Professional Documents
Culture Documents
RANCANGAN PERATURAN
DAERAH KABUPATEN
JEMBRANA
TENTANG PENYELENGGARAAN
PELAYANAN PUBLIK
1
KATA PENGANTAR
2
DAFTAR ISI
Narasi Pengantar .. ii
Daftar Isi .. iv
Daftar Tabel .. vii
BAB I PENDAHULUAN.. 1
A. Latar Belakang 1
B. Identifikasi Masalah 6
C. Tujuan dan Kegunaan. 6
D. Metode.. 8
BAB II KAJIAN TEORITIS. 13
A Kajian Teoritis 13
B Kajian terhadap asas / prinsip yang terkait
dengan penyusunan norma. 15
C Kajian Kajian terhadap praktik
penyelenggaraan, kondisi yang ada, serta
permasalahan yang dihadapi masyarakat 20
D Kajian terhadap implikasi penerapan sistem
baru yang akan diatur dalam Peraturan Daerah
terhadap aspek kehidupan masyarakat dan
dampaknya terhadap aspek beban keuangan
daerah. 24
BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERATURANPERUNDANG-
UNDANGAN TERKAIT. 25
A Kondisi Hukum Dan Satus Hukum Yang Ada
B Keterkaitan Dengan Peraturan Perundang-
Undangan Yang Lain........................................ 28
BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN
3
YURIDIS............................................ 32
A. Pandangan Akhli dan UU 12/2011. 32
BAB V JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG
LINGKUP MATERI MUATAN PERATURAN DAERAH 40
A Ketentuan Umum 40
B Materi Yang Akan Diatur........ 42
BAB VI PENUTUP. 44
A Simpulan .. 44
B Saran 45
4
DAFTAR TABEL
5
6
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
3
(1) Ruang lingkup pelayanan publik meliputi pelayanan barang
publik dan jasa publik serta pelayanan administratif yang diatur
dalam peraturan perundang-undangan.
(2) Ruang lingkup sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
pendidikan, pengajaran, pekerjaan dan usaha, tempat tinggal,
komunikasi dan informasi, lingkungan hidup, kesehatan,
jaminan sosial, energi, perbankan, perhubungan, sumber daya
alam, pariwisata, dan sektor lain yang terkait.
(3) Pelayanan barang publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
a. pengadaan dan penyaluran barang publik yang dilakukan
oleh instansi pemerintah yang sebagian atau seluruh dananya
bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara
dan/atau anggaran pendapatan dan belanja daerah;
b. pengadaan dan penyaluran barang publik yang dilakukan
oleh suatu badan usaha yang modal pendiriannya sebagian
atau seluruhnya bersumber dari kekayaan negara dan/atau
kekayaan daerah yang dipisahkan; dan
c. pengadaan dan penyaluran barang publik yang
pembiayaannya tidak bersumber dari anggaran pendapatan
dan belanja negara atau anggaran pendapatan dan belanja
daerah atau badan usaha yang modal pendiriannya sebagian
atau seluruhnya bersumber dari kekayaan negara dan/atau
kekayaan daerah yang dipisahkan, tetapi ketersediaannya
menjadi misi negara yang ditetapkan dalam peraturan
perundang-undangan.
(4) Pelayanan atas jasa publik sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
4
dimiliki dalam kegiatan pelayanan publik untuk dikategorikan
sebagai penyelenggara pelayanan publik.
(6) Ruang lingkup sebagaimana dimaksud pada ayat (5) diatur lebih
lanjut dalam peraturan pemerintah.
(7) Pelayanan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:
5
e. pengikutsertaan masyarakat dalam penyelenggaraan
pelayanan publik.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
6
2. Apakah yang menjadi pertimbangan atau landasan filosofis,
sosiologis, yuridis pembentukan Rancangan Peraturan
Daerah Kabupaten Jembran tentang Pelayanan Publik ?.
3. Apakah sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup
pengaturan, jangkauan, dan arah pengaturan dalam
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana tentang
Pelayanan Publik ?.
7
D. METODE PENELITIAN PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK
D.2. MetodePendekatan.
9
D.3. Sumber Bahan Hukum.
Sosialisasi Hukum, Sisi Pelaksanaan UUD 1945 Secara Murni Dan konsekuen
Pidato Pengenalan Jabatan Guru Besar Dalam Bidang Hukum Tata Negara Pada
FH.UNUD, (selanjutnya disebut I Dewa Gede Atmadja II ), hal. 14 .
