Professional Documents
Culture Documents
PEMERIKSAAN HAKSEL
2) Simplisia hewani, yaitu simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan
atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat
kimia murni contohnya sirip ikan hiu dan madu.
Dari ketiga golongan tersebut, simplisia nabati merupakan jumlah terbanyak yang
digunakan untuk bahan obat. Penyiapan simplisia nabati merupakan suatu proses
memperoleh simplisia dari tanaman sumbernya di alam.
Proses ini meliputi pengumpulan (collection), pemanenan (harvesting),
pengeringan (drying), pemilihan (garbling), serta pengepakan, penyimpanan dan
pengawetan (packaging, storage, and preservation).
Pemberian nama suatu simplisia umumnya ditetapkan dengan
menyebutkan nama marga (genus), atau nama spesies (species) atau petunjuk jenis
(specific epithet) dari tanaman asal, diikuti dengan nama bagian tanaman yang
dipergunakan. Sebagai contoh : daun dewa dengan nama spesies Gynura
procumbens, maka nama simplisianya disebut Gynurae Procumbensis Folium.
Folium artinya daun. Namun tidak semua nama simplisia mengikuti aturan seperti
diatas, misalnya :
Guazuame Folium : nama genus dari Guazuma ulmifolia diikuti Folium.
Calami Rhizome : menunjukan penyebutan nama berdasarkan atas nama
belakang dari spesies (Acorus calamus).
Nama Latin dari Bagian Tanaman yang digunakan dalam tatanama simplisia
antara lain :
Nama latin Bagian tanaman
Amilum Pati
Bulbus Umbi lapis
Caulis Batang
Cortex Kulit kayu
Flos Bunga
Folia Daun
Folium Daun
Fructus Buah
Herba Seluruh tanaman
Lignum Kayu
Radix Akar
Rhizome Rimpang
Semen Biji
Thallus Bagian dari tanaman rendah
Tubera Umbi
Simplisia dapat diperoleh dari tanaman liar atau dari tanaman yang
sengaja dibudidayakan/dikultur. Tanaman liar disini diartikan sebagai tanaman
yang tumbuh dengan sendirinya di hutan-hutan atau di tempat lain di luar hutan
atau tanaman yang sengaja ditanam tetapi bukan untuk tujuan memperoleh
simplisia untuk obat (misalnya tanaman hias, tanaman pagar). Sedangkan tanaman
kultur diartikan sebagai tanaman budidaya, yang ditanam secara sengaja untuk
tujuan mendapatkan simplisia. Tanaman budidaya dapat berupa perkebunan luas,
usaha pertanian kecil-kecilan atau berupa tanaman halaman dengan jenis tanaman
yang sengaja ditanam untuk tujuan memperoleh simplisia tetapi juga berfungsi
sebagai tanaman hias.
Dibandingkan dengan tanaman budidaya, tanaman liar sebagai sumber simplisia
mempunyai beberapa kelemahan untuk dapat menghasilkan simplisia dengan
mutu yang memenuhi standar tetap yang dikehendaki. Hal ini disebabkan karena :
a. Unsur tanaman pada waktu pengumpulan tanaman atau organ tanaman sulit
atau tidak dapat ditentukan oleh pengumpul. Kadar senyawa aktif dalam suatu
simplisia sering dipengaruhi oleh umur tanaman pada waktu pengumpulan
simplisia yang bersangkutan. Ini berarti aktivitas biologis yang dikehendaki
dari suatu simplisia sering berubah apabila umur tanamn dari suatu
pengumpulan ke waktu pengumpulan lain tidak sama.
b. Jenis (spesies) tanaman yang dikehendaki sering tidak tetap dari satu waktu
pengumpulan ke waktu pengumpulan berikutnya. Sering timbul kekeliruan
akan jenis tanaman yang dikehendaki. Dua jenis tanaman dalam satu marga
kadang mempunyai bentuk morfologi yang sama dari pengamatan seseorang
(pengumpul) yang sering bukan seorang ahli / seorang yang berpengalaman
dalam mengenal jenis tanaman yang dikehendaki sebagai sumber simplisia.
Perbedaan jenis suatu tanaman akan berarti perbedaan kandungan senyawa
aktif.
Jika simplisia diambil dari tanaman budidaya maka keseragaman umur, masa
panen dan galur tanaman dapat dipantau. Namun tanaman budidaya juga ada
kerugiannya. Pemeliharaan rutin menyebabkan tanaman menjadi manja, mudah
terserang hama sehingga pemeliharaan ekstra diperlukan untuk mencegah
serangan parasit. Penggunaan pestisida untuk ini membawa konsekuensi
tercemarnya simplisia dengan residu pestisida (sehingga perlu pemeriksaan residu
pestisida).
