You are on page 1of 14

1.

Anatomi dan fisiologi reproduksi wanita


2. Penyebab infertilitas di skenario dan hubungannya dengan psk
3. Bagaimana yang di maksud infertilitas tuba
4. Pemeriksaan yang dapat di lakukan pada pasien infertilitas
5. Patofisiologi infertilitas pada pria dan wanita
6. Apakah infertilitas masuk dalam endokrin dan non endokrin
7. Penatalaksanaan infertilitas pada skenario
8. Konseling yang dapat di berikan pada pasien infertilitas
9. Prognosis pada skenario dan apakah masih bisa punya anak atau tidak ?

1. ALAT REPRODUKSI WANITA

Terdiri dari alat / organ eksternal dan internal, sebagian besar terletak dalam
rongga panggul.
Eksternal (sampai vagina) : fungsi kopulasi
Internal : fungsi ovulasi, fertilisasi ovum, transportasi blastocyst, implantasi,
pertumbuhan fetus, kelahiran.

Fungsi sistem reproduksi wanita dikendalikan / dipengaruhi oleh hormon-


hormon gondaotropin / steroid dari poros hormonal thalamus hipothalamus
hipofisis adrenal ovarium.
Selain itu terdapat organ/sistem ekstragonad/ekstragenital yang juga
dipengaruhi oleh siklus reproduksi : payudara, kulit daerah tertentu, pigmen dan
sebagainya.

GENITALIA EKSTERNAL

Vulva
Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum), terdiri dari
mons pubis, labia mayora, labia minora, clitoris, hymen, vestibulum, orificium
urethrae externum, kelenjar-kelenjar pada dinding vagina.

Mons pubis / mons veneris


Lapisan lemak di bagian anterior symphisis os pubis.Pada masa pubertas daerah
ini mulai ditumbuhi rambut pubis.

Labia mayora
Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke arah bawah dan belakang, banyak
mengandung pleksus vena.Homolog embriologik dengan skrotum pada
pria.Ligamentum rotundum uteri berakhir pada batas atas labia mayora.Di
bagian bawah perineum, labia mayora menyatu (pada commisura posterior).

Labia minora
Lipatan jaringan tipis di balik labia mayora, tidak mempunyai folikel rambut.
Banyak terdapat pembuluh darah, otot polos dan ujung serabut saraf.

Clitoris
Terdiri dari caput/glans clitoridis yang terletak di bagian superior vulva, dan
corpus clitoridis yang tertanam di dalam dinding anterior vagina.Homolog
embriologik dengan penis pada pria.Terdapat juga reseptor androgen pada
clitoris. Banyak pembuluh darah dan ujung serabut saraf, sangat sensitif.

Vestibulum
Daerah dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas lateral labia
minora. Berasal dari sinus urogenital.Terdapat 6 lubang/orificium, yaitu
orificium urethrae externum, introitus vaginae, ductus glandulae Bartholinii
kanan-kiri dan duktus Skene kanan-kiri. Antara fourchet dan vagina terdapat
fossa navicularis.

Introitus / orificium vagina


Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup lapisan tipis
bermukosa yaitu selaput dara / hymen, utuh tanpa robekan.Hymen normal
terdapat lubang kecil untuk aliran darah menstruasi, dapat berbentuk bulan
sabit, bulat, oval, cribiformis, septum atau fimbriae. Akibat coitus atau trauma
lain, hymen dapat robek dan bentuk lubang menjadi tidak beraturan dengan
robekan (misalnya berbentuk fimbriae). Bentuk himen postpartum disebut
parous.Corrunculae myrtiformis adalah sisa2 selaput dara yang robek yang
tampak pada wanita pernah melahirkan / para.Hymen yang abnormal, misalnya
primer tidak berlubang (hymen imperforata) menutup total lubang vagina, dapat
menyebabkan darah menstruasi terkumpul di rongga genitalia interna.

Vagina
Rongga muskulomembranosa berbentuk tabung mulai dari tepi cervix uteri di
bagian kranial dorsal sampai ke vulva di bagian kaudal ventral. Daerah di sekitar
cervix disebut fornix, dibagi dalam 4 kuadran : fornix anterior, fornix posterior,
dan fornix lateral kanan dan kiri. Vagina memiliki dinding ventral dan dinding
dorsal yang elastis. Dilapisi epitel skuamosa berlapis, berubah mengikuti siklus
haid.

