Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Perdarahan saluran cerna merupakan masalah yang sering dihadapi, salah satunya
yaitu perdarahan saluran cerna bagian atas. Perdarahan saluran cerna bagian atas
memiliki prevalensi sekitar 75 % hingga 80 % dari seluruh kasus perdarahan akut saluran
cerna. Insidensinya telah menurun, tetapi angka kematian dari perdarahan akut saluran
cerna, masih berkisar 3 % hingga 10 %, dan belum ada perubahan selama 50 tahun
terakhir. Tidak berubahnya angka kematian ini kemungkinan besar berhubungan dengan
bertambahnya usia pasien yang menderita perdarahan saluran cerna serta dengan
yang diakibatkan oleh perdarahan saluran makan bagian atas (upper gastrointestinal
tract). Kebanyakan kasus hematemesis adalah keadaan gawat di rumah sakit yang
menimbulkan 8% - 14% kematian di rumah sakit. Faktor utama yang berperan dalam
tingginya angka kematian adalah kegagalan untuk menilai masalah ini sebagai keadaan
klinis yang gawat dan kesalahan diagnostik dalam menentukan sumber perdarahan.1
tersering yaitu sekitar 50%-60%, gastritis erosiva hemoragika sekitar 25%-30%, tukak
peptik sekitar 10%-15% dan karena sebab lainnya <5%. Kecenderungan saat ini
menunjukkan bahwa perdarahan yang terjadi karena pemakaian jamu rematik menempati
urutan terbanyak sebagai penyebab perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas (SCBA) yang
1
Menurut Ari F. Syam (2005) dalam penelitiannya di RSCM Jakarta menyebutkan
bahwa kebanyakan penderita perdarahan saluran makan bahagian atas disebabkan oleh
akibat perdarahan saluran makan bagian atas berkisar 26%. Insiden PSCBA dua kali lebih
sering pada pria dari pada wanita dalam seluruh tingkatan usia ; tetapi jumlah angka
kematian tetap sama pada kedua jenis kelamin. Angka kematian meningkat pada usia yang
1.2 TUJUAN
A. Tujuan Umum
Tengah.
B. Tujuan Khusus
BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA
A. Mulut
Untuk berbicara
disebelah luar pipi dan bibir diselimuti oleh kulit dan disebelah dalam diselimuti
3. Gigi
Terdapat 2 kelompok yaitu gigi sementara atau gigi susu mulai tumbuh
pada umur 6-7 bulan dan lengkap pada umur 2 tahun jumlahnya 20 buah
dan gigi tetap (permanen) tumbuh pada umur 6-18 tahun jumlahnya 32
buah.
3
Fungsi gigi : gigi seri untuk memotong makanan, gigi taring untuk
memutuskan makanan yang keras dan liat dan gigi geraham untuk
4. Lidah
Fungsi Lidah :
Untuk membersihkan gigi serta rongga mulut antara pipi dan gigi
Untuk berbicara
Untuk merasakan dingin dan panas. Bagian lidah yang berperan dalam
5. Kelenjar ludah
sebanyak 25-35 %.
Pencernaan mekanik
4
Pencernaan kimiawi
B. Tenggorokan (Faring)
bahasa yunani yaitu Pharynk. Didalam lengkung faring terdapat tonsil yaitu kelenjar
limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap
infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya
dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang.7
C. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan atau esofagus adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang
dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan
phagus memakan). Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang
D. Gaster (lambung)
Lambung terletak pada epigastrium dan terdiri dari mukosa, submukosa, lapisan
otot yang tebal, dan serosa. Mukosa ventriculus berlipat-lipat atau rugae. Secara
anatomis ventriculus terbagi atas kardiaka, fundus, korpus, dan pilorus. Sphincter
cardia mengalirkan makanan masuk ke dalam ventriculus dan mencegah refluks isi
Saat sphincter ini berrelaksasi makanan masuk ke dalam duodenum, dan ketika
5
berkontraksi sphincter ini mencegah terjadinya aliran balik isi duodenum (bagian usus
Lapisan epitel mukosa lambung terdiri dari sel mukus tanpa sel goblet.
kelenjar terutama adalah sel mukus. Pada bagian fundus dan korpus kelenjar
mengandung sel parietal yang mensekresi HCl dan faktor intrinsik, dan chief
mensekresi gastrin.
