Professional Documents
Culture Documents
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1. Pengertian Masalah
Setiap manusia pasti akan selalu berhadapan dengan persoalan, baik itu
persoalan pribadi maupun persoalan yang berkaitan dengan orang lain. Namun
tidak semua dari sekian banyak persoalan yang dihadapi dapat dikatakan sebagai
masalah. Suatu persoalan dapat dikatakan sebagai masalah jika persoalan tersebut
bagi seseorang bila sesuatu itu baru, sesuai dengan kondisi yang memecahkan
masalah sangat relatif, tergantung dari siapa orang yang menghadapinya. Sesuatu
hal mungkin akan menjadi masalah bagi anak A, karena hal ini baru baginya dan
bukanlah suatu masalah, karena dia langsung dapat menemukan penyelesaian dari
merupakan masalah bagi seseorang jika persoalan itu tidak dikenal olehnya,
meyelesaikannya.
17
Suatu soal dapat dikatakan sebagai masalah jika soal tersebut memerlukan
(2008:29) masalah berbeda dengan soal latihan. Pada soal latihan, siswa telah
antara yang diketahui dengan apa yang ditanyakan. Pada masalah siswa tidak tahu
tersebut.
yang sudah dimiliki untuk diterapkan pada pemecahan masalah yang bersifat tidak
rutin.
masalah merupakan tipe belajar paling tinggi dari delapan tipe belajar yang
bertindak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur dan
efektif.
yaitu George Polya. Menurut Polya (Suherman dkk., 2003:91), dalam pemecahan
suatu masalah memuat empat langkah penyelesaian yang harus dilakukan, yaitu:
masalah sesuai rencana, dan (4) melakukan pengecekan kembali terhadap semua
menghendaki siswa belajar secara aktif dan bukan guru yang aktif dalam
masa depan.
19
salah satu indikator keberhasilan pendidikan nasional adalah lahirnya sumber daya
manusia yang kreatif. Kreativitas ini (Mulyasa, dalam Nugraha, 2009:21) akan
terlihat dalam cara bagaimana siswa dapat memecahkan suatu kesulitan, rintangan
Menurut Karen (Heryanto, dalam Rahman, 2009:12) model CPS adalah suatu
masing.
Model CPS pertama kali dikembangkan oleh Alex Osborn, pendiri The
Creative Education Foundation (CEF) dan co-founder orf highly successful New
York Advertising Agency. Pada tahun 1950-an Sidney Parnes (SUNY College at
menyempurnakan model ini. sehingga, model CPS ini juga dikenal dengan nama
The Osborn-Parnes Creative Problem Solving Models. Pada awalnya, model ini
(Rahman, 2009:13):
dirasakan mengganggu.
Tahap kedua, mendaftar semua fakta yang diketahui yang berhubungan dengan
diketahui tetapi esensial pada situasi yang sedang diidentifikasi dan dicari.
kemungkinan pernyataan masalah dan kemudian memilih apa yang paling penting
4. Idea-finding
Pada tahap ini, diharapkan menemukan sejumlah idea atau gagasan yang mungkin
5. Solution-finding
6. Acceptance-finding
Pada tahap ini, diusahakan untuk memperoleh solusi masalah, menyusun rencana
1. Klarifikasi masalah
2. Pengungkapan pendapat
Pada tahap ini siswa diberi kebebasan untuk mengungkapkan pendapat tentang
4. Implementasi (penguatan)
Pada tahap ini siswa menentukan strategi mana yang dapat diambil untuk
penyelesaian dari masalah tersebut. Selain itu, pada tahap ini siswa diberi
berpikir kreatif siswa dalam menyelesaikan masalah akan lebih terlihat terutama
pada tahap menemukan idea. Adapun kesamaan antara model pembelajaran CPS
umum dalam pemecahan masalah pada bahan ajar menggunakan aturan dari
oleh Spencer Kagan (Ersah, 2007:17). Pembelajaran kooperatif dengan teknik TS-
siswa bekerja seniri dan dilarang melihat pekerjaan siswa lain. Padahal dalam
bersosialisasi dengan orang lain karena pada dasarnya manusia, termasuk siswa,
23
merupakan makhluk sosial yang saling ketergantungan antara yang satu dengan
yang lain.
TS-TS bisa digunakan untuk semua mata pelajaran, termasuk untuk pelajaran
matematika, dan bisa digunakan untuk semua tingkatan usia anak didik.
Tabel 2.1
Langkah-Langkah Pembelajaran Teknik TS-TS
informasi secara lengkap dari kelompok lain. Selain itu, melalui pembelajaran
seperti ini siswa dapat belajar mengungkapkan idea atau gagasannya kepada siswa
lebih tinggi.
kecil yang heterogen, dalam hal ini heterogen dalam kemampuan akademiknya.
D. Kreativitas
1. Pengertian Kreativitas
telah membawa siswa dan anak-anak, umumnya yang hidup di daerah perkotaan,
25
pada pemanjaan berbagai kebutuhan hidup yang serba instant. Menurut Nurina
(2007:16) jika hal ini tidak disikapi dan diantisipasi sedini mungkin, tidak
kegagalan berkali-kali, atau menemukan jawaban dengan proses yang tidak biasa,
(berpikir divergen). Oleh karena itu, perlu disadari bahwa kreativitas mempunyai
antaranya:
ini termasuk salah satu kebutuhan pokok manusia. Maslow (Munandar, dalam
individu.