Fungsi vagina : untuk mengeluarkan ekskresi uterus pada haid, untuk jalan lahir
dan untuk kopulasi (persetubuhan).

Bagian atas vagina terbentuk dari duktus Mulleri, bawah dari sinus urogenitalis.
Batas dalam secara klinis yaitu fornices anterior, posterior dan lateralis di
sekitar cervix uteri.
Titik Grayenbergh (G-spot), merupakan titik daerah sensorik di sekitar 1/3
anterior dinding vagina, sangat sensitif terhadap stimulasi orgasmus vaginal.

Perineum
Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot-otot
diafragma pelvis (m.levator ani, m.coccygeus) dan diafragma urogenitalis
(m.perinealis transversus profunda, m.constrictor urethra).Perineal body adalah
raphe median m.levator ani, antara anus dan vagina.Perineum meregang pada
persalinan, kadang perlu dipotong (episiotomi) untuk memperbesar jalan lahir
dan mencegah ruptur.

GENITALIA INTERNAL

Uterus
Suatu organ muskular berbentuk seperti buah pir, dilapisi peritoneum (serosa).
Selama kehamilan berfungsi sebagai tempat implatansi, retensi dan nutrisi
konseptus.
Pada saat persalinan dengan adanya kontraksi dinding uterus dan pembukaan
serviks uterus, isi konsepsi dikeluarkan.Terdiri dari corpus, fundus, cornu,
isthmus dan serviks uteri.

Serviks uteri
Bagian terbawah uterus, terdiri dari pars vaginalis (berbatasan / menembus
dinding dalam vagina) dan pars supravaginalis. Terdiri dari 3 komponen utama:
otot polos, jalinan jaringan ikat (kolagen dan glikosamin) dan elastin. Bagian luar
di dalam rongga vagina yaitu portio cervicis uteri (dinding) dengan lubang
ostium uteri externum (luar, arah vagina) dilapisi epitel skuamokolumnar
mukosa serviks, dan ostium uteri internum (dalam, arah cavum). Sebelum
melahirkan (nullipara/primigravida) lubang ostium externum bulat kecil,
setelah pernah/riwayat melahirkan (primipara/ multigravida) berbentuk garis
melintang. Posisi serviks mengarah ke kaudal-posterior, setinggi spina
ischiadica. Kelenjar mukosa serviks menghasilkan lendir getah serviks yang
mengandung glikoprotein kaya karbohidrat (musin) dan larutan berbagai garam,
peptida dan air. Ketebalan mukosa dan viskositas lendir serviks dipengaruhi
siklus haid.

Corpus uteri
Terdiri dari : paling luar lapisan serosa/peritoneum yang melekat pada
ligamentum latum uteri di intraabdomen, tengah lapisan muskular/miometrium
berupa otot polos tiga lapis (dari luar ke dalam arah serabut otot longitudinal,
anyaman dan sirkular), serta dalam lapisan endometrium yang melapisi dinding
cavum uteri, menebal dan runtuh sesuai siklus haid akibat pengaruh hormon-
hormon ovarium. Posisi corpus intraabdomen mendatar dengan fleksi ke
anterior, fundus uteri berada di atas vesica urinaria. Proporsi ukuran corpus
terhadap isthmus dan serviks uterus bervariasi selama pertumbuhan dan
perkembangan wanita.

Ligamenta penyangga uterus


Ligamentum latum uteri, ligamentum rotundum uteri, ligamentum cardinale,
ligamentum ovarii, ligamentum sacrouterina propium, ligamentum
infundibulopelvicum, ligamentum vesicouterina, ligamentum rectouterina.

Vaskularisasi uterus
Terutama dari arteri uterina cabang arteri hypogastrica/illiaca interna, serta
arteri ovarica cabang aorta abdominalis.