Mukosa lambung dilindungi oleh berbagai mekanisme dari efek erosif asam
menahan difusi asam ke dalam sel. Mukus dan HCO3 dapat menetralkan asam
kecepatan regenarasi sel mukosa. Aliran darah mukosa yang bagus, iskemia
6
Gambar 2.2 Anatomi lambung
E. Usus halus
Usus halus adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara
lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut
zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang
melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan
yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna
Lapisan usus halus ; lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar
Luar). Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak
setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua
belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale
7
retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus
dua belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari
terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu. Nama duodenum
berasal dari bahasa Latin duodenum digitorum, yang berarti dua belas jari. Lambung
melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang merupakan
bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter
pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan
a. Esofagus
sinistra, suatu cabang truncus coeliacus, dan arteria phrenica sinistra. Drainase vena
dari vena submukosa bagian oeshopagus tersebut ke sistem vena porta melalui vena
gastrica sinistra dan ke dalam sistem vena sistemik melalui vena oeshopagealis dan
8
b. Lambung
Lambung memiliki banyak suplai arterial yang berasal dari truncus coeliacus
dan percabangannya. Sebagian besar darah disuplai oleh anastomosis yang terbentuk
sepanjang curvatura minor oleh arteria gastrica dextra dan sinistra, dan sepanjang
curvatura major oleh arterial gastro-omentalis dextra dan sinistra. Fundus dan tubuh
Vena gastrica sejajar dengan arteri pada posisi dan perjalanannya. Vena
gastrica dextra dan sinistra bermuara kedalam vena porta; vena gatrica brevis dan
vena gastro-omentalis sinistra bermuar ke dalam vena lienalis, yang menyatukan vena
dextra bermuara ke dalam SMV. Vena prepilorik naik pada pilorus ke vena gastrica
minor. Pembuluh darah tersebut mendrainase limfa dari permukaan anterior dan
posteriornya ke arah kurvaturanya; di tempat ini terletak nodi lymphatici gastrici dan
gastro-omentales. Pembuluh eferen dari nodus nodus tersebut menyertai arteri besar ke
9
Gambar 2.4 Vena pada gaster, duodenum, dan lien.
c. Duodenum
superior. Suatu transisi penting pada suplai darah saluran pencernaan terjadi di sini; di
proksimal, orad (ke arah mulut) yang memanjang ke dan meliputi bagian abdominal
distal aborad (menjauh dari mulut) yang memanjang ke flexura coli sinistra, darah di
10
suplai oleh vena mesenterica anterior. Vena vena di abdomen mengikuti arteri dan
bermuara ke dalam vena porta, beberapa secara langsung dan yang lain tidak
2.2 DEFENISI
Perdarahan saluran cerna bagian atas (PSCBA) adalah perdarahan saluran cerna
proksimal dari ligamentum Treitz. Yang termasuk organ-organ saluran cerna di proximal
Ligamentum Treitz adalah esofagus, lambung (gaster), duodenum dan sepertiga proximal
dari jejunum. Sedangkan perdarahan saluran cerna bagian bawah adalah perdarahan
2.3 ETIOLOGI
