You are on page 1of 33

BAB I

PENDAHULUAN

1. LATAR BELAKANG

Kesehatan merupakan kebutuhan yang utama bagi setiap penduduk


yang hidup di dunia ini, dan pembangunan kesehatan pada dasarnya
menyangkut baik kesehatan fisik maupun mental. Keadaan kesehatan
seseorang akan dapat berpengaruh pada segi kehidupan sosial
ekonominya, maupun kelangsungan kehidupan suatu bangsa dan Negara
dimanapun di dunia ini, baik di Negara yang sudah maju maupun di
Negara yang sedang berkembang seperti Indonesia Untuk dapat
menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang optimal bagi masyarakat
perlu ditunjang oleh adanya sarana kesehatan.
Sejak 1978 ketika Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memulai
programnya Health for All in 2000, pelayanan kesehatan primer menjadi
salah satu hal yang utama dalam pengembangan perencanaan pemerintah.
Program tersebut menitikberatkan pelayanan kesehatan yang
komprehensif.
Pada Januari 1995 Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) dan
Organisasi Dokter Keluarga Dunia yaitu World Organization of National
Colleges, Academies and Academic Associatons of General Practitioner
or Family Physician (WONCA) telah merumuskan sebuah visi global dan
rencana tindakan (action plan) untuk meningkatkan kesehatan individu
dan masyarakat yang tertuang dalam tulisan Making Medical Practice
and Education More Relevant to Peoples Needs: The Role of Family
Doctor.

1
Definisi dokter keluarga (DK) atau dokter praktek umum (DPU)
yang dicanangkan oleh WONCA pada tahun 1991 adalah dokter yang
mengutamakan penyediaan pelayanan komprehensif bagi semua orang
yang mencari pelayanan kedokteran dan mengatur pelayanan oleh provider
lain bila diperlukan. Dokter ini adalah seorang generalis yang menerima
semua orang yang membutuhkan pelayanan kedokteran tanpa adanya
pembatasan usia, jenis kelamin ataupun jenis penyakit. Dokter yang
mengasuh individu sebagai bagian dari keluarga dan dalam lingkup
komunitas dari individu tersebut tanpa membedakan ras, budaya dan
tingkatan sosial. Secara klinis dokter ini berkompeten untuk menyediakan
pelayanan dengan sangat mempertimbangkan dan memperhatikan latar
budaya, sosial ekonomi dan psikologis pasien. Sebagai tambahan, dokter
ini bertanggung jawab atas berlangsungnya pelayanan yang komprehensif
dan berkesinambungan bagi pasiennya (Danakusuma, 1996)
Dalam Pasal 56 ayat (1) Undang-Undang No. 23 Tahun 1992
Tentang Kesehatan ditentukan: Sarana kesehatan meliputi balai
pengobatan, pusat kesehatan masyarakat, rumah sakit umum, rumah sakit
khusus, praktek dokter, praktek dokter gigi, praktek dokter spesialis,
praktek dokter gigi spesialis, praktek bidan, toko obat, apotek, pedagang
besar farmasi, pabrik obat dan bahan obat, laboratorium, sekolah dan
akademik kesehatan, balai pelatihan kesehatan, dan sarana kesehatan
lainnya.
Kesempatan untuk mendirikan sarana-sarana kesehatan untuk
memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat tidak hanya
dimonopoli oleh pihak pemerintah, tetapi juga diberikan kepada setiap
anggota masyarakat atau swasta, sehingga akhir-akhir ini nampak peran
serta masyarakat dalam penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan
swasta secara merata, terjangkau, dan dapat diterima oleh masyarakat
sesuai dengan sistem kesehatan nasional, semakin meningkat dan
berkembang dengan didirikannya klinik-klinik swasta.

2
Klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan. Klinik menyediakan
pelayanan medis dasar dan/atau spesialistik, diselenggarakan oleh lebih
dari satu jenis tenaga kesehatan (perawat dan atau bidan) dan dipimpin
oleh seorang tenaga medis (dokter, dokter spesialis, dokter gigi atau dokter
gigi spesialis).

2. TUJUAN
Tujuan penulisan makalah:
1. Memahami dan mempelajari pengertian dokter keluarga
2. Memahami dan mempelajari manajemen klinik dokter keluarga

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1. PENGERTIAN

Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kedokteran dan kesehatan


yang bermutu dan terjangkau sudah sangat didambakan. Sehingga
merupakan tugas profesi untuk mewujudkannya seoptimal mungkin agar
masyarakat tetap dan semakin percaya pada sistem pelayanan kesehatan di
Indonesia.
Definisi dokter keluarga atau dokter praktek umum yang
dicanangkan oleh WONCA pada tahun 1991 adalah dokter yang
mengutamakan penyediaan pelayanan komprehensif bagi semua orang
yang mencari pelayanan kedokteran dan mengatur pelayanan oleh provider
lain bila diperlukan. Dokter ini adalah seorang generalis yang menerima
semua orang yang membutuhkan pelayanan kedokteran tanpa adanya
pembatasan usia, jenis kelamin ataupun jenis penyakit. Dokter yang
mengasuh individu sebagai bagian dari keluarga dan dalam lingkup
komunitas dari individu tersebut tanpa membedakan ras, budaya dan
tingkatan sosial. Secara klinis dokter ini berkompeten untuk menyediakan
pelayanan dengan sangat mempertimbangkan dan memperhatikan latar
budaya, sosial ekonomi dan psikologis pasien. Sebagai tambahan, dokter
ini bertanggung jawab atas berlangsungnya pelayanan yang komprehensif
dan berkesinambungan bagi pasiennya.
Definisi kedokteran keluarga (IKK FK-UI 1996) adalah disiplin
ilmu kedokteran yang mempelajari dinamika kehidupan keluarga,
pengaruh penyakit terhadap fungsi keluarga, pengaruh fungsi keluarga
terhadap timbul dan berkembangnya penyakit, cara pendekatan kesehatan
untuk mengembalikan fungsi tubuh sekaligus fungsi keluarga agar dalam

4
keadaan normal. Setiap dokter yang mengabdikan dirinya dalam bidang
profesi dokter maupun kesehatan yang memiliki pengetahuan,
keterampilan melalui pendidikan khusus di bidang kedokteran keluarga
yang mempunyai wewenang untuk menjalankan praktek dokter keluarga.

Definisi kedokteran keluarga (PB IDI 1983) adalah ilmu kedokteran


yang mencakup seluruh spektrum ilmu kedokteran yang orientasinya untuk
memberikan pelayanan kesehatan tingkat pertama yang berkesinambungan
dan menyeluruh kepada kesatuan individu, keluarga, masyarakat dengan
memperhatikan faktor-faktor lingkungan, ekonomi dan sosial budaya.
Pelayanan kesehatan tingkat pertama dikenal sebagai primary health care,
yang mencangkup tujuh pelayanan (Muhyidin, 1996) :
1. Promosi kesehatan
2. KIA
3. KB
4. Gizi
5. Kesehatan lingkungan
6. Pengendalian penyakit menular
7. Pengobatan dasar

2. TUJUAN PELAYANAN DOKTER KELUARGA

Tujuan pelayanan dokter keluarga mencakup bidang yang amat luas


sekali. Jika disederhanakan secara umum dapat dibedakan atas dua macam
(Azwar, 1995) :

1. Tujuan Umum
Tujuan umum pelayanan dokter keluarga adalah sama dengan tujuan
pelayanan kedokteran dan atau pelayanan kesehatan pada umumnya,
yakni terwujudnya keadaan sehat bagi setiap anggota keluarga.