Salping / Tuba Falopii


Embriologik uterus dan tuba berasal dari ductus Mulleri. Sepasang tuba kiri-
kanan, panjang 8-14 cm, berfungsi sebagai jalan transportasi ovum dari ovarium
sampai cavum uteri.
Dinding tuba terdiri tiga lapisan : serosa, muskular (longitudinal dan sirkular)
serta mukosa dengan epitel bersilia. Terdiri dari pars interstitialis, pars isthmica,
pars ampularis, serta pars infundibulum dengan fimbria, dengan karakteristik
silia dan ketebalan dinding yang berbeda-beda pada setiap bagiannya (gambar).

Pars isthmica (proksimal/isthmus)


Merupakan bagian dengan lumen tersempit, terdapat sfingter uterotuba
pengendali transfer gamet.

Pars ampularis (medial/ampula)


Tempat yang sering terjadi fertilisasi adalah daerah ampula / infundibulum, dan
pada hamil ektopik (patologik) sering juga terjadi implantasi di dinding tuba
bagian ini.

Pars infundibulum (distal)


Dilengkapi dengan fimbriae serta ostium tubae abdominale pada ujungnya,
melekat dengan permukaan ovarium. Fimbriae berfungsi menangkap ovum
yang keluar saat ovulasi dari permukaan ovarium, dan membawanya ke dalam
tuba.

Mesosalping
Jaringan ikat penyangga tuba (seperti halnya mesenterium pada usus).

Ovarium
Organ endokrin berbentuk oval, terletak di dalam rongga peritoneum, sepasang
kiri-kanan. Dilapisi mesovarium, sebagai jaringan ikat dan jalan pembuluh darah
dan saraf. Terdiri dari korteks dan medula. Ovarium berfungsi dalam
pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum (dari sel epitel germinal
primordial di lapisan terluar epital ovarium di korteks), ovulasi (pengeluaran
ovum), sintesis dan sekresi hormon-hormon steroid (estrogen oleh teka interna
folikel, progesteron oleh korpus luteum pascaovulasi). Berhubungan dengan
pars infundibulum tuba Falopii melalui perlekatan fimbriae. Fimbriae
menangkap ovum yang dilepaskan pada saat ovulasi. Ovarium terfiksasi oleh
ligamentum ovarii proprium, ligamentum infundibulopelvicum dan jaringan ikat
mesovarium. Vaskularisasi dari cabang aorta abdominalis inferior terhadap
arteri renalis.

HORMON-HORMON REPRODUKSI

1. GnRH (Gonadotrophin Releasing Hormone)


Diproduksi di hipotalamus, kemudian dilepaskan, berfungsi menstimulasi
hipofisis anterior untuk memproduksi dan melepaskan hormon-hormon
gonadotropin (FSH / LH ).

2. FSH (Follicle Stimulating Hormone)


Diproduksi di sel-sel basal hipofisis anterior, sebagai respons terhadap GnRH.
Berfungsi memicu pertumbuhan dan pematangan folikel dan sel-sel granulosa di
ovarium wanita (pada pria : memicu pematangan sperma di testis).
Pelepasannya periodik / pulsatif, waktu paruh eliminasinya pendek (sekitar 3
jam), sering tidak ditemukan dalam darah. Sekresinya dihambat oleh enzim
inhibin dari sel-sel granulosa ovarium, melalui mekanisme feedback negatif.

3. LH (Luteinizing Hormone) / ICSH (Interstitial Cell Stimulating Hormone)


Diproduksi di sel-sel kromofob hipofisis anterior. Bersama FSH, LH berfungsi
memicu perkembangan folikel (sel-sel teka dan sel-sel granulosa) dan juga
mencetuskan terjadinya ovulasi di pertengahan siklus (LH-surge). Selama fase
luteal siklus, LH meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus luteum
pascaovulasi dalam menghasilkan progesteron. Pelepasannya juga periodik /
pulsatif, kadarnya dalam darah bervariasi setiap fase siklus, waktu paruh
eliminasinya pendek (sekitar 1 jam). Kerja sangat cepat dan singkat.
(Pada pria : LH memicu sintesis testosteron di sel-sel Leydig testis).

4. Estrogen
Estrogen (alami) diproduksi terutama oleh sel-sel teka interna folikel di ovarium
secara primer, dan dalam jumlah lebih sedikit juga diproduksi di kelenjar
adrenal melalui konversi hormon androgen. Pada pria, diproduksi juga sebagian
di testis.Selama kehamilan, diproduksi juga oleh plasenta.Berfungsi stimulasi
pertumbuhan dan perkembangan (proliferasi) pada berbagai organ reproduksi
wanita.
Pada uterus : menyebabkan proliferasi endometrium.
Pada serviks : menyebabkan pelunakan serviks dan pengentalan lendir serviks.
Pada vagina : menyebabkan proliferasi epitel vagina.
Pada payudara : menstimulasi pertumbuhan payudara. Juga mengatur distribusi
lemak tubuh.
Pada tulang, estrogen juga menstimulasi osteoblas sehingga memicu
pertumbuhan / regenerasi tulang. Pada wanita pascamenopause, untuk
pencegahan tulang keropos / osteoporosis, dapat diberikan terapi hormon
estrogen (sintetik) pengganti.

5. Progesteron
Progesteron (alami) diproduksi terutama di korpus luteum di ovarium, sebagian
diproduksi di kelenjar adrenal, dan pada kehamilan juga diproduksi di plasenta.
Progesteron menyebabkan terjadinya proses perubahan sekretorik (fase
sekresi) pada endometrium uterus, yang mempersiapkan endometrium uterus
berada pada keadaan yang optimal jika terjadi implantasi.

6. HCG (Human Chorionic Gonadotrophin)


Mulai diproduksi sejak usia kehamilan 3-4 minggu oleh jaringan trofoblas
(plasenta). Kadarnya makin meningkat sampai dengan kehamilan 10-12 minggu
(sampai sekitar 100.000 mU/ml), kemudian turun pada trimester kedua (sekitar
1000 mU/ml), kemudian naik kembali sampai akhir trimester ketiga (sekitar
10.000 mU/ml). Berfungsi meningkatkan dan mempertahankan fungsi korpus
luteum dan produksi hormon-hormon steroid terutama pada masa-masa
kehamilan awal. Mungkin juga memiliki fungsi imunologik.
Deteksi HCG pada darah atau urine dapat dijadikan sebagai tanda kemungkinan
adanya kehamilan (tes Galli Mainini, tes Pack, dsb).

7. LTH (Lactotrophic Hormone) / Prolactin


Diproduksi di hipofisis anterior, memiliki aktifitas memicu / meningkatkan
produksi dan sekresi air susu oleh kelenjar payudara. Di ovarium, prolaktin ikut
mempengaruhi pematangan sel telur dan mempengaruhi fungsi korpus luteum.
Pada kehamilan, prolaktin juga diproduksi oleh plasenta (HPL / Human Placental
Lactogen). Fungsi laktogenik / laktotropik prolaktin tampak terutama pada masa
laktasi / pascapersalinan. Prolaktin juga memiliki efek inhibisi terhadap GnRH
hipotalamus, sehingga jika kadarnya berlebihan (hiperprolaktinemia) dapat
terjadi gangguan pematangan follikel, gangguan ovulasi dan gangguan haid
berupa amenorhea.
Sumber :jurnal universitas sumatra utara
2. Infertilitas tuba
Tuba falopi memiliki peran yang besar dalam proses fertilisasi ,karena tuba
berperan dalam proses transpon sperma,kapasitas sperma proses fertilisasi,dan
transpor embrio . adanya kerusakan /kelainan tuba tentu akan berpengaruh
terhadap angka fertilisasi
Kelainan tuba yang sering kali di jumpai pada penderita infertilitas adalah
sumbatan tuba baik pada pangkal,pada bagian tengah tuba,maupun bagian ujung
distal tuba.berdasarkan bentuk dan ukurannya ,tuba yang tersumbat dapat
tampil dengan bentuk dan ukuran yang normal tapi dapat pula tampil dengan
bentuk hidrosalping . sumbatan tuba dapat di sebabkan oleh infeksi atau
endometriosis . infeksi klamidia trakomatis memiliki kaitan yang erat dengan
terjadinya kerusakan tuba
Kerusakan pada tuba falopi ini disebabkan oleh salpingitis (peradangan pada
tuba falopi). Selain menyebabkan wanita susah hamil, salpingitis juga bisa
menjadi penyebab kehamilan di luar kandungan (kelahiran ektopik). PMS
(penyakit menular seksual) klamidia dapat menyumbat saluran tuba falopi
sehingga menyulitkan keluarnya sel telur. Sekitar 70% penyumbatan pada tuba
falopi disebabkan oleh infeksi klamidia ini.