Penyebab perdarahan saluran cerna bagian atas (PSCBA) adalah pecahnya varises
esofagus, gastritis erosif, tukak peptik, gastropati kongestif, sindroma Mallory-Weiss dan
keganasan.12
Esofagus bagian bawah merupakan saluran kolateral penting yang timbul akibat
sirosis dan hipertensi portal. Vena esophagus daerah leher mengalirkan darah ke vena
azigos dan hemiazigos dan dibawah diafragma vena esophagus masuk kedalam vena
gastrika sinistra. Hubungan antara vena porta dan vena sistemik memungkinkan pintas
dari hati pada kasus hipertensi porta. Aliran kolateral melalui vena esophagus
11
B. Perdarahan tukak peptik (ulkus peptikum)
sedikitnya ditemukan pada 15-25% kasus selama perjalanan penyakit. Walaupun ulkus
adalah dinding posterior bulbus duodenum, karena ditempat ini dapat terjadi erosi
C. Medication-Induced Ulcer
penyakit peptic ulcer dan perdarahan saluran cerna bahagian atas akut. Paling sering,
aspirin dan NSAIDs dapat menyebabkan erosi gastroduodenal atau ulcers, khususnya
D. Esofagitis
Esofagitis refluks kronis merupakan bentuk esofagitis yang paling sering ditemukan
secara klinis. Gangguan ini disebabkan oleh sfingter esophagus bagian bawah yang
bekerja dengan kurang baik dan refluks asam lambung atau getah alkali usus ke dalam
esophagus yang berlangsung dalam waku yang lama. Sekuele yang terjadi akibat
refluks adalah peradangan, perdarahan, dan pembentukan jaringan parut dan striktur.
E. Sindroma Mallory-Weiss
Hematemesis atau melena yang secara khas mengikuti muntah muntah berat
yang berlangsung beberapa jam atau hari, dapat ditemukan satu atau beberapa laserasi
esofagogastrikum junction.
12
F. Keganasan
G. Angiodisplasia
Angiodisplasia ialah kelainan vaskular kecil, seperti yang terdapat pada traktus
intestinalis.11
1. Usia
Perdarahan SCBA sering terjadi pada orang dewasa dan risiko meningkat pada usia
>60 tahun. Penelitian pada tahun 2001-2005 dengan studi retrospektif di Rumah Sakit
Cipto Mangunkusumo terhadap 837 pasien yang memenuhi kriteria perdarahan SCBA
menunjukkan rata-rata usia pasien laki-laki adalah 52,7 15,82 tahun dan rata-rata
usia pasien wanita adalah 54,46 17,6.26 Usia 70 tahun dianggap sebagai faktor
risiko karena terjadi peningkatan frekuensi pemakaian OAINS dan interaksi penyakit
2. Jenis Kelamin
Kasus perdarahan SCBA lebih sering dialami oleh laki-laki. Penelitian di Amerika
menggunakan pendekatan epidemiologi dan belum ada penelitian yang secara spesifik
13
3. Penggunaan obat antiinflamasi non steroid (OAINS)
Peningkatan risiko komplikasi ulkus (rawat inap, operasi, kematian) terjadi pada orang
tua yang mengkonsumsi OAINS. Studi cross sectional terhadap individu yang
mengkonsumsi OAINS pada dosis maksimal dalam jangka waktu lama 35% hasil
endoskopi adalah normal, 50% menunjukkan adanya erosi atau petechiae, dan 5%-
4. Penggunaan Antiplatelet
Penggunaan aspirin dosis rendah (75 mg per hari) dapat menyebabkan faktor
perdarahan naik menjadi dua kali lipat, bahkan dosis subterapi 10 mg per hari masih
duodenum, komplikasi perdarahan dan perforasi pada perut dan lambung. Obat
antiplatelet seperti clopidogrel berisiko tinggi apabila dikonsumsi oleh pasien dengan
5. Merokok
6. Alkohol
14
Mengkonsumsi alkohol konsentrasi tinggi dapat merusak pertahanan mukosa lambung
terhadap ion hidrogen dan menyebabkan lesi akut mukosa gaster yang ditandai dengan
