prinsip pengujian ini adalah mengkondisikan minyak pada suhu rendah yaitu suhu
display di supermarket pada umumnya, kemudian kadar lemak padat diukur dengan
menggunakan NMR (Nuclear Magnetic Resonance). NMR berprinsip pada emisi
radiasi elektromagnetik dan mengukur seberapa besar medan magnet yang diserap
oleh inti atom padatan tersebut. Semakin tinggi nilai SFC maka semakin tinggi resiko
minyak membentuk kabut pada saat di display pada suhu rendah. Uji ini dapat juga
digunakan untuk menjadi parameter dari jumlah ikatan jenuh dan tak jenuh yang
juga menjadi permasalahan pada produk minyak goreng.
e. Free Fatty Acid (FFA)
Uji FFA bertujuan untuk mengetahui prosentase asam lemak bebas yang
tidak terikat oleh senyawa trigliserida yang terdapat dalam minyak. Asam lemak
yang dominan dalam minyak sawit ialah asam lemak palmiat, laurat, dan oleat.
Prinsip pengujian ini adalah sistem penetralan dengan cara titrasi asam dan basa.
Semakin tinggi nilai FFA maka semakin rendah kualitas minyak,
dikarenakan proses hidrolisis yang terjadi pada minyak. Hal ini menyebabkan asam
lemak bebas yang tinggi, sehingga dapat berpengaruh buruk pada kesehatan dan
dapat menyebabkan serik pada konsumen yang mengonsumsi minyak tersebut.
Kebalikannya, apabila semakin rendah nilai FFA maka semakin bagus kualitas
minyak.
f. Moisture
Air dalam minyak tidak seharusnya ada karena dapat merusak produk
(hidrolisis). Untuk itu, dibutuhkan pengujian kadar air. Prinsip pengujian kadar air
adalah dengan menggunakan alat bernama Nier Infrared yang secara otomatis
mengeluarkan berapa angka yang diperoleh setelah dimasukkan sample minyaknya.
Untuk cara manualnya dapat dilakukan dengan alat hot plate. Semakin tinggi kadar
air maka semakin rendah kualitas minyak dan resiko minyak mengalami reaksi
hidrolisis semakin besar.
g. Impurities (I)
Pengukuan impurities bertujuan untuk mengetahui kotoran yang terdapat
dalam CPO yang berasal dari lingkungan maupun minyak itu sendiri. Prinsip
pengujian ini adalah penguapan air dalam minyak dengan cara memanaskan CPO di
atas hot plate pada suhu tertentu kemudian penyaringan impurities dengan
menggunakan kertas saring.
h. Smoke Point
Nilai Smoke Point adalah besarnya suhu saat minyak pertama kali
mengeluarkan asap. Pengujian ini bertujuan untuk menguji kualitas minyak dengan
pengaruh zat-zat atau senyawa yang mudah menguap dalam minyak, biasanya zat
yang mudah menguap tersebut adalah asam lemak bebas. Smoke point bermanfaat
untuk menguji mutu minyak sehingga dapat diketahui batasan suhu maksimal
penggorengan sebelum minyak mengalami kerusakan atau semakin tinggi kadar FFA
yang terbentuk. Prinsip kerja ini adalah memanaskan minyak pada ruangan gelap,
BAB IV Proses
kemudian Produksi
menentukan suhu asap tipis pertama kali muncul. Semakin tinggi smoke
Program Studi D3 Tekni^kjKjmia
point maka semakin baik kualitas minyak. Uji ini dapat digunakan sebagai parameter
FTI-ITS
IV-29
dari minyak yang telah mengalami hidrolisis atau belum.
