Professional Documents
Culture Documents
PENYEBABNYA
.
2. Umur 2. Merokok
1. Sakit kepala
2. Mimisan
3. Pusing/Migrain
4. Telinga agak berdengung
5. Cepat marah tanpa sebab
6. Kelelahan
7. Cemas
8. Pandangan kabur
9. Keringat berlebih
10. Mual
11. Muntah
BAHAYA HIPERTENSI
1. Pada mata
Pandangan mata menjadi kabur
2. Pada jantung
Kelemahan pada jantung, sehingga timbul rasa sakit
dan menyebabkan kematian yang mendadak
3. Pada ginjal
Sakit pada ginjal
4. Pada otak
Aliran darah yang berkurang dapat menyebabkan
pusing dan dapat mengakibatkan pecahnya pembuluh
darah dapa otak
Pencegahan
Hindari stress serta sedih yang berkepanjangan.
Olahraga teratur
Istirahat yang cukup
Hindari merokok
Kurangi makanan berlemak dan asin
Banyak makan buah dan sayuran
Control teratur
Kenali darah tinggi sedini mungkin
1. BELIMBING WULUH
1. Belimbing Wuluh
2. Labu kuning
Labu kuning juga sangat baik untuk menu diet rendah lemak
juga sebagai obat alternatif, seperti untuk pengobatan gangguan
kesuburan, reaksi alergi, gangguan kantung kemih, mengatasi
diabetes, hipertensi dan banyak penyakit lainnya. Kegunaan labu
kuning sebagai bahan untuk mengobati berbagai macam
penyakit diantaranya adalah memperbaiki tekanan darah tinggi,
sakit kepala dan perlindungan zat anti bodi.
Cara pemakaian :
3. Mentimun
Cara pemakaian :
4. Daun seledri
Daun seledri 3 helai di jus atau dimakan langsung secara teratur 2-
3x sehari
Penatalaksanaan hipertensi di
rumah
A. B. C.
D. E. F.
2. Gerakan Inti
1. Gerakkan alis kanan dan kiri kearah atas dan bawah
masing-masing 8 kali
2(a) 2(b)
3. Gerakkan mata (pejam-buka) kanan kiri secara
bersamaan, lakukan 2 x 8 kali, gerakan terakhir semakin
cepat.
4. Gerakkan salah satu mata (pejam-buka) secara
bergantian, lakukan 2 x 8 kali.
4(a) 4(b)
5(a) 5(b)
6. Gerakkan kedua pipi kanan dan kiri ke arah atas
(gambar) lakukan 2 x 8 kali hingga semakin cepat.
7. Gerakkan mulut ke arah kanan dan kiri secara bergantian,
lakukan 2 x 8 kali semakin cepat (gambar ).
7(a) 7(b)
8. Gerakkan mulut ke arah atas dan bawah secara
bergantian, lakukan 2 x 8 kali semakin cepat.
8(a) 8(b)
9. Putarlah mulut ke segala arah dimulai dari arah atas,
kanan, bawah, kiri, atas. Lakukan 2 x 8 kali. Dan lakukan
ke arah sebaliknya di mulai atas kiri, bawah kanan, atas.
9(a) 9(b)
9(c) 9(d)
10. Bukalah mulut selebar-lebarnya dengan posisi tersenyum.
Lakukan hitungan 2 x 8 kali secara perlahan.
3. Pendinginan
a) Gerakkan wajah Anda kearah pusat (mengerutkan wajah)
dengan seluruh otot wajah ke arah tengah sambil
mengatakan huruf U.
3.1 Pengertian
Senam pencegahan dan penanggualangan stroke
merupakan latihan atau gerakan pada tonus otot, gerak
motorik, sensorik dan keseimbangan
3.2 Indikasi Dan Kontraindikasi
Indikasi senam ini yaitu Klien stroke dengan masa
rehabilitasi, dan Klien dengan resiko stroke. Kontraindikasinya
yaituKlien dalam fase akut atau kritis
3.3 Persiapan
Baju trining yang menyerap keringat dan tidak sempit,
Lingkungan yang kondusif
3.4 Langkah
a. Posisi badan berdiri lurus menghadap kedepan
b. Lakukan gerakan jalan ditempat 1 x 8
10. Latihan ini dilakukan selama 2 kali sehari selama 20-25 menit.
Latihan yang rutin dapat mengurangi sulit tidur yang dialami.
