You are on page 1of 47

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Besar dan luasnya permasalahan akibat TB mengharuskan kepada semua
pihak untuk dapat berkomitmen dan bekerjasama dalam melakukan
penanggulangan TB. Kerugian yang diakibatkannya sangat besar, bukan hanya
dari aspek kesehatan semata tetapi juga dari aspek sosial maupun ekonomi.
Dengan demikian TB merupakan ancaman terhadap cita-cita pembangunan
meningkatkan kesejahteraan rakyat secara menyeluruh. Karenanya perang
terhadap TB berarti pula perang terhadap kemiskinan, ketidakproduktifan, dan
kelemahan akibat TB.

Di Indonesia TB merupakan penyebab kematian utama dan angka


kesakitan dengan urutan teratas setelah ISPA. Indonesia menduduki urutan ketiga
setelah India dan China dalam jumlah penderita TB di dunia. Jumlah penderita TB
paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat. Saat ini setiap menit
muncul satu penderita baru TB paru dan setiap dua menit muncul satu penderita
baru TB paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali satu orang
meninggal akibat TB di Indonesia. Mengingat besarnya masalah TB serta luasnya
masalah semoga tulisan ini dapat bermanfaat.

B. Rumusan Masalah
Bagaimana upaya pendekatan kedokteran keluarga terhadap Nn. A
dalam menangani permasalahan penderita tuberkulosis?
C. Tujuan
Mengetahui upaya pendekatan kedokteran keluarga terhadap Nn.A
dalam menangani permasalahan penderita tuberkulosis.
D. Manfaat
1. Mengetahui upaya pendekatan kedokteran keluarga terhadap Nn.A dalam
menangani permasalahan penderita tuberkulosis.
2. Memberikan pelayanan kesehatan keluargan terhadap terhadap Nn.A dalam
menangani permasalahan penderita tuberkulosis.
3. Meningkatkan pengetahuan penderita dan keluarga mengenai penyakit yang
sedang dialami sehingga dapat mendorong penderita melakukan
pemeriksaan rutin.
3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.Definisi
Penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi bakteri yang menular
dan disebabkan oleh Mycobakterium tuberkulosis yang ditandai dengan
pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi. Penyakit tuberkulosis ini
biasanya menyerang paru tetapi dapat menyebar kehampir seluruh bagian tubuh
termasuk meninges, ginjal, tulang, nodus limfe. Infeksi awalbiasanya terjadi 2-10
minggu setelah pemajanan. Individu kemudian dapat mengalamipenyakit aktif
karena gangguan atau ketidakefektifan respon imun.Dalam jaringan tubuh kuman
ini dapat Dormant, tertidur lama selama beberapa tahun.
Mycobacterium tuberkulosis merupakan kuman aerob yangdapat hidup
terutama di paru / berbagai organ tubuh lainnya yang bertekanan parsialtinggi.
Kuman Tuberkulosis berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan
terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan
Asam (BTA), kuman TB cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat
bertahan hidup beberapa jam ditempat yang gelap dan lembab.
B.Cara Penularan
Sumber penularan adalah penderita TB BTA positif. Pada waktu batuk
atau bersin, penderita menyebarkan kuman keudara dalam bentuk Droplet
(percikan Dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan diudara pada
suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut
terhirup kedalam saluran pernapasan. Selama kuman TB masuk kedalam tubuh
manusia melalui pernapasan, kuman TB tersebut dapat menyebar dari paru
kebagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran linfe,
saluran napas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya.
Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman
yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan
dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif
(tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular.
Kemungkinan seseorang terinfeksi TB ditentukan oleh konsentrasi
droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.
C. Epidemiologi
Organisasi kesehatan dunia memperkirakan bahwa sepertiga populasi
dunia (2 triliyun manusia ) terinfeksi dengan Mycobakterium tuberkulosis. Angka
infeksi tertinggi di Asia Tenggara, Cina, India, Afrika, dan Amerika Latin.
Tuberkulosis terutama menonjol di populasi yang mengalami stress, nutrisi jelek,
penuh sesak, perawatan kesehatan yang kurang dan perpindahan penduduk. Pada
tahun 1995, diperkirakan ada 9 juta pasien TB baru dan 3 juta kematian akibat TB
diseluruh dunia. Diperkirakan 95% kasus TB dan 98% kematian akibat TB
didunia, terjadi pada negara-negara berkembang. Demikian juga, kematian wanita
akibat TB lebih banyak dari pada kematian karena kehamilan, persalinan dan
nifas.
Gambar 1 Insidens TB di dunia (WHO, 2004)