5
2. Tujuan Khusus
Sedangkan tujuan khusus pelayanan dokter keluarga dapat dibedakan
atas dua macam :
a. Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran yang
lebih efektif. Dibandingkan dengan pelayanan kedokteran lainnya,
pelayanan dokter keluarga memang lebih efektif. Ini disebabkan
karena dalam menangani suatu masalah kesehatan, perhatian tidak
hanya ditujukan pada keluhan yang disampaikan saja, tetapi pada
pasien sebagai manusia seutuhnya, dan bahkan sebagai bagian dari
anggota keluarga dengan lingkungannya masing-masing. Dengan
diperhatikannya berbagai faktor yang seperti ini, maka pengelolaan
suatu masalah kesehatan akan dapat dilakukan secara sempurna
dan karena itu penyelesaian suatu masalah kesehatan akan dapat
pula diharapkan lebih memuaskan.
b. Terpenuhinya kebutuhan keluarga akan pelayanan kedokteran yang
lebih efisien. Dibandingkan dengan pelayanan kedokteran lainnya,
pelayanan dokter keluarga juga lebih mengutamakan pelayanan
pencegahan penyakit serta diselenggarakan secara menyeluruh,
terpadu dan berkesinambungan. Dengan diutamakannya pelayanan
pencegahan penyakit, maka berarti angka jatuh sakit akan
menurun, yang apabila dapat dipertahankan, pada gilirannya akan
berperan besar dalam menurunkan biaya kesehatan. Hal yang sama
juga ditemukan pada pelayanan yang menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan. Karena salah satu keuntungan dari pelayanan
yang seperti ini ialah dapat dihindarkannya tindakan dan atau
pemeriksaan kedokteran yang berulang-ulang, yang besar
peranannya dalam mencegah penghamburan dana kesehatan yang
jumlahnya telah diketahui selalu bersifat terbatas.

6
3. MANFAAT PELAYANAN DOKTER KELUARGA

Apabila pelayanan dokter keluarga dapat diselenggarakan dengan


baik, akan banyak manfaat yang diperoleh. Manfaat yang dimaksud antara
lain adalah (Cambridge Research Institute, 1976) :

1. Akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit


sebagai manusia seutuhnya, bukan hanya terhadap keluhan
yang disampaikan.
2. Akan dapat diselenggarakan pelayanan pencegahan penyakit
dan dijamin kesinambungan pelayanan kesehatan.
3. Apabila dibutuhkan pelayanan spesialis, pengaturannya akan
lebih baik dan terarah, terutama ditengah-tengah kompleksitas
pelayanan kesehatan saat ini.
4. Akan dapat diselenggarakan pelayanan kesehatan yang terpadu
sehingga penanganan suatu masalah kesehatan tidak
menimbulkan berbagai masalah lainnya.
5. Jika seluruh anggota keluarga ikut serta dalam pelayanan, maka
segala keterangan tentang keluarga tersebut, baik keterangan
kesehatan dan ataupun keterangan keadaan sosial dapat
dimanfaatkan dalam menangani masalah kesehatan yang
sedang dihadapi.
6. Akan dapat diperhitungkan berbagai faktor yang
mempengaruhi timbulnya penyakit, termasuk faktor sosial dan
psikologis.
7. Akan dapat diselenggarakan penanganan kasus penyakit
dengan tata cara yang lebih sederhana dan tidak begitu mahal
dan karena itu akan meringankan biaya kesehatan.
8. Akan dapat dicegah pemakaian berbagai peralatan kedokteran
canggih yang memberatkan biaya kesehatan.

7
5. PRAKTEK DOKTER KELUARGA

Terlepas dari masih ditemukannya perbedaan pendapat tentang


kedudukan dan peranan dokter keluarga dalam sistem pelayanan
kesehatan, pada saat ini telah ditemukan banyak bentuk praktek dokter
keluarga. Bentuk praktek dokter keluargayang dimaksud secara umum
dapat dibedakan atas tiga macam :

1. Pelayanan dokter keluarga sebagai bagian dari pelayanan rumah sakit


(hospital based) pada bentuk pelayanan dokter keluarga
diselenggarakan di rumah sakit. Untuk ini dibentuklah suatu unit
khusus yang diserahkan tanggung jawab menyelenggarakan pelayanan
dokter keluarga. Unit khusus ini dikenal dengan nama bagian dokter
keluarga (departement of family medicine), semua pasien baru yang
berkunjung ke rumah sakit, diwajibkan melalui bagian khusus ini.
Apabila pasien tersebut ternyata membutuhkan pelayanan spesialistis,
baru kemudian dirujuk kebagian lain yang ada dirumah sakit.

2. Pelayanan dokter keluarga dilaksanakan oleh klinik dokter keluarga


(family clinic) Pada bentuk ini sarana yang menyelenggarakan
pelayanan dokter keluarga adalah suatu klinik yang didirikan secara
khusus yang disebut dengan nama klinik dokter keluarga (family
clinic/center). Pada dasarnya klinik dokter keluarga ini ada duamacam.
Pertama, klinik keluarga mandiri (free-standing family clinic). Kedua,
merupakan bagian dari rumah sakit tetapi didirikan diluar komplek
rumah sakit (satelite family clinic). Di luar negeri klinik dokter
keluarga satelit ini mulai banyak didirikan. Salah satu tujuannya adalah
untuk menopang pelayanan dan juga penghasilan rumah sakit. Terlepas
apakah klinik dokter keluarga tersebut adalah suatu klinik mandiri atau
hanya merupakan klinik satelit dari rumah sakit, lazimnya klinik
dokter keluarga tersebut menjalin hubungan kerja sama yang erat
dengan rumah sakit. Pasien yang memerlukan pelayanan rawat inap
akan dirawat sendiri atau dirujuk ke rumah sakit kerja sama

8
tersebut.Klinik dokter keluarga ini dapat diselenggarakan secara
sendiri (solo practice) atau bersama-sama dalam satu kelompok (group
practice). Dari dua bentuk klinik dokter keluarga ini, yang paling
dianjurkan adalah klinik dokter keluarga yang dikelola secara
berkelompok. Biasanya merupakan gabungan dari 2 sampai 3 orang
dokter keluarga. Pada klinik dokter keluarga berkelompok ini
diterapkan suatu sistem manajernen yang sama. Dalam arti para dokter
yang tergabung dalam klinik dokter keluarga tersebut secara bersama-
sama membeli dan memakai alat-alat praktek yang sama. Untuk
kemudian menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga yang dikelola
oleh satu sistem manajemen keuangan, manajemen personalia serta
manajemen sistem informasi yang sama pula. Jika bentuk praktek
berkelompok ini yang dipilih, akan diperoleh beberapa keuntungan
sebagai berikut (Clark,1971) :
a. Pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan akan lebih
bermutu Penyebab utamanya adalah karena pada klinik dokter
keluarga yang dikelolasecara kelompok, para dokter keluarga
yang terlibat akan dapat saling tukarmenukar pengalaman,
pengetahuan dan keterampilan. Di samping itu, karenawaktu
praktek dapat diatur, para dokter mempunyai cukup waktu pula
untukmenambah pengetahuan dan keterampilan. Kesemuannya
ini, ditambah dengan adanya kerjasama tim (team work) disatu
pihak, serta lancarnya hubungan dokter-pasien di pihak lain,
menyebabkan pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan
akan lebih bermutu.
b. Pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan akan lebih
terjangkau. Penyebab utamanya adalah karena pada klinik dokter
keluarga yang dikelola secara berkelompok, pembelian serta
pemakaian pelbagai peralatan medis dannon medis dapat
dilakukan bersama-sama (cost sharing). Lebih dari pada itu,
karena pendapatan dikelola bersama, menyebabkan penghasilan
dokter akan lebih terjamin. Keadaan yang seperti ini akan

9
mengurangi kecenderungan penyelenggara pelayanan yang
berlebihan. Kesemuanya ini apabila berhasil dilaksanakan, pada
gilirannya akan menghasilkan pelayanan dokter keluarga yang
lebih terjangkau.