Laporan Kerja Prafctek,
PT. SaCim Ivomas Pratama, Pdk,Sura6aya
dengan bagaimana perlakuan yang tepat untuk pemucatan warna yang harus
dilakukan kepada CPO yang ada. Nilai DOBI menunjukkan tingkat kesegaran dari
CPO, dimana semakin rendah tingkat kesegaran CPO tersebut akibat oksidasi maka
nilai DOBInya juga semakin rendah. Selain itu, nilai DOBI menunjukkan seberapa
besar CPO mudah dipucatkan.
o. Oxidate Stability (OS)
Pengujian Oxidate Stability digunakan untuk mengukur lamanya waktu (jam)
yang dibutuhkan oleh minyak untuk mencapai sebuah nilai tetapan peroksida dalam
kondisi tertentu. Lamanya waktu peroksida dianggap sebagi suatu indeks daya tahan
minyak terhadap oksidasi yang mengakibatkan ketengikan. Beberapa faktor yang
dapat mempercepat reaksi oksidasi antara lain:
- Radiasi oleh cahaya atau panas
- Bahan pengoksida (oxiding agent), misalnya peroksida, perasid, ozone, asam nitrat,
aldehida aromatik, dll.
- Katalisator berupa logam
- Sistem oksidasi, misalnya adanya katalis orgaik yang labil terhadap panas.
Prisnip pengujian ini menggunakan metode AOM (active oxygen method)
dengan menggunakan alat Rancimat Methrom CH-902. Semakin lama waktu yang
dibutuhkan minyak untuk mencapai nilai tetapan peroksida berarti semakin baik
kualitas minyak tersebut karena lebih reaktan terhadap oksidasi.
p. Warna/Color
Warna merupakan parameter minyak yang nampak secara visual oleh
konsumen. Pengujian warna bertujuan untuk menentukan skala warna red dan yellow
dari minyak. Skala tersebut dilihat untuk menentukan atau menyesuaikan warna dan
spesifikasi kualitas minyak goreng dan menentukan effisinsi BE yang digunakan.
q. P-karoten
P-karoten merupakan senyawa alami yang terdapat dalam CPO yang
memberikan warna merah dan merupakan prekusor dari vitamin A. namun
intensitas pigmen B-karoten akan berkurang akibat tahapan pemucatan selama
proses pengolahan minyak goreng. Prinsip pengujian ini adalah penentuan
konsentrasi P-karoten dengan menggunakan spektrofotometri pada X sebesar 446
nm.
IV.4.3 Inspeksi
Bagian inspeksi bertugas untuk melakukan pemeriksaan bahan kemasan pada
saat kedatangan (incoming inspection) dan inline inspection. Quality control bagian
inspeksi melakukan pemeriksaan yang meliputi kondisi fisik kemasan dan kondisi
visual produk dengan tujuan agar produk akhir yang diterima oleh konsumen telah
memenuhi spesifikasi yang ditentukan.
pengecekan COA (Certificate of Analysis). Untuk bijih plastik dan pigment sebagai
bahan pembuat botol dan cap hanya dilakukan pengecekan COA (Certificate of
Analysis), sedangkan untuk botol plastik, karton, label, jerigen, dan standing pouch,
pail kaleng, pail plastik, packing tape, plastik interlayer dan foil dilakukan
pemeriksaan dengan pengambilan sampel secara acak (random). Adapun resiko dari
pengambilan sampel secara acak, yaitu berpeluang menolak barang baik dan
menerima barang jelek.
Barang kemasan yang telah memenuhi tahap pemeriksaan akan mendapatkan
status diterima atau ditolak berdasarkan metode yang telah ditetapkan. Pemeriksaan
pada saat penerimaan barang (incoming) terdiri atas :
a. Label
Parameter yang diperiksa pada label kemasan antara lain:
- Dimensi, yang meliputi lebar dan tinggi label.
- Printing, yang meliputi tulisan, warna, gambar, bingkai, serta posisi pencetakan.
- Serat kertas, pemeriksaan dilakukan dengan cara membasahi label sehingga akan
terbentuk lengkungan sesuai standar yang ditentukan.
- Kondisi fisik, antara lain kebersihan, sobek, basah, atau terdapat kerusakankerusakan
lainnya.
- Gramatur, yaitu dengan menghitung berat kertas dibagi luas kertas untuk menjaga
kualitas label sesuai standar.
b. Standing Pouch
Parameter yang diperiksa dari kemasan pouch antara lain:
- Pengamatan visual, yang meliputi bentuk, ketebalan, printing, serta kebersihan
kemasan.
- Pengukuran dimensi, yang meliputi pengukuran , lebar, tinggi dan ketebalan kemasan.