7. Riwayat Gastritis
Riwayat Gastritis memiliki dampak besar terhadap terjadinya ulkus. Pada kelompok
ini diprediksi risiko terjadi bukan karena sekresi asam tetapi oleh adanya gangguan
sering ditemui dan menjadi faktor risiko untuk terjadinya perdarahan. Namun, belum
ada penelitian yang menjelaskan mekanisme pasti yang terjadi pada perdarahan SCBA
Helicobacter pylori merupakan bakteri gram negatif berbentuk spiral yang hidup
dibagian dalam lapisan mukosa yang melapisi dinding lambung. Beberapa penelitian
di Amerika Serikat menunjukkan tingkat infeksi H.pylori <75% pada pasien ulkus
duodenum. Dari hasil penelitian di New York 61% dari ulkus duodenum dan 63% dari
Patogenesis perdarahan saluran cerna pada chronic kidney disease masih belum jelas,
diduga faktor yang berperan antara lain efek uremia terhadap mukosa saluran cerna,
15
disfungsi trombosit akibat uremia, hipergastrinemia, penggunaan antiplatelet dan
11. Hipertensi
Hipertensi menyebabkan disfungsi endotel sehingga mudah terkena jejas. Selain itu
Penelitian yang ada mengatakan bahwa chronic heart failure dapat meningkatkan
2.5 PATOGENESIS
Lumen gaster memiliki pH yang asam. Kondisi ini berkontribusi dalam proses
pencernaan tetapi juga berpotensi merusak mukosa gaster. Beberapa mekanisme telah
terlibat untuk melindungi mukosa gaster. Musin yang disekresi sel-sel foveola gastrica
membentuk suatu lapisan tipis yang mencegah partikel makanan yang besar menempel
secara langsung pada lapisan epitel. Lapisan mukosa juga mendasari pembentukan
lapisan musin stabil pada permukaan epitel yang melindungi mukosa dari paparan
langsung asam lambung, selain itu memiliki pH netral sebagai sekresi ion bikarbonat sel-
sel epitel permukaan. Suplai vaskular ke mukosa gaster selain menghantarkan oksigen,
bikarbonat, dan nutrisi juga berfungsi untuk melunturkan asam yang berdifusi ke lamina
propia. Gastritis akut atau kronik dapat terjadi dengan adanya destruksi mekanisme-
Pada orang yang lanjut usia pembentukan musin berkurang sehingga rentan
terkena gastritis dan perdarahan saluran cerna. OAINS dan obat antiplatelet dapat
16
mempengaruhi proteksi sel (sitoproteksi) yang umumnya dibentuk oleh prostaglanding
gaster. Infeksi Helicobacter pylori yang predominan diantrum akan meningkatkan sekresi
asam lambung dengan konseksuensi terjadi tukak duodenum. Inflamasi pada antrum akan
menstimulasi sekresi gastrin yang merangsang sel parietal untuk meningkatkan sekresi
lambung. Perlukaan sel secara langsung juga dapat disebabkan konsumsi alkohol yang
berlebih. Alkohol merangsang sekresi asam dan isi minuman beralkohol selain alkohol
juga merangsang sekresi asam sehingga menyebabkan perlukaan mukosa saluran saluran
cerna. Penggunaan zat-zat penghambat mitosis pada terapi radiasi dan kemoterapi
sel. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa diabetes melitus merupakan salah satu
penyakit komorbid pada perdarahan SCBA dan menjadi faktor resiko perdarahan SCBA.
perdarahan.
salah satu faktor penyebab terjadinya ulkus peptikum. Merokok memicu kekambuhan,
Manifestasi klinik yang sering terjadi adalah adanya hematemesis (muntah darah
segar dan atau disertai hematin/hitam) yang kemudian dilanjutkan dengan timbulnya
melena. Hal ini terutama pada kasus dengan sumber perdarahan di esofagus dan gaster.
