Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1
2
1.2 Tujuan
1.2.1 Memahami definisi, etiologi, patofisiologi, dan cara penegakan
diagnosis hidronefrosis
1.2.2 Memahami gambaran radiologi hidronefrosis
1.3 Manfaat
1.3.1 Dapat menerapkan cara penegakan diagnosis hidronefrosis
1.3.2 Dapat mengusulkan jenis pemeriksaan radiologi hidronefrosis
1.3.3 Dapat mendeskripsikan gambaran radiologi hidronefrosis
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
4
2
Keterangan Gambar :
3
1. Papilla Renal
1 4 2. Substansi Kortikal
5 3. Sinus Renal
4. Substansi Medulary
6 5. Pyramid
8
7 6. Kalik Minor
7. Kalik Mayor
8. Pelvik Renal
Gambar 2.21Anatomi Ginjal
2.2. Hidronefrosis
2.2.1. Definisi
Yang dimaksud dengan hidronefrosis adalah dilatasi pelvis
renalis dan kalices, serta atrofi progresif , pembesaran kistik ginjal,
serta dapat pula disertai pelebaran ureter (hidroureter). Penyebab
hidronefrosis adalah obstruksi kronis pada traktus urinarius dapat
menyebabkan dilatasi pelvic kalik, kemudian berlanjut dengan
destruksi parenkim ginjal. Kelainan congenital yang menyebabkan
hidronefrosis adalah striktur, pita (bands), penyimpangan (aberrant)
pembuluh darah dan katup. Serta lesi di medulla spina (neuragenik)
dapat menimbulkan hidronefrosis,selain tumor, batu, striktur ureter,
tindakan operasi, dan pembesaran prostat, dapat pula menyebabkan
hudronefrosis. Gejala klinik tergantung kepada luasnya dan lamanya
penyakit. Hidronefrosis dapat unilateral atau bilateral bergantung
pada dimana lesi berada. Obstruksi unilateral dapat disebabkan oleh
lesi yang berada yang diatas sambungan ureter dan vesica, sedangkan
obstruksi bilateral dapat disebabkan oleh lesi distal dari titik tersebut
(Rasad, 2013)
5
2.2.2. Etiologi
2.2.2.1. Jaringan parut ginjal/ureter.
2.2.2.2. Batu
2.2.2.3. Neoplasma/tomur
2.2.2.4. Hipertrofi prostat
2.2.2.5. Kelainan konginetal pada leher kandung kemih dan uretra
2.2.2.6. Penyempitan uretra
2.2.2.7. Pembesaran uterus pada kehamilan (Smeltzer dan Bare,
2002).
6
2.2.3. Patofisiologi
Obstruksi pada aliran normal urin menyebabkan urin
mengalir balik, sehingga tekanan di ginjal meningkat. Jika
obstruksi terjadi di uretra atau kandung kemih, tekanan balik akan
mempengaruhi kedua ginjal, tetapi jika obstruksi terjadi di salah
satu ureter akibat adanya batu atau kekakuan maka hanya satu
ginjal saja yang rusak.
Obstruksi parsial atau intermiten dapat disebabkan oleh
batu renal yang terbentuk di piala ginjal tetapi masuk ke ureter dan
menghambatnya. Obstruksi dapat diakibatkan oleh tumor yang
menekan ureter atau berkas jaringan parut akibat abses atau
inflamasi dekat ureter dan menjepit saluran tersebut. Gangguan
dapat sebagai akibat dari bentuk abnormal di pangkal ureter atau
posisi ginjal yang salah, yang menyebabkan ureter berpilin atau
kaku. Pada pria lansia , penyebab tersering adalah obstruksi uretra
pada pintu kandung kemih akibat pembesaran prostat.
Hidronefrosis juga dapat terjadi pada kehamilan akibat pembesaran
uterus.
Apapun penyebabnya adanya akumulasi urin di piala ginjal
akan menyebabkan distensi piala dan kaliks ginjal. Pada saat ini
atrofi ginjal terjadi. Ketika salah satu ginjal sedang mengalami
kerusakan bertahap, maka ginjal yang lain akan membesar secara
bertahap (hipertropi kompensatori), akhirnya fungsi renal
terganggu.