3. Pelayanan dokter keluarga dilaksanakan melalui praktek dokter


keluarga (family practice)
Pada bentuk ini sarana yang menyelenggarakan pelayanan dokter
keluarga adalah praktek dokter keluarga. Pada dasarnya bentuk
pelayanan dokter keluarga ini sama dengan pelayanan dokter
keluarga yang diselenggarakan melalui klinik dokter keluarga. Disini
para dokter yang menyelenggarakan praktek, menerapkan prinsip-
prinsip pelayanan dokter keluarga pada pelayanan kedokteran yang
diselenggarakanya. Praktek dokter keluarga tersebut dapat dibedakan
pula atas dua macam. Pertama, praktek dokter keluarga yang
diselenggarakan sendiri (solopractice). Kedua praktek dokter
keluarga yang diselenggarakan secara berkelompok (group practice).

6. PERALATAN DAN TENAGA PELAKSANA


Untuk dapat menyelenggarakan praktek dokter keluarga sebagaimana
dikemukakan diatas, tentu perlu disediakan pelbagai peralatan dan tenaga
pelaksana yang memadai. Peralatan dan tenaga pelaksana yang dimaksud
adalah :
1. Peralatan
Peralatan yang dibutuhkan pada praktek dokter keluarga pada
dasarnya tidak berbeda dengan peralatan pelbagai pelayanan
kedokteran lainnya. Jika pelayanan dokter keluarga tersebut
dilaksanakan dalam bentuk klinik dokter keluarga, maka peralatan
yang dibutuhkan secara umum dapat dibedakan atas dua macam:

10
a. Peralatan medis
Karena praktek dokter keluarga melayani beberapa
tindakan spesialistis sederhana, maka pada praktek dokter
keluarga perlu disediakan berbagai peralatan medis
spesialistis yang dimaksud. Disamping, dibutuhkan pula
berbagai peralatan pemeriksaan penunjang serta
pertolongan gawat darurat. DiAmerika Serikat sebagaimana
yang dikemukakan oleh Djati Pratignyo (1983), peralatan
medis yang tersedia disuatu klinik dokter keluarga cukup
lengkap. Peralatan yang dimaksud telah mencakup pula
laboratorium klinis, rontgenfoto, EKG, minor surgery set,
sigmoiskop, audiometer, otoskop, visual chart,tonometer
dan ophtalmoskop.
b. Peralatan non-medis
The American Academy of General Practice (1960)
menyebutkan peralatan nonmedis pelayanan dokter
keluarga adalah suatu klinik yang memiliki sekurang-
kurangnya sebuah ruang tunggu, ruang konsultasi, ruang
periksa, ruang tindakan, ruang laboratorium, ruang rontgen
(fakultatif), ruang administrasi,gudang serta kamar mandi,
yang luas lantai seluruhnya minimal antara 150 s.d200
meter persegi. Karena praktek dokter keluarga, seperti yang
dikemukakan oleh Clark, (1971) sangat menganjurkan
pelayanan dengan perjanjian (appointment system), maka
perlu pula disediakan alat komunikasi seperti telepon.

11
2. Tenaga pelaksana
Tenaga pelaksana yang dibutuhkan pada praktek dokter keluarga pada
dasarnya tidaklah berbeda dengan tenaga pelaksana pelbagai pelayanan
kedokteran lainnya. Tenaga pelaksana yang dimaksud secara umum dapat
dibedakan atas tiga macam :
a. Tenaga medis
Tenaga medis yang dimaksudkan disini ialah para dokter keluarga
(familydoctor/physician). Tergantung dari sarana pelayanan yang
menyelenggarakanpelayanan dokter keluarga serta beban kerja yang
dihadapi, jumlah dokter keluarga yang dibutuhkan dapat berbeda.
Secara umum dapat disebutkan, apabila sarana pelayanan tersebut
adalahrumah sakit serta beban kerjanya lebih berat, maka jumlah
dokter keluargayang dibutuhkan akan lebih banyak. Sedangkan jika
pelayanan dokter keluargatersebut diselenggarakan oleh suatu klinik
dokter keluarga, jumlah dokter yang dibutuhkan umumnya lebih
sedikit. Klinik dokter keluarga memang dapat diselenggarakan hanya
oleh satu orang dokter keluarga (solo practice) ataupun oleh
sekelompok dokter keluarga (group practice). Telah disebutkan, dari
kedua bentuk ini, yang dianjurkan adalah bentuk kedua, yakni yang
diselenggarakan oleh satu kelompok dokter keluarga.

b. Tenaga paramedis
Untuk lancaranya pelayanan dokter keluarga, perlu mengikut sertakan
tenaga paramedis. Disarankan tenaga paramedis tersebut seyogyanya
yang telah mendapatkan pendidikan dan latihan prinsip-prinsip
pelayanan dokter keluarga, baik aspek medis dan ataupun aspek non
medis. Jumlah tenaga paramedis yang diperlukan tergantung dari
jumlah dokter keluarga yang menyelenggarakan pelayanan dokter
keluarga secara umum disebutkan untuk setiap satu orang dokter
keluarga, diperlukan 2 sampai 3 tenaga paramedik terlatih.

12
c. Tenaga non-medis
Sama halnya dengan tenaga paramedis, untuk lancarnya pelayanan
dokter keluarga, perlu pula mengikutsertakan tenaga non-medis. Pada
umumnya ada dua katagori tenaga non-medis tersebut. Pertama,
tenaga administrasi yang diperlukan untuk menangani masalah
masalah administrasi. Kedua, pekerjasosial (social worker) yang
diperlukan untuk menangai program penyuluhan/nasehat kesehatan
dan atau kunjungan rumah misalnya. Jumlah tenaga non medis yang
diperlukan tergantung dari jumlah dokter keluarga, dibutuhkan
sekurang-kurangnya satu orang tenaga administrasi serta satu orang
pekerja sosial.