17
Sumber perdarahan di duodenum relatif lebih sering bermanifestasi dalam bentuk melena
Hal ini banyak dipengaruhi oleh jumlah darah yang keluar persatuan waktu dan
fungsi pilorus. Terkumpulnya darah dalam volume banyak dalam waktu singkat akan
menimbulkan refleks muntah sebelum komponen darah tersebut bercampur dengan asam
lambung (sehingga muntah darah segar). Hal ini berbeda dengan perdarahan yang
memberi kesempatan darah yang keluar terpapar lengklap dengan asam lambung sehingga
membentuk hematin hitam. Perdarahan yang masif, terutama yang berasal dari duodenum,
kadang tidak terpapar asam lambung dan keluar peranum dalam bentuk darah segar
Preparat yang mengandung bismuth dan besi, charcoal bisa menyebabkan feses
berwarna hitam seperti melena. Namun pada melena berbau khas. Melena terjadi bila
perdarahan lebih dari 50-100 cc. Dan lama kontak darah dengan asam lambung
Warna feses bercampur darah tergantung waktu transit; waktu transit yang cepat dari
18
dengan jumlah >1000 cc disertai gangguan hemodinamik. Sebaliknya PSCB dengan
Nilai normal BUN : Creatinin adalah 20 pada pasien dengan ginjal normal ; bila rasio
>35 kemungkinan PSCA, bila <35 kemungkinan PSCB. Nilai puncak rasio diukur
2.7 DIAGNOSIS
a. Anamnesa
antiplatelet
b. Pemeriksaan fisik
pasien kehilangan darah yang akan mangakibatkan kondisi hemodinamik tidak stabil,
19
Hipotensi (<90/60 mmHg atau Mean arterial presure (MAP) <70 mmHg
Tekanan diastolik ortostatik turun >10 mmHg atau sistolik turun > 20 mmHg.
Akral dingin
Kesadaran menurun
Pemasangan NGT dan inspeksi aspirat dapat digunakan pada penilaian awal
kasus. Aspirat warna merah terang, pasien memerlukan pemeriksaan endoskopi segera
baik untuk evaluasi maupun perawatan intensif. Jika cairan aspirat berwarna seperti
kopi, maka diperlukan rawat inap dan pemeriksaan dalam 24 jam pertama. Meskipun
melaporkan 15% kasus perdarahan SCBA pemeriksaan NGT normal tetapi terdapat
d. Pemeriksaan Laboratorium
hemoglobin, fungsi hemostasis, fungsi hati dan kimia dasar yang berhubungan dengan
secara serial (setiap 6-8 jam) agar dapat dilakukan antisipasi transfusi secara lebih
e. Endoskopi diagnostik
paling tepat untuk pemeriksaan endoskopi tergantung pada derajat berat dan dugaan
20
sumber perdarahan. Pasien dengan perdarahan yang terus berlangsung, gagal
endoskopi selain menemukan penyebab serta asal perdarahan, juga untuk menentukan
aktivitas perdarahan.12
menyembur
Forest Ib Perdarahan aktif Perdarahan merembes
Forest II Perdarahan berhenti dan Gumpalan darah pada
2.8 TERAPI
1. Stabilisasi Hemodinamik
21
a. Jaga patensi jalan napas
b. Suplementasi oksigen
c. Akses intravena 2 line dengan jarum besar, pemberian cairan Normal Saline
d. Evaluasi laboratorium : waktu koagulasi, Hb, Ht, serum elektrolit, fungsi hati,
sirkulasi > 30% atau Ht <18 (atau menurun 6%) sampai target Ht 20-25% pada
2. Non-Endoskopi
- Kumbah lambung
Kumbah lambung lewat pipa nasogastrik dengan air suhu kamar. Prosedur ini
- Pemberian vitamin-K
22
Pemberian vit-K pada pasien dengan penyakit hati kronis yang mengalami PSCBA
relatif murah.
- Vasopressin
darah splanknik, menyebabkan aliran darah dan tekanan vena porta menurun.