Sekitar 75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif


secara ekonomis ( 15-50 tahun). Diperkirakan seorang pasien TB dewasa, akan
kehilangan rata-rata waktu kerjanya 3 sampai 4 bulan. Hal tersebut berakibat pada
kehilangan pendapatan tahunan rumah tangganya sekitar 20-30%.Jika ia
meninggal akibat TB, maka akan kehilangan pendapatannya sekitar 15 tahun.
Selain merugikan secara ekonomis, TB juga memberikan dampak buruk lainnya
secara sosial stigma bahkan dikucilkan oleh masyarakat.
Penyebab utama meningkatnya beban masalah TB antara lain adalah:
Kemiskinan pada berbagai kelompok masyarakat, seperti pada negara sedang
berkembang.
Kegagalan program TB selama ini
Perubahan demografik karena meningkatnya penduduk dunia dan perubahan
struktur umur kependudukan
Dampak pandemi HIV
Munculnya pandemi HIV/AIDS di dunia menambah permasalahan TB.
Ko infeksi dengan HIV akan meningkatkan risiko kejadian TB secara signifikan.
Pada saat yang sama, kekebalan ganda kuman TB terhadap obat anti TB
(multidrug resistance = MDR) semakin menjadi masalah akibat kasus yang tidak
berhasil disembuhkan. Keadaan tersebut pada akhirnya akan menyebabkan
terjadinya epidemi TB yang sulit ditangani.
D. Faktor Risiko
Hanya sekitar 10% yang terinfeksi TB akan menjadi sakit TB.
Dengan ARTI 1%, diperkirakan diantara 100.000 penduduk rata-rata terjadi
1000 terinfeksi TB dan 10% diantaranya (100 orang) akan menjadi sakit TB
setiap tahun. Sekitar 50 diantaranya adalah pasien TB BTA (+).
Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi pasien TB adalah
daya tahan tubuh yang rendah, diantaranya infeksi HIV/AIDS dan malnutrisi
(gizi buruk).
HIV merupakan faktor risiko yang paling kuat bagi yang terinfeksi TB menjadi
sakit TB. Infeksi HIV mengakibatkan kerusakan luas sistem daya tahan tubuh
seluler (cellular immunity), sehingga jika terjadi infeksi penyerta
(oportunistic), seperti tuberkulosis, maka yang bersangkutan akan menjadi
sakit parah bahkan bisa mengakibatkan kematian. Bila jumlah orang terinfeksi
HIV meningkat, maka jumlah pasien TB akan meningkat, dengan demikian
penularan TB di masyarakat akan meningkat pula.
E. Etiologi
Etiologi penyakit tuberkulosis yaitu oleh kuman Mycobacterium
tuberkulosis.
F.Patogenesis
Kuman dibatukkan atau dibersinkan keluar menjadi droplet nuclei
dalam udara sekitar kita. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas
1 2 jam, tergantung pada ada tidaknya sinar ultaviolet, ventilasi yang buruk
dan kelembaban. Dalam suasana lembab dan gelap, kuman apat tahan berhari
hari sampai berbulan bulan. Bila partikel infeksi ini terisap oleh orang sehat,
ia akan menempel pada saluran napas atau jaringan paru. Partikel dapat masuk
ke alveolar bila ukuran partikel < 5 mikrometer. Kuman akan dihadapi pertama
kali oleh neutrofil, kemudian baru oleh makrofag. Kebanyakkan partikel ini
akan mati atau dibersihkan oleh makrofag keluar dari percabangan
trankeobronkial bersama gerakan silia dengan sekretnya.
Bila kuman menetap di jaringan paru, berkembang biak dalam
sitoplasma makrofag. Disini dapat terbawa masuk ke organ tubuh lainnya.
Kuman yang bersarang di jaringan paru akan berbentuk sarang atau afek primer
atau sarang (fokus) Ghon. Sarang primer ini dapat terjadi di setiap bagian
jaringan paru. Bila menjalar sampai ke pleura, maka terjadilah efusi pleura.
Kuman dapat masuk melalui saluran gastrointestinal, jaringan limfe, orofaring,
dan kulit, terjadi limfadenopati regional kemudian bakteri masuk ke dalam
vena dan menjalar ke seluruh organ seperti paru, otak, ginjal, tulang. Bila
masuk ke arteri pulmonalis maka terjadi penjalaran ke seluruh bagian paru
menjadi TB milier.
Tuberkulosis.Primer
Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman
TB. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati
sistem pertahanan mukosillier bronkus, dan terus berjalan sehinga sampai di
alveolus dan menetap disana. Kuman akan menghadapi pertama kali oleh
neutrofil, kemudian baru makrofag. Kebanyakan partikel ini akan mati atau di
bersihkan oleh makrofag keluar dari percabangan trakeobronkial bersama gerakan
silia dengan sekretnya.
Bila kuman menetap di jaringan paru, berkembang biak dalam sitoplasma
makrofag. Di sini ia akan terbawa masuk ke organ tubuh lainnya. Kuman yang
bersarang di jaringan paru berbentuk sarang tuberkulosa pneumonia kecil dan
di sebut sarang prime atau afek prime atau sarang (fokus) Ghon.
Dari sarang primer akan timbul peradangan saluran getah bening
menuju hilus (limfangitis lokal) dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah
bening hilus (limfadenitis regional). Semua proses ini memakan waktu 3-8
minggu. Kompleks primer ini selanjutnya dapat menjadi:
Sembuh sama sekali tanpa meninggalkan cacat, ini banyak terjadi
Sembuh dengan sedikit meninggalkan bekas berpa garis-garis fibrosis,
kalsifikasi di hilus
Berkomplikasi dan menyebar secara : a). Per kontinuitatum, yakni menyebar
ke skitarnya, b). Secara bronkogen pada paru yang bersangkutan maupun
sebelahnya, c). Secara limfogen, d). Secara hematogen
Tuberkulosis Pasca Primer (Tuberkulosis Sekunder) :
Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau
tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat
terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk. Tuberkulosis pasca primer ini dimulai
dengan sarang dini yang berlokasi di regio atas paru (apikal-posterior lobus
superior atau inferior). Invasinya ke daerah parenkhim dan tidak ke nodus hiler
paru.
Sarang dini ini mula-mula juga berbentuk sarang pneumonia kecil.
Dalam 3-10 minggu sarang ini menjadi tuberkel yakni suatu granuloma yang
terdiri dari sel-sel histiosit dan sel Datia-Langhans (sel besar dengan banyak inti)
yang dikelilingi oleh sel-sel limfosit dan berbagai jaringan ikat.
G. Diagnosis
Gejala Klinik
Demam: biasanya subfebril menyerupai demam influenza, tetapi kadang-
kadang panas badan dapat mencapai 40-410C, demamhilang timbul
Batuk, sifat batuk dimulai dari batuk kering (non-produktif) kemudian setelah
timbul peradangan menjadi produktif (sputum). Keadaan lanjut dapat terjadi
batuk darah
Sesak napas, sesak nafas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut,
yang infiltratnya sudah meliputi setengah bagian paru-paru
Nyeri dada. Nyeri dada timbul bila infiltrate radang sudah sampai ke pleura
sehingga menimbulkan pleuritis
Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun, rasa kurang enak
badan (malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan
Pemeriksaan Fisik
Dapat ditemukan konjungtiva anemis, demam, badan kurus, berat badan
menurun. Tempat kelainan lesi TB paru yang paling dicurigai adalah bagian apex
paru, bila dicurga adanya infiltrate yang luas, maka pada perkusi akan didapatkan
suara redup, auskultasi bronchial dan suara tambahan ronki basah, kasar, dan
nyaring. Tetapi bila infiltrate diliputi penebalan pleura maka suara nafas akan
menjadi vesicular melemah. Bila terdapat kavitas yang luas akan ditemukan
perkusi hipersonor atau tympani.
Pemeriksaan Radiologis
Pada awal penyakit saat lesi masih merupakan sarang-sarang pneumonia,
gambaran radiologis berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas
tidak tegas. Bila lesi sudah diliputi jaringan ikat maka banyangn terlihat berupa
bulatan dengan batas tegas, lesi dikenal sebagai tuberkuloma
Pada kavitas bayangannya berupa cincin yang mula-mula berdiniding
tipis. Lama-lama dinding jadi sklerotik dan terlihat menebal. Bila terjadi fibrosis
terlihat bayangan bergaris-garis. Pada kalsifikasi bayangannya terlihat sebagai
bercak-bercak pada dengan densitas tinggi.
Gambaran radiologis lain yang sering menyertai TB paru adalah
penebalan pleura, efusi pleura, empiema.
Diagnosis Tuberkulosis (TB)
WHO tahun 1991 memberikan criteria :
1) Tuberkulosis paru BTA positif.
Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.
1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada
menunjukkan gambaran tuberkulosis.
1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB
positif.
2) Tuberkulosis paru BTA negatif
Pasien yang pada pemeriksaan sputum tidak ditemukan BTA sedikitnya
pada 2 x pemeriksaan tetapi gambaran radiologis sesuai TB aktif
Pasien yang pada pemeriksaan sputum tidak ditemukan BTA tetapi
pada biakannya positif