- Kebocoran, yang meliputi leaking test serta pressure test.
c. Karton
Parameter yang diperiksa dari karton antara lain:
- Pengecekan secara visual
Bentuk : kardus dapat dibentuk dan ditutup secara sempurna
Printing : warna, gambar, tulisan, serta kode karton tercetak dengan sempurna
sesuai standar serta tidak luntur ketika digosok.
- Pengecekan melalui pengukuran
Berat : menimbang masing-masing kardus pada timbangan digital.
Dimensi : mengukur panjang, lebar, tinggi kardus.
Material : kardus dipotong dengan menggunakan Paralel Cutter dengan ukuran
10x10 cm kemudian dipisahkan per bagian (layer) dan ditimbang. Dengan
perhitungan, berikut: ________________________________
berat kertas (gram)
Material = ; ----------------- - ---- ^r
luas penatnpang kertas (nr)
BS (Bursting strength) : memeriksa ketahanan tekan retak dari kertas kardus
ECT (Edge Crush Test) : memeriksa ketahanan tekan tepi kardus dengan cara
Program Studi alat
sampel dipotong membentuk kupu lalu ditekan dengan menggunakan D3 TekpikjKimia
Range
FTI-ITS
Crush Test. BAB IV Proses Produksi
IV-33
Laporan Kerja Prafctek,
PT. SaCim Ivomas Pratama, Pdk,Sura6aya
FCT (Flat Crush Test) : memeriksa ketahanan tekan datar kardus dengan cara
sampel dipotong membentuk lingkaran, namun tidak semua karton diperiksa
FCT- nya, hanya karton tertentu misalnya: Karton untuk kemasan Jerigen 5
liter atau sesuai dengan standard R & D.
d. Botol Plastik
Parameter yang diuji pada botol, antara lain:
- Visual Botol Plastik
Melihat lambang/ logo tertentu, bentuk, ketebalan dan kebersihan dari botol.
Apakah ada yang cacat atau tidak sesuai dengan standard
- Visual Tutup Botol Plastik
Melihat lambang/ logo tertentu, bentuk, ketebalan dari tutup untuk melihat
kecacatan pada tutup botol, dan kebersihan.
- Berat Botol Plastik serta Tutup
Menimbang botol dan tutup dan mencocokkan dengan spesifikasi dari R & D.
- Dimensi Botol dan Tutup
Mengukur tinggi, diameter dari masing-masing dan mencocokkannya dengan
spesifikasi dari R & D.
- Tes Rembes
Botol diisi dengan liquid bisa minyak dan dibalik dengan posisi tutup tidak
menyentuh wadah. Sampai waktu tertentu tidak boleh ada cairan yang keluar.
- Drop Test
Dijatuhkan pada ketinggian tertentu dan botol tidak boleh pecah, bocor atau
sampai tutupnya terlepas.
e. Jerigen
Parameter yang diuji pada jerigen yaitu:
- Visual Jerigen
Melihat lambang/ logo tertentu, bentuk, ketebalan dan kebersihan dari jerigen.
Apakah ada yang cacat atau tidak sesuai dengan standard
- Visual Tutup Jerigen
Melihat lambang/ logo tertentu, bentuk, ketebalan dari tutup untuk melihat
kecacatan pada tutup jerigen, dan kebersihan.
- Berat Jerigen Serta Tutup
Menimbang jerigen serta tutup dan mencocokkan dengan spesifikasi dari R & D
- Dimensi Jerigen Serta Tutup
Mengukur masing-masing bagian pada jerigen dan tutup sesuai dengan standard
dan mencocokkannya dengan spesifikasi dari R & D
- Tes Rembes
Jerigen diisi dengan liquid bisa minyak dan ditutup serta direbahkan. Sampai
waktu tertentu tidak boleh ada cairan yang keluar
- Drop Test
Dijatuhkan pada ketinggian tertentu dan jerigen tidak boleh pecah, bocor atau
tutupnya terlepas.
f. Packing Tape
Parameter yang diperiksa, antara lain:
- Ketebalan
- Berat roll
- Lebar
- Paper Core Inside
- Paper Core Thickness
- share
IV.5 Maintenance
Maintenance merupakan segala kegiatan yang berhubungan dengan
pemeliharaan suatu peralatan dalam kondisi tertentu pada perusahaan. Maintenance
memiliki peranan penting dalam suatu perusahaan, yakni menunjang kelancaran
proses produksi, sehingga hasil produksi dapat optimal. Maintenance departement
adalah departemen yang melakukan usaha pencegahan kerusakan, perawatan secara
berkala, perbaikan mesin, peralatan dan fasilitas penunjang perusahaan (bangunan).