Terdapat dua bentuk sediaan, yakni pitresin yang mengandung vasopressin murni
menit dan dapat diulang tiap 3-6 jam, atau setelah pemberian pertama dilanjutkan
mcg/iv, dilanjutkan per infus 250 mcg/jam selama 12-24 jam atau sampai
perdarahan berhenti. Oktreotide dosis bolus 100 mcg/iv dilanjutkan per infus 25
23
Antasida, sukralfat dan antagonis reseptor H2 masih boleh diberikan untuk tujuan
Sengstaken-Blakemore tube (SB-tube) yang mempunyai tiga pipa serta dua balon
3. Endoskopis
Ditujukan pada perdarahan tukak yang masih aktif atau tukak dengan pembuluh darah
95% dan tanpa terapi tambahan lainnya perdarahan ulang frekuensinya sekitar 15-
20%.12
4. Terapi Radiologi
belum bisa ditentukan asal perdarahan, atau bila terapi endoskopi dinilai gagal dan
penyuntikan vasopressin atau embolisasi arterial. Bila dinilai tidak ada kontraindikasi
5. Pembedahan
24
Pembedahan pada dasarnya dilakukan bila terapi medic, endoskopi dan
radiologi dinilai gagal. Ahli bedah seyogyanya dilibatkan sejak awal dalam bentuk tim
2.9 KOMPLIKASI
koma hepatikum, anemia karena perdarahan. Kehilangan darah dari saluran cerna secara
samar dapat ditolerir dengan baik oleh pasien muda namun pada usia lanjut atau pasien
dengan masalah kardiovaskular keadaan ini dapat memperburuk penyakit dasarnya karena
2.10 RUJUKAN
Kompetensi dokter umum dalam masalah PSCA adalah pengkajian awal dan
juga resusitasi awal dalam mengontrol tanda-tanda vital tetap stabil. Selanjutnya
dokter umum dapat merujuk pasien PSCA untuk mendapatkan terapi lanjutan berupa
bertugas untuk follow up perdarahan dan etiologi penyebab. Sebagian besar pasien
umumnya pulang pada hari 1-4 perawatan. Adanya perdarahan ulang atau komorbid
telah berhenti dan hemodinamik stabil serta resiko perdarahan ulang rendah, pasien
dapat dipulangkan. Pasien biasanya pulang dalam keadaan anemis, karena itu selain
2.11 PROGNOSIS
25
Banyak faktor yang mempengaruhi prognosis pemberita seperti faktor umur,
kadar hemoglobin (Hb), tekanan darah selama perawatan, dan lain-lain. Banyak
makan bagian atas dipengaruhi oleh faktor kadar hemoglobin (Hb) waktu dirawat, terjadi
atau tidaknya perdarahan ulang, keadaan hati, seperti ikterus dan encepalopathy.14
tingginya angka kematian dan sukarnya dalam menanggulangi perdarahan saluran makan
BAB III
26
KESIMPULAN
Tujuan utama pengelolahan perdarahan sa;uran cerna bagian atas adalah stabilisasi
(PSCBA ) :
penyebab perdarahan dan sekaligus untuk melakukan hemostasis. Manfaat terapi medis
BAB IV
27
LAPORAN KASUS
3.1. Anamnesis
Identitas Pribadi
Nama : Ny. DM
Usia : 56 tahun
Agama : Islam
Pekerjaan : IRT
Alamat : Tukka
hari SMRS dan memberat 1 hari ini. BAB seperti Ter, frekuensi 2-3
muntah (+), frekuensi 2-3 x/hari. Os muntah setiap kali makan dan
nyeri ulu hati 3 bulan ini, nyeri bersifat hilang timbul. Penurunan
28
rokok 1 bungkus perhari 30 tahun ini. Riwayat hipertensi (+),
Status Presens
TD : 130/90 mmHg
HR : 84x/i
RR : 22 x/i
Temp : 36,5 C
29
a. Kepala : Normochepali
Rambut : Hitam, distribusi merata dan tidak mudah di cabut
Mata : Anemis (+/+), ikterik (-/-), cekung (-/-), pupil isokor (-/-), Refleks
cahaya (+/+).