ALUR DIAGNOSIS TUBERKULOSIS PARU PADA ORANG DEWASA


H. Klasifikasi
Klasifikasi berdasarkan organ tubuh yang terkena:
1. Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan (parenkim)
paru, tidak termasuk pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus.
2. Tuberkulosis Ekstraparu
Tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura,
selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjarlymfe, tulang, persendian,
kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
Klasifikasi berdasarkan hasil pemeriksaan dahak mikroskopis, yaitu pada TB
Paru:
1. Tuberkulosis paru BTA positif.
a. Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif.
b. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto toraks dada
menunjukkan gambaran tuberkulosis.
c. 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan kuman TB positif.
d. 1 atau lebih spesimen dahak hasilnya positif setelah 3 spesimen dahak SPS
pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada
perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
2. Tuberkulosis paru BTA negatif
Kasus yang tidak memenuhi definisi pada TB paru BTA positif. Kriteria
diagnostik TB paru BTA negatif harus meliputi:
o Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negative
o Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran tuberkulosis.
o Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
o Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi pengobatan.
Klasifikasi berdasar tipe pasien :
a. Kasus Baru Pasien yang belum pernah mendapatkan pengobatan dengan
OAT atau sudah pernah menelan OAT < 1 bulan.
b. Kasus Kambuh (relaps)Pasien yang pernah mendapat pengobatan
Tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap.
c. Kasus Drop OutPasien yang telah menjalani pengobatan >1 bulan dan
tidak meneruskan pengobatan sampai selesai.
d. Kasus Gagal Therapi Pasien dengan BTA (+) yang masih tetap (+)atau
kembali (+) pada akhir bulan ke V atau akhir pengobatan.
e. Kasus Kronik Pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih (+) setelah
selesai pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan pengawasan
yang baik.
f. Kasus Bekas TBPasien riwayat OAT (+) dan saat ini dinyatakan sudah
sembuh.
I.Pengobatan
PENGOBATAN TB PADA KEADAAN KHUSUS
a. Kehamilan
Pada prinsipnya pengobatan TB pada kehamilan tidak berbeda
dengan pengobatan TB pada umumnya. Menurut WHO, hampir semua OAT
aman untuk kehamilan, kecuali streptomisin. Streptomisin tidak dapatdipakai
pada kehamilan karena bersifat permanent ototoxic dan dapat menembus
barier placenta.Keadaan ini dapat mengakibatkan terjadinya gangguan
pendengaran dan keseimbangan yang menetap pada bayi yang akan
dilahirkan. Perlu dijelaskan kepada ibu hamil bahwa keberhasilan
pengobatannya sangat penting artinya supaya proses kelahiran dapat berjalan
lancar dan bayi yang akan dilahirkan terhindar dari kemungkinan tertular TB.
b. Ibu menyusui dan bayinya
Pada prinsipnya pengobatan TBpada ibu menyusui tidak berbeda
dengan pengobatanpada umumnya.Semua jenis OAT aman untuk ibu
menyusui.Seorang ibu menyusui yang menderita TB harus mendapat paduan
OAT secara adekuat. Pemberian OAT yang tepat merupakan cara terbaik
untuk mencegah penularan kuman TB kepada bayinya. Ibu dan bayi tidak
perlu dipisahkan dan bayi tersebut dapat terus disusui. Pengobatan
pencegahan dengan INH diberikan kepada bayi tersebut sesuai dengan berat
badannya.
c. Pasien TB dengan infeksi HIV/AIDS
Tatalaksanan pengobatan TB pada pasien dengan infeksi HIV/AIDS
adalah sama seperti pasien TB lainnya.Obat TB pada pasienHIV/AIDS sama
efektifnya dengan pasien TB yang tidak disertai HIV/AIDS. Prinsip
pengobatan pasien TB-HIV adalah dengan mendahulukan pengobatan TB.
Pengobatan ARV(antiretroviral) dimulai berdasarkan stadium klinis HIV
sesuai dengan standar WHO. Penggunaan suntikan Streptomisin harus
memperhatikan Prinsip-prinsipUniversal Precaution (Kewaspadaan
Keamanan Universal) Pengobatan pasien TB-HIV sebaiknyadiberikan secara
terintegrasi dalam satu UPK untuk menjaga kepatuhan pengobatan secara
teratur. Pasien TB yang berisiko tinggi terhadap infeksi HIV perlu dirujuk
ke pelayanan VCT (Voluntary Counceling and Testing = Konsul sukarela
dengan test HIV).
d. Pleuritis Tuberkulosa
Permulaan penyakit ini terlihat sebagai efusi yang sero-santokrom
dan bersifat eksudat. Penyakit ini kebanyakan terjadi sebagai komplikasi
tuberkulosa paru melalui focus subpleura yang robek atau melalui aliran
getah bening. Sebab lain dapat juga dari robeknya perkijuan ke aras saluran
getah bening yang menuju saluran pleura.
Pengobatan dengan obat-obat anti tuberkulosa (rimfampisin, INH,
pirazinamid, etambutol, streptomisin) memakan waktu 6 12 bulan. Dan cara
pemberian obat obat sama seperti pengobatan tuberkulosa paru,pengobatan
ini menyebabkan cairan efusi dapat diserab kembali, tapi untuk
menghilangkannya eksudat ini dengan cepat dapat dilakukan torakosentesis.
Umumnya cairan diresolusi sempurna, tapi kadan-kadang dapat di berikan
kortikosteroid secara sistemik. (prednisone 1 mg/kg bb selama 2 minggu
kemudian dosis di turunkan secara perlahan)
J.Komplikasi
Penyakit tuberkulosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan
menimbulkan komplikasi. Komplikasi dibagi atas komplikasi dini dan komplikasi
lanjut.
Komplikasi dini pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis, usus, Pancets
arthropathy
Komplikasi lanjut Obstruksi jalan napas SOFT (Sindrom Obstruksi
Pasca Tuberkulosis), kerusakan parenkim berat SOPT/fibrosis paru, kor
pulmonal, amiloidosis, karsinoma paru, sindrom gagal napas dewasa
(ARDS), sering terjadi pada TB milier dan kavitas TB.
K.Prognosis
Dubia et bonam
14

BAB III
HASIL DAN PRIORITAS PERMASALAHAN

A. Karakteristik Demografi Keluarga

Nama Kepala Keluarga : Tn. P


Umur : 58 tahun
Alamat : Grejekan RT 01/ RW 05 Geneng Kec. Gatak Kab.
Sukoharjo
Bentuk Keluarga : ExtendedFamily

Tabel Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal dalam Satu Rumah


No Nama Status L/P Umur Pendidikan Pekerjaan Pasien Keterangan
Klinik
1. Tn. P Bapak L 58thn SMK Petani Tidak -
Pasien
2. Ny.I Kakak P 29 SMK Ibu Tidak -
Pasien thn Rumah
Tangga
3. Tn. B Kakak Ipar L 33 SMK Swasta Tidak -
Pasien thn
4. An. Keponakan P 3 thn - Belum Tidak- -
A Pasien bersekolah
5. Nn. Pasien P 25 SMA Tidak Ya Tuberkulosis
A thn bekerja Paru