7. PELAYANAN PADA PRAKTEK DOKTER KELUARGA

Pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter keluarga banyak


macamnya. Secara umum dapat dibedakan atas tiga macam:
1. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan
Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter
keluarga hanya pelayanan rawat jalan saja. Dokter yang
menyelenggarakan praktek dokter keluarga tersebut tidak melakukan
pelayanan kunjungan dan perawatan pasien di rumah atau pelayanan
rawat inap di rumah sakit. Semua pasien yang membutuhkan
pertolongan diharuskan datang ke tempat praktek dokter keluarga.
Jika kebetulan pasien tersebut memerlukan pelayanan rawat inap,
pasien tersebut dirujuk ke rumah sakit.
2. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan
pasien dirumah.
Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter
keluarga mencakup pelayanan rawat jalan serta pelayanan kunjungan
dan perawatan pasien di rumah. Pelayanan bentuk ini lazimnya

13
dilaksanakan oleh dokter keluarga yang tidak mempunyai akses
dengan rumah sakit.
3. Menyelenggarakan pelayanan rawat jalan, kunjungan dan perawatan
pasien di rumah, serta pelayanan rawat inap di rumah sakit.
Pada bentuk ini, pelayanan yang diselenggarakan pada praktek dokter
keluarga telah mencakup pelayanan rawat jalan, kunjungan dan
perawatan pasien di rumah, serta perawatan rawat inap di rumah sakit.
Pelayanan bentuk ini lazimnya diselenggarakan oleh dokter keluarga
yang telah berhasil menjalin kerja sama dengan rumah sakit terdekat
dan rumah sakit tersebut memberi kesempatan kepada dokter keluarga
untuk merawat sendiri pasiennya di rumah sakit.
Tentu saja penerapan dari ketiga bentuk pelayanan dokter
keluarga ini tidak sama antara satu negara dengan negara lainnya, dan
bahkan dapat tidak sama antara satu daerah lainnya. Di Amerika
Serikat misalnya, pelayanan kunjungan dan perawatan pasien di
rumah mulai jarang dilakukan. Penyebabnya adalah karena mulai
timbul kesadaran pada diri pasien tentang adanya perbedaan mutu
pelayanan antara kunjungan dan perawatan pasien di rumah dengan di
tempat praktek. Pasien akhirnya lebih senang mengunjungi tempat
praktek dokter, karena telah tersedia pelbagai peralatan kedokteran
yang dibutuhkan.
Di beberapa negara lainnya, terutama di daerah pedesaan,
karena dokter keluarga tidak mempunyai akses dengan rumah sakit,
maka dokter keluarga tersebut hanya menyelenggarakan pelayanan
rawat jalan saja. Pelayanan rawat inap dirujuk sertakan sepenuhnya
kepada dokter yang bekerja dirumah sakit. Tetapi pengaturan rujukan
untuk pelayanan rawat inap tersebut, tetap dilakukan oleh dokter
keluarga. Dokter keluarga memberikan bantuan sepenuhnya, dan
bahkan turut mencarikan tempat perawatan dan jika perlu turut
mengantarkannya ke rumah sakit.

14
Sekalipun pelayanan yang diselenggarakan pada praktek
dokter keluarga tidak sama, perlulah diingatkan bahwa orientasi
pelayanan dokter keluarga yang diselenggarakan tetap tidak boleh
berbeda. Orientasi pelayanan dokter keluarga bukan sekedar
menyembuhkan penyakit, tetapi diarahkan pada upaya pencegahan
penyakit. Atau jika tindakan penyembuhan yang dilakukan, maka
pelaksanaannya, kecuali harus mempertimbangkan keadaan pasien
sebagai manusia seutuhnya, juga harus mempertimbangkan pula
keadaan sosial ekonomi keluarga dan lingkungannya. Praktek dokter
keluarga tidak menangani keluhan pasien atau bagian anggota badan
yang sakit saja, tetapi individu pasien secara keseluruhan

8. KLINIK DOKTER KELUARGA

15
9. SUMBER PEMBIAYAAN PELAYANAN
Untuk dapat menyelenggarakan pelayanan dokter keluarga tentu
diperlukan tersedianya dana yang cukup. Tidak hanya untuk pengadaan
pelbagai sarana dan prasarana medis dan non medis yang diperlukan
(investment cost), tetapi juga untuk membiayai pelayanan dokter keluarga
yang diselenggarakan (operational cost) Seyogiyanyalah semua dana yang
diperlukan ini dapat dibiayai oleh pasien dan atau keluarga yang
memanfaatkan jasa pelayanan dokter keluarga. Masalah kesehatan
seseorang dan atau keluarga adalah tanggung jawab masing-masing orang
atau keluarga yang bersangkutan. Untuk dapat mengatasi masalah
kesehatan tersebut adalah amat diharapkan setiap orang atau keluarga
bersedia membiayai pelayanan kesehatan yang dibutuhkannya.
Mekanisme pembiayaan yang ditemukan pada pelayanan kesehatan
banyak macamnya. Jika disederhanakan secara umum dapat dibedakan
atas dua macam. Pertama, pembiayaan secara tunai (fee for service), dalam
arti setiap kali pasien datang berobat diharuskan membayar biaya
pelayanan. Kedua, pembiayaan melalui program asuransi kesehatan
(health insurance), dalam arti setiap kali pasien datang berobat tidak perlu
membayar secara tunai, karena pembayaran tersebut telah ditanggung oleh
pihak ketiga, yang dalam hat ini adalah badan asuransi.

Bentuk - Bentuk Pembiayaan Pra-Upaya


Mengingat bentuk pembayaran pra-upaya banyak menjanjikan
keuntungan, maka pada saaat ini bentuk pembayaran pra-upaya tersebut
banyak diterapkan. Pada dasarnya ada tiga bentuk pembiayaan secara pra-
upaya yang dipergunakan.
Ketiga bentuk yang dimaksud adalah:
1. Sistem kapitasi (capitation system)
Yang dimaksud dengan sistem kapitasi adalah sistem pembayaran dimuka
yang dilakukan oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan
kesehatan berdasarkan kesepakatan harga yang dihitung untuk setiap
peserta untuk jangka waktu tertentu. Dengan sistem pembayaran ini, maka

16
besarnya biaya yang dibayar oleh badan asuransi kepada penyelenggara
pelayanan yang tidak ditentukan oleh frekwensi penggunaan pelayanan
kesehatan oleh peserta, melainkan ditentukan oleh jumlah peserta dan
kesepakatan jangka waktu jaminan.

2. Sistem paket (packet system)


Yang dimaksud dengan sistem paket adalah sistem pembayaran di muka
yang dilakukan oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan
kesehatan berdasarkan kesepakatan harga yang dihitung untuk suatu paket
pelayanan kesehatan tertentu. Dengan sistem pembayaran ini, maka
besarnya biaya yang dibayar oleh badan asuransi kepada penyelenggara
pelayanan kesehatan tidak ditentukan oleh macam pelayanan kesehatan
yang diselenggarakan, melainkan oleh paket pelayanan kesehatan yang
dimanfaatkan. Penyakit apapun yang dihadapi, jika termasuk dalam satu
paket pelayanan yang sama, mendapatkan biaya dengan besar yang sama.
Sistem pernbiayaan paket ini dikenal pula dengan nama sistem
pembiayaan kelompok diagnosis terkait (diagnosis related group) yang di
banyak negara maju telah lama diterapkan.

3. Sistem anggaran (budget system)


Yang dimaksud dengan sistem anggaran adalah sistem pembayaran di
muka yang dilakukan oleh badan asuransi kepada penyelenggara
pelayanan kesehatan berdasarkan kesepakatan harga, sesuai dengan
besarnya anggaran yang diajukan penyelenggara pelayanan kesehatan.
Sama halnya dengan sistern paket, pada sistem anggaran ini, besarnya
biaya yang dibayar oleh badan asuransi kepada penyelenggara pelayanan
kesehatan tidak ditentukan oleh macam pelayanan kesehatan yang
diselenggarakan, melainkan oleh besarnya anggaran yang telah disepakati.

17
10. FAMILY CONFERENCE

Konferensi keluarga (dikenal juga sebagai pertemuan keluarga)


adalah pertemuan antara pasien, keluarga dan tim perawatan kesehatan
untuk memfasilitasi komunikasi dan diskusi tentang rencana perawatan,
penyelesaian masalah atau masalah lain yang teridentifikasi atau
diantisipasi yang dapat mempengaruhi kesejahteraan pasien dan keluarga.
Tim perawatan kesehatan dapat mencakup dokter, perawat, pekerja sosial
medis, fisioterapis, terapis okupasi, terapis bicara, atau siapa saja yang
terlibat dalam perawatan pasien.