11
2. Penafsiran Yurisprudensi ; merupakan penafsiran yang
ditetapkan oleh hakim yang hanya mengikat para pihak
yang bersangkutan ;
3. Penafsiran Doktrinal ahli hukum ; merupakan
penafsiran yang diketemukan dalam buku-buku dan
buah tangan para ahli sarjana hukum. Penafsiran ini
tidak mempunyai kekuatan mengikat, namun karena
wibawa ilmiahnya maka penafsiran yang dikemukakan,
secara materiil mempunyai pengaruh terhadap
pelaksanaan undang-undang.
Bertitik tolak dari pandangan Philipus M. Hadjon dan I
Dewa Atmadja di atas, maka untuk membahas persoalan hukum
yang akan dikaji, akan dipergunakan penafsiran otentik,
penafsiran gramatikal dan penafsiran sejarah hukum.
12
BAB II
A. KAJIAN TEORITIS
13
1. Pelayanan publik atau pelayanan umum yang
diselenggarakan oleh organisasi privat, adalah semua
penyediaan barang atau jasa publik yang diselenggarakan
oleh swasta, seperti misalnya rumah sakit swasta, PTS,
perusahaan pengangkutan milik swasta.
2. Pelayanan publik atau pelayanan umum yang
diselenggarakan oleh organisasi publik. Yang dapat dibedakan
lagi menjadi :
14
3. Type pasar. Karakteristik ini menggambarkan jumlah
penyelenggara pelayanan yang ada, dan hubungannya dengan
pengguna/klien.
4. Locus kontrol. Karakteristik ini menjelaskan siapa yang
memegang kontrol atas transaksi, apakah pengguna
ataukah penyelenggara pelayanan.
5. Sifat pelayanan. Hal ini menunjukkan kepentingan
pengguna atau penyelenggara pelayanan yang lebih
dominan.
15
penjelasan pasal dimaksud. Dalam pembentukan peraturan
perundang-undangan yang baik, asas yang bersifat formal
pengertiannya dapat dikemukakan dalam tabel berikut.
Tabel 1 : Asas Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
Yang Baik, Yang Bersifat Formal (berdasarkan Pasal 5 UU
12/2011 dan Penjelasannya)
Pasal 5 UU 12/2011 Penjelasan Pasal 5 UU 12/2011
Dalam membentuk
Peraturan Perundang-
undangan harus
dilakukan
berdasarkan pada
asas Pembentukan
Peraturan Perundang-
undangan yang baik,
yang meliputi:
a. kejelasan tujuan bahwa setiap Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan (PPu) harus
mempunyai tujuan yang jelas yang
hendak dicapai.
b. kelembagaan atau bahwa setiap jenis PPu harus dibuat
pejabat oleh lembaga negara atau pejabat
pembentuk yang Pembentuk PPu yang berwenang. PPu
tepat tersebut dapat dibatalkan atau batal
demi hukum apabila dibuat oleh
lembaga negara atau pejabat yang
tidak berwenang.
c. kesesuaian antara bahwa dalam Pembentukan PPu harus
jenis, hierarki, benar-benar memperhatikan materi
dan materi muatan yang tepat sesuai dengan
muatan jenis dan hierarki PPu.
d. dapat bahwa setiap Pembentukan PPu harus
dilaksanakan memperhitungkan efektivitas PPu
tersebut di dalam masyarakat, baik
secara filosofis, sosiologis, maupun
yuridis.
e. kedayagunaan bahwa setiap PPu dibuat karena
dan memang benar-benar dibutuhkan dan
kehasilgunaan bermanfaat dalam mengatur
kehidupan bermasyarakat, berbangsa,
dan bernegara.
f. kejelasan bahwa setiap PPu harus memenuhi
rumusan persyaratan teknis penyusunan PPu,
sistematika, pilihan kata atau istilah,
serta bahasa hukum yang jelas dan
16
mudah dimengerti sehingga tidak
menimbulkan berbagai macam
interpretasi dalam pelaksanaannya.
g. Keterbukaan bahwa dalam Pembentukan PPu mulai
dari perencanaan, penyusunan,
pembahasan, pengesahan atau
penetapan, dan pengundangan
bersifat transparan dan terbuka.
Dengan demikian, seluruh lapisan
masyarakat mempunyai kesempatan
yang seluas-luasnya untuk
memberikan masukan dalam
Pembentukan PPu.