Infeksi saluran pernafasan atas
(ISPA)
1. DEFINISI
Infeksi saluran pernafasan adalah suatu keadaan dimana saluran pernafasan (hidung,
pharing dan laring) mengalami inflamasi yang menyebabkan terjadinya obstruksi jalan nafas
dan akan menyebabkan retraksi dinding dada pada saat melakukan pernafasan (Pincus Catzel
& Ian Roberts; 1990; 450 dalam Beben 2010). Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA)
merupakan infeksi akut yang menyerang salah satu bagian atau lebih dari saluran napas mulai
hidung sampai alveoli termasuk adneksanya (sinus, rongga telinga tengah, pleura) (Depkes
RI, 2011). Berdasarkan definisi-definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ISPA adalah
suatu keadaan dimana kuman penyakit berhasil menyerang alat-alat tubuh yang
dipergunakan untuk bernafas yaitu mulai dari hidung, hulu kerongkongan, tenggorokan,
batang tenggorokan sampai ke paru-paru, dan berlangsung tidak lebih dari 14 hari.
2. KLASIFIKASI
Program Pemberantasan ISPA (P2 ISPA) mengklasifikasi ISPA sebagai berikut:
a. Untuk golongan umur kurang 2 bulan, ISPA dibedakan menjadi 2 yaitu:
1) Pneumonia berat: klasifikasi pneumonia berat ditandai dengan adanya napas cepat
(fast brething), yaitu frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali permenit atau lebih,
atau adanya tarikan yang kuat pada dinding dada bagian bawah kedalam (severe chest
indrawing).
2) Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding
dada bagian bawah atau napas cepat
b. Untuk golongan umur 2 bulan sampai 5 tahun, ISPA dibagi menjadi 3 yaitu :
1) Pneumonia berat: bila disertai napas sesak yaitu adanya tarikan dinding dada bagian
bawah kedalam pada waktu anak menarik napas (pada saat diperiksa anak harus
dalam keadaan tenang tidak menangis atau meronta)
2) Pneumonia: bila disertai napas cepat. Batas napas cepat ialah untuk usia 2 12 bulan
adalah 50 kali per menit atau lebih dan untuk usia 1 -4 tahun adalah 40 kali per menit
atau lebih
3) Bukan pneumonia: batuk pilek biasa, bila tidak ditemukan tarikan dinding dada
bagian bawah dan tidak ada napas cepat.
3. PENYEBAB
Penyebab ISPA terdiri dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri,virus dan riketsia
dapat menyerang sendiri-sendiri maupun dengan berbarengan (Depkes RI, 1998: 5 dalam
Bahsein, 2000)
1) Faktor lingkungan
a) Pencemaran udara dalam rumah
b. Demam dan suhu tubuh anak meningkat lebih dari 38,5 derajat celsius
c. sesak nafas.
d. Bersin
e. sakit kepala
f. Nafas cepat
g. Batuk juga disertai lendir atau skutum (dahak) yang berwarna hijau dan kental
5. KOMPLIKASI
ISPA merupakan penyakit yang dapat sembuh dengan sendirinya apabila diobati
dengan baik, namun apabila tidak dilakukan pengobatan dan perawatan dengan baik maka
akan menimbulkan beberapa komplikasi antara lain:
a. Bronchitis
b. Sinusitis
Sinusitis adalah proses peradangan atau
infeksi dari satu atau lebih pada membran
mukosa sinus paranasal dan terjadi
obstruksi dari mekanisme drainase normal.
Dapat diartikan bahwa sinuistis adalah
peradangan yang terjadi pada saluran yang
ada di hidung dan kepala. Tanda dan
gejala yang sering muncul adalah hidung
tersumbat, sakit kepala dan napas berbau
c. Otitis media
Otitis Media adalah peradangan pada sebagian atau
seluruh mukosa telinga tengah, tuba Eustachius,
antrum mastoid, dan sel-sel mastoid atau yag lebih
sederhana dapat disebut sebagai infeksi ada telinga.
d. Pneumonia (Rasmaliah 2010)
b) Pencegahan
Pencegahan dapat dilakukan dengan :
1) Menjaga keadaan gizi agar tetap baik
2) Imunisasi
3) Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan
4) Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA
5) Menggunakan etika batuk yang benar
Langkah 1
Sedikit berpaling dari orang yang ada disekitar
anda dan tutup hidung dan mulut anda dengan
menggunakan tissue atau sapu tangan atau
lengan dalam baju anda setiap kali anda
merasakan dorongan untuk batuk atau bersin.
