Professional Documents
Culture Documents
Hb : 9,3 gr/dl
Eosinofil : 0
Basofil : 0
Batang : 0
Segmen : 62
Limfosit : 18
Monosit : 20
Kimia Klinik
Trigliserid : 82 mg/dl
Asam urat : 5,75 mg/dl
Kebanyakan tumor mediastinum tanpa gejala dan ditemukan pada saat dilakukan foto
toraks untuk berbagai alasan. Data frekuensi epidemiologi di SMF Bedah Toraks RS
Persahabatan Jakarta dan RSUD Dr. Sutomo Surabaya prevalensi terjadinya tumor
mediastinum atau tumor paru 94% pada laki laki karena lifestyle seperti merokok dan
lingkungan pekerjaan yang banyak terpapar oleh polusi udara. Keluhan penderita biasanya
berkaitan dengan ukuran dan invasi atau kompresi terhadap organ sekitar, misalnya sesak
napas berat, sindrom vena kava superior (SVKS) dan gangguan menelan. Sesuai dengan
pasien Tn. Hardi mengeluh sesak nafas berulang karena gangguan pertukaran gas, yaitu
ketidakseimbangan antara perfusi dan ventilasi yang disebabkan oleh adannya massa pada
mediastinum superior yang mengakibatkan adanya desakan pada organ sekitar. Pada hasil
pembacaan x-foto thorax didapatkan kesan cardiomegali, bronchitis dan massa mediastinum
superior. Selain adanya massa pada mediastinum, juga terdapat pembesaran jantung yang
dilihat pada gambaran radiologi x-foto thorax. Pembesaran jantung atau cardiomegali terjadi
akibat tekanan darah tinggi pada pasien sehingga jantung harus memompa lebih agar pasokan
darah ke organ lain daoat terpenuhi. Namun jika terjadi secara terus menerus dapat
menyebabkan penebalan otot jantung karena tidak adanya kompensasi dan dapat
menyebabkan gagal jantung. Gagal jantung kongestif adalah suatu sindroma klinik yang
disebabkan oleh berkurangnya volume pemompaan jantung untuk keperluan relatif tubuh,
disertai hilangnya curah jantung dalam mempertahankan aliran balik vena.
KESIMPULAN
Tumor mediastinum adalah tumor yang terdapat di dalam mediastinum yaitu rongga
yang berada di antara paru kanan dan kiri. Mediastinum berisi jantung, pembuluh darah
arteri, pembuluh darah vena, trakea, kelenjar timus, syaraf, jaringan ikat, kelenjar getah
bening dan salurannya. Rongga mediastinum ini sempit dan tidak dapat diperluas, maka
pembesaran tumor dapat menekan organ di dekatnya dan dapat menimbulkan kegawatan
yang mengancam jiwa. Tidak jarang pasien datang dengan kegawatan napas, kardiovaskuler
atau saluran cerna. Bila pasien datang dengan kegawatan yang mengancam jiwa, maka
prosedur diagnostik dapat ditunda. Sementara itu diberikan terapi dan tindakan untuk
mengatasi kegawatan, bila telah memungkinkan prosedur diagnostik dilakukan. Hal penting
yang harus diingat adalah jangan sampai tindakan emergensi tersebut menghilangkan
kesempatan untuk mendapatkan jenis sel tumor yang dibutuhkan untuk memutuskan terapi
yang tepat.
DATAR PUSTAKA