Kesimpulan:
Keluarga Tn. P berbentuk Extended family. Nn A merupakan anak dari Tn. P yang
merupakan pasien penderita Tuberkulosis pada paru.
B. Status Penderita
I. Identitas Pasien
Nama pasien : Nn. A
Umur : 25 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Grejekan RT 01/ RW 05 Geneng Kec.
Gatak Kab. Sukoharjo
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Status perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Tanggal pemeriksaan : 23November 2016
No. RM : -

II. Anamnesis
Dilakukan pada tanggal 23 November 2016 jam 09.00 WIB didapat secara
autoanamnesis
a. Keluhan Utama
Pasien kontrol penyakitnya
b. Riwayat Perjalanan Penyakit
Pasien adalah pasien yang datang untuk kontrol di poli umum
Puskesmas Gatak. Pasien datang dengan tujuan utama untuk kontrol
karena pasien memiliki penyakit tuberkulosis paru. Penyakit TB
diketahui pasien sejak 2 bulan yang lalu. Awalnya pasien mengeluh
adanya panas naik turun yang dialami selama dua hari. Sehingga pasien
membawanya berobat ke dokter dan diberitahu bahwa keluhan panas ini
merupakan gejala typus dan diberikan pengobatan untuk typus. Selama 2
hari setelah meminum obat pasien merasa enakan, namun setelah itu
pasien merasa keluhan panas nya timbul kembali sehingga pasien
meminum jamu. Keluhan panas ini kemudian berubah menjadi keluhan
dingin yang dirasakan disekujur tubuh pasien sehingga pasien dibawa
keluarga ke RS PKU Muhammadiyah Surakarta dan di rawat inap disana
selama 3 hari. Oleh dokter, pasien menjalani pemeriksaan radiologis
sehingga diagnosis TB dapat ditegakkan. Keluhan lain yang didapatkan
berupa keringat malam, penurunan berat badan, batuk dan pusing.

c. Riwayat Pribadi
1. Riwayat operasi : disangkal
2. Riwayat sakit jantung : disangkal
3. Riwayat Penyakit Ginjal : disangkal
4. Gastritis : disangkal
5. Alergi obat dan makanan : disangkal
6. Kejang : disangkal
7. Riwayat asma : disangkal
8. Riwayat sakit serupa : disangkal
9. Riwayat Diabetes Mellitus : disangkal
10. Riwayat Hipertensi : disangkal

d. Riwayat Kebiasaan
1. Riwayat kontak pasien TB : diakui
2. Merokok : disangkal
3. Riwayat minum minuman keras : disangkal
4. Riwayat olahraga teratur : disangkal
5. Riwayat pengisian waktu luang : menonton televisi

e. Riwayat keluarga dan lingkungan


Riwayat Keluarga
1. Riwayat penyakit serupa : disangkal
2. Riwayat asma : disangkal
3. Riwayat bronkitis : disangkal
4. Riwayat hipertensi : disangkal
5. Riwayat diabetes melitus : disangkal
6. Riwayat penyakit jantung : disangkal
7. Riwayat sakit ginjal : disangkal
Riwayat Lingkungan
Pasien tinggal bersama dengan bapak, satu kakak kandung, satu
kakak ipar dan satu keponakan. Rumah ini terdiri dari 8 ruangan yaitu 3
kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 gudang, 1 kamar mandi, 1 dapur, 1 halaman
depan. Rumah ini mempunyai 5 pintu untuk keluar masuk, 4 di depan, 1
di bagian belakang serta 2 jendela kaca didepan. Keluarga ini sudah
mempunyai fasilitas MCK keluarga dan fasilitas air dari saluran air yang
disediakan oleh pemerintah dan sumur. Ventilasi rumah kurang dengan
ditunjukkan hanya ada 4 jendela di ruang tamu yang jarang dibuka oleh
penghuni rumah. Kurangnya cahaya matahari yang masuk langsung ke
dalam rumah. Hal ini dapat sebagai media yang baik untuk hidup dan
berkembangnya bibit-bibit penyakit. Rumah pasien terlihat cukup banyak
barang yang diletakkan bertumpuk-tumpuk dan belum rapi. Sumber air
yang digunakan untuk minum, memasak dan mandi dari saluran air dari
pemerintah dan kadang dari sumur. Tidak terdapat pabrik maupun tempat
pembuangan limbah industri di sekitar rumah.Rumah pasien berjarak
kurang dari satu meter dengan tetangganya tanpa ada pagar penghalang,
begitu pula tetangganya yang lain. Di depan rumah pasien terdapat tanah
kosong dengan pohon-pohon yang digunakan untuk menjemur,
membuang sampah dan memelihara ayam. Pasien membuang sampah
dengan caramengumpulkannya didepan rumah dan membakar sampah
tersebut di pengumpuan sampah warga sekitar yang kurang lebih 10
meter dari rumah pasien.

f. Anamnesis Sistem
1. Keluhan Utama : panas naik turun
2. Kepala : pusing (+), rambut kepala tidak rontok,
luka pada kepala (-), benjolan/borok pada kepala (-)
3. Leher : tidak ada keluhan
4. Mata : penglihatan berkurang (-), pandangan dobel
(-)
5. Hidung : tidak ada keluhan
6. Telinga : tidak ada keluhan
7. Mulut : tidak ada keluhan
8. Tenggorokan : tidak ada keluhan
9. Pernafasan : tidak ada keluhan
10. Kardiovaskuler : tidak ada keluhan
11. Gastrointestinal : mual (-), nafsu makan menurun (-)
12. Sistem genitourinaria : BAK 2-3 kali sebelum tidur
13. Neurologi : tidak ada keluhan
14. Psikiatri : emosi labil (-), mudah menangis (-), marah
(-)
15. Muskuloskeletal : kaki kesemutan dan mati rasa

III. Pemeriksaan Fisik


Keadaan umum
Kesadaran : compos mentis, GCS E4V5M6
Kesan status gizi: baik
1. Berat badan : 38,5 kg
2. Tinggi badan : 150 cm
3. BMI : 17
Vital signs
Tekanan Darah : 120/80mmHg
Nadi :80 x/menit
Respirasi rate :20 x/menit
Suhu :36,5C
Pemeriksaan kulit :
Warna : sawo matang, pigmentasi normal
Turgor kulit : normal
Kelembaban : dalam batas normal
Tekstur : dalam batas normal
Edema : tidak ditemukan
Kelainan kulit lain : tidak ditemukan
Pemeriksaan rambut
Warna : hitam
Kelebatan : lebat
Distribusi : merata
Karakteristik lain : dalam batas normal
Pemeriksaan kelenjar limfe
Tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe.
Pemeriksaan fisik
1. Kepala : bentuk mesocephal, wajah simetris, konjungtiva anemis
(-/-), sklera ikterik (-/-), nafas cuping hidung (-).
2. Leher :Retraksi suprasternal (-), deviasi trachea (-),peningkatan
JVP (-), pembesaran kelenjar limfe (-/-).
3. Thorax :
a. Paru-paru
Inspeksi :Simetris, retraksi intercostae (-)
Palpasi :
- Ketinggalan gerak
Depan: Belakang:
- - - -
- - - -
- - - -
- Fremitus
Depan Belakang
N N N N
N N N N
N N N N
Perkusi :
Depan Belakang
S S S S
S S S S
S S S S

S: sonor
Auskultasi :
- Suara dasar vesikuler
Depan Belakang
+ + + +
+ + + +
+ + + +
- Suara tambahan : wheezing (-/-), ronkhi (+/+)

b. Jantung
Inspeksi : ictus kordis tidak tampak.
Palpasi : ictus kordis kuat angkat.
Perkusi : dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler,
bisingjantung tidak ditemukan.