26
penciptaan suatu idea yang belum pernah ada. Kedua kreativitas meliputi semua
untuk mencipta karangan, hasil atau idea-idea baru yang sebelumnya tidak dikenal
1. Baru atau novel, yang diartikan sebagai inovatif, belum ada sebelumnya,
2. Berguna atau useful, yang diartikan sebagai lebih enak, lebih praktis,
yang baik.
3. Dapat dimengerti atau understandable, yang diartikan hasil yang sama dapat
yang terjadi begitu saja, tak dapat dimengerti, tak dapat diramalkan dan tak
dapat diulangi.
sama benarnya.
menciptakan sesuatu yang baru dan merupakan hasil kombinasi dari beberapa data
28
atau informasi yang diperoleh sebelumnya, terwujud dalam suatu gagasan atau
karya nyata.
2. Ciri-ciri Kreativitas
makna atau tujuan baru dalam suatu tugas, menemukan penggunaan baru,
sama pentingnya agar bakat kreatif seseorang dapat terwujud. Ciri-ciri yang
menyangkut sikap dan perasaan seseorang disebut ciri-ciri afektif dari kreativitas.
Ciri-ciri afektif yang sangat esensial dalam menentukan prestasi kreatif seseorang
(Nurina, 2007:18) ialah: rasa ingin tahu, tertarik terhadap tugas-tugas majemuk
kesalahan atau untuk dikritik oleh orang lain, tidak mudah putus asa, mempunyai
dalam ciri aptitude dan non aptitude. Ciri-ciri aptitude adalah ciri-ciri yang
29
adalah ciri-ciri yang lebih berkaitan dengan aspek afektif, sikap atau perasaan.
Tabel 2.2
Deskripsi Indikator Ciri Aptitude Kreativitas
Pengertian Perilaku
Berpikir lancar (Fluency) a) Mengajukan banyak pertanyaan
1) Mencetuskan banyak b) Menjawab dengan sejumlah jawaban jika
gagasan, jawaban atau ada pertanyaan.
penyelesaian masalah. c) Mempunyai banyak gagasan mengenai
2) Memberikan banyak cara suatu masalah
atau saran untuk melakukan d) Lancar mengungkapkan gagasan-
berbagai hal. gagasannya
3) Selalu memikirkan lebih e) Bekerja lebih cepat dan melakukan lebih
dari satu jawaban. banyak dari orang lain
f) Dapat dengan cepat melihat kesalahan dan
kelemahan dari suatu objek atau situasi
Berpikir Luwes (Flexibility) a) Menggunakan aneka ragam penggunaan
1) Menghasilkan gagasan, yang tak lazim terhadap suatu objek
jawaban atau pertanyaan b) Memberikan bermacam-macam
yang bervariasi penafsiran terhadap suatu gambar, cerita
2) Dapat melihat suatu masalah atau masalah
dari sudu pandang yang c) Menerapkan suatu konsep atau azas
berbeda dengan cara yang berbeda-beda
3) Mencari banyak alternatif d) Memberikan pertimbangan terhadap
atau arah yang berbeda situasi yang berbeda dari yang diberikan
4) Mampu mengubah cara orang lain.
pendekatan atau pemikiran e) Dalam membahas atau mendiskusikan
suatu situasi selalu mempunyai posisi
yang bertentangan dengan mayoritas
kelompok
f) Jika diberikan suatu masalah biasanya
memikirkan bermacam-macam cara untuk
menyelesaikannya
g) Menggolongkan hal-hal menurut
pembagian (kategori) yang berbeda-beda
30
a. Definisi
31
b. Perilaku Siswa
belum dikenal
2) Bersifat Imajinatif
a. Definisi
pernah terjadi
kenyataan
b. Perilaku Siswa
orang lain
- Melihat hal-hal dalam suatu gambar yang tidak dilihat orang lain
a. Definisi
b. Perilaku Siswa
mudah
a. Definisi
b. Perilaku Siswa
5) Sifat Menghargai
a. Definisi
b. Perilaku Siswa
jawab
E. Ketuntasan Belajar
learning atau belajar tuntas artinya adalah penguasaan penuh. Penguasaan penuh
ini dapat dicapai apabila siswa mampu menguasai materi tertentu secara
menyeluruh yang dibuktikan dengan hasil belajar yang baik pada materi tersebut.
Dasar (KD) dalam materi tertentu. Kriteria ketuntasan belajar setiap KD berkisar
ketuntasan ideal.
disebut telah tuntas dalam belajar, bila siswa telah mencapai daya serap 65% dan
ketuntasan belajar klasikal adalah 80%,yang artinya ketuntasan belajar suatu kelas
belum mencapai 80% perlu diadakan diagnostik dan remidial sebelum materi
seorang siswa belum mencapai kriteria ketuntasan belajar yang ditentukan maka
dipastikan siswa tersebut memiliki prestasi belajar yang kurang. Winkel (Tania
mempengaruhi prestasi belajar siswa antara lain: (a) faktor internal yang meliputi:
(1) tingkat intelektual, kemampuan belajar, motivasi belajar, minat dan taraf
intelegensia, cara belajar dan sikap perasaan; (2) faktor fisisk-kondisi fisik; (3)
kondisi akibat sosial kultural/ekonomi; (b) faktor eksternal yang meliputi: (1)
fasilitas belajar, dan disiplin di sekolah, status sosial, dan interaksi antara guru dan
F. Hipotesis
sebelumnya, maka hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah:
pembelajaran CPS dengan teknik TS-TS lebih baik dibandingkan dengan siswa
pembelajaran CPS dengan teknik TS-TS lebih baik dibandingkan dengan siswa
pembelajaran CPS dengan teknik TS-TS lebih baik dibandingkan dengan siswa