Maintenance department dibagi menjadi lima Sub-Departement, yaitu:
1. Mechanic, bidang ini bertanggungjawab dalam hal pemeliharaan preventif dan
breakdown pada alat-alat pabrik
2. Electric: bidang ini bertanggungjawab dalam melakukan pengendalian atas listrik
yang digunakan di setiap plant.
3. Workshop: Bidang ini bertanggungjawab dalam hal pemeliharaan atau perbaikan
jalur- jalur pipa, pemasangan jalur baru dan pemasangan alat baru, mulai dari
perancangan, pembelian material, fabrikasi hingga instalasi
4. Motor Pool: bidang ini bertanggungjawab dalam hal dalam pemeliharaan dan
perbaikan forklift yang dimiliki oleh perusahaan.
5. Civil: Bidang ini bertanggungjawab dalam hal pemeliharaan dan perbaikan
bangunan diseluruh area perusahaan
4) Mesin Shop
Maintenance mesin shop bertugas untuk memperbaiki dan membuat peralatan
yang baru. Mesin shop di PT. SIMP Tbk Surabaya terdiri atas:
Mesin bubut merupakan alat yang digunakan untuk membuat ulir pada besi, seperti
membuat baut, roda dan sebagainya. Mesin Bubut bisa dikatakan sebagai suatu
mesin perkakas yang digunakan untuk memotong benda yang diputar. Bubut
sendiri merupakan suatu proses pemakanan benda kerja yang sayatannya
dilakukan dengan cara memutar benda kerja kemudian dikenakan pada pahat
yang digerakkan secara translasi sejajar dengan sumbu putar dari benda kerja.
Gambar IV.14 Mesin Bubut
Mesin drilling and milling merupakan alat yang digunakan untuk membuat lubang
pada alat yang diperlukan, sedangkan milling bisa membuat sebuah alur pada
permukaan besi datar.
Petugas instalasi bertugas untuk memasang maupun memindahkan mesin atau alat
baru yang ada dalam pabrik. Contoh alat penunjang adalah AC, kipas, dan lampu.
Instrumentasi
Petugas instrumentasi dibagi menjadi dua bagian, yaitu perawatan alat ukur
produksi dan kalibrasi alat ukur produksi.
- Perawatan alat ukur produksi
Bertugas untuk memeriksa dan menjaga mesin dan peralatan produksi maupun
fasilitas yang tidak berhubungan secara langsung dengan produksi. Pemeriksaan
dilakukan pada peralatan seperti motor extruder, pressure switch, dan pressure
indicator switch.
- Kalibrasi alat ukur produksi
Bertugas untuk menstandardkan alat-alat ukur sehingga ketelitiannya akurat.
Pengkalibrasian biasanya dilakukan setahun sekali oleh badan meteorologi dan
enam bulan sekali oleh petugas khusus dari sub divisi elekterik. Semua alat perlu
dilakukan kalibrasi.
IV.5.2.3 Workshop
Workshop sub-departement merupakan bagian dari Maintenance yang bertugas
memperbaiki serta memodifikasi peralatan dan jalur baru. Contoh tugas workshop
adalah pengelasan baru, pemasangan, dan perbaikan. Alur proses bagian workshop
adalah menerima job order dari user, kemudian membuat tim gabungan antara
mechanic, elektric, dan building. Selanjutnya bagian workshop membuat perencanaan
sketsa/gambar serta lokasi pembuatan. Tentunya harus ada prosedur yang harus
dilalui, sebelum petugas mengerjakan job ordernya, istilah lainnya ijin kerja (work
permit). Workshop terbagi menjadi beberapa jenis, antara lain:
1. Fabrikasi
Fabrikasi adalah suatu rangkaian pekerjaan ari beberapa komponen material
baik berupa plat, pipa ataupun baja profil dirangkai sampai menjadi bentuk yang
dapat dipasang menjadi sebuah rangkaian alat produksi maupun kontruksi.