2.2.4. Manifestasi klinis
2.2.4.1. Pasien mungkin asimtomatik jika awitan terjadi secara
bertahap. Obstruksi akut dapat menimbulkan rasa sakit
dipanggul dan pinggang. Jika terjadi infeksi maka disuria,
menggigil, demam dan nyeri tekan serta piuria akan terjadi.
Hematuri dan piuria mungkin juga ada. Jika kedua ginjal
7
2.2.5. Diagnosis
Diagnosa Penyakit Hidronefrosis bisa merasakan adanya
massa di daerah antara tulang rusuk dan tulang pinggul, terutama
jika ginjal sangat membesar. Pemeriksaan darah bisa menunjukkan
adanya kadar urea yang tinggi karena ginjal tidak mampu
membuang limbah metabolik ini.
Beberapa prosedur digunakan utnuk mendiagnosis
hidronefrosis:
USG, memberikan gambaran ginjal, ureter dan
kandung kemih
Urografi intravena, bisa menunjukkan aliran air
kemih melalui ginjal
Sistoskopi, bisa melihat kandung kemih secara
langsung.
8
2.2.6.2 IVP
IVP adalah pemeriksaan dengan menyuntikkan bahan
kontras secara intravena untuk melihat anatomi dan fungsi dari
traktus urinarius (ginjal, ureter, vesica urinaria). Intravenous
pyelography (IVP) sangat berguna untuk mengidentifikasi adanya
dan penyebab hidronefrosis dan hidroureter. Penyebab intralumen
dapat diidentifikasi dengan mudah secara IVP.
Selain dapat mengetahui anatomi ginjal dan saluran urin
lain, IVP juga dapat mengetahui fungsinya. Status fungsional dari
obstruksi kronik ginjal dapat diketahui dengan waktu
(cepat/simetris dengan lambat/asimetris) dan intensitas nefrogram
dan pyelogram.
Ekskresi kontras IVP membutuhkan fungsi ginjal yang
baik. Pada umumnya serum kreatinin harus < 2 mg/dl. Selain itu,
11
Ukuran ren
SPC. Normalnya berbentuk seperti mangkuk (cupping).
Namun apabila terjadi hidronefrosis, SPC akan berubah
bentuk tergantung pada derajat hidronefrosisnya.
Gambaran batu, baik batu lusen atau opaq. Apabila ada batu, khasnya yaitu
ada filling defek.
Pada menit ke-5, contoh penyakit yang bisa diketahui yaitu penyakit-penyakit
yang ada di ren, misalnya pyelonefritis, nefrolitiasis, hidronefrosis,
massa/tumor renal, dll.
13
Pada menit ke-15 sampai 30, yang nampak yaitu SPC, kedua ureter, dan
vesika urinaria. Tapi kita fokuskan pada pencitraan ureter dan vesika urinaria.
Pada ureter, yang diamati yaitu
1) Jumlah ureter.
2) Posisi ureter
3) Kaliber ureter.
Maksudnya diameternya, ukurannya normal atau tidak, atau mengalami
pembesaran.
4) Dinding ureter.
Apakah dindingnya licin atau tidak, reguler atau irreguler.
2.2.6.4 CT SCAN
Pada CT yang diperkuat dengan kontras, korteks dan medula ginjal
dapat dibedakan. Sinus ginjal mengandung cabang pembuluh darah
utama, pielum dan kaliks, dan lemak perirenal. Pembuluh darah utama
dan ureter keluar dari ginjal melalui hilus ginjal. Umumnya hilus ginjal
akan mengarah ke aorta secara anteromedial, tetapi peningkatan rotasi
anterior bukan hal yang jarang .
Indikasi Pemeriksaan CT Ginjal
Adapun indikasi pemeriksaan CT pada ginjal tertera pada tabel
berikut ini.