Klasifikasi kerusakan tuba yaitu:


a. Ringan/ Grade 1
- Oklusi tuba proksimal tanpa adanya fibrosis atau oklusi tuba distal tanpa ada
distensi.
- Mukosa tampak baik.
- Perlekatan ringan (perituba-ovarium)
b. Sedang/Grade 2
- Kerusakan tuba berat unilateral
c. Berat/Grade 3
- Kerusakan tuba berat bilateral
- Fibrosis tuba luas
- Distensi tuba > 1,5 cm
- Mukosa tampak abnormal
- Oklusi tuba bilateral
- Perlekatan berat dan luas

Sumber :konsensus penanganan infertilitas


https://www.labcito.co.id/wp-
content/uploads/2015/ref/ref/Konsensus_Infertilitas_Revisi_9-1.pdf.
Prawirohardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kendungan. Jakarta : PT Bina Pustaka

3. Infeksi menular seksual (IMS) merupakan penyakit yang besar


kemungkinannya berdampak pada infertilitas. Infertilitas sendiri didefinisikan
sebagai kegagalan untuk hamil setelah sering hubungan seks tanpa perlindungan
selama satu hingga dua tahun pada pasangan di kelompok usia reproduksi.

IMS merupakan penyakit infeksi yang terjadi di mana alur penularan utamanya
adalah melalui kontak seksual. Sebagian besar disebabkan oleh bakteri, virus
atau protozoa. Menurut Farida, IMS mempengaruhi kesuburan manusia sebagian
besar melalui infeksi saluran genital atas wanita menuju ke alat reproduksi. Hal
tersebut merupakan kondisi yang sangat tidak sehat.
IMS yang mengakibatkan infertilitas pada wanita terjadi karena infeksi akan
menyebar ke organ reproduksi internal. Infeksi saluran genital bagian bawah
yang persisten kemudian menjadi inflamasi rongga panggul (pelvic inflammatory
disease/PID) dan akhirnya mengakibatkan infertilitas.

Persistensi sangat dipengaruhi oleh lingkungan mikrobial di area genital.


Beberapa faktor utamanya adalah genetik, immunologik, dan hormonal, serta
faktor behavior seperti perilaku seksual, praktek kontrasepsi, pola-pola
pelayanan kesehatan, dan lingkungan sosio-geografik

