You are on page 1of 6

BAB 4

PEMBAHASAN

A. Pengkajian
Menurut Craven & Helen (dalam Keliat, 2009), pengkajian merupakan
pengumpulan data subyektif dan obyektif secara sistematis untuk menentukan tindakan
keperawatan bagi individu, keluarga, dan komunitas. Pengkumpulan data pengkajian
meliputi aspek identitas klien, keluhan utama, riwayat kesehatan sekarang, riwayat
penyakit dahulu, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik, pemeriksaan psikososial
dan spiritual, pengkajian status fungsional, dan status mental.
Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara dengan Ny. M, observasi
langsung terhadap kondisi Ny. M dan dari rekam medis Ny.M. Selama proses pengkajian
kerjasama dan partisipasi dari klien sangat baik dan kooperatif dalam memberikan
informasi yang diperlukan, berkaitan dengan penyakit yang diderita.
Masalah yang ditemukan pada saat pengkajian yaitu, terdapat nyeri akut akibat nyeri
yang dirasakan pada area sendi bahunya dengan nyeri tumpul skala 8 (wong baker),
hambatan mobilitas fisik akibat nyeri sendi yang dirasakan berhubungan dengan
deformitas skeletal, nyeri, ketidaknyamanan, penurunan kekuatan otot, dan defisiensi
pengetahuan tentang enyakit berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi.
Pada pemeriksaan psikososial dan spiritual didapatkan status emosional klien
mengalami masalah emosional positif, sedangkan pengkajian spiritual klien beragama
islam dan rajin menjalankan ibadah seperti sholat lima waktu serta mengikuti ceramah
yang difasilitasi oleh pihak panti werdha.
Pada pemeriksaan status fungsional didapatkan hasil bahwa klien dapat melakukan
segala aktivitas secara mandiri seperti makan, kontinen (BAK/BAB), berpindah, ke kamar kecil,
mandi dan berpakaian.
Pemeriksaan status mental lansia pada identifikasi tingkat kerusakan intelektual menggunakan
Short Portable Mental Statud Quesioner (SPMSQ) didapatkan hasil kerusakan intelektual
sedang. Sedangkan pemeriksaan pada identifikasi aspek kognitif dari fungsi mental dengan
menggunakan Mini Mental Status Exam (MMSE) didapatkan hasil aspek kognitif dari
fungsi mental baik.
B. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan hasil pengkajian dan analisa data, tim penulis mendapatkan hasil
diagnosa keperawatan yaitu :
1. Nyeri akut berhubungan dengan Proses penuaan yang menyebabkan permukaan
tulang dan sendi tidak licin lagi
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri,
ketidaknyamanan, penurunan kekuatan otot
3. Defisiensi Pengetahuan berhubungan dengan tidak terpapar informasi/ keterbatasan
kognitif

C. Intervensi Keperawatan
Dalam menyusun rencana tindakan keperawatan untuk mencapai tujuan sesuai
dengan kriteria hasil, maka tim penulis membuat rencana berdasarkan acuan pada tinjauan
teoritis, rencana keperawatan dibuat selama 2 hari perawatan. Dalam menyusun tindakan
yang akan dilakukan ini disesuaikan dengan diagnosa yang ditemukan sehingga
mendapatkan tujuan yang diinginkan. Intervensi yang diberikan meliputi pengkajian,
observasi, tindakan keperawatan mandiri, serta pendidikan kesehatan.

D. Implementasi
Tahap implementasi adalah tahap untuk melakukan tindakan-tindakan yang telah
direncanakan sebelumnya. Semua rencana tindakan dapat dilakukan dengan perawatan
selama 9 jam.
1. Nyeri akut berhubungan dengan Proses penuaan yang menyebabkan permukaan
tulang dan sendi tidak licin lagi
Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi diagnosa keperawatan ini
adalah melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif untuk mengetahui sejauh
mana tingkat nyeri dan merupakan indikator secara dini untuk dapat memberikan
tindakan selanjutnya (Doenges, 2006).
Mengobservasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan, seperti melihat ekspresi
wajah klien (Teknik Wong Baker), karena dengan melakukan hal tersebut dapat
mengetahui skala nyeri yang dirasakan oleh klien, sehingga dapat menjadi data
objektif nyeri yang ada pada klien (Amin dan Hardi, 2015).
Mengkaji tipe dan sumber nyeri untuk menentukan intervensi merupakan satu
diantara tahap untuk mengetahui tingkat nyeri untuk menentukan tindakan
keperawatan yang sesuai.
Meningkatkan istirahat dimana istirahat merupakan salah satu terapi non farmakologi
pada terapi modalitas dimana terapi nonfarmakologi melingkupi terapi modalitas dan
terapi komplementer. Terapi modalitas berupa diet makanan(salah satunya dengan
suplementasi minyak ikan cod), kompres panas dan dingin serta massase untuk
mengurangi rasa nyeri, olahraga dan istirahat, dan penyinaran menggunakan sinar
inframerah. Terapi komplementer berupa obat-obatan herbal, accupressure, dan
relaxasi progressive (Afriyanti, 2009).
Mengontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan sehingga diharapkan dapat membantu mengurangi nyeri
yang dirasakan oleh klien.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri,
ketidaknyamanan, penurunan kekuatan otot
Tindakan keperawatan yang dilakukan berupa, mengkaji kemampuan klien dalam
mobilisasi, dimana mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak
secara bebas, mudah dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehat, mobilisasi diperlukan untuk meningkatkan kesehatan, memperlambat proses
penyakit khususna penyakit degeneratif dan aktualisasi (Mubarak, 2008).
Mengajarkan klien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan,
tujuan dari merubah posisi yaitu mencegah nyeri otot, mengurangi tekanan, mencegah
kerusakan saraf dan pembuluh darah, mencegah kontraktur otot, mempertahankan
tonus otot dan refleks dan memudahkan suatu tindakan, manfaat dilakukannya
perubahan posisi untuk klien adalah mengurangi dekubitus, resiko dekubitus dan agar
otot tidak kaku (Potter Perry, 2010).
Mendampingi dan bantu klien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan ADLs
klien, sehingga menghindari resiko jatuh pada klien.
3. Defisiensi Pengetahuan berhubungan dengan tidak terpapar informasi/ keterbatasan
kognitif
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan, mengkaji tingkat pengetahuan klien
untuk mengetahui sejauh mana pemahaman klien tentang penyakit yang dialaminya
sehingga dapat memudahkan dalam memberikan intervensi yang diberikan.
Menjelaskan patofisiologi dari penyakit dengan cara yang tepat; menggambarkan
tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit, dengan cara yang tepat;
menggambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat; mengidentifikasi
kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat; menyediakan informasi pada klien
tentang kondisi, dengan cara yang tepat. Intervensi ini diberikan dengan tujuan
memberikan informasi sesuai kebutuhan dan pemahaman klien, sehingga diharapkan
dapat memudahkan dalam memberikan intervensi yang sesuai dan tepat.