Hidung : Pernapasan cuping hidung (-), sisi kanan dan kiri simetris, secret (-)
Telinga: Serumen (-)
Mulut : Mukosa kering (-), pucat (+)
b. Leher
Pembesaran kelenjar getah bening (-)
c. Thorax
PARU
Palpasi : stem fremitus kanan = kiri, tidak ada masa, nyeri tekan (-),
Perkusi : Sonor
Auskultasi : Vesikular, st : -
JANTUNG
30
Perkusi : batas jantung atas di ICS 2 garis parasternal sinistra, batas
d. Abdomen
Palpasi : Nyeri tekan regio epigastrium (+), H/L/R tidak teraba, turgor
kembali cepat
e. Ekstremitas
f. Genitalia
Rectal Touche
Perineum : Normal
31
Mukosa rekti : Licin
Pemeriksaan darah
18 Januari 2017
Darah rutin
Elektrolit
32
Kalium : 3.0 mmol/L
19 Januari 2017
Fungsi Hati
SGOT : 22 U/L
SGPT : 38 U/L
Fungsi Ginjal
Ureum : 22 mg/dl
20 Januari 2017
33
HCT : 23,1 % RDW : 17,6%
Hipokalemia
2. PSMBA ec dd Stress Ulcer + Anemia ec Perdarahan + Hiponatremia +
Hipokalemia
3. PSMBA ec dd Ulkus Peptikum + Anemia ec Perdarahan + Hiponatremia +
Hipokalemia
Hipokalemia
3.8. Penatalaksanaan
Tirah baring
Diet MII
Pasang NGT Pasien Menolak
RL COR 1 flash 20 gtt/i
Inj. Ceftriaxone 1 gram/12 jam/iv
Inj. Omeprazol 80 mg bolus 40 mg/12 jam/iv
Inj. Asam Tranexamat 500 mg/8 jam/iv
3.9. Prognosa
34
Quo ad sanactionam : dubia at bonam
Tanggal S O A P
19/01/17 BAB hitam TD : 130/90 PSMBA ec ^IVFD Nacl 3% 18
(+/+) mg/8j/iv
^KSR 1x1
^Sucralfat syr 3 x
35
C1
20/01/17 BAB hitam TD : 130/100 PSMBA ec ^IVFD RL 20 gtt/i
Rencana transfusi
PRC 1 bag :
premedikasi inj.
Furosemid 1 amp
21/01/17 BAB hitam TD : 140/80 PSMBA ec ^IVFD RL 20 gtt/i
tekan 40 mg/12j/iv
^Sucralfat syr 3 x
C1
22/01/17 BAB hitam TD : 120/80 PSMBA ec ^IVFD RL 20 gtt/i
36
(-), nyeri ulu mmHg gastritis erosiva + ^Inj. Ceftriaxone 1
T : 360c 40 mg/12j/iv
tekan C1
Epigastrium (+)
Konj. Anemis C1
(+/+)
37
DAFTAR PUSTAKA
Erlangga. Hlm 36 7
http//pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2011/03/pendarahan_akut_saluran_cerna
6. Dubey, S., 2008. Perdarahan Gastrointestinal Atas. Dalam: Greenberg, M.I., et al. Teks
7. Sherwood, L. 2011. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi ke-6. Jakarta: EGC
38
8. Faradillah, Firman, dan Anita. 2009. Gastro Intestinal Track Anatomical Aspect.
9. Porter, R.S., et al., 2008. The Merck Manual of Patient Symptoms. USA: Merck
Research Laboratories
10. Guyton, AC dan Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi KedokteranEd: ke-9. Jakarta: EGC
11. Keith L. Moore. 2013. Anatomi Berorientasi Klinis Ed: ke 5. Jakarta : Erlangga
12. Aru W.Sudoyo, dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Ed: ke 5. Jakarta: Interna
publishing.
13. Jutabha, R., et al. 2003. Acute Upper Gastrointestinal Bleeding. Dalam: Friedman,
S.L., et al. Current Diagnosis & Treatment in Gastroenterology 2 ed. USA: McGraw-
14. Astera IWM, Wibawa IDN, 1999. Tata Laksana Perdarahan Saluran Makan Bagian
Atas: dalam Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam. Jakarta: EGC. Hlm 53-62.
39