Sexual transmitted Disease and Infertility. http://www.cdc.gov/std/infertility/

4. Patofisiologi Infertilitas
a. Wanita
Beberapa penyebab dari gangguan infertilitas dari wanita diantaranya gangguan
stimulasi hipofisis hipotalamus yang mengakibatkan pembentukan FSH dan LH
tidak adekuat sehingga terjadi gangguan dalam pembentukan folikel di ovarium.
Penyebab lain yaitu radiasi dan toksik yang mengakibatkan gangguan pada
ovulasi. Gangguan bentuk anatomi sistem reproduksi juga penyebab mayor dari
infertilitas, diantaranya cidera tuba dan perlekatan tuba sehingga ovum tidak
dapat lewat dan tidak terjadi fertilisasi dari ovum dan sperma. Kelainan bentuk
uterus menyebabkan hasil konsepsi tidak berkembang normal walaupun
sebelumnya terjadi fertilisasi. Abnormalitas ovarium mempengaruhi
pembentukan folikel. Abnormalitas servik mempengaruhi proses pemasukan
sperma. Faktor lain yang mempengaruhi infertilitas adalah aberasi genetik yang
menyebabkan kromosom seks tidak berkembang dengan baik.
Beberapa infeksi menyebabkan infertilitas dengan melibatkan reaksi imun
sehingga terjadi gangguan interaksi sperma sehingga sperma tidak bisa
bertahan, infeksi juga menyebabkan inflamasi zigot yang berujung pada abortus.
b. Pria
Abnormalitas androgen dan testosteron diawali dengan disfungsi hipotalamus
dan hipofisis yang mengakibatkan kelainan status fungsional testis. Gaya hidup
memberikan peran yang besar dalam mempengaruhi infertilitas diantaranya
merokok, penggunaan obat-obatan dan zat adiktif yang berdampak pada
abnormalitas sperma dan penurunan libido. Konsumsi alkohol mempengaruhi
masalah ereksi yang mengakibatkan berkurangnya pancaran sperma. Suhu
disekitar areal testis juga mempengaruhi abnormalitas spermatogenesis.
Terjadinya ejakulasi retrograt misalnya akibat pembedahan sehingga
menyebabkan sperma masuk ke vesika urinaria yang mengakibatkan komposisi
sperma terganggu
Sumber : Manuaba, Ida Ayu Chandradinata, dkk. 2009. Memahami Kesehatan
Reproduksi Wanita. Jakarta : EGC.
5. Pemeriksaan Pasangan Infertil
Langkah pemeriksaan pasangan infertil dirancang dengan urutan seperti
dibawah ini :
a. Anamnesis
Pada pengumpulan data dengan anamnesis akan diketahui tentang
keharmonisan hubungan keluarga, lamanya perkawinan, hubungan seksual yang
dilakukan,apakah sakah satunya memiliki kebiasaa merokok atau minum
minuman berakohol,perlu juga di ketahui apakah salah satunya menjalani terapi
khusus seperti antihipertensi,kortikosterod dan sitotastika. Siklus haid
merupakan variabel yang sangat penting
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik umum untuk pasangan infertil meliputi pemeriksaan tekanan
darah, nadi, suhu tubuh, dan pernapasan. Juga dilakukan foto toraks pada kedua
pihak
c. Pemeriksaan laboratorium
Dilakukan pemeriksaan laboratorium dasar secara rutin (darah, urine
lengkap,fungsi hepar dan ginjal, gula darah). Pemeriksaan laboratorium khusus
terhadap suami meliputi pemeriksaan dan analisis sperma. Untuk pemeriksaan
ini diperlukan syarat yaitu tidak boleh berhubungan seks selama 3-5 hari,
ditampung dalam gelas, modifikasi dengan bersenggama memakai kondom yang
telah dicuci bersih, dan bahan yang ditampung harus mencapai laboratorium
dalam waktu sampai 1 jam, pemeriksaan setelah ejakulasi dalam waktu 2 jam
di laboratorium. Jumlah spermatozoa diharapkan minimal 20juta/ml.
Pemeriksaan sperma untuk mengetahui jumlah, volume, viskositas, bau,
fruktosa, kemampuan menggumpal dan mencair kembali.
d. Pemeriksaan Terhadap Ovulasi
Pemeriksaan ini dilakukan untuk membuktikan ovulasi (pelepasan telur).
Tindakan ini dilakukan dengan anggapan bahwa pada pemeriksaan dalam tidak
dijumpai kelainan alat kelamin wanita. Untuk membuktikan terjadi ovulasi
(pelepasan telur), dilakukan pemeriksaan suhu basal badan. Progesteron yang
dikeluarkan oleh korpus luteum dapat meningkatkan suhu basal badan, yang
diukur segera setelah bangun tidur. Dengan terjadinya ovulasi, suhu basal badan
rendah atau meningkat menjadi bifasik. Waktu perubahan tersebut dianggap
terjadi ovulasi, sehingga harus dimanfaatkan untuk melakukan hubungan seks
dengan kemungkinan hamil yang besar.
e. Pemeriksaan Terhadap Saluran Telur