2. Pengelasan (Welding)
Pengelasan adalah bagian dari Maintenance yang bertugas memperbaiki
peralatan dengan las dan fabrikasi, serta melakukan pengelasan jalur pipa yang bocor.
Ada tiga teknik pengelasan (welding) yang digunakan di PT. Salim Ivomas Pratama
Tbk Surabaya, yaitu:
a. Pengelasan Asetelin,
Pengelasan dengan oksi - asetilin adalah proses pengelasan secara manual
dengan pemanasan permukaan logam yang akan dilas atau disambung sampai
mencair oleh nyala gas asetilin melalui pembakaran C2H2 dengan gas O2 dengan atau
tanpa logam pengisi. Proses penyambungan dilakukan dengan tekanan (ditekan)
sangat tinggi sehingga dapat mencairkan logam.
b. Pengelasan Argon
Pengelasan Argon ada dua istilah nama yaitu Gas Tungsen ARC Welding
(GTAW) serta Tungsen Iner Gas (TIG). Kedua istilah ini mempunyai pengertian sama,
BAB jenis
yaitu IV Proses
las Produksi
listrik yang menggunakan gas argon dan mesin las DC.
Program Studi D3 TeknikKimia
FTI-ITS
IV-40
Laporan Kerja Prafctek,
PT. SaCim Ivomas Pratama, T6k,Sura6aya
IV.5.2.4 Civil
Maintenance Civil (building) bertugas untuk merawat, memperbaiki dan
membangun fasilitas bangunan yang ada di dalam pabrik, seperti lantai (keramik dan
beton), dinding (batu bata dan triplek), jendela aluminium, atap, plafon, saluran,
jalan, mengecat gedung- gedung yang terdapat dalam pabrik, dan lain-lain. Contoh
pekerjaan yang dilakukan oleh civil diantaranya:
- Pengecatan tembok atau pipa
- Perbaikan lantai yang rusak,
- Perbaikan dinding yang rusak,
- Perbaikan atap yang rusak.
Pada bagian tersebut juga meliputi perluasan ruangan/ pengaturan tata letak
setelah mendapatkan acc dari manager yang bersangkutan.
Tujuan adanya compressor adalah untuk supply udara bertekanan di PT. Salim Ivomas
Pratama Tbk Surabaya. Selain air compressor dan dryer, bagian ini juga meliputi
header, wet tank, dry tank, serta auto drain.
Prinsip kerja Compressor adalah udara luar yang dihisap masuk lalu
dimampatkan. Setelah dari compressor, udara dialirkan menuju header lalu ditampung
dalam wet tank, sebelum udara dialirkan menuju dryer. Udara yang berasal dari wet
tank di filter terlebih dahulu untuk menyaring partikel-partikel atau kotoran yang
tidak diinginkan. Dryer merupakan alat yang berfungsi untuk mengubah udara basah
menjadi udara kering melalui proses kondensasi. Udara yang telah melewati dryer
akan difilter kembali, filter ini bertujuan untuk megamankan udara dari partikel-
partikel atau kotoran dan oli. Udara kering yang lolos akan ditampung ke dalam dry
tank dan akan didistribusikan ke masing- masing plant. Pada bagian bawah wet tank,
filter, dryer, dry tank, maupun semua header dalam proses pembuatan udara kering,
terdapat alat yang berfungsi untuk membuang air kondensasi secara otomatis yang
disebut dengan auto drain.