4. Abdomen :
Inspeksi :sejajar dinding dada, spider nevi (-), venektasi (-),
distended (-).
auskultasi :peristaltik (+)
Perkusi :timpani, ascites (-)
Palpasi :supel, lien tidak teraba, hepar dalam batas normal,
nyeri tekan (-)
- - -
- - -
- - -

5. Ekstremitas : Clubbing finger tidak ditemukan, edema tidak


ditemukan, pitting edem tidak ditemukan, bekas luka ulkus pada
kaki kiri.
Pemeriksaan Psikiatri
- Penampilan : Perawatan diri cukup
- Kesadaran : compos mentis GCS E4V5M6
- Afek : meluas
- Psikomotor : normoaktif
- Proses pikir :
Bentuk : realitistik
Isi : waham (-), halusinasi (-), ilusi (-)
Arus : koheren
- Insight : baik
- Penerimaan pasien terhadap sakit: pasien tidak merasa tertekan
terhadap penyakitnya, tidak mengeluhkan susah tidur dan tidak
mudah merasa lelah
Pemeriksaan Neurologi
- Fungsi Luhur : dalam batas normal
- Fungsi Vegetatif : dalam batas normal
- Fungsi Sensorik : dalam batas normal
- Fungsi Motorik : Kekuatan :
5 5
5 5
- Tonus :
5 5
5 5
- Reflek fisiologis :
N N
N N
- Reflek patologis :
- -
- -
IV. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan Radiologis : TB paru lesi luas aktif dengan lesi dominan
pada kedua apeks paru
- Pemeriksaan Laboratorium : Anemia normokromik normositik ( Hb :
9.8)
V. Diagnosis Holistik
1. Biologis : Tuberkulosis Paru
2. Psikologis : kondisi kejiwaan pasien baik
3. Sosial : kondisi lingkungan baik, kondisi rumah kurang baik,
hubungan keluarga kurang baik, pasien mengerti akan penyakitnya dan
pola hidup pasien sudah cukup baik. Untuk status ekonomi pasien dan
tingkat kesejahteraan pasien cukup.
VI. Penatalaksanaan Pada Pasien
1. Non medikamentosa
- Cukup istirahat
- Pemenuhan asupan kalori 1125 kalori dalam sehari dalam bentuk 2
centong nasi, 1 potong tempe/tahu, 1 potong daging & sayur dalam
sekali makan untuk 3 kali.
- Olahraga ringan
2. Medikamentosa
Pasien meminum obat TB berwarna kuning ( fix dose ) 2 hari sekali dari
puskesmas secara rutin
C. Identifikasi Fungsi- Fungsi Keluarga
a. Fungsi Holistik
1. Fungsi Biologis
Merupakan Extended family yang terdiri atas 1 kepala keluarga,
yaitu Tn. P (58 tahun), anak Tn. P yaitu Nn. A (25 tahun) dan Ny.I
(29tahun), Menantu laki-laki Tn.P yaitu Tn.B (33 tahun) `dan Cucu
Tn.P yaitu An.A (3 tahun). Pasien sendiri adalah anak dari Tn. P yaitu
Nn. A (25 tahun) yang merupakan pasien Tuberkulosis Paru. Nn.A
tinggal bersama dengan Keluarga Tn. P.
2. Fungsi Psikologis
Hubungan keluarga di antara mereka terjalin akrab danharmonis,
hal ini terbukti dengan adanya komunikasi yang baik antar anggota
keluarga. Mampu menyelesaikan masalah secara musyawarah. Sewaktu
penderita sakit, keluarga langsung membawa penderita ke layanan
kesehatan terdekat dan menyuruh pasien untuk tidak bekerja sehingga
dapat beristirahat dirumah sampai penyakitnya sembuh.
3. Fungsi Sosial
Sebelum sakit, penderita bekerja sebagai buruh pabrik, sering
berkumpul dengan teman-temannya dan tetangga.Setelah pasien sakit, pasien
tidak bekerja dan hanya berada dirumah. Pasien jarang mengikuti kegiatan
kemasyarakatan diluar rumah.
4. Fungsi Ekonomi dan pemenuhan kebutuhan
Penghasilan Tn. Psekitar Rp. 1.800.000,-/bulan. Penghasilan Tn.A
sekitar Rp. 3.000.000,-/bulan. Total penghasilan dalam keluarga adalah
Rp. 4.800.000,-/bulan. Pasien dan keluarga Tn. P sehari-harinya makan
sebanyak 3x, dengan nasi, sayur dan lauk pauk seperti telur, tahu, tempe,
kadang-kadang dilengkapi buah.
Kesimpulan :
Keluarga Nn.A yang berbentuk Extended Family, dengan Tn.Psebagai
seorang kepala rumah tangga. Pasien adalah anak dari Tn. P yaitu Nn. A
yang menderita Tuberkulosis Paru. Fungsi psikologis,fungsi sosialdan
fungsi ekonomi dari pasien baik.
b. Fungsi Fisiologis
Untuk menilai fungsi fisiologis digunakan APGAR Score. APGAR
Score adalah skor yang digunakan untuk menilai fungsi keluarga ditinjau dari
sudut pandang setiap anggota keluarga terhadap hubungannya dengan
anggota keluarga yang lain. APGAR Score meliputi :
1. Adaptasi
Kemampuan anggota keluarga tersebut beradaptasi dengan anggota
keluarga yang lain, serta penerimaan, dukungan dan saran dari anggota
keluarga yang lain.
2. Partnership
Menggambarkan komunikasi, saling membagi, saling mengisi antara
anggota keluarga dalam segala masalah yang dialami oleh keluarga
tersebut.
3. Growth
Menggambarkan dukungan keluarga terhadap hal-hal baru yang
dilakukan anggota keluarga tersebut.
4. Affection
Menggambarkan hubungan kasih sayang dan interaksi antar anggota
keluarga.
5. Resolve
Menggambarkan kepuasan anggota keluarga tentang kebersamaan dan
waktu yang dihabiskan bersama anggota keluarga yang lain.
Terdapat tiga kategori penilaian yaitu: nilai rata-rata 5 kurang, 6-7 cukup
dan 8-10 adalah baik.
TabelAPGAR score Tn . P
APGAR Tn. P Terhadap Keluarga Sering Kadang Jarang/
/selalu -kadang Tidak
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke

keluarga saya bila saya menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah

hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan

merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan

saya membagi waktu bersama-sama
Tabel APGAR score Ny. I
APGAR Ny Terhadap Keluarga Sering Kadang Jarang
/selalu -kadang /tidak
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke

keluarga saya bila saya menghadapi masalah.
P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya.
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan saya

untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru.
A Saya puas dengan cara keluarga saya
mengekspresikan kasih sayangnya dan

merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan
saya membagi waktu bersama-sama
Tabel APGAR score Tn. B
APGAR Tn.A Terhadap Keluarga Sering Kadang Jarang/
/selalu -kadang Tidak
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke

keluarga saya bila saya menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan
saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan saya
untuk melakukan kegiatan baru atau arah
hidup yang baru

A Saya puas dengan cara keluarga saya


mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan
saya membagi waktu bersama-sama

APGAR score keluarga Tn. P = (9+6+8) : 3 = 7


Kesimpulan :
Fungsi fisiologis keluarga Tn. P dinilai cukup, dalam arti hubungan antar
anggota keluarga masih perlu untuk ditingkatkan.
c. Fungsi Patologis
Fungsi patologis dari keluarga Tn. P dinilai dengan menggunakan alat
SCREEM sebagai berikut :

Tabel SCREEM keluarga penderita


SUMBER PATHOLOGY
Pasien jarang berkumpul atau berkomunikasi dengan salah satu
Social anggota keluarga. Sosialisasi dengan masyarakat kurang baik
setelah pasien sakit.
Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, dapat dilihat
Culture pada pergaulan mereka yang masih menggunakan bahasa Jawa
sebagai bahasa sehari-hari.
Religious Beragama dan memiliki pemahaman terhadap ajaran agama,
ketaatan ibadah cukup.
Ekonomi keluarga ini tergolong cukup dengan total
Economic
penghasilan dalam keluarga sebesar Rp.4.800.000,-/bulan
Tingkat pendidikankeluarga ini cukup, dimana pendidikan Tn. P,
Educational
Nn. A. Ny. I, dan Tn.B lulusan SMK.
Keluarga ini sudah mengikuti program dari BPJS baik keluarga
Medical Tn. P dan Nn.A sering melakukan kontrol rutin terhadap penyakit
yang di derita.

Kesimpulan Keluarga Tn. Pmempunyai fungsi patologis pada bidang


sosial. Sedangkan untuk fungsi patologis lain pada culture, religius, economic,
educational maupun medicaltidak di dapatkan.
d. Pola Interaksi Keluarga
Diagram Pola interaksi keluarga Tn. P

Tn. P (58 tahun)

Nn. A (26tahun) Ny. I (29 tahun)

Tn.B (33 tahun) An. A (3 tahun)

Keterangan :

Hubungan baik

Hubungan tidak baik

Hubungan Kurang baik

Kesimpulan
Hubungan antar keluarga terjalin dengan baik, kecuali hubungan antara Nn. A
dengan Tn. P dan Tn. B mengalami hubungan yang kurang baik

e. Genogram Keluarga
Alamat lengkap : Grejekan RT 01/RW 05 Geneng Kec. Gatak Kab.
Sukoharjo
Bentuk Keluarga : Extended Family
Diagram Genogram keluarga Tn. P

Gambar 3. Diagram Genogram keluarga Tn. P


Sumber : Data Primer, 23 November 2016

Keterangan :

= perempuan DM = Diabetes Mellitus

= laki-laki

= meninggal = pernikahan

= pasien

Kesimpulan:
1. Penyakit TB tidak ditemukan pada anggota keluarga lainnya
2. Tidak didapatkan penyakit menular
D. Identifikasi Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan
a. Identifikasi Faktor Perilaku Dan Non Perilaku Keluarga
1. Faktor Perilaku Keluarga
Dari keterangan yang kami dapatkan, menurut keluarga keterangan
sehat adalah dimana seseorang tersebut dapat melakukan aktivitas sehari-
hari dan mampu bekerja serta tidak merasakan keluhan apapun dalam
dirinya. Namun keluarga ini masih kurang mengetahui bagaimana untuk
menciptakan kondisi sehat tersebut dari gaya hidup dan lingkungan pasien.
Keluarga mengetahui tentang penyakit tuberkulosis yang menderita Nn. A,
namun kurangnya kesadaran Nn. A tentang pengaruh penularan penyakit
tuberkulosis.
Dalam keluarga Tn.Papabila ada anggota yang merasakan tidak
enak badan biasanya mereka segera berobat di pelayanan kesehatan,
Kebiasaan yang dilakukan pertama kali datang ke puskesmas
terdekat.Keluarga pasien Ny.A, kurang mendukung kesembuhan
penyakitnya, meskipun Ny. I menjadi Pengawas Minum Obat (PMO)
untuk Nn. A, namun Nn. A tetap minum obat sendiri dengan kurangnya
pengawasan dari kakaknya. Selain itu juga dengan ditampakkan anak Ny. I
yang selalu diasuh di dekat Nn. A yang sedang menderita penyakit
tuberkulosis. Hal ini akan memudahkan penularan langsung TB terhadapa
anak Ny. I. Nn. A juga kurang memperhatikan diet makannya, sehingga
BB nya sering turun.
2. Faktor Non Perilaku
Pada keluarga Tn.P, tidak terdapat yang memiliki penyakit atau
keluhan yang sama yang dirasakan oleh Nn. A. Tidak terdapat penyakit
keturunan yang diturunkan dari keluarga Nn.A.
Rumah yang dihuni oleh keluarga belum memenuhi standart
kesehatan. Luas bangunan sudah cukup untuk dihuni 5 orang,
pencahayaankurang di setiap ruang seperti kamar, dapur dan kamar mandi.
Namun halaman dari rumah pasien luas dan terdapat sedikit genangan air
dan terdapat binatang unggas ternak di teras rumah pasien. Untuk
kebutuhan air mandi, memasak maupun untuk minum diperoleh dari
saluran air yang disediakan pemerintah.

Diagram Faktor Perilaku dan Faktor Non Perilaku Keluarga Tn. P terhadap
Nn. A
Pengetahuan: keluarga Lingkungan: keadaan rumah
kurang memahami belum memenuhi syarat
penyakit TB penderita kesehatan. Pencahayaan
kurang.

