You are on page 1of 3

Abu Nawas, Mengajar Lembu Mengaji Al-

Quran
By admin on March 4, 2011

Panggil Abu Nawas kemari hari ini juga, titah


Sultan Harun Al-Rasyid kepada seorang hambanya.

Tuan Abu Nawas kata si hamba raja sesampai di rumah Abu Nawas, Tuan Hamba
dipersilahkan Baginda datang ke istana hari ini juga.

Hanya berjarak setengah jam setelah hamba sahaya tadi sampai di istana, Abu Nawas pun tiba di
sana.

Hai Abu Nawas kata Sultan, Tahukah kamu mengapa kamu aku panggil kemari? Aku
minta tolong kepadamu untuk mengajari lembuku supaya bisa mengaji Al-Quran. Jika lembu itu
tidak dapat mengaji, niscaya aku akan menyuruh mereka membunuh kamu.

Baiklah Tuanku Syah Alam, jawab Abu Nawas, Titah tuanku patik junjung di atas kepala
patik. Kemudian Abu Nawas di suruh pulang dengan menghela seekor lembu. Sesampai
dirumah lembu itu diikat erat-erat pada sebatang pohon kurma.

Esok harinya Abu Nawas mulai memukul lembu itu dengan sebuah cambuk rotan sampai
setengah mati. Ketika binatang itu hampir mengamuk, Abu Nawas mengucapkan kata atau,
atau, atau. Perkataan itulah yang diajarkan Abu Nawas kepada lembu itu sambil tetap
mengayunkan cambukannya tanpa henti. Pekerjaan itu ia lakukan setiap hari pagi sampai tengah
hari dan dari dhuhur sampai maghrib selama beberapa hari sehingga tidak terpikirkan untuk
menghadap ke istana.

Setengah bulan kemudian baginda menyuruh seorang hamba melihat ke rumah Abu Nawas,
apakah dia mampu mengajari lembu itu mengaji atau tidak.

Apa yang disaksikan oleh hamba sahaya tadi di rumah Abu Nawas, tiada lain cambukan yang
dilancarkan oleh Abu Nawas ke badan lembu itu sambil berkata atau, atau, atau sampai
binatang itu kesakitan setengah mati. Maka dilaporkanlah hal itu kepada Baginda Sultan.

Mohon ampun baginda, kata hamba sahaya itu sesampai di Istana, Patik lihat Abu Nawas
sedang mengajar lembu itu di belakang rumah dengan sebuah cambuk rotan yang besar. Jika tali
pengikatnya tidak kuat pastilah lembu itu lepas dan mengamuk, yang diajarkan tidak lain
hanyalah tiga patah kata , yaitu atau, atau, atau.

Baginda terheran-heran mendengar laporan itu, setelah berpikir sejenak baginda bertitah,
Panggil kemari Abu Nawas sekarang juga, aku mau tahu apakah lembu itu sudah bisa mengaji
atau belum.

Tidak lama kemudian Abu Nawas pun sampai di Istana, ia pun datang menyembah.

Hai Abu Nawas, sudahkah engkau mengajari lembuku itu dan apakah lembu itu sudah bisa
mengaji Al-Quran? tanya Baginda Sultan.

Sudah bisa sedikit-sedikit, Ya Tuanku Syah Alam, jawab Abu Nawas.

Tadi aku suruh seorang hamba melihat ke rumahmu, katanya engkau mengajari lembu itu
kalimat atau, atau, atau. Aku mau tahu apa artinya perkataan itu?

Ampun ke Duli Syah Alam, kata Abu Nawas. Arti atau, atau, atau itu adalah jika
bukan lembu yang mati, atau hamba, atau tuanku, atau tidak ada salah seorang yang mati, hamba
tidak akan puas. Sebab sampai habis umurnya sekalipun, binatang itu tidak akan bisa mengaji Al-
Quran. Itu sebabnya binatang itu hamba cambuk agar mati. Dengan demikian hamba senang
karena pekerjaan hamba dapat selesai. Atau hamba yang mati, atau Paduka yang mati, atau salah
satu, barulah habis perkara lembu itu.

Baginda terperanjat di tempat duduknya, tidak dapat berkata sepatah katapun. Setelah tercenung
sejenak, baginda berkata. Kalau begitu lembu itu boleh kamu ambil, atau kamu jual, atau kamu
buat sate.

Terima kasih banyak-banyak, ya Tuanku Baginda Syah Alam, kata Abu Nawas sambil
menyembah hingga kepalanya menyentuh tanah. Ia pun mohon diri pulang ke rumah dengan
langkah ringan dan hati senang.

Referensi kisah, Alkisah no 16 / 2 15 Agustus 2004

You might also like