Lab QC
Kation Anion V
Ca+ HCO3- Softene
r
Mg+ SO42- Unit
Na+ Cl- Kation Anion
HSiO3- HCO3-
Na+ SO42-
Cl-
H [SiO3-
seperti Ca , Mg , (SiO2)n dan ion lainnya. Penghilangan kesadahan tersebut
menggunakan softener unit yang memiliki prinsip seperti ion exchanger. Tujuan
dihilangkannya kesadahan ini agar tidak terjadi kerak pada boiler dan alat dapat
beroperasi dengan aman. Di dalam softener unit terdapat resin sebagai penangkap
ion-ion tersebut. Proses softener unit dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
IV.6.2.2.2 Boiler
Dalam penyediaan steam yang akan didistribusikan ke masing-masing plant
yang dibutuhkan untuk menunjang proses produksi, dalam PT. Salim Ivomas
Pratama, Tbk Surabaya ini menggunakan boiler sebagai alat untuk mengubah air
menjadi steam. Boiler merupakan bejana tertutup dimana panas pembakaran untuk
memanaskan air sampai terbentuk steam berupa energi kerja. Berdasarkan dari
sumber bahan bakar pembangkit panasnya terdapat 2 jenis boiler yaitu boiler
berbahan bakar minyak berjumlah 3 dan boiler berbahan bakar batu bara berjumlah
2. Namun boiler berbahan bakar batu bara lebih sering dipakai sebagai penghasil
steam dibandingkan daripada boiler berbahan bakar minyak, hal ini dikarenakan
biaya yang dikeluarkan lebih murah. Sedangkan boiler minyak hanya digunakan jika
terjadi kerusakan pada ataupun sedang dilakukan maintenance berkala pada boiler
batu bara. Selain itu, kemungkinan adanya pemadaman listrik secara mendadak
karena waktu pemulihan / respon yang diberikan boiler minyak lebih cepat sehingga
proses produksi dapat segera berjalan kembali.
Boiler yang terdiri dari burner dan boil yang bekerja mirip seperti ketel uap
beroperasi secara semi automatis. Boil dalam boiler terdiri dari bagian atas dan
bagian bawah yang terhubung dengan pipa-pipa. Dalam boiler terdapat dua sistem
yaitu fire tube dan water tube. Boiler dalam plant ini menggunakan sistem fire tube,
dimana api akan berada didalam tube, sedangkan air akan berada diluar tube.
Yang terjadi didalam boiler yaitu proses perubahan air menjadi steam,
berawal dari bahan bakar berupa batu bara berbentuk bongkahan. Bongkahan batu
bara tersebut akan terlebih dahulu dikecilkan ukurannya menggunakan mesin
crusher dan kemudian dipisahkan ukurannya dengan menggunkan ayakan. Batu bara
yang memiliki warna yang lebih mengkilap cenderung memiliki kalori yang lebih
besar namun rata-rata kalori yang terkandung dalam batu bara adalah 6500 kalori.
Proses penghancuran batu bara bongkahan dan penyimpanannya dilakukan dalam di
stock pile. Setelah dihancurkan batu bara kemudian dimasukan dalam single bucket
elevator kemudian dimasukan kedalam hopper.
Batu bara yang berada didalam hopper ditempatkan keatas chain grid dan
akan dibawa masuk kedalam boiler dengan stoker. Proses penempatan agar batu bara
yang digunakan dapat rata bagian kanan dan kirinya maka digunakanlah hopper
dengan swing chute dan untuk menentukan tebal tipisnya batubara yang akan masuk
akan dipasang gyilotine door. Didalam boiler terdapat batu tahan api yang berfungsi
sebagai menstabilkan panas bakaran batu bara. Setelah burner sudah siap maka air
dari tangki penyimpanan / feed water tank dipompa memasuki boiler.
Air yang dialirkan ke dalam boiler biasanya masih mengandung koloid dan
ion Na. Oleh karena itu, air dalam/umpan boiler harus dikendalikan. Pengendaliannya
dengan pengecekan secara berkala yang dilakukan oleh pihak QC department, antara
lain: pH, P- Alkalinitas (ppm), Total Alkalinity (ppm), Chloride (ppm), Total
Hardness (ppm), Sodium Sulphite (ppm), Conductivity (ms), T.D.S (ppm), Iron (ppm),
Silikat (ppm), Trisodium Phospate (ppm), O-Alkalinitas (ppm) pH. Selain pengecekan
yang bertahap, juga ada penambahan bahan kimia yang mengandung sulfit, fosfat
danBAB IV Proses
caustic soda.Produksi
Penambahan sulfit bertujuan untuk mengurangi oksigen, sedangkan
Program Studi D3 TeknikKimia
penambahan
FTI-ITS fosfat bertujuan untuk mengikat dan mengendapkan padatan yang
IV-47
terikut dalam air. Sludge yang berada di bawah Laporan Kerja Prafctek,
PT. SaCim Ivomas Pratama, T6k,Sura6aya
boiler termasuk suspended solid, sehingga harus dilakukan blowdown secara berkala
dengan angin.