Dasar Teori
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat,kecuali
dipergunakan sebagai bahan obat,kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah
dikeringkan. Simplisia yang akan dipergunakan untuk obat sebagai bahan baku
harus memenuhi persyaratan yang tercantum dalam monografi Materia Medika
Indonesia dan Farmakope Indonesia. Kontrol kualitas merupakan parameter
yang digunakan dalam proses standarisasi suatu simplisia. Pemeriksaan
mutu bertujuan agar simplisia memenuhi syarat FI, EFI, MMI dan buku resmi
yang disetujui pemerintah. Bermaksud agar adanya keseragaman komponen
aktif, aman, berguna/ berkhasiat dan obat/ sediaan selalu tetap mutunya.
Serangkaian parameter, prosedur dan cara pengukuran yang hasilnya merupakan
unsur-unsur terkait paradigma mutu kefarmasian, mutu dalam artian
memenuhi syarat standar (kimia, biologi, dan farmasi). Tujuannya
menjamin bahwa produk akhir (obat,ekstrak, atau produk ekstrak) mempunyai
nilai parameter tertentu yang konstan (ajeg) menjadi bahan obat yang berkualitas,
aman, dan bermanfaat. Usaha menjaga keajegan mutu simplisia harus dilakukan
control terhadap :
1. Genetik (bibit)
2. Lingkungan ( tempat tumbuh, iklim)
3. Rekayasa agronomi (pemupukan, perlakuan selama masa tumbuh)
4. Panen (waktu dan pasca panen ) Syarat daripemeriksaan mutu simplisia yaitu :
2. Pemeriksaan Organoleptik
Pemeriksaan organoleptik dilakukan dengan menggunakan panca indera,
untuk mengetahui kekhususan baud an rasa simplisia.
1. Metode Titrimetri
Metode ini berdasarkan atas reaksi secara kuantitatif air dengan larutan
anhidrat belerang dioksida dan iodium dengan adanya dapar yang bereaksi dengan
ion hydrogen. Kelemahan metode ini yaitu stoikiometri reaksi tidak tepat dan
reprodusibilitas bergantung pada beberapa factor seperti kadar relative
komponen pereaksi, sifat pelarut inert yang digunakan untuk melarutkan
zat dan teknik yang digunakan pada penetapan tertentu. Metode ini juga
perlu pengamatan titik akhir titrasi yang bersifat relatif dan diperlukan system
yang terbebas dari kelembaban udara ( Anonim, 1995).
2. Metode Azeotropi
Metode ini efektif untuk menetapkan kadar air karena penyulingan berulang kali
di dalam labu dan menggunakan pendingin balik untuk mencegah adanya
penguapan berlabihan. System yang digunakan tertutup dan tidak dipengaruhi
oleh kelembabankadar air.
3. Metode Grafimetri
Dengan menghitung susut pengeringan hingga tercapai bobot tetap (Anonim,
2009).
Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat timbangan kue,
tampah.
Bahan
Bahan sampel yang digunakan dalam percobaan ini adalah daun Kembang sepatu
(Hibiscus rosa-sinensis Folium.) yang diambil dari daerah Cimanggis, Depok.
Cara kerja
1. Pemeriksaan Makroskopik
a. Simplisia yang telah dipanen.
b. Simplisia diamati warna dan bentuknya.
c. Hasilnya dicatat dalam laporan .
2. Pemeriksaan Organoleptik
a. Simplisia yang telah disiapkan diperiksa dengan membau dan
merasakan dengan lidah.
b. Hasilnya dicatat dalam laporan.
Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Malvales
Famili : Malvaceae
Genus : Hibiscus
Spesies : Hibiscus rosa-sinensis L
Deskripsi tanaman:
Daun kembang sepatu merupakan daun tidak lengkap karena hanya terdiri dari
tangkai dan helaian daun saja.
Daun kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) berkhasiat sebagai obat demam,
obat batuk, sariawan, gondongan, bisul, mimisan, radang selaput mata, radang
usus, radang selaput lender hidung. Daun kembang sepatu mengandung saponin,
flavonoida, dan polifenol (Anonim 2000).
Pembahasan
Hasil dari percobaan uji kadar air yang dilakukan tidak sesuai dengan pustaka
yang ada, beberapa faktor yang menyebabkan hal ini diantaranya yaitu :
VI. Kesimpulan
http://dokumen.tips/documents/daun-kembang-sepatu-55cd84695b7b1.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Kembang_sepatu