Keturunan: Tidak terdapat


Sikap: Pola makan dan
Keluarga
Nn. ANy. T penyakit keturunan pada
minum obat pasien keluarga
kurang diatur oleh
keluarga penderita
Tindakan: Kakak Nn.A Pelayanan Kesehatan : Jika
kurang memperhatikan ada anggota keluarga sakit
kesehatan pasien diperiksakan ke Puskesmas

Faktor Perilaku

Faktor Non Perilaku

Kesimpulan :
Identifikasi faktor perilaku keluarga Tn.P terhadap Nn.A yaitu keluarga
kurang memahami penyakit penderita dengan ditunjukkan pasien yang
belum mengetahui penularan dan kontak kuman TB serta Ny.I yang
membiarkan anaknya diasuh Nn.A sehingga memudahkan kontak
penularan TB, pola makan dan minum obat pasien kurang diatur oleh
keluarga penderita. Anggota keluarga, terutama kakak perempuan pasien
Ny. I kurang memperhatikan kesehatan pasien sehingga untuk minum obat
biasanya Nn. A minum obat sendiri tanpa pengawasan PMO dan anak Ny.
I yang mudah terkena penularan langsung kuman TB dari Nn.A yang
sering mengasuh dan dekat dengan anak Ny.I. Faktor non perilaku, rumah
Nn.A belum memenuhi rumah sehat. Ventilasi rumah kurang dengan
ditunjukkan hanya ada 4 jendela di ruang tamu yang jarang dibuka oleh
penghuni rumah. Kurangnya cahaya matahari yang masuk langsung ke
dalam rumah. Hal ini dapat sebagai media yang baik untuk hidup dan
berkembangnya bibit-bibit penyakit. Sumber air yang digunakan untuk
minum, memasak dan mandi dari saluran air dari pemerintah dan kadang
dari sumur. Pasien membuang sampah dengan cara mengumpulkannya di
depan rumah dan membakar sampah tersebut di pengumpuan sampah
warga sekitar yang kurang lebih 10 meter dari rumah pasien. Tidak
terdapat penyakit keturunan pada anggota keluarga. Jika ada anggota
keluarga yang sakit, langsung diperiksakan ke Puskesmas atau Pelayanan
Kesehatanterdekat.
b. Identifikasi Lingkungan Rumah
1. Lingkungan Rumah
Keluarga ini tinggal di sebuah rumah berukuran 12 x 7 m2 yang
berdempetan dengan rumah tetangganya disebuah perkampungan
menghadap ke Selatan. Memiliki pekarangan rumah, dengan pagar
pembatas, terdapat genangan air di pekarangan rumah depan dan hewan
unggas berkeliaran di teras rumah. Pembuangan sampah di luar rumah
dilakukan dengan cara dibakar.
Dinding rumah terbuat dari batu bata yang sudah dilapisi dengan
semen dan cat sedangkan lantai rumah terbuat dari keramik. Rumah ini
terdiri dari 10 ruangan yaitu ruang tamu, 3 kamar tidur,ruang TV, satu
dapur,satu ruang makan, dua kamar mandi, dan ruang untuk menjemur
pakaian. Rumah ini mempunyai dua pintu untuk keluar masuk serta tiga
jendela kayu didepan. Keluarga ini sudah mempunyai fasilitas MCK
keluarga dan fasilitas air dari saluran air yang disediakan oleh pemerintah.
Ventilasi udara belum tersedia di setiap kamar tetapi tidak ada jendela di
kamar, kamar mandi dan ruang tamu dengan kondisi kurang baik untuk
pertukaran udara karena jendela rumah selalu tertutup. Rumah penderita
tidak terlalu terang terutama bagian dalam karena tidak ada jendela di
dalamnya dan kurangnya cahaya yang masuk ke dalam rumah. Rumah
pasien terlihat berantakan. Rumah pasien terlihat banyak barang namun
diletakkan di sudut ruangan seperti gudang
Diagram 4. Denah RumahNn. A

Kesimpulan :
Lingkungan rumah belum memenuhi rumah sehat

E. Daftar Masalah
a. Masalah Medis :
1. Tuberkulosis
b. Masalah Non Medis :
1. Anggota keluarga tidak ada menderita penyakit TB
2. Kepedulian keluarga terhadap penyakit penderita kurang dengan
ditunjukkan tanpa ada pengawas minum obat dari keluarga
3. Salah satu anggota keluarga kurang peduli terhadap kesehatan pasien.
4. Rendahnya tingkat pengetahuan kesehatan.
5. Rumah belum memenuhi syarat rumah sehat
c. Diagram Permasalahan Pasien
Diagram Permasalahan Pasien

1. Pola hidup pasien 2. Salah satu anggota keluarga


buruk kurang peduli terhadap pasien.

Nn. A 25 tahun

TUberkulosis

4. Rumah tidak 3. Rendahnya tingkat


memenuhi syarat pengetahuan kesehatan
rumah sehat

Tabel Matriks Prioritas Masalah


No. Daftar Masalah I T R Jumlah
P S SB Mn Mo Ma IxTxR
1. Pola hidup pasien 5 5 2 3 3 3 5 6750
buruk (II)
2. Salah satu anggota 3 4 3 3 3 4 3 3888
keluarga tidak peduli (III)
terhadap kesehatan
pasien.
3. Tingkat pengetahuan 5 5 5 3 5 3 5 28.125
yang rendah tentang (I)
kesehatan
4. Rumah tidak 5 5 5 3 2 5 5 18.750
memenuhi syarat (IV)
rumah sehat

Keterangan :
I : Importancy (pentingnya masalah)
P : Prevalence (besarnya masalah)
S : Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)
SB : Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)
T : Technology (teknologi yang tersedia)
R : Resources (sumber daya yang tersedia)
Mn : Man (tenaga yang tersedia)
Mo : Money (sarana yang tersedia)
Ma : Material (pentingnya masalah)
Kriteria penilaian :
1 : Tidak Penting
2 : Agak Penting
3 : Cukup Penting
4 : Penting
5 : Sangat Penting
Dari matriks permasalahan terdapat 4 poin masalah yang dirutkan sesuai
dengan tingkat prioritasnya. Poin pertama mengenai tingkat pengetahuan pasien
mengenai kesehatan masih sangat kurang, hal ini berhubungan dengan poin kedua
dalam matriks masalah yaitu keadaan rumah pasien. Pada poin ketiga, salah satu
anggota yang tidak terlalu perduli terhadap kesehatan pasien, hal ini sangat
berhubungan dengan dua poin masalah lain yaitu tingkat pengetahuan pasien yang
nantinya akan membentuk kepedulian salah satu anggota pasien dalam
menanggapi penyakit. Pada poin ke empat terdapat pola hidup pasien, pada poin
disini sangat berhubungan dengan poin 1 dan 2 karena dalam hal ini tingkat
pengetahuan dan kepedulian salah satu anggiota akan membentuk pola hidup
pasien yang baik. Oleh sebab itu, ditekankan prioritas yang di perhatikan dalam
masalah di keluarga pasien ada pada tingkat pengetehauan pasien terhadap
penyakitnya.
Adapun cara yang bisa di lakukan untuk meningkatkan pengetahuan
penderita mengenai penyakit yang sedang dialaminya melalui edukasi, sehingga
penderita bisa selalu rutin mengambil dan meminum obat sampai pengobatan
selesai di puskesmas, mengurangi pikiran yang berat terhadap masalah-
masalahnya, menjaga pola makan. Edukasi bagi keluarga, terutama bagi salah satu
anggota keluarga yang kurang peduli diberikan edukasi tentang bahayanya
penyakit yang pasien derita, diberikan pengertian dan mediasi antara pasien dan
keluarga untuk bisa lebih peduli terhadap penyakit pasien, pengertian terhadap apa
yang diinginkan pasien. Memberikan pengertian kepada keluarga untuk selalu
mendukung dan mendorong penderita agar bisa mengendalikan penyakitnya.
Memberitahuan kepada keluarga bagaiman mencegah agar tidak tertular salah
satunya dengan mengusahakan merubah kondisi rumah dengan membuka jendela
setiap hari, membuang sampah pada tempat. Diharapkan dengan peningkatan
pengetahuan penderita dan keluarga, mampu secara rutin tetap kontrol di
puskesmas. Selain itu juga diharapkan akan terjadi membantu penderita dalam
mengendalikan penyakit dan mencegah terjadinya komplikasi yang lebih buruk.
Karena pada dasarnya, sangat penting untuk adanya pengetahuan dan kepedulian
yang tinggi tidak hanya dari pasien saja, tetapi juga dari anggota keluarga pasien
yang merupakan lini pertama dalam mengawasi perkembangan penyakit yang di
derita pasien.
39