Sumber: Diolah dari Pasal 5 UU 12/2011 dan Penjelasan
17
harus mencerminkan sifat dan
watak bangsa Indonesia yang
majemuk dengan tetap menjaga
prinsip Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
d. Kekeluargaan bahwa setiap Materi Muatan PPu
harus mencerminkan
musyawarah untuk mencapai
mufakat dalam setiap
pengambilan keputusan.
e. Kenusantaraan bahwa setiap Materi Muatan PPu
senantiasa memperhatikan
kepentingan seluruh wilayah
Indonesia dan Materi Muatan PPu
yang dibuat di daerah merupakan
bagian dari sistem hukum
nasional yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945.
f. Bhinneka Tunggal Ika bahwa Materi Muatan PPu harus
memperhatikan keragaman
penduduk, agama, suku dan
golongan, kondisi khusus daerah
serta budaya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
g. Keadilan bahwa setiap Materi Muatan PPu
harus mencerminkan keadilan
secara proporsional bagi setiap
warga negara.
h. Kesamaan Kedudukan bahwa setiap Materi Muatan PPu
dalam Hukum dan tidak boleh memuat hal yang
Pemerintahan bersifat membedakan
berdasarkan latar belakang,
antara lain, agama, suku, ras,
golongan, gender, atau status
sosial.
i. Ketertiban dan bahwa setiap Materi Muatan PPu
Kepastian Hukum harus dapat mewujudkan
ketertiban dalam masyarakat
melalui jaminan kepastian
hukum.
j. Keseimbangan, bahwa setiap Materi Muatan PPu
Keserasian, dan harus mencerminkan
Keselarasan keseimbangan, keserasian, dan
keselarasan, antara kepentingan
18
individu, masyarakat dan
kepentingan bangsa dan negara.
Ayat (2) antara lain:
PPu tertentu dapat berisi a. dalam Hukum Pidana,
asas lain sesuai dengan misalnya, asas legalitas, asas
bidang hukum Peraturan tiada hukuman tanpa
Perundang-undangan yang kesalahan, asas pembinaan
bersangkutan. narapidana, dan asas praduga
tak bersalah;
b. dalam Hukum Perdata,
misalnya, dalam hukum
perjanjian, antara lain, asas
kesepakatan, kebebasan
berkontrak, dan itikad baik.
Sumber: Diolah dari Pasal 6 ayat (1) dan ayat (2) UU 12/2011 dan
Penjelasan
a. kepentingan umum;
b. kepastian hukum;
c. kesamaan hak;
d. keseimbangan hak dan kewajiban;
e. keprofesionalan;
f. partisipatif;
g. persamaan perlakuan/tidak diskriminatif;
h. keterbukaan;
i. akuntabilitas;
j. fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan;
k. ketepatan waktu; dan
l. kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.
19
b. kepastian hukum;
c. kesamaan hak;
d. keseimbangan hak dan kewajiban;
e. keprofesionalan;
f. partisipatif;
g. persamaan perlakuan/tidak diskriminatif;
h. keterbukaan;
i. akuntabilitas;
j. fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan;
k. ketepatan waktu; dan
l. kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.
Penyusunan Raperda Kabupaten Jembranadidasarkan pada
asas-asas tersebut di atas, baik asas pembentukan peraturan
perundang-undangan yang baik yang formal dan materiil, maupun
asas yang termuat dalam UU Pelayanan Publik dan dalam UU
Pemda .
20
agar seiring dengan tuntutan dan harapan masyarakat terhadap
peningkatan pelayanan publik. Peningkatan kualitas pelayanan
publik dapat dilakukan melalui penyediaan pelayanan publik
sesuai dengan asas-asas umum pemerintahan dan korporasi yang
baik serta memberi perlindungan kepada masyarakat dari
penyalahgunaan wewenang dalam penyelenggaraan pelayanan
publik.
Visi dan misi pelayanan public yang selama ini dalam praktek di
Kabupaten Jembrana antara lain :
13
Kantor Pleyanan Perizinan Terpadu Kabupaten Jembrana, 2014,
Buku Pelayanan Perijinan Terpadu, h. 2-4
21
Tabel 3 : Visi dan Misi
24
BAB III
25
Pembentukan (BPPT) yang mulai beroperasi 1 Mei 2013 lalu
merupakan wujud nyata komitmen kami dalam mempermudah
dan mempercepat pelayanan kepada masyarakat serta mendorong
tumbuhnya iklim investasi yang sehat di Kabupaten Jembrana,
tegas Bupati seraya menambahkan dalam memberikan pelayanan
dan memimpin Jembrana selalu dengan hati yang tulus.