Tabel 2.2. Indikasi Pemeriksaan CT pada Ginjal
Kecurigaan tumor : Eksklusi atau konfirmasi tumor ginjal
Stadium tumor : Renal cell carcinoma
Transitional cell carcinoma
Nephroblastoma
Lymphoma
Komplikasi : Perdarahan (postoperasi, penyakit polikistik)
Abses (pielonefritis, dll)
Trauma : Perdarahan, kontusio
Cedera atau sumbatan pembuluh darah ginjal
Hidronefrosis : Diferensiasi antara batu, tumor ureter, atau kompresi
eksternal
Kolik atau batu ginjal : Pengganti urografi intravena
2.2.7 Penatalaksanaan
Tujuannya adalah untuk mengaktivasi dan memperbaiki
penyebab dari hidronefrosis (obstruksi, infeksi) dan untuk
mempertahankan dan melindungi fungsi ginjal.
Untuk mengurangi obstruksi urin akan dialihkan melalui
tindakan nefrostomi atau tipe disertasi lainnya. Infeksi ditangani
dengan agen anti mikrobial karena sisa urin dalam kaliks akan
menyebabkan infeksi dan pielonefritis. Pasien disiapkan untuk
pembedahan mengangkat lesi obstrukstif (batu, tumor, obstruksi
ureter). Jika salah satu fungsi ginjal rusak parah dan hancur maka
nefrektomi (pengangkatan ginjal) dapat dilakukan (Smeltzer dan
Bare, 2002).
Pada hidronefrosis akut:
Jika fungsi ginjal telah menurun, infeksi menetap atau nyeri
yang hebat, maka air kemih yang terkumpul diatas
penyumbatan segera dikeluarkan (biasanya melalui sebuah
jarum yang dimasukkan melalui kulit).
Jika terjadi penyumbatan total, infeksi yang serius atau
terdapat batu, maka bisa dipasang kateter pada pelvis renalis
untuk sementara waktu.
Pada Hidronefrosis kronis :
Diatasi dengan mengobati penyebab dan mengurangi
penyumbatan air kemih. Ureter yang menyempit atau abnormal
bisa diangkat melalui pembedahan dan ujung-ujungnya
disambungkan kembali. Kadang perlu dilakukan pembedahan
untuk membebaskan ureter dari jaringan fibrosa. Jika
sambungan ureter dan kandung kemih tersumbat, maka
dilakukan pembedahan untuk melepaskan ureter dan
menyambungkannya kembali di sisi kandung kemih yang
berbeda.
22
2.3. Nefrolithiasis
2.3.1. Pengertian
Batu perkemihan dapat timbul dari berbagai tingkat dari
system perkemihan ( ginjal, ureter, kandung kemih ). tetapi yang
paling sering ditemukan adalah di dalam ginjal (Barbara, 1996).
Nefrolitiasis adalah adanya timbunan zat padat yang
membatu pada ginjal, mengandung komponen kristal, dan matriks
organik (Soeparman, 2001).
2.3.2. Etiologi
Batu ginjal merupakan konsisi terdapatnya kristal kalsium
dalam ginjal, kristal tersebut dapat berupa kalsium oksalat, kalsium
fosfat maupun kalsium sitrat. Tidak ada penyebab yang bisa
dibuktikan yang sering menjadi predisposisi adalah infeksi saluran
kemih hiperkasiuria, hiperpospaturia, hipervitaminosis D dan
hipertiroidism dan kebanyakan intake kalsium serta alkali
cenderung timbul presipitasi garam kalsium dalam urine.
2.3.3. Patofisiologi
Nefrolitiasis merupakan kristalisasi dari mineral dan
matriks seperti pus darah, jaringan yang tidak vital dan tumor.
Komposisi dari batu ginjal bervariasi, kira-kira tiga perempat dari
batu adalah kalsium, fosfat, asam urin dan cistien.peningkatan
konsentrasi larutan akibat dari intake yang rendah dan juga
peningkatan bahan-bahan organic akibat infeksi saluran kemih atau
urin ststis sehingga membuat tempat untuk pembentukan batu.