BAB IV
PEMBAHASANHUBUNGAN PRIORITAS MASALAH DENGAN
PENYAKIT PASIEN

A. Masalah Medis
1. Tuberkulosis Paru

B. Masalah Non Medis


1. Anggota keluarga tidak ada menderita penyakit TB
2. Kepedulian keluarga terhadap penyakit penderita kurang dengan
ditunjukkan tanpa ada pengawas minum obat dari keluarga
3. Rendahnya tingkat pengetahuan kesehatan.
4. Lingkungan rumah tidak memenuhi syarat rumah sehat

1. Faktor perilaku:
a. Anggota keluarga tidak ada menderita penyakit TB
b. Kepedulian keluarga terhadap penyakit penderita kurang dengan
ditunjukkan tanpa ada pengawas minum obat dari keluarga
c. Rendahnya tingkat pengetahuan kesehatan.
2. Faktor non perilaku:
a. Lingkungan rumah kurang memenuhi syarat rumah sehat.

C. Hubungan Prioritas Masalah dengan Tuberkulosisyang diderita Nn. A


1. Tingkat pengetahuan yang rendah dan sikap Nn. A kurang
memperhatikan kesehatannya dan kurang pengetahuan tentang bahaya
dari penyakitnya dan komplikasi.
2. Kepedulian dari keluarga terhadap penyakit penderita kurang dan pola
hidup pasien buruk dari keluarga pasien, keluarga tidak peduli
terhadap penyakit yang diderita pasien, sehingga keluarga seharusnya
mendukung dan mendorong penderita agar bisa mengendalikan
penyakitnya.
3. Pengelolaan tuberkulosis dilakukan dengan pengendalian kuman dengan
mengajarkan bagaimana kondisi rumah sehat dan merubah perilaku.
Penatalaksanaan TB meliputi edukasi, intervensi farmakologis, preventif,
dan rehabilitasi.

Pengetahuan penderita dan keluarga mengenai penyakit TB Nn. A


masih sangat kurang sehingga menyebabkan peningktan penyebaran kontak
TB. Disamping itu keadaan rumah pasien yang tidak memenuhi kriteria
rumah sehat dapat meningkatkan penularan dari penyakit Nn. A.
Pengobatan TB dilakukan dengan pengendalian bakteri
Mycobacterium Tuberkulosis melalui pengobatan TB. Pilar penatalaksanaan
DM meliputi edukasi, preventif dengan penemuan pasien Tuberkulosis,
pengobatan, dan rehabilitasi.
41

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan tinjauan pustaka yang ada penulis dapat
membuat kesimpulan bahwa pasien memiliki beberapa permasalahan
diantaranya adalah :
1. Diagnosis Biologis : Tuberkulosis paru
2. Diagnosis Psikologis : Kondisi kejiwaan pasien baik
3. Diagnosis Sosial : Kondisi lingkungan baik, kondisi
rumah kurang baik, hubungan pasien dengan salah satu anggota keluarga
kurang baik, pasien kurang mengetahui penyakitnya, status ekonomi
pasien dan tingkat kesejahteraan cukup.

B. Saran
Dari permasalahan yang ada penulis menyarankan beberapa yang dapat
menyelesaikan permasalahan yang di alami pasien diantaranya adalah :
1. Promotif
Meningkatkan pengetahuan penderita dan keluarga mengenai
penyakit yang sedang dialaminya melalui edukasi terhadap penderita dan
keluarga sehingga penderita bisa terdorong untuk kontrol dan meminum
obat secara ke puskesmas. Memberikan pengertian kepada keluarga untuk
selalu mendukung dan mendorong penderita agar bisa mengendalikan
penyakitnya. Diharapkan dengan peningkatan pengetahuan penderita dan
keluarga, mampu menumbuhkan kesadaran dalam diri penderita dan
keluarga untuk selalu memeriksakan penyakitnya secara rutin. Selain itu
juga diharapkan akan terjadi perubahan gaya hidup dari keluarga yang akan
membantu penderita dalam mengendalikan penyakit dan mencegah
terjadinya komplikasi yang lebih buruk.
2. Preventif
- Penderita memakai masker
- Jauhi kontak langsung dengan penderita seperti tidak memakai
peralatan makan bersama
- Makan-makanan yang bergizi dan seimbang
- Jauhkan anak-anak dengan penderita TB dewasa
- Membuka jendela atau pintu di seluruh rumah ketika pagi hari agar
penularan kuman TB dapat dikendalikan
3. Kuratif
Pengobatan Tuberkulosis Paru dengan OAT Fix Dose yang telah disediakan
di Puskesmas
4. Rehabilitatif
Olahraga ringan
DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. 2013.


Riset Kesehatan Daerah (Riskesdas) 2013.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2015. Buku Saku Kesehatan Triwulan 3
Tahun 2015.

Direktorat P2PL Kementrian Kesehatan RI. 2011. Strategi Nasional Pengendalian


TB di Indonesia Tahun 2011-2015

Kementrian Kesehatan RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2015.

World Health Organization. 2016. Global Tuberculosis Report 2016.


Lampiran
Foto Ruangan dan Lingkungan Rumah

1. Tampak halam depan rumah

2. Ruang Keluarga dan Tempat Tidur


3. Dapur dan Ruang Makan

4. Tampak belakang rumah dan kamar mandi

5. Gudang

You might also like