Langkah 2
Segera buang tissue yang sudah dipakai ke
dalam tempat sampah
Langkah 3
Tinggalkan ruangan/tempat anda berada dengan sopan dan mengambil kesempatan
untuk pergi cuci tangan di kamar kecil terdekat atau menggunakan gel pembersih
tangan.
Langkah 4
Gunakan Masker
c) Pemberantasan
Tugas pemberatasan penyakit ISPA merupakan tanggung jawab bersama. Kepala
Puskesmas bertanggung jawab bagi keberhasilan pemberantasan di wilayah kerjanya.
Sebagian besar kematian akibat penyakit pneumonia terjadi sebelum penderita
mendapat pengobatan petugas Puskesmas. Karena itu peran serta aktif masyarakat
melalui aktifitas kader akan sangat membantu menemukan kasus-kasus pneumonia
yang perlu mendapat pengobatan antibiotik (kotrimoksasol) dan kasus-kasus
pneumonia berat yang perlu segera dirujuk ke rumah sakit. Dokter puskesmas
mempunyai tugas sebagai berikut :
1) Membuat rencana aktifitas pemberantasan ISPA sesuai dengan dana atau sarana
dan tenaga yang tersedia.
2) Melakukan supervisi dan memberikan bimbingan penatalaksanaan standar kasus-
kasus ISPA kepada perawat atau paramedis.
3) Melakukan pemeriksaan pengobatan kasus- kasus pneumonia berat/penyakit
dengan tanda-tanda bahaya yang dirujuk oleh perawat/paramedis dan merujuknya
ke rumah sakit bila dianggap perlu.
4) Memberikan pengobatan kasus pneumonia berat yang tidak bisa dirujuk ke rumah
sakit.
5) Bersama dengan staff puskesmas memberikan penyuluhan kepada ibu-ibu yang
mempunyai anak balita. Perihal pengenalan tanda-tanda penyakit pneumonia serta
tindakan penunjang di rumah.
6) Melatih semua petugas kesehatan di wilayah puskesmas yang diberi wewenang
mengobati penderita penyakit ISPA.
7) Melatih kader untuk bisa, mengenal kasus pneumonia serta dapat memberikan
penyuluhan terhadap ibu-ibu tentang penyaki ISPA.
8) Memantau aktifitas pemberantasan dan melakukan evaluasi keberhasilan
pemberantasan penyakit ISPA. Menditeksi hambatan yang ada serta
menanggulanginya termasuk aktifitas pencatatan dan pelaporan serta pencapaian
target.
DAFTAR PUSTAKA
Ardhiyanti, Y., Putriani, R., dan Damayanti, I.P., 2014. Panduan Lengkap Keterampilan
Dasar Kebidanan I. Edisi 1. Yogyakarta : Deepublish.
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan :Konsep dan Aplikasi Kebutuhan Dasar
Klien. Jakarta : Salemba Medika.
Darmojo, R.B&Martono, H.H. (2004). Geriatri Ilmu Kesehatan Usia Lanjut (Edisi Ketiga).
Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Maryam, Siti S.Kp dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya.Jakarta: Salemba
Medika.
Smeltzer, C.S. & Bare, B.G. 2001. Buku Ajar Kpeperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth. Volume I. Edisi 8 . Jakarta: EGC.
Soemantri, I. 2010. Keperawatan Medikal Bedah : Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika.
Susanto, Tantut, dkk. 2012. Buku Penuntun Praktikum Keperawatan komunitas 2. Jember:
Departemen Keperawatan Komunitas PSIK UNEJ.
Uliyah, Musrifatul & Hidayat, A. Aziz Alimul. 2008. Praktikum Klinik: Aplikasi Dasar-
Dasar Praktik Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika