You are on page 1of 3

ETIKA BISNIS DAN PROFESI

(Analisis Kasus dengan Materi:


Eika Akuntan Perpajakan)

Disusunoleh :

Agung Zakaria 43215120082


Augustin Nadia Putri 43215120113
Musri Aturizqi 43215120346
Parahita Arum Nareswari 43215120137
Widio Putra Petra 43215120172
Yos Fauzi Nur Muhammad 43215120277

UNIVERSITAS MERCUBUANA

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

2017
Jakarta - Handang Soekarno didakwa menerima uang tunai sebesar USD 148.500 atau Rp 1,9
miliar. Penerimaan uang itu berkaitan dengan jabatan Handang selaku Kasubdit Bukti Permulaan
Direktorat Penegakan Hukum Ditjen Pajak terkait proyek pengurusan pajak PT EK Prima (EKP)
Ekspor Indonesia.
"Telah menerima hadiah atau janji yaitu menerima uang tunai sebesar USD 148.500 atau Rp 1,9
miliar atau sekitar jumlah yang dijanjikan sebesar Rp 6 miliar dari Country Director PT EKP
Ramapanicker Rajamohanan Nair," kata jaksa KPK Ali Fikri saat membacakan surat dakwaan dalam
sidang di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jalan Bungur Besar Raya, Jakarta Pusat, Rabu
(12/4/2017).
Jaksa KPK menilai uang tersebut diperuntukkan untuk mempercepat penyelesaian permasalahan
pajak (restitusi), Surat Tagihan Pajak Pertambahan Nilai (STP PPN), penolakan pengampunan
pajak atau tax amnesty, pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP) dan pemeriksaan
bukti permulaan (Bukper) pada Kantor Pelayanan Pajak Penanaman Modal Asing (KPP PMA Enam)
Kalibata dan Kantor Kanwil DJP Jakarta Khusus.
Selain itu, jaksa KPK menyebut beberapa permasalahan perpajakan sepanjang Januari 2012 hingga
Desember 2014. Ramapanicker alias Mohan pada 26 Agustus mengajukan permohonan restitusi ke
KPP PMA Enam dengan junlah Rp 3,5 miliar. Lalu pada Juni 2016, KPP PMA Enam memberikan
imbauan kepada PT EKP untuk melunasi hutang PPN pembelian kacang mete gelondong tahun
2014 sebesar Rp 36,8 miliar.
Kemudian, pada 19 Agustus 2016 Chief Accountant PT EKP Siswanto memenuhi undangan Kepala
KPP PMA Enam Jhonny Sirait yang selanjutnya disarankan untuk mengikuti program tax amnesty.
Namun, hingga batas waktu yang ditentukan PT EKP tidak mengajukan tax amnesty.
Lalu pada 26 Agustus 2016 pemeriksa pajak KPP PMA Enam awalnya berkesimpulan dapat
memenuhi pengajuan restitusi PT EKP, kemudian Jhony menginstruksikan menolak hal tersebut
karena tidak dapat diyakini kebenarannya dan berpotensi merugikan keuangan negara.
Selanjutnya, Jhonny berpesan agar PT EKP mengikuti program tax amnesty. Akan tetapi, saat
Mohan memasukkan Surat Pernyataan Harta (SPH) sebagai salah satu syarat tax amnesty,
permintaan tersebut ditolak karena PT EKP masih memiliki tunggakan pajak yang tercantum dalam
STP PPN tanggal 6 September 2016 untuk masa pajak Desember 2014 sebesar Rp 52,3 miliar.
Dalam dakwaan tersebut, Kepala Kantor KPP PMA Enam Soniman pada tanggal 20 September
mengeluarkan Surat Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (PKP). Selanjutnya atas
saran Muhammad Haniv selaku Kepala Kantor Wilayah DJP Jakarta Khusus menyampaikan
permohonan pembatalan STP PPN kepada Dirjen Pajak melalui Kepala PMA Enam karena Mohan
tidak setuju apabila para pedagang pengumpul menjadi PKP sehingga seharusnya tidak ada PPN
yang terutang dan pembebanan pembayaran PPN.
Lalu Muhammad Haniv sempat bertemu dengan terdakwa dengan menyampaikan keinginan Arif
Budi Sulistyo (rekan Mohan) untuk mempertemukan dengan Dirjen Pajak Ken Dwijugiasteadi.
Dalam pertemuan itu, Mohan sempat mengajukan permohonan pembatalan STP sebesar Rp 52,3
miliar dan permasalahan perpajakan lainnya.
Dalam pertemuan itu, Mohan menyampaikan agar permasalahan pajaknya dipercepat agar
perusahaannya bisa mengikuti tax amnesty. Dalam pertemuan itu, Mohan menjanjikan akan
memberikan uang sejumlah 10 persen dari total nilai STP PPN senilai Rp 52,3 miliar.
"Setelah negosiasi antara terdakwa dan Ramapanicker bersepakat uang yang akan diberikan
dibulatkan menjadi Rp 6 miliar," ungkapnya.
Selanjutnya, Mohan menyanggupi pemberian uang itu diberikan bertahap. Kemudian pada 21
November 2016, uang senilai Rp 1,9 miliar atau USD 148,5 miliar akhirnya sepakat akan diserahkan
ke Handang.
Jaksa mengatakan ada fakta baru dalam peristiwa tersebut yaitu Handang sempat berkomunikasi
dengan ajudan Dirjen Pajak Ken, bernama Andreas Setiawan alias Gondres. Isi pesan tersebut
intinya meminta izin untuk mengambil uang yang telah disiapkan Mohan dan menunggu di kantor
Ditjen Pajak.
"Terdakwa mendatangi rumah Ramapanicker di Kemayoran dan kemudian menerima paper bag
warna hitam yang berisi uang sebesar USD 148.500. Beberapa saat kemudian Andreas kembali
menghubungi terdakwa menginformasikan pindah ke restoran Monty's," kata Ali.
Tidak lama kemudian beberapa petugas KPK mengamankan Handang dan Mohan beserta barang
buktinya. Jaksa menyebut perbuatan Handang diancam pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 12
huruf a UU nomor 20 tahun 2001 tentang pemberantasan tindak pidana korupsi.

Analisa

1. terjadi pelanggaran kode etik ikatan konsultan pajak indonesia pasal 2 yang menyatakan
melakukan tugas profesi dengan penuh tanggung jawab, dedikasi tinggi dan independen.
dengan adanya kasus ini kpp tidak melaksanakan tanggung jawab sehingga terjadi kerugian
negara.

2. terjadi pelanggaran kode etik ikatan konsultan pajak indonesia pasal 7 yang menyatakan
menolak permintaan wajib pajak untuk melakukan rekayasa pajak atau perbuatan yang
bertentangan dengan undang-undang perpajakan. kasus ini terjadi penyuapan antara
perusahaan dan kpp yang merupakan tidakan yang dilarang dalam undang-undang.

You might also like