Saluran telur (tuba fallopi) mempunyai fungsi yang sangat vital dalam proses
kehamilan yaitu tempat saluran spermatozoa dan ovum, tempat terjadinya
konsepsi (pertemuan sel telur dan spermatozoa), tempat tumbuh dan
berkembangnya hasil konsepsi, tempat saluran hasil konsepsi menuju rahim
untuk dapat bernidasi (menanamkan diri).
Gangguan fungsi saluran telur menyebabkan infertilitas, gangguan perjalanan
hasil konsepsi menimbulkan kehamilan di luar kandungan (ektopik) utuh atau
terganggu (pecah). Gangguan saluran tuba dapat ditandai dengan keluarnya
cairan tersebut kembali ke liang senggama.
f. Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus yang dilakukan untuk dapat menetapkan kelainan pada
pasangan infertil meliputi hal berikut :
Histeroskopi
Pemeriksaan histeroskopi adalah pemeriksaan dengan memasukkan alat optik
ke dalam rahim untuk mendapatkan keterangan tentang mulut saluran telur
dalam rahim (normal, edema, tersumbat oleh kelainan dalam rahim), lapisan
dalam rahim (situasi umum lapisan dalam rahim karena pengaruh hormon, polip
atau mioma dalam rahim) dan keterangan lain yang diperlukan.
Laparoskopi
Pemeriksaan laparoskopi adalah pemeriksaan dengan memasukkan alat optik ke
dalam ruang abdomen (perut), untuk mendapatkan keterangan tentang keadaan
indung telur yang meliputi ukuran dan situasi permukaannya, adanya Graaf
folikel, korpus luteum atau korpus albikans, abnormalitas bentuk, keadaan tuba
fallopi (yang meliputi kelainan anatomi atau terdapat perlekatan); keadaan
peritoneum rahim, dan sekitarnya (kemungkinan endometritis dan bekas
infeksi). Pengambilan cairan pada peritoneum untuk pemeriksaan sitologi
pewarnaan dan pembiakan.
Ultrasonografi
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) sangat penting pada pasangan infertil
terutama ultrasonografi vaginal yang bertujuan mendapatkan gambaran yang
lebih jelas tentang anatomi alat kelamin bagian dalam, mengikuti tumbuh
kembang folikel de Graaf yang matang, sebagai penuntun aspirasi (pengambilan)
telur (ovum) pada folikel Graaf untuk pembiakan bayi tabung. Ultrasonografi
vaginal dilakukan pada sekitar waktu ovulasi dan didahului dengan pemberian
pengobatan dengan klimofen sitrat atau obat perangsang indung telur lainnya.
Uji pasca-senggama
Pemeriksaan uji pasca-senggama dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan
tembus spermatozoa dalam lendir serviks. Pasangan dianjurkan melakukan
hubungan seks di rumah dan setelah 2 jam datang ke rumah sakit untuk
pemeriksaan. Lendir serviks diambil dan selanjutnya dilakukan pemeriksaan
jumlah spermatozoa yang dijumpai dalam lendir tersebut. Pemeriksaan ini
dilakukan sekitar perkiraan masa ovulasi yaitu hari ke 12, 13, dan 14, dengan
perhitungan menstruasi hari pertama dianggap ke-1. Namun hasilnya masih
belum mendapat kesepakatan para ahli.
Pemeriksaan hormonal

Setelah semua pemeriksaan dilakukan, apabila belum dapat dipastikan penyebab


infertilitas dapat dilakukan pemeriksaan hormonal untuk mengetahui hubungan
aksis hipotalamus, hipofise, dan ovarium. Hormon yang diperiksa adalah
gonadotropin (folicle stimulation hormon (FSH) & hormon luteinisasi (LH)) dan
hormon (esterogen, progesteron, dan prolaktin). Pemeriksaan hormonal ini
dapat menetapkan kemungkinan infertilitas dari kegagalannya melepaskan telur
(ovulasi). Semua pemeriksaan harus selesai dalam waktu 3 siklus menstruasi,
sehingga rencana pengobatan dapat dilakukan. Oleh karena itu pasangan
infertilitas diharapkan mengikuti rancangan pemeriksaan sehingga kepastian
penyebabnya dapat ditegakkan sebagai titik awal pengobatan selanjutnya.
Sumber : Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina
Pustaka

6. Masalah Kesuburan, bukan cuma masalah pada reproduksi wanita


saja
Reproduksi ditentukan oleh:
Sistem reproduksi
o Sistem reproduksi pada wanita
o Sistem reproduksi pada pria
Sistem endokrin
o Hipotalamus-hipofisis > hormon gonadotropik (FSH dan LH)
o Ovarium yang menghasilkan hormon estrogen dan progesteron
Testis yang menghasilkan hormon testosteron
Sumber : jurnal universitas sumatra utara