Beberapa indikasi untuk konferensi keluarga meliputi:


- perubahan status medis pasien
- perubahan dalam rencana perawatan dan tujuan pengobatan
- menangani harapan yang tidak terpenuhi
- perencanaan pembuangan
- miskomunikasi atau konflik antara tim perawatan kesehatan dan
pasien / keluarga
- pesan yang berbeda dari anggota keluarga yang berbeda
- konflik keluarga yang mempengaruhi masalah perawatan pasien
- masalah batas dengan pasien / keluarga
- tinggal di rumah sakit yang berkepanjangan dan kebutuhan akan
rencana perawatan di masa depan
- kurangnya keterlibatan atau informasi dari keluarga
- dukungan duka cita

Panduan umum untuk mengadakan konferensi keluarga sangat


berguna untuk mendekati konferensi keluarga yang terdiri dari empat
tahap: "Inisiasi dan persiapan"; "Pertemuan pra-konferensi"; "Melakukan
konferensi"; Dan "debat pasca konferensi". Pada setiap tahap, ada
beberapa tugas penting yang perlu dilakukan untuk memastikan bahwa
konferensi keluarga berjalan dengan lancar.

18
Cara kerja Family grup conference (FGC)
Ada tahapan yang berbeda dalam model FGC:
Rujukan

Koordinator koordinator independen ditunjuk

Persiapan

Konferensi

Pemberian informasi (tahap 1)

Waktu keluarga pribadi (tahap 2 )

Rencana yang dipresentasikan dan disepakati (tahap 3 )

Pelaksanaan Rencanakan

Review Rencana

a. Rujukan
FGC dimulai dengan rujukan yang dibuat.Orang yang membuat rujukan
biasanya seseorang yang bekerja dengan anak atau keluarga. Layanan
FGC yang berbeda menerima arahan dari agen yang berbeda namun
seringkali perujuknya adalah pekerja sosial, guru, pekerja tim penyerang
pemuda (YOT) atau pengunjung kesehatan. Terkadang keluarga juga
bisa merujuk diri mereka sendiri.
b. Penunjukan koordinator independen
Setelah rujukan dibuat ke layanan FGC, seorang koordinator independen
ditunjuk oleh petugas untuk menangani kasus tersebut.Koordinator
independen dari pekerja sosial dalam kasus ini.Mereka adalah orang
yang netral.Tugas mereka adalah membantu keluarga merencanakan

19
FGC dan memimpin rapat pada hari itu. Mereka tidak akan
mempengaruhi keluarga untuk membuat keputusan tertentu namun
mereka akan membantu mereka memikirkan rencana dan keputusan
yang perlu dibuat.
c. Persiapan
Pertama-tama, koordinator independen membuat kontak dengan perujuk
untuk mengklarifikasi mengapa rujukan dibuat dan menurut mereka
pertanyaannya perlu ditangani oleh keluarga.Mereka kemudian
membantu keluarga untuk mempersiapkan pertemuan. Ini melibatkan
pertemuan koordinator anak, orang tua / wali dan anggota keluarga yang
lebih luas dan menjelaskan kepada mereka bagaimana proses kerjanya.
Koordinator akan mengetahui apakah ada kesepakatan untuk FGC untuk
dilanjutkan

d. Pertemuan
Pertemuan FGC akan berlangsung dalam tahap:
Tahap Satu: Berbagi Informasi Koordinator akan memulai
pertemuan dengan menyambut semua orang dan memastikan bahwa
setiap orang tahu Siapa satu sama lain Mereka kemudian akan meminta
orang yang membuat rujukan (seringkali pekerja sosial) untuk berbagi
informasi tentang apa yang perlu diputuskan. Ini harus mencakup
informasi yang jelas dan dapat dimengerti tentang keputusan apa yang
harus dibuat dan intinya yang perlu ditangani.
Intinya adalah hal-hal yang tidak dapat disertakan dalam rencana
agar anak tetap aman (misalnya anak tidak dapat berada di rumah yang
sama dengan seseorang yang diduga telah melukai mereka).Para
profesional diharapkan bisa jelas dengan keluarga jika ada sesuatu yang
harus ada dalam rencana atau apapun yang tidak bisa di rencanakan.
Informasi ini mungkin juga mencakup tindakan apa yang akan dilakukan
agensi jika kekhawatiran mereka tetap tidak terselesaikan, misalnya,
mungkin mereka akan memulai proses pengadilan. Begitu perujuk telah
menetapkan informasinya, keluarga diberi kesempatan untuk

20
mengajukan pertanyaan dan mengklarifikasi apapun yang tidak jelas.
Orang lain yang hadir dalam rapat karena mereka bekerja dengan
keluarga (misalnya, pengunjung kesehatan atau pekerja pendukung) juga
diminta untuk membagikan informasi yang relevan yang mereka miliki.
Semua pemberi informasi ini juga akan diminta untuk menjelaskan
bagaimana bantuan yang bisa mereka tawarkan kepada keluarga. Begitu
keluarga memiliki semua informasi yang mereka butuhkan untuk
membantu mereka membuat rencana, pertemuan akan berlanjut ke tahap
dua.
Tahap Dua: Keluarga Keluarga Keluarga Keluarga harus selalu
diberi waktu keluarga pribadi untuk membuat rencana. Selama
profesional waktu keluarga pribadi dan koordinator koordinator
meninggalkan ruangan untuk memberi waktu pada keluarga untuk
merencanakan, walaupun mereka tetap berada di dalam gedung sehingga
tersedia untuk keluarga jika diperlukan. Keluarga memiliki waktu yang
tidak terbatas untuk mendiskusikan dan menyusun rencana yang
membahas pertanyaan dan masalah yang diidentifikasi oleh perujuk dan
yang mempertimbangkan garis bawah yang telah dijelaskan kepada
mereka. Keluarga akan diminta menuliskan rencana mereka. Jika
keluarga memerlukan informasi lebih lanjut untuk membuat rencananya,
mereka dapat memanggil kembali semua profesional termasuk
koordinator ke dalam rapat pribadi mereka untuk membantu mereka.
Namun profesional hanya akan tinggal di waktu pribadi ini untuk
memberikan informasi tambahan sebelum meninggalkan keluarga untuk
merencanakan secara pribadi. Begitu keluarga membuat rencana, mereka
akan memanggil pekerja kembali ke pertemuan tersebut dan pindah ke
tahap ketiga.
Tahap Tiga: Menyetujui rencana pada tahap ini koordinator akan
meminta keluarga untuk menjelaskan rencananya. Mereka mungkin juga
meminta pertanyaan keluarga untuk mengklarifikasi rincian rencananya.
Perujuk kemudian ditanya apakah mereka menyetujui rencana
tersebut.Perujuk harus menyetujui rencana tersebut selama itu legal,

21
aman dan membahas garis bawah. Namun jika ada proses pengadilan
yang sedang berlangsung, rencana tersebut biasanya perlu disepakati
oleh pengadilan sebelum dapat diimplementasikan. Profesional yang
terlibat juga akan mengkonfirmasi bantuan apa yang dapat mereka
berikan kepada anak / keluarga untuk membuat rencana tersebut
berjalan; Ini biasanya harus dituliskan dalam rencana. Koordinator harus
selalu memastikan bahwa setiap orang yang menghadiri rapat memiliki
salinan rencana.Bila sudah disepakati oleh pekerja sosial, rencana
keluarga tersebut harus ditambahkan ke arsip kasus / catatan anak
sebagai rencana anak-anak saat ini.Bagaimana

Konferensi Kelompok Keluarga berbeda dengan pertemuan lainnya.