Ditambah dengan adanya infeksi meningkatkan kebasaan urin oleh
23
2.3.5. Diagnosis
Selain dari anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk
menegakkan diagnosis, penyakit batu ginjal perlu didukung dengan
pemeriksaan radiologik, laboratorium, dan penunjang lain untuk
menentukan kemungkinan adanya obstruksi saluran kemih, infeksi
dan gangguan faal ginjal.
2.3.5.1. Anamnesis
Anamnesa harus dilakukan secara menyeluruh. Keluhan
nyeri harus dikejar mengenai onset kejadian, karakteristik
nyeri, penyebaran nyeri, aktivitas yang dapat membuat
bertambahnya nyeri ataupun berkurangnya nyeri, riwayat
muntah, gross hematuria, dan riwayat nyeri yang sama
25
27
28
3.3. Diagnosis
Hidronefrosis
29
UIV :
GINJAL KANAN :
Bentuk letak ukuran membesar dan axis normal
Pada menit ke 7 tampak eksresi kontras, PCS melebar,
tampak batu multiple
URETER KANAN :
Melebar, tampak bendungan setinggi VL4-5
GINJAL KIRI :
Bentuk letak ukuran membesar dan axis normal
33
3.2.1.5. Kesan
PENURUNAN FUNGSI REN DEXTRA
HIDRONEFROSIS DAN HIDROURETHER DEXTRA
KARENA BATU URETER SETINGGI VL 4-5
NEFROLITHIASIS DEXTRA MULTIPLE
HIDRONEFROSIS PADA POLE ATAS REN SINISTRA
NEFROLITHIASIS SINISTRA PADA POLE ATAS
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari hasil pemeriksaan radiologi foto thoraks, foto polos abdomen dan
UIV didapatkan gambaran pada foto thoraks : Cor : CTR < 50%, tak membesar
.Pulmo : Tak tampak Kelainan
Pada foto polos abdomen didapatkan gambaran opasitas abnormal pada
cavum abdomen yang mengindikasikan terjadinya nefrolithiasis pada pasien
tersebut. terdapat batu ginjal.
Pada pemeriksaan UIV ginjal kanan didapatkan bentuk letak ukuran 15
cm dan axis normal, sedangkan menurut Budjang (2008) ukuran ginjal normal
adalah 9-11 cm pada dimensi kraniokaudal, Sehingga dapat disimpulkan ginjal
mengalami suatu pembesaran. Pada ginjal kiri juga didapatkan ukuran 15,5 cm
dan axis normal.
Menurut Rasad (2013) UIV Pada menit ke 7 dapat menilai letak atau
posisi ren. Normalnya ren kanan lebih rendah daripada ren kiri, dan letaknya
setinggi VT 12- VL 3. PCS (Pelvico Calics System) normalnya berbentuk
seperti mangkuk (cupping). akan berubah bentuk tergantung pada derajat
hidronefrosisnya. Gambaran hidronefrosis dini memberikan gambaran kalik
yang mendatar (flattening), perubahan reversible. Hidronefrosis lanjut
memperlihatkan kalik berupa tongkat (clubbing). Pada pasien ini posisi ren
dekstra setinggi VT 12- VL 4, sehingga dapat disimpulkan pada pasien ini
bentuk letak dan ukuran membesar. di menit ke 7 tampak eksresi kontras,
tampak batu multiple dan PCS melebar berupa gambaran kaliks berbentuk
clubbing, alias menonjol. Sehingga dapat disimpulkan pada ren dekstra terdapat
kelainan berupa hidronefrosis dan nefrolithiasis multiple. Sedangkan pada ren
sinistra terletak setinggi VT 11- VL 3, sehingga dapat disimpulkan pada pasien
ini bentuk letak dan ukuran membesar. Pada menit ke 7 juga tampak eksresi
kontras, tampak batu di pole atas dan PCS melebar dengan gambaran kaliks
berbentuk ballooning alias menggembung. Sehingga dapat disimpulkan pada
34
35
ren sinistra terdapat kelainan berupa hidronefrosis dan nefrolithiasis pada pole
atas.
Pada menit ke 15 sampai menit ke 30 akan tampak PCS, kedua ureter
dan vesica urinaria, namun difokuskan pada ureter dan vesica urinaria. Pada
urreter dapat dinilai jumlah, posisi, caliber, dinding dan ada tidaknya sumbatan
dan batu ( Rasad, 2013). Pada pasien ini didapatkan pelebaran ureter kanan serta
adanya bendungan setinggi VL 4- VL5 sedangkan pada ureter kiri tidak
didapatkan kelainan baik berupa pelebaran ureter ataupun adanya bendungan.
Gambaran pada vesica urinaria didapatkan dinding reguler, tak tampak filling
defect, indentasi dan additional shadow.Post Miksi : Sisa urine sedikit.
Pada kasus ini pemeriksaan yang dilakukan adalah berupa pemeriksaan
foto polos abdomen dan IVP (intra vena pielografi). Hal tersebut sesuai dengan
Rasad (2013) bahwasannya untuk kasus pada traktus urinariun dilakukan
pemeriksaan awal berupa foto polos abdomen dan untuk mengetahui anatomi
serta fungsi ginjal dan ureter maka dapat dilakukan pemeriksaan IVP. Menurut
Palmer dkk (2000) pemeriksaan USG dapat dilakukan untuk mendeteksi
keadaan ginjal( hidronefrosis, kista, massa) atau sebagai pemeriksaan penyaring
pada dugaan adanya trauma ginjal derajat ringan. Kelebihan USG adalah lebih
cepat dan tanpa danya persiapan khusus, namun pada kasus ini tidak dilakukan
pemeriksaan USG karena USG tidak dapat menilai fungsi ginjal serta
pemeriksaan awal berupa foto polos abdomen dan IVP sudah dapat mendeteksi
kelainan yang ada pada pasien tersebut.
BAB V
KESIMPULAN
36
DAFTAR PUSTAKA
Budjang N. Radiologi Diagnostik Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI , 2008, Bab 11;
Traktus Urinaria.
Dejong, Sjamsuhidrajat, 2004, Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi ke-2, Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Ilmu Kesehatan Anak, 2002, Edisi 15. Volume 2. Editor Bahasa Indonesia A. Jamik
Wahab. Jakarta: EGC.
Long, Barbara C, 1996, Perawatan Medikal Bedah, (Volume 2), Penerjemah: Karnaen,
Adam, Olva, dkk, Bandung: Yayasan Alumni Pendidikan Keperawatan
ONeill WC, 2006, B-mode sonography in acute renal failure. Nephron Clin Pract
103:19-23.
Palmer,Cockhsott, Hedegus, Samuel, 2000. Petunjuk Membaca Foto Untuk Dokter
Umum. Penerbit Kedokteran EGC. Jakarta.
Patel, Pradip R. Lecture notes: Radiologi. Penerbit Erlangga. Jakarta: 2005
Purnomo BB. Dasar-Dasar Urologi. Edisi ke-2. Jakarta: Perpustakan Nasional republik
Indonesia. 2011. 62-65
Rahman, M.D. Radiologi Diagnostik Edisi ke-2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2008,
Bab 4; Segi-Segi Fisika Radiologi dan Radiografi.
Rasad, S., Radiologi Diagnostik. Edisi Kedua. Edisi ke-8. Jakarta: FKUI. 2013.
Robbins, 2003, Buku Ajar Patologi, Edisi 7, EGC, Jakarta
Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G, 2002, Buk Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner dan Suddarth (Ed.8, Vol.1,2), Alih bahasa oleh Agung Waluyo (dkk),
EGC, Jakarta.
Soeparman, Waspadji Sarwono, Buku Ilmu Penyakit Dalam edisi 3, Balai Penerbit FKUI
Jakarta, 2001: 127.
Ultrasound Teaching Manual, 2000, USA: Thieme Publishing Group, Edisi 2, Bab 5: 75-
80.
37