7. Penatalaksanaan
Penanganan pasangan infertilitas atau kurang subur merupakan masalah
medis yang kompleks dan menyangkut beberapa disiplin ilmu kedokteran,
sehingga memerlukan konsultasi dan pemeriksaan yang kompleks pula.
a. Wanita
Pengetahuan tentang siklus menstruasi, gejala lendir serviks puncak dan
waktu yang tepat untuk coital
Pemberian terapi obat, seperti;
- Stimulant ovulasi, baik untuk gangguan yang disebabkan oleh supresi
hipotalamus, peningkatan kadar prolaktin, pemberian tsh.
- Terapi penggantian hormon
-Glukokortikoid jika terdapat hiperplasi adrenal
- Penggunaan antibiotika yang sesuai untuk pencegahan dan penatalaksanaan
infeksi dini yang adekuat
GIFT ( gemete intrafallopian transfer )
Laparatomi dan bedah mikro untuk memperbaiki tuba yang rusak secara
luas
Bedah plastic misalnya penyatuan uterus bikonuate,
Pengangkatan tumor atau fibroid
Eliminasi vaginitis atau servisitis dengan antibiotika atau kemoterapi
b. Pria
Penekanan produksi sperma untuk mengurangi jumlah antibodi autoimun,
diharapkan kualitas sperma meningkat
Agen antimikroba
Testosterone Enantat dan Testosteron Spionat untuk stimulasi kejantanan
HCG secara i.m memperbaiki hipoganadisme
FSH dan HCG untuk menyelesaikan spermatogenesis
Bromokriptin, digunakan untuk mengobati tumor hipofisis atau
hipotalamus
Klomifen dapat diberikan untuk mengatasi subfertilitas idiopatik
Perbaikan varikokel menghasilkan perbaikan kualitas sperma
Perubahan gaya hidup yang sederhana dan yang terkoreksi. Seperti,
perbaikan nutrisi, tidak membiasakan penggunaan celana yang panas dan ketat
Perhatikan penggunaan lubrikans saat coital, jangan yang mengandung
spermatisida

Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT Bina Pustaka.

KONSELING YANG DIBERIKAN

8. Konseling infertilitas

Bersikap baik dan simpatik terhadap pasangan yang mengalami infertilitas,


karena mereka membutuhkan dukungan dan pengertian.

Memberikan pengertian terhadap pasangan untuk menghargai satu sama lain.


Jangan saling menyalahkan.
Memberi support bahwa keadaan sepeti ini tidak hanya menimpa satu pasangan
saja, berikan alternatif pengobatan lain yang masih bisa di usahakan.

Membantu mencari alaternatif untuk mengadopsi anak.

Membantu pasangan untuk mencari jalan lain supaya dekat dengan anak-anak
dan bisa menerima kenyataan hidup.

Psikologi Wanita jilid 2, hal 79,110,114,117,118.


DR. Kartini Kartono.

9 Menurut Behman dan Kistner, prognosis terjadinya kehamilan pada pasangan

infertilitas tergantung pada umur suami, umur istri, dan lamanya dihadapkan

pada kemungkinan kehamilan (frekuensi senggama dan lamanya perkawinan).

Fertilitas maksimal wanita dicapai pada umur 24 tahun, sementara fertilitas

maksimal pria dicapai pada umur 24 hingga 25 tahun.pengelolaan mutahir

terhadap pasangan infertile dapat membawa kehamilan kepada lebih dari 50%

pasangan, walaupun masih selalu ada 10-20% pasangan yang belum diketahui

etiologinya. Separuhnya lagi terpaksa harus hidup tanpa anak, atau memperoleh

anak dengan jalan lain, umpamanya dengan inseminasi buatan donor, atau

mengangkat anak ( adopsi ).

Sumber : Sumber :konsensus penanganan infertilitas


https://www.labcito.co.id/wp-

content/uploads/2015/ref/ref/Konsensus_Infertilitas_Revisi_9-1.pdf

You might also like