Batasan terhadap nilai parameter pengendalian air umpan boiler ditentukan
oleh pihak pembuat alat, atau dapat mengacu pada kriteria dari badan-badan
international seperti ASME (American Society of Mechanical Enginer atau ABMA
(American Boiler Manufacturers Association). Berikut ini karakteristik (parameter) air
umpan boiler berdasarkan ASME.
Tabel IV.4 Parameter Umpan Air Boiler
Parameter Satuan Pengendalian Batas
pH Unit 10.5 - 11.5
Conductivity pmhos/cm 5000, max
TDS ppm 3500, max
P - Alkalinity ppm -
M - Alkalinity ppm 800, max
O - Alkalinity ppm 2.5 x SiO2, min
T. Hardness ppm -
Silica ppm 150, max
Besi ppm 2, max
Phosphat residual ppm 20 - 50
Sulfite residual ppm 20 - 50
pH condensate Unit 8.0 - 9.0
Didalam power plant terdapat ruang control yang berfungsi untuk mengontrol
tekanan dalam boiler agar tidak melebihi setpoint yang telah ditetapkan. Jika tekanan
akan melebih setpoint maka kecepatan stoker dalam membawa batu bara akan
melambat secara otomatis sehingga panas yang dihasilkan semakin kecil dan tekanan
dalam boiler juga berkurang. Steam yang telah terbentuk akan masuk kedalam steam
header kemudian dialirkan ke power plant terlebih dahulu selanjutnya akan
didistribusikan melalui header yang ada di power plant ke masing - masing bagian
produksi Plant yang membutuhkan supply steam diantaranya adalah: Hidrogenasi,
Tank farm, Refinery 1-2, Batch Refinery, Fraksinasi 1-2, Margarin 1-3, Tinning plant,
Tank farm D dan E. Selanjutnya steam yang telah terpakai sebagai hasil perpindahan
panas akan ditampung didalam condensate tank dan akan di recycle lagi sebagai
tambahan air make-up dalam boiler.
Sisa bakaran dari batu bara yang telah terbakar di dalam boiler berupa
bottom ash dan fly ash. Bottom ash merupakan sisa hasil bakaran batu bara yang
memiliki ukuran yang lebih besar dan setelah bottom ash keluar akan langsung
didinginkan dengan air kemudian ditampung didalam hopper sebelum diangkut dan
diproses oleh pihak ketiga. Limbah lain dari sisa pembakaran batu bara tersebut
berupa fly ash yang memiliki ukuran yang lebih kecil mirip seperti debu akan
ditangkap menggunakan grid arrester. Selanjutnya, fly ash dikeluarkan untuk
diangkut bersama dengan bottom ash. Sisanya gas hasil pembakaran berupa asap
akan dikeluarkan melalui chimney atau cerobong asap. Gas hasil pembakaran batu
bara masih mengandung partikulat. Gas dan partikulat Program tersebut
Studikemudian
D3 TekpikjKimia
dikontakkan dengan air dengan cara dilewatkan ke wet scrubber untuk mengurangi
FTI-ITS
BAB IV Proses Produksi
kadar SOx dan NOx sehingga dapat mengurangi pencemaran udara. Gas buang yang
IV-49
telah turun kandungan Laporan Kerja Prafctek,
PT. SaCim Ivomas Pratama, T6k,Sura6aya
SOx dan NOx sesuai dengan peraturan pemerintah yang telah ditetapkan baru dapat
dibuang ke udara. Sedangkan lumpur yang berisi partikulat fly ash yang tercampur
dalam air tersebut akan dialirkan ke WWT. Kemudian, limbah tersebut akan
ditambahkan koagulan sehingga membentuk flok-flok. Flok-flok tersebut kemudian
dipres sehingga menghasilkan padatan B3. Parameter pengendali gas hasil buang
antara lain opasitas (pekat tidaknya asap), partikulat, SOx dan NOx. Bahaya yang
dapat terjadi dalam boiler adalah ledakan yang biasanya disebabkan oleh
overpressure. Over pressure dapat terjadi jika pasokan air ke boiler berhenti dan air
yang berada dalam chamber telah habis. Oleh karena itu, perlu diberikan
pengendalian dan perawatan alat secara berkala.