FGC didasarkan pada prinsip bahwa keluarga, jika didukung dengan
benar, akan membuat rencana yang lebih aman dan lebih relevan untuk
anak mereka daripada yang dilakukan oleh profesional yang tidak
memiliki pengetahuan mendalam tentang keluarga mereka. FGC
berbeda karena:
- Keluarga inilah yang membuat keputusan, berkonsultasi dengan
profesional yang bekerja sama dengan mereka. Dalam pertemuan
lain, rencananya dibuat oleh profesional yang kadang-kadang
berkonsultasi dengan beberapa keluarga;
- Pertemuan berlangsung pada suatu waktu dan tempat yang sesuai
dengan keluarga dan dapat berlangsung di luar jam kerja
tradisional;
- Anggota keluarga yang diperluas diundang ke pertemuan tersebut;
- Anak-anak diundang dan berperan aktif dalam pertemuan tersebut;
- FGC akan selalu melibatkan waktu keluarga pribadi.

FGC berbeda dengan pertemuan keluarga. Dua jenis pertemuan ini


sangat mirip karena keduanya melibatkan keluarga yang lebih luas untuk
melihat pilihan perawatan alternatif bagi anak di dalam keluarga saat
mereka tidak dapat tinggal dengan orang tua mereka.Tapi tidak seperti

22
FGC (yang diatur oleh koordinator independen dan dipimpin oleh
keluarga), sebuah pertemuan keluarga diatur oleh pekerja sosial dan
dipimpin oleh para profesional dan orang-orang yang hadir mungkin
bukan orang-orang yang dianggap penting oleh keluarga mereka sendiri.
Keluarga sering melaporkan bahwa mereka merasa memiliki lebih banyak
ucapan dalam FGC daripada pertemuan keluarga.

23
BAB III
TELAAH JURNAL

A. Informasi Jurnal
a) Judul
Hubungan Kepuasan Pasien dengan Minat Pasien dalam Pemanfaatan
Ulang Pelayanan Kesehatan pada Praktek Dokter Keluarga

b) Latar Belakang
Penyelenggaraan praktek dokter keluarga mempunyai peran yang strategis
dalam reformasi pelayanan kesehatan pada tingkat primer, tujuannya
adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan individu dan keluarga serta
masyarakat yang bermutu namun terkendali biayanya. Indikator untuk
menilai kualitas pelayanan kesehatan dokter keluarga adalah dengan
melihat mutu penyelenggaraan pelayanan dokter keluarga itu sendiri.
Klinik Sayung Husada adalah klinik umum 24 jam dan klinik
penyelenggara pelayanan dokter keluarga bagi karyawan beberapa
perusahaan diantaranya PT. Rodeo, PT. Jamsostek, PT. Inhealth, PT.
Hatimas, dan PT. Romamuza. Selain berfungsi sebagai klinik rawat jalan
juga memberikan pelayanan gawat darurat, pelayanan rawat inap untuk
perawatan medik dasar serta pertolongan persalinan. Klinik Sayung
Husada berlokasi di Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak terletak pada
10 kilometer timur Kota Semarang. Jumlah kunjungan ke pelayanan
pengobatan di klinik Sayung Husada mengalami penurunan dalam satu
tahun terakhir ini, padahal sebelumnya pelayanan tersebut menjadi
primadona bagi masyarakat sekitarnya.

c) Metode
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian non eksperimental
dengan pendekatan cross sectional dan dilakukan dengan metode

24
penelitian survei deskriptif. Instrumen yang digunakan dalam penelitian
adalah menggunakan kuesioner yang disebarkan kepada sampel terpilih.
Bentuk pertanyaan pada kuesioner adalah pertanyaan tertutup (closed
ended) jenis check list question. Model pertanyaan dibagi menjadi dua
bagian, yaitu pertanyaan introduksi (identitas responden dan
sosiodemografi), dan pertanyaan penelitian. Setelah semua hasil kuesioner
terkumpul, dilakukan analisis data.

Sampel dalam penelitian ini adalah 97 pasien yang memanfaatkan


pelayanan kesehatan pada praktek dokter keluarga di klinik Sayung
Husada pada saat penelitian berlangsung selama bulan Juli Agustus
2011, pasien berumur lebih dari 17 tahun dan kurang dari 70 tahun, pasien
bukan penderita penyakit kronis, pasien yang bisa membaca dan menulis,
pasien yang bisa berkomunikasi dengan baik. Cara pengambilan sampel
dilakukan dengan sistem random sampling.

Untuk mengukur kepuasan pasien digunakan metode directly reported


satisfaction. Metode ini dilakukan secara langsung dengan skala sangat
tidak puas, tidak puas, netral/biasa, puas dan sangat puas, masing-masing
diberi skor 0,1,2,3,4. Kemudian untuk menentukan tingkat kepuasan
responden ditetapkan puas dan tidak puas dengan cara menghitung skor
masing-masing kriteria tingkat kepuasan pasien, dimana skor maksimal
dikurangi skor minimal kemudian dibagi dua. Hasilnya yang lebih dari
50% dikategorikan puas dan yang hasilnya kurang dari 50% dikategorikan
tidak puas.

Metode analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan


bivariat. Analisis univariat dilakukan untuk melihat gambaran responden
dalam bentuk tabel distribusi dan frekuensi. Analisis bivariat yang
digunakan untuk mengetahui hubungan antara variable bebas dengan
variable terikat menggunakan uji chi square. Standar kemaknaan
hubungan yang digunakan adalah p<0,05 (signifikansi 5%). Seluruh

25
proses pengolahan dan analisis data menggunakan alat bantu komputer
dengan program SPSS.

d) Hasil
- Pelayanan Dokter (Medis) : Sebagian besar sampel yang diambil di
Klinik Sayung Husada menyatakan puas terhadap pelayanan Dokter
(tenaga medis) yaitu sebesar 66%, sedangkan sisanya sebesar 34%
menyatakan tidak puas terhadap pelayanan Dokter.
- Pelayanan Paramedis (Perawat) : Sebagian besar responden
menyatakan puas terhadap pelayanan tenaga paramedis (perawat) di
Klinik Sayung Husada yaitu sebesar 84,5%, sedangkan sisanya
sebanyak 15,5% menyatakan tidak puas terhadap pelayanan tenaga
paramedis (perawat).
- Pelayanan sarana penunjang : Sebagian besar responden menyatakan
tidak puas terhadap pelayanan sarana dan prasarana penunjang di
Klinik Sayung Husada yaitu sebesar 86,6%, sedangkan sisanya
sebanyak 13,4% menyatakan puas terhadap pelayanan sarana dan
prasarana penunjang.
- Pelayanan Administrasi : Sebagian besar responden menyatakan
tidak puas terhadap pelayanan administrasi di Klinik Sayung Husada
yaitu sebesar 61,9%, sedangkan sisanya sebanyak 38,1%
menyatakan puas terhadap pelayanan administrasi di Klinik Sayung
Husada.
- Minat kunjungan ulang pasien ke klinik Sayung Husada : Sebagian
besar responden yaitu sebesar 66% menyatakan berminat untuk
berobat kembali ke Klinik Sayung Husada saat mereka merasakan
sakit lagi, dan sebanyak 34% menyatakan tidak berminat untuk
berobat kembali ke Klinik Sayung Husada saat mereka merasakan
sakit lagi.

26
e) Simpulan
Sebagian besar responden menyatakan puas terhadap pelayanan Dokter
(tenaga medis) dan pelayanan tenaga paramedis (perawat) di Klinik
Sayung Husada. Sebagian besar responden menyatakan tidak puas
terhadap pelayanan sarana dan prasarana penunjang dan pelayanan
administrasi di Klinik Sayung Husada. Sebagian besar responden
menyatakan berminat untuk berobat kembali ke Klinik Sayung Husada
saat mereka merasakan sakit lagi.
Terdapat hubungan yang bermakna antara kepuasan pelayanan Dokter
(tenaga medis) dengan kembali berkunjung ke Klinik Sayung Husada.
Terdapat hubungan yang bermakna antara kepuasan pelayanan tenaga
paramedis dengan kembali berkunjung ke Klinik Sayung Husada. Tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara kepuasan pelayanan tenaga
administrasi dengan minat pasien kembali berkunjung ke Klinik Sayung
Husada. Terdapat hubungan yang bermakna antara kepuasan pelayanan
sarana dan prasarana penunjang dengan minat pasien kembali berkunjung
ke Klinik Sayung Husada.

B. Critical Apprasial
a) Validity
Metode :
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian non eksperimental
dengan pendekatan cross sectional dan dilakukan dengan metode
penelitian survei deskriptif. Instrumen yang digunakan dalam penelitian
adalah menggunakan kuesioner yang disebarkan kepada sampel terpilih.
Bentuk pertanyaan pada kuesioner adalah pertanyaan tertutup (closed
ended) jenis check list question. Model pertanyaan dibagi menjadi dua
bagian, yaitu pertanyaan introduksi (identitas responden dan
sosiodemografi), dan pertanyaan penelitian. Setelah semua hasil
kuesioner terkumpul, dilakukan analisis data.

27
Sampel :
Sampel dalam penelitian ini adalah 97 pasien yang memanfaatkan
pelayanan kesehatan pada praktek dokter keluarga di klinik Sayung
Husada pada saat penelitian berlangsung selama bulan Juli Agustus
2011, pasien berumur lebih dari 17 tahun dan kurang dari 70 tahun, pasien
bukan penderita penyakit kronis, pasien yang bisa membaca dan menulis,
pasien yang bisa berkomunikasi dengan baik. Cara pengambilan sampel
dilakukan dengan sistem random sampling.

Untuk mengukur kepuasan pasien digunakan metode directly reported


satisfaction. Metode ini dilakukan secara langsung dengan skala sangat
tidak puas, tidak puas, netral/biasa, puas dan sangat puas, masing-masing
diberi skor 0,1,2,3,4. Kemudian untuk menentukan tingkat kepuasan
responden ditetapkan puas dan tidak puas dengan cara menghitung skor
masing-masing kriteria tingkat kepuasan pasien, dimana skor maksimal
dikurangi skor minimal kemudian dibagi dua. Hasilnya yang lebih dari
50% dikategorikan puas dan yang hasilnya kurang dari 50% dikategorikan
tidak puas.

Metode analisis data yang digunakan adalah analisis univariat dan


bivariat. Analisis univariat dilakukan untuk melihat gambaran responden
dalam bentuk tabel distribusi dan frekuensi. Analisis bivariat yang
digunakan untuk mengetahui hubungan antara variable bebas dengan
variable terikat menggunakan uji chi square. Standar kemaknaan
hubungan yang digunakan adalah p<0,05 (signifikansi 5%). Seluruh
proses pengolahan dan analisis data menggunakan alat bantu komputer
dengan program SPSS.

28
b) Importancy
Hasil pada penelitian ini yaitu pada Pelayanan Dokter (Medis),
sebagian besar sampel yang diambil di Klinik Sayung Husada menyatakan
puas terhadap pelayanan Dokter (tenaga medis) yaitu sebesar 66%,
sedangkan sisanya sebesar 34% menyatakan tidak puas terhadap
pelayanan Dokter. Untuk pelayanan Paramedis (Perawat) , sebagian besar
responden menyatakan puas terhadap pelayanan tenaga paramedis
(perawat) di Klinik Sayung Husada yaitu sebesar 84,5%, sedangkan
sisanya sebanyak 15,5% menyatakan tidak puas terhadap pelayanan tenaga
paramedis (perawat). Pada pelayanan sarana penunjang, ebagian besar
responden menyatakan tidak puas terhadap pelayanan sarana dan
prasarana penunjang di Klinik Sayung Husada yaitu sebesar 86,6%,
sedangkan sisanya sebanyak 13,4% menyatakan puas terhadap pelayanan
sarana dan prasarana penunjang. Untuk pelayanan Administrasi, sebagian
besar responden menyatakan tidak puas terhadap pelayanan administrasi di
Klinik Sayung Husada yaitu sebesar 61,9%, sedangkan sisanya sebanyak
38,1% menyatakan puas terhadap pelayanan administrasi di Klinik Sayung
Husada. Dan minat kunjungan ulang pasien ke klinik Sayung Husada
sebagian besar responden yaitu sebesar 66% menyatakan berminat untuk
berobat kembali ke Klinik Sayung Husada saat mereka merasakan sakit
lagi, dan sebanyak 34% menyatakan tidak berminat untuk berobat kembali
ke Klinik Sayung Husada saat mereka merasakan sakit lagi.
Hasil dari penelitian jurnal ini memiliki importancy yang cukup
baik karena dapat dinilainya faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
kepuasan pasien terhadap pelayanan dokter keluarga yang juga dapat
membantu dalam peningkatan mutu dan kualitas dari pelayanan dokter
keluarga tersebut maupun di daerah lain.

c) Applicability
Hasil penelitian jurnal ini jelas dapat diterapkan di Indonesia karena
penelitian dilakukan di tempat praktek dokter keluarga yang ada di
Indonesia yang dapat mewakili gambaran sistem pelayanan keluarga

29
terutama fasilitas kesehatan tingkat primer di Indonesia. Juga peserta yang
diteliti juga masyarakat yang dapat mewakili karakteristik dan
pengetahuan masyarakat serta dapat menjadi acuan atau informasi untuk
mengukur kepuasan pelayanan kesehatan tingkat primer di Indonesia.
Hasil penelitian ini berguna untuk membangun dan meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan di daerah lain di Indonesia.

30
BAB IV
PEMBAHASAN

Puskesmas Satelit yang berada di Jalan Jendral Sudirman Nomor


64 Pahoman, Kota Bandar Lampung memiliki pelayanan dokter keluarga.
Puskesmas Satelit memiliki Family Folder pasien yang terdaftar di
Puskesmas Satelit. Namun Family Folder masih diisi oleh petugas loket,
dan hanya keluarga pasien yang berobat ke puskes yang dijadikan Family
Folder. Family Folder yang diisi juga belum lengkap atau belum detail
seperti Family Folder yang seharusnya dikarenakan keterbatasan waktu
dan kesempatan dari pihak Puskesmas maupun pihak pasien. Selain itu
Puskesmas Satelit memiliki program kunjungan keluarga pada pasien.
Namun tidak semua pasien yang mendapat kunjugan keluarga, yaitu hanya
pasien yang membutuhkan pembinaan atau perhatian khusus. Misalnya
pada penyakit menular TB yaitu dalam program P2M, penyakit infeksi
DBD, Campak, penyakit Diabetes Mellitus, Program Prolanis, dan juga
HIV. Untuk petugas medis khusus atau dokter yang memiliki gelar dokter
keluarga belum ada namun disadari karena dokter di Puskesmas
merupakan fasilitas kesehatan tingkat primer, dokter yang ada sudah
mengikuti pelatihan sehingga dokter dapat melakukan intervensi dengan
pendekatan dokter keluarga.

31
BAB V
KESIMPULAN
Klinik adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan. Klinik menyediakan pelayanan medis dasar
dan/atau spesialistik, diselenggarakan oleh lebih dari satu jenis tenaga kesehatan
(perawat dan atau bidan) dan dipimpin oleh seorang tenaga medis (dokter, dokter
spesialis, dokter gigi atau dokter gigi spesialis). Fungsi dokter keluarga: Care
Provider (Penyelenggara Pelayanan Kesehatan), Comunicator (Penghubung atau
Penyampai Pesan), Decision Maker (Pembuat Keputusan), Manager, Community
Leader (Pemimpin Masyarakat). Prinsip-prinsip dokter keluarga: Continuity of
care (pelayanan yang berkesinambungan), Comprehensive of care ( pelayanan
yang menyeluruh), Coordination of care ( pelayanan yang terkoordinasi),
Community (masyarakat), Prevention (pencegahan), Family ( keluarga) Bentuk
Praktek Dokter Keluarga: Bagian dari pelayanan rumah sakit (Hospital Based),
Klinik dokter keluarga ( Family clinic); Free standing family clinic; Satelite
family clinic, Bisa solo practice atau group practice, Praktek dokter keluarga
(Family Practice), Bisa solo practice atau group practice. Mekanisme
pembayaran bisa berupa fee-for-service atau pra-upaya.

32
DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Azrul. 1995. Pengantar Pelayanan Dokter Keluarga. IDI : Jakarta

Azwar, Azrul ; Gan, Goh Lee ; Wonodirekso, Sugito. 2004. A Primer On

Family Medicine Practice. Singapore International Foundation : Singapore

Danakusuma, Muhyidin. 1996. Pengantar Kesehatan Masyarakat dan

Kedokteran Komunitas.IDI : Jakarta

Danasari. 2008. Standar Kompetensi Dokter Keluarga. PDKI : Jakarta

Qomariah. 2000. Sekilas Kedokteran Keluarga. FK-Yarsi : Jakarta

PDKI. 2006. Standar Profesi Dokter Keluarga. Depok: PDKI

33

You might also like

  • Cover Luar Evapro
    Cover Luar Evapro
    Document1 page
    Cover Luar Evapro
    Kurnia Fitri Aprilliana
    No ratings yet
  • Cover Jurnal Kur
    Cover Jurnal Kur
    Document2 pages
    Cover Jurnal Kur
    Kurnia Fitri Aprilliana
    No ratings yet
  • Laporan Bangsal I
    Laporan Bangsal I
    Document26 pages
    Laporan Bangsal I
    Kurnia Fitri Aprilliana
    No ratings yet
  • Cover Dalam Evapro
    Cover Dalam Evapro
    Document1 page
    Cover Dalam Evapro
    Kurnia Fitri Aprilliana
    No ratings yet
  • Pendahuluan
    Pendahuluan
    Document1 page
    Pendahuluan
    Kurnia Fitri Aprilliana
    No ratings yet
  • HMD Word
    HMD Word
    Document30 pages
    HMD Word
    Kurnia Fitri Aprilliana
    No ratings yet
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Document19 pages
    Bab Ii
    Kurnia Fitri Aprilliana
    No ratings yet
  • Mulai Manus
    Mulai Manus
    Document2 pages
    Mulai Manus
    Kurnia Fitri Aprilliana
    No ratings yet
  • Manajemen Klinik Dokter Keluarga
    Manajemen Klinik Dokter Keluarga
    Document33 pages
    Manajemen Klinik Dokter Keluarga
    Kurnia Fitri Aprilliana
    No ratings yet
  • Pain Management
    Pain Management
    Document17 pages
    Pain Management
    Kurnia Fitri Aprilliana
    No ratings yet
  • Dokter
    Dokter
    Document12 pages
    Dokter
    Kurnia Fitri Aprilliana
    No ratings yet
  • Hemothorax Penanganan dan Tujuan Pengobatan
    Hemothorax Penanganan dan Tujuan Pengobatan
    Document1 page
    Hemothorax Penanganan dan Tujuan Pengobatan
    Kurnia Fitri Aprilliana
    No ratings yet
  • Diskusi Jumat I
    Diskusi Jumat I
    Document34 pages
    Diskusi Jumat I
    Kurnia Fitri Aprilliana
    No ratings yet
  • Udt
    Udt
    Document14 pages
    Udt
    Kurnia Fitri Aprilliana
    No ratings yet
  • Jurnal Reading Kur
    Jurnal Reading Kur
    Document21 pages
    Jurnal Reading Kur
    Kurnia Fitri Aprilliana
    No ratings yet
  • Translete Jurnal Kur
    Translete Jurnal Kur
    Document8 pages
    Translete Jurnal Kur
    Kurnia Fitri Aprilliana
    No ratings yet
  • Cover DR Saut
    Cover DR Saut
    Document1 page
    Cover DR Saut
    Kurnia Fitri Aprilliana
    No ratings yet
  • Cover
    Cover
    Document2 pages
    Cover
    Kurnia Fitri Aprilliana
    No ratings yet
  • Diagnostik Urologi
    Diagnostik Urologi
    Document26 pages
    Diagnostik Urologi
    Kurnia Fitri Aprilliana
    No ratings yet
  • Bab 79
    Bab 79
    Document12 pages
    Bab 79
    Kurnia Fitri Aprilliana
    No ratings yet
  • Hemothorax
    Hemothorax
    Document25 pages
    Hemothorax
    Kurnia Fitri Aprilliana
    No ratings yet
  • Jurnal Vandy
    Jurnal Vandy
    Document8 pages
    Jurnal Vandy
    Kurnia Fitri Aprilliana
    No ratings yet
  • Film Reading 1
    Film Reading 1
    Document4 pages
    Film Reading 1
    Kurnia Fitri Aprilliana
    No ratings yet
  • PR Radiologi Ke2 Yg Ada Soft
    PR Radiologi Ke2 Yg Ada Soft
    Document19 pages
    PR Radiologi Ke2 Yg Ada Soft
    Kurnia Fitri Aprilliana
    No ratings yet
  • Diagnostik Urologi
    Diagnostik Urologi
    Document26 pages
    Diagnostik Urologi
    Kurnia Fitri Aprilliana
    No ratings yet
  • VK Terakhir
    VK Terakhir
    Document24 pages
    VK Terakhir
    Kurnia Fitri Aprilliana
    No ratings yet
  • CRPPT
    CRPPT
    Document22 pages
    CRPPT
    Kurnia Fitri Aprilliana
    No ratings yet
  • VK2 Kurppt
    VK2 Kurppt
    Document8 pages
    VK2 Kurppt
    Kurnia Fitri Aprilliana
    No ratings yet
  • Elektive Oka MGG Terakhir
    Elektive Oka MGG Terakhir
    Document3 pages
    Elektive Oka MGG Terakhir
    Kurnia Fitri Aprilliana
    No ratings yet