E. Evaluasi
1. Nyeri akut berhubungan dengan Proses penuaan yang menyebabkan permukaan
tulang dan sendi tidak licin lagi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan didapatkan hasil subyektif yaitu Ny. M
mengatakan masih kesemutan dan linu serta nyeri pada lututnya, dengan hasil
pengkajian didapatkan Karakteristik Nyeri berupa:
P : Nyeri sendi bahunya
Q: seperti denyut-denyut/ngilu
R : persendian bahu kiri
S : Skala nyeri 6
T : nyeri terasa terus menerus dan semakin berat jika dilakukan pergerakkan
Klien juga mengatakan nyeri tekan pada area lututnya masih ada, akan sering
mempraktekkan kompres hangat jika mengalami nyeri dan hasil obyektif klien
berjalan dengan lambat serta berhati-hati, klien juga memegangi area yang nyeri di
persendian bahu kiri, Tanda-tanda vital : TD : 110/70 mmHg, N : 84 x/menit , RR : 20
x/menit, S : 36,4oC. Klien tampak meringis kesakitan, tampak deformitas di bahu kiri,
bahu kiri tampak bengkak, klien istirahat ketika diajurkan untuk beristirahat,
mempraktekkan napas dalam, serta melakukan teknik kompres hangat. Hal tersebut
diatas menandakan diagnosa keperawatan belum teratasi dan intervensi dilanjutkan
sesuai kebutuhan.
2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri,
ketidaknyamanan, penurunan kekuatan otot
Setelah dilakukan tindakan keperawatan didapatkan hasil subyektif yaitu Ny. M
mengatakan jika menggerakkan tangannya masih terasa sakit dan lututnya terasa nyeri
saat ditekan, sedangkan data objektif yang didapat adalah klien berjalan dengan
lambat, tampak jarang menekuk lutut nya dan menggerakkan bahu kirinya, klien
masih dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri tetapi tampak berhati-hati
dalam mobilisasi, klien tampak sering mempraktekan perubahan posisi yang
diajarkan. Hal tersebut diatas menunjukkan masalah belum teratasi sehingga
intervensi dilanjutkan sesuai dengan kebutuhan.
3. Defisiensi Pengetahuan berhubungan dengan tidak terpapar informasi/ keterbatasan
kognitif
Setelah dilakukan tindakan keperawatan didapatkan hasil subyektif yaitu Ny. M
mengatakan mengerti tentang penyakit reumatik yang dideritanya, dan pantangan
makanan.. data objektif didapatkan klien tampak kooperatif serta dapat menyebutkan
kembali beberapa pertanyaan yang diberikan. Hal tersebut diatas menunjukkan
masalah teratasi sehingga intervensi dihentikan.
DAFTAR PUSTAKA

Afriyanti, Fajriah Nur. 2009. Tingkat Pengetahuan Lansia Tentang Penyakit


Rheumatoid Arthtritis di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Budi Mulia 1
Cipayung Jakarta Tahun 2009 (SKRIPSI). UIN. Jakarta.
Keliat, B. A. 2009. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta: ECG.
Marilynn E. Doenges, M. C. 2006. Rencana Asuhan Keperawatan Psikiatri Edisi
3. Jakarta: EGC.
Mubarak, W.I. 2008. Buku ajar kebutuhan dasar manusia: Teori dan aplikasi dalam
praktik. Jakarta: Media Aesculapius.
Nurarif .A.H. dan Kusuma. H. 2015. APLIKASI Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction
Potter, Perry. 2010. Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and Practice. Edisi 7.
Vol. 3. Jakarta : EGC.

You might also like