Selain itu menurut Bupati, bahwa dalam upaya untuk
mendapatkan masukan dari masyarakat, Jembrana juga sudah
mengarahkan agar seluruh SKPD untuk melakukan survey Indeks
Kepuasan Masyarakat (IKM).
Peraturan Perundang-undangan yang menjadi dasar hukum
pembentukan Peraturan Daerah Kabupaten Jembranatentang
Pelayanan Publik adalah:
1. Pasal 18 ayat (2) UUD NRI 1945
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun
2009 Tentang Pelayanan Publik (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 112, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5038).
3. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang
Pembentukan Peraturan Perundang-undangan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5234).
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
5. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang
Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah,
Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan
Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara RI Tahun
26
2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Nomor
473 ).
6. Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2012 Tentang
Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009
tentang Pelayanan Publik
7. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan
Reformasi Birokrasi Nomor 36 Tahun 2012 Petunjuk
Teknis Penyusunan, Penetapan, Dan Penerapan Standar
Pelayanan.
8. Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana Nomor 2 Tahun
2008 tentang Urusan Pemerintah Kabupaten
Jembrana(Lembaran Daerah Kabupaten Jembrana
Tahun 2008 Nomor 2).
Pasal 18 ayat (6) UUD 1945 menentukan pemerintahan daerah
berhak menetapkan peraturan daerah dan peraturan- peraturan
lain untuk melaksanakan otonomi dan tugas pembantuan.
Ketentuan ini merupakan landasan hukum konstitusional bagi
pembentukan Peraturan Daerah. Pemerintahan daerah provinsi,
pemerintah daerah kabupaten/kota adalah mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi
dan tugas pembantuan (Pasal 18 ayat (2) UUD 1945). Pemerintahan
daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya, kecuali urusan
pemerintahan yang oleh undang-undang ditentukan sebagai urusan
Pemerintah Pusat (Pasal 18 ayat (5) UUD 1945).
Ketentuan tersebut menjadi politik hukum pembentukan
peraturan daerah tentang Pelayanan Publik. Sebagai dasar hukum
formal pembentukan perda ini adalah Pasal 18 ayat (6) UUD 1945,
sebagaimana juga ditentukan pada Pedoman 39 Teknik Penyusunan
Peraturan Perundang-undangan (TP3U) Lampiran UU
12/2011, yang menyatakan bahwa dasar hukum pembentukan
27
Peraturan Daerah adalah Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945..
28
politik seringkali undang-undang hanya dapat menampung
materi-materi kebijakan yang bersifat umum. Forum legislatif
bukanlah forum teknis melainkan forum politik, A.V.Dicey
menyetujui adanya pendelegasian kewenangan ;
29
delegation of rule making power. 16 Berdasarkan prinsip
pendelegasian ini norma hukum yang bersifat pelaksanaan dianggap
tidak sah apabila dibentuk tanpa di dasarkan atas delegasi
kewenangan dari peraturan perundang-undangan.
31
BAB IV
LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS
Raisul Muttaqien dari judul asli: General Theory of Law and State, (Bandung:
Penerbit Nusamedia dan Penerbit Nuansa, 2006), hal. 40
18 Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung: Penerbit PT Citra Aditya
33
Sosiologis Mencerminkan Mencerminkan -
tuntutan kenyataan yang
kebutuhan hidup dalam
masyarakat masyarakat.
sendiri akan Kenyataan itu
norma hukum. dapat berupa
[Juga dikatakan, kebutuhan atau
keberlakuan tuntutan atau
sosiologis masalah-
berkenaan masalah yang
dengan (1) dihadapi yang
kriteria memerlukan
pengakuan penyelesaian.
terhadap daya
ikat norma
hukum; (2)
kriteria
penerimaan
terhadap daya
ikat norma
hukum; dan (3)
kriteria faktisitas
menyangkut
norma hukum
secara faktual
memang berlaku
efektif dalam
masyarakat].
34
keharusan perundang- yuridis yang
antara suatu undangan memberi
kondisi dengan dengan materi kewenangan
akibatnya; (3) yang diatur; untuk
menurut (3) tidak membuat
prosedur bertentangan peraturan
pembentukan dengan tertentu; dan
hukum yang peraturan (2) segi
berlaku; dan (4) perundang- materiil, yaitu
oleh lembaga undangan yang landasan
yang memang lebih tinggi; dan yuridis untuk
berwenang (4) mengikuti mengatur hal-
untuk itu. tata cara hal tertentu.
tertentu dalam
pembentukanny
a.
35
Tahun 1974.
36
Tabel 7 : Pandangan teoritik tentang landasan keabsahan
peraturan perundang-undangan 23
LANDASAN URAIAN
Filosofis Mencerminkan nilai-nilai filosofis atau nilai yang
terdapat dalam cita hukum (rechtsidee).
Diperlukan sebagai sarana menjamin keadilan.
Sosiologis Mencerminkan tuntutan atau kebutuhan
masyarakat yang memerlukan penyelesaian.
Diperlukan sebagai sarana menjamin kemanfaatan.
Yuridis Konsistensi ketentuan hukum, baik menyangkut
dasar kewenangan dan prosedur pembentukan,
maupun jenis dan materi muatan, serta tidak
adanya kontradiksi antar-ketentuan hukum yang
sederajat dan dengan yang lebih tinggi. Diperlukan
sebagai sarana menjamin kepastian hukum.
23Gede Marhaendra Wija Atmaja, Politik Pluralisme Hukum ., Ibid., hlm. 29.
24 Angka 18 dan 19 TP3 (vide Pasal 64 ayat (2) Undang-Undang Nomor
12 Tahun 2011).
25 Pasal 57 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
37
Nomor 12 Tahun 2011, ketiga aspek dari validitas tersebut dapat
disajikan dalam tabel berikut:
38
Tanggung jawab Negara diamanatkan dalam pembukaan UUD
1945 alenia ke 4 anatara lain adalah ; 1) melindungi segenap bangsa
Indonesia dan tumpah darah Indonesia ; dan 2) memajukan
kesejahteraan umum
a. kepentingan umum;
b. kepastian hukum;
c. kesamaan hak;
d. keseimbangan hak dan kewajiban;
e. keprofesionalan;
f. partisipatif;
g. persamaan perlakuan/tidak diskriminatif;
h. keterbukaan;
i. akuntabilitas;
j. fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan;
k. ketepatan waktu; dan
l. kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.
39
BAB V
JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP
MATERI MUATAN PERATURAN DAERAH
A. KETENTUAN UMUM
Istilah materi muatan pertama digunakan oleh A.Hamid
S.Attamimi sebagai terjemahan atau padanan dari het
onderwerp.26 Pada tahun 1979 A.Hamid S.Attamimi membuat
suatu kajian mengenai materi muatan peraturan perundang-
undangan. Kata materi muatan diperkenalkan oleh A.Hamid
S.Attamimi sebagai pengganti istilah Belanda Het ondrwerp dalam
ungkapan Thorbecke het eigenaardig onderwerp der wet yang
diterjemahkan dengan materi muatan yang khas dari undang-
undang, Attamimi mengatakan :
41
Beberapa hal yang relevan dicantumkan sebagai ketentuan
umum dalam pembentukan Peraturan Daerah tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Publik diantaranya adalah:
a. pelaksanaan pelayanan;
b. pengelolaan pengaduan masyarakat;
c. pengelolaan informasi;
d. pengawasan internal;
e. penyuluhan kepada masyarakat; dan
f. pelayanan konsultasi.
e. Organisasi penyelenggara
f. Kerjasama Penyelenggara
h. Kewajiban Pelaksana
j. Penyusunan
k. Penetapan
42
o. Pengawasan
p. Penyelesaian Pengaduan.
43
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
44
6. Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan
Reformasi Birokrasi Nomor 36 Tahun 2012 Petunjuk
Teknis Penyusunan, Penetapan, Dan Penerapan Standar
Pelayanan.
7. Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana Nomor 2 Tahun
2008 tentang Urusan Pemerintah Kabupaten Jembrana
(Lembaran Daerah Kabupaten Jembrana Tahun 2008
Nomor 2).
B. Saran
1. Menyiapkan segera Peraturan Bupati tentang Pelayanan
Publik.
2. Agar diselenggarakan proses konsultasi publik sehingga
masyarakat dapat memberikan masukan dalam penyusunan
Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana tentang
Penyelenggaraan Pelayanan public sesuai dengan asas
keterbukaan dan ketentuan tentang partisipasi masyarakat
dalam Pasal 96 UU P3 2011 dan Pasal 354 ayat (4) UU
Pemerintahan Daerah 2004. Dalam Pasal 354 ayat (4) UU
Pemerintahan Daerah 2004. Pasal partisipasi masyarakat
dalam bentuk :
g. konsultasi publik;
h. musyawarah;
i. kemitraan;
j. penyampaian aspirasi;
k. pengawasan; dan/atau
l. keterlibatan lain sesuai dengan ketentuan peraturan
erundang-undangan
45
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
46
Hans Kelsen, 2006, Teori Umum tentang Hukum dan Negara,
terjemahan Raisul Muttaqien dari judul asli: General Theory
of Law and State.
47
B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
48
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2014 tentang
Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 No. 32);
49
BUPATI JEMBRANA
PROVINSI BALI
PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA
NOMOR TAHUN
TENTANG
PELAYANAN PUBLIK
BUPATI JEMBRANA,
51
tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25
Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik (Lembaran
Negara RI Tahun 2012 Nomor 215, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 5357 );
MEMUTUSKAN :
BAB I KETENTUAN
UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan:
54
19. Ajudikasi adalah proses penyelesaian sengketa pelayanan publik
antarpara pihak yang diputus oleh ombudsman.
BAB II RUANG
LINGKUP
Pasal 2
Pasal 3
55
daerah yang dipisahkan; dan
Pasal 4
Pasal 5
56
oleh negara dan diatur dalam peraturan perundang-undangan serta
diterapkan berdasarkan perjanjian dengan penerima pelayanan.
BAB III
PEMBINA DAN PENANGGUNGJAWAB
Pasal 6
Pasal 7
(1) Bupati menunjuk pimpinan kesekretariatan lembaga sebagai
penanggungjawab;
BAB IV ORGANISASI
PENYELENGGARA Pasal 8
57
i. pengelolaan informasi;
j. pengawasan internal;
k. penyuluhan kepada masyarakat; dan
l. pelayanan konsultasi
BAB V
KERJASAMA PENYELENGGARA
Pasal 9
Pasal 10
(1) Penyelenggara Pelayanan Publik dapat melakukan kerja sama dalam
bentuk penyerahan sebagian tugas penyelenggaraan pelayanan publik
kepada pihak lain dengan ketentuan:
(2) Pihak lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib berbadan
58
hukum Indonesia sesuai dengan peraturan perundang-undangan.`
(3) Kerja sama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) tidak
membebani masyarakat.
BAB VI
HAK DAN KEWAJIBAN PENYELENGGARA
Pasal 11
Penyelenggara memiliki hak:
Pasal 12
59
transparan, tidak diskriminatif, dan adil;
n. memberikan penghargaan kepada Pelaksana yang memiliki prestasi
kerja.
o. memberikan hukuman kepada Pelaksana yang melakukan
pelanggaran ketentuan internal penyelenggara
p. memberikan pertanggungjawaban sesuai dengan hukum yang berlaku
apabila mengundurkan diri atau melepaskan tanggung jawab atas
posisi atau jabatan; dan
q. memenuhi panggilan atau mewakili organisasi untuk hadir atau
melaksanakan perintah suatu tindakan hukum atas permintaan
pejabat yang berwenang dari lembaga negara atau instansi pemerintah
yang berhak, berwenang, dan sah sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
BABVIII
HAK DAN KEWAJIBAN MASYARAKAT
Pasal 14
Masyarakat berhak:
60
c. mendapat tanggapan terhadap pengaduan yang diajukan;
d. mendapat advokasi, perlindungan, dan/atau pemenuhan pelayanan;
e. memberitahukan kepada pimpinan penyelenggara untuk memperbaiki
pelayanan apabila pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan
standar pelayanan;
f. memberitahukan kepada Pelaksana untuk memperbaiki pelayanan
apabila pelayanan yang diberikan tidak sesuai dengan standar
pelayanan;
g. mengadukan Pelaksana yang melakukan penyimpangan standar
pelayanan dan/atau tidak memperbaiki pelayanan kepada
Penyelenggara dan ombudsman;
h. mengadukan Penyelenggara yang melakukan penyimpangan standar
pelayanan dan/atau tidak memperbaiki pelayanan kepada pembina
Penyelenggara dan ombudsman; dan
i. mendapat pelayanan yang berkualitas sesuai dengan asas dan tujuan
pelayanan.
Pasal 15
Masyarakat berkewajiban:
BAB IX
PENYUSUNAN, PENETAPAN, MAKLUMAT DAN PENERAPAN STANDAR
PELAYANAN
61
Pasal 17
Penyusunan Rancangan Standar Pelayanan meliputi :
a. Identifikasi persyaratan;
b. Identifikasi Prosedur;
c. Identifikasi Waktu;
Pasal 18
Pasal 19
b. Persyaratan waktu.
Pasal 20
62
(1) Prosedur pelayanan berupa tata cara pelayanan yang dibakukan
untuk penerima pelayanan;
Pasal 21
Pasal 22
Pasal 23
Pasal 24
a. Penyediaan barang;
b. Penyediaan jasa;
63
c. Penyediaan produk administrasi.
(3) Hasil identifikaasi berupa daftar produk layanan pada setiap jenis
layanan.
Pasal 25
Pasal 26
a. identitas pengadu;
b. prosedur pengelolaan pengaduan;
c. penentuan Pelaksana yang mengelola pengaduan;
d. prioritas penyelesaian pengaduan;
e. pelaporan proses dan hasil pengelolaan pengaduan kepada
atasan pelaksana;
f. rekomendasi pengelolaan pengaduan;
64
g. penyampaian hasil pengelolaan pengaduan kepada pihak
terkait;
h. pemantauan dan evaluasi pengelolaan pengaduan;
i. dokumentasi dan statistik pengelolaan pengaduan; dan
j. pencantuman nama dan alamat penanggung jawab serta sarana
pengaduan yang mudah diakses.
65
Bagian Ketiga Penetapan
Maklumat Pelayanan Pasal 28
b. Penganggaran;
c. Pelaksanaan;
a. Internalisasi; dan
66
b. Sosialisasi.
Pasal 31
a. Analisis dokumen;
c. Wawancara; dan
d. Observasi.
BAB XI
PERAN SERTA MASTARAKAT
Pasal 32
(1) Peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik
dimulai sejak penyusunan standar pelayanan sampai dengan evaluasi
dan pemberian penghargaan.
67
publik.
BAB XII
PENGAWASAN
Pasal 33
Bagian kesatu
Pengaduan
Pasal 34
(1) Masyarakat berhak mengadukan penyelenggaraan pelayanan publik
kepada Penyelenggara, ombudsman, dan DPRD;
68
standar pelayanan.
Pasal 35
Pasal 36
Pasal 37
69
memuat:
(4) Dalam hal materi aduan tidak lengkap, pengadu melengkapi materi
aduannya selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari terhitung sejak
menerima tanggapan dari Penyelenggara atau ombudsman
sebagaimana diinformasikan oleh pihak Penyelenggara dan/atau
ombudsman.
Pasal 38
Bagian Kedua
Penyelesaian Pengaduan
Pasal 39
70
menyelesaikan pengaduan atas permintaan para pihak.
Pasal 40
Pasal 41
Pasal 42
71
(2) Keputusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus disampaikan
kepada pihak pengadu paling lambat 14 (empat belas) hari sejak
diputuskan.
72
ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung
dan memeriksa identitas orang, benda, dan/atau dokumen yang
dibawa;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana
Pelayanan Publik;
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa
sebagai tersangka atau saksi;
j. menghentikan penyidikan; dan/atau
k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan
tindak pidana Pelayanan Publik sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
BAB XV KETENTUAN
PIDANA Pasal 44
(1) Setiap orang dan/ atau badan hukum yang dengan sengaja
melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat
(2), Pasal 20 ayat (2), Pasal 22 Ayat (2), Pasal 22 ayat (3), Pasal 27 (3),
Pasal 28 ayat (3), Pasal 36 ayat (2), Pasal 37 (3), Pasal 39 (1) dan dalam
Pasal 39 ayat (2) diancam pidana kurungan paling lama 3 (tiga)
bulan atau denda paling banyak Rp 50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah);
(3) Selain ancaman pidana yang di maksud pada ayat (1) dapat juga
dikenakan sanksi sesuai dengan Peraturan Perundang-Undangan
yang berlaku.
73
BAB XVI KETENTUAN
PENUTUP Pasal 45
.
Ditetapkan di Jembrana
Pada tanggal ........................
BUPATI JEMBRANA
............................................
Diundangkan di
Jembrana
Pada tanggal .............
SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN JEMBRANA,
.............................
74
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA
NOMOR ............ TAHUN............
TENTANG
PELAYANAN PUBLIK
I. UMUM
Pelayanan Publik merupakan amanat Konstitusi, oleh karena itu, untuk bisa
meningkatkan penyelenggaraan pelayanan yang berkualitas, sederhana dan
mudah diakses oleh masyarakat sehingga perlu diselenggarakan Pelayanan
Publik yang sesuai dengan standar pelayanan publik dengan tujuan
memberikan kemanfaatan sebesar-besarnya kepada masyarakat.
Penyelenggaraan Pelayanan Publik merupakan perwujudan pelaksanaan
pelayanan bagi setiap masyarakat yang berupa pelayanan barang publik,
pelayanan jasa publik dan pelayanan administratif untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan sumber daya aparatur sebagai
aset utama dalam pelaksanaan pembangunan daerah.
75
Pasal 1
Cukup jelas
Pasal 2
Cukup jelas
Pasal 3
Cukup jelas
Pasal 4
Cukup jelas
Pasal 5
Cukup jelas
Pasal 6
Cukup jelas
Pasal 7
Cukup jelas
Pasal 8
Cukup jelas
Pasal 9
Cukup jelas
Pasal 10
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Cukup jelas
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Huruf e
Cukup jelas
Huruf f
76
Yang dimksud dengan mencantumkan alamat yang mudah
diakses adalah pihak lain wajib mencantumkan alamat tempat
mengadu dan sarana untuk menampung keluhan masyarakat
yang mudah diakses, antara lain telepon, pesan layanan singkat
(short message service (sms)), laman (website), pos-el (e-mail),
dan kotak pengaduan.
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
Cukup jelas
Pasal 11
Cukup jelas
Pasal 12
Cukup jelas
Pasal 13
Cukup jelas
Pasal 14
Cukup jelas
Pasal 15
Cukup jelas
Pasal 16
Cukup jelas
Pasal 17
Cukup jelas
Pasal 18
Cukup jelas
Pasal 19
Cukup jelas
Pasal 20
Cukup jelas
Pasal 21
Ayat (1)
Cukup jelas
77
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan proses identifikasi waktu adalah bahwa
dalam menghiting waktu, perlu betul-betul memperhatikan prosedur
yang mengatur hubungan dengan pangguna layanan, maupun
prosedur yang mengatur hubungan antar petugas.
Pasal 22
Cukup jelas
Pasal 23
Cukup jelas
Pasal 24
Cukup jelas
Pasal 25
Cukup jelas
Pasal 26
Cukup jelas
Pasal 27
Cukup jelas
Pasal 28
Cukup jelas
Pasal 29
Ayat (1)
Cukup jelas
Ayat (2)
Cukup jelas
Ayat (3)
a. Yang dimkasud dengan internalisasi adalah suatu proses yang
diperlukan untuk memberikan pemahaman kepada seluruh
jajaran organisasi pennyelenggara pelayanan.
b. Yang dimaksud dengan sosialisasi adalah suatu proses yang perlu
dilakukan untuk membangun pemahaman dan persamaan
persepsi dilingkungan unit/satker penyelenggara pelayanan.
Pasal 30
Cukup jelas
78
Pasal 31
Huruf a
Cukup jelas
Huruf b
Yang dimaksud dengan survei kepuasan masyarakat adalah
pengukuran secara komprehensif kegiatan tentang tingkat kepuasan
masyarakatyang diperoleh dari hasil pengukuran atas pendapat
masyarakat dalam memperoleh pelayanan dari penyelenggara
pelayanan publik.
Huruf c
Cukup jelas
Huruf d
Cukup jelas
Pasal 32
Cukup jelas
Pasal 33
Cukup jelas
Pasal 34
Cukup jelas
Pasal 35
Cukup jelas
Pasal 36
Cukup jelas
Pasal 37
Cukup jelas
Pasal 38
Cukup jelas
Pasal 39
Cukup jelas
Pasal 40
Cukup jelas
Pasal 41
Cukup jelas
79
Pasal 42
Cukup jelas
Pasal 43
Cukup jelas
Pasal 44
Cukup jelas
Pasal 45
Cukup jelas
80
81