mikroba aerobik yang terdapat dalam media lumpur aktif (activated sludge). Reaksi
biodegradasi yang terjadi dalam oxidation ditch adalah sebagai berikut:
mikroba aerobik + organik terurai + O2 + nutrien ^ CO2 + H2O +NH3 Aliran limbah
yang masuk ke oxidation ditch harus disesuaikan dengan kapastitas pengolahan agar masa
tinggal limbah dalam oxidation ditch dapat tercukupi. Selain masa tinggal, uji Sludge
Volume Index (SVI) dan Dissolved Oxygen (DO) juga penting untuk diketahui. Nilai SVI
menunjukkan karakteristik kegemburan lumpur dalam oxidation ditch , sedangkan DO
menunjukkan sisa oksigen didalam oxidation ditch. Limbah yang masih mengandung air
dan lumpur (MLSC) selanjutnya akan mengalir menuju internal clarifier tank. Dalam
internal clarifier tank akan terjadi proses pengendapan yang secara otomatis akan
memisahkan antara padatan dengan cairan, sehingga menghasilkan air limbah yang bersih.
Air limbah tersebut akan mengalir berdasarkan perbedaan ketinggian menuju
overflow tank dan selanjutnya akan dialirkan menuju water pond. Sludge yang berlebihan
akan dipindahkan mengunakan pompa menuju thickener tank. Dalam thickener tank
terdapat juga activated sludge yang mengandung bakteri, sehingga dapat dikembalikan ke
oxidation ditch, terutama saat activated sludge berkurang dalam oxidation ditch.
Berkurangnya activated sludge dapat ditandai dengan keluarnya air limbah yang masih
keruh. Air limbah dalam water pond juga akan diuji Total Dissolved Solid (TDS) dan Total
Suspended Solid (TSS). Air limbah yang telah layak setelah di water pond mengalir menuju
pipa pembuangan yang akan dialirkan ke badan sungai dan sebagian digunakan untuk
menyiram tanaman yang ada disekitar lingkungan PT. Salim Ivomas Pratama, Tbk Surabaya.
Dalam pengoperasian unit lumpur aktif terdapat 2 hal yang penting untuk
dikendalikan, yaitu pengendalian jumlah mikroba dan karakteristik lumpur. Pengendalian
jumlah mikroba bertujuan agar jumlah organik dan jumlah mikroba mencapai
kesetimbangan. Kesetimbangan ini dapat diperoleh melalui pengaturan debit influen dan
jumlah lumpur resirkulasi. Pengendalian karakteristik lumpur ini dilakukan dengan mengatur
jumlah lumpur yang dibuang, menjaga jumlah dessolved oxygen (DO) dan menjaga agar
nutrien dapat selalu tercukupi. Oleh karena itu, dalam pengoperasian unit lumpur aktif
diperlukan kesetimbangan antara mikroba dengan limbah yang akan diuraikan. Hal ini
disebabkan karena :
a. Jumlah mikroba aerobik yang sedikit, juga akan menguraikan organik terurai sedikit
pula.
b. Banyaknya O2 terlarut harus mampu mendukung kebutuhan mikroba aerobik untuk
menguraikan organik. Semakin banyak jumlah mikroba aerobik dan organik terurai,
maka kebutuhan O2 akan semakin tinggi. Kurangnya jumlah O2 terlarut dapat
menyebabkan mikroba aerobik musnah, sehingga proses penguraian akan gagal
c. Banyaknya senyawa nutrien harus mampu memenuhi kebutuhan dari mikroba.