You are on page 1of 10

UNIT I

PEMERIKSAAN HAKSEL

I. Tanggal Percobaan : 20 November 2015

II. Tujuan Praktikum : Untuk dapat mengidentifikasi beberapa macam


haksel yang biasa digunakan dalam ramuan untuk pengobatan.

III. Tinjauan Pustaka :

Haksel merupakan bagian-bagian tanaman seperti akar, batang, daun,


bunga, biji dan lain-lain yang dikeringkan tetapi belum dalam bentuk serbuk.
Sedangkan simplisia merupakan bahan alami yang digunakan sebagai obat dan
belum mengalami proses perubahan apapun, dan kecuali dinyatakan lain
umumnya berupa bahan yang dikeringkan. Simplisia terbagi atas simplisia nabati,
simplisia hewani dan simplisia mineral.

1) Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian


tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara
spontan keluar dari tanaman atau isi sel dengan cara tertentu dikeluarkan
dari selnya atau zat-zat nabati lainnya yang dengan cara tertentu
dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimia murni. Simplisia
nabati paling banyak digunakan seperti rimpang temulawak yang
dikeringkan bunga melati, daun seledri, biji kopi, buah adas.

2) Simplisia hewani, yaitu simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan
atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat
kimia murni contohnya sirip ikan hiu dan madu.

3) Simplisia pelikan (mineral), yaitu simplisia yang berupa bahan pelikan


atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana
dan belum berupa zat kimia murni. Contohnya Belerang dan kapur sirih.

Dari ketiga golongan tersebut, simplisia nabati merupakan jumlah terbanyak yang
digunakan untuk bahan obat. Penyiapan simplisia nabati merupakan suatu proses
memperoleh simplisia dari tanaman sumbernya di alam.
Proses ini meliputi pengumpulan (collection), pemanenan (harvesting),
pengeringan (drying), pemilihan (garbling), serta pengepakan, penyimpanan dan
pengawetan (packaging, storage, and preservation).
Pemberian nama suatu simplisia umumnya ditetapkan dengan
menyebutkan nama marga (genus), atau nama spesies (species) atau petunjuk jenis
(specific epithet) dari tanaman asal, diikuti dengan nama bagian tanaman yang
dipergunakan. Sebagai contoh : daun dewa dengan nama spesies Gynura
procumbens, maka nama simplisianya disebut Gynurae Procumbensis Folium.
Folium artinya daun. Namun tidak semua nama simplisia mengikuti aturan seperti
diatas, misalnya :
Guazuame Folium : nama genus dari Guazuma ulmifolia diikuti Folium.
Calami Rhizome : menunjukan penyebutan nama berdasarkan atas nama
belakang dari spesies (Acorus calamus).

Nama Latin dari Bagian Tanaman yang digunakan dalam tatanama simplisia
antara lain :
Nama latin Bagian tanaman
Amilum Pati
Bulbus Umbi lapis
Caulis Batang
Cortex Kulit kayu
Flos Bunga
Folia Daun
Folium Daun
Fructus Buah
Herba Seluruh tanaman
Lignum Kayu
Radix Akar
Rhizome Rimpang
Semen Biji
Thallus Bagian dari tanaman rendah
Tubera Umbi

Simplisia dapat diperoleh dari tanaman liar atau dari tanaman yang
sengaja dibudidayakan/dikultur. Tanaman liar disini diartikan sebagai tanaman
yang tumbuh dengan sendirinya di hutan-hutan atau di tempat lain di luar hutan
atau tanaman yang sengaja ditanam tetapi bukan untuk tujuan memperoleh
simplisia untuk obat (misalnya tanaman hias, tanaman pagar). Sedangkan tanaman
kultur diartikan sebagai tanaman budidaya, yang ditanam secara sengaja untuk
tujuan mendapatkan simplisia. Tanaman budidaya dapat berupa perkebunan luas,
usaha pertanian kecil-kecilan atau berupa tanaman halaman dengan jenis tanaman
yang sengaja ditanam untuk tujuan memperoleh simplisia tetapi juga berfungsi
sebagai tanaman hias.
Dibandingkan dengan tanaman budidaya, tanaman liar sebagai sumber simplisia
mempunyai beberapa kelemahan untuk dapat menghasilkan simplisia dengan
mutu yang memenuhi standar tetap yang dikehendaki. Hal ini disebabkan karena :

a. Unsur tanaman pada waktu pengumpulan tanaman atau organ tanaman sulit
atau tidak dapat ditentukan oleh pengumpul. Kadar senyawa aktif dalam suatu
simplisia sering dipengaruhi oleh umur tanaman pada waktu pengumpulan
simplisia yang bersangkutan. Ini berarti aktivitas biologis yang dikehendaki
dari suatu simplisia sering berubah apabila umur tanamn dari suatu
pengumpulan ke waktu pengumpulan lain tidak sama.

b. Jenis (spesies) tanaman yang dikehendaki sering tidak tetap dari satu waktu
pengumpulan ke waktu pengumpulan berikutnya. Sering timbul kekeliruan
akan jenis tanaman yang dikehendaki. Dua jenis tanaman dalam satu marga
kadang mempunyai bentuk morfologi yang sama dari pengamatan seseorang
(pengumpul) yang sering bukan seorang ahli / seorang yang berpengalaman
dalam mengenal jenis tanaman yang dikehendaki sebagai sumber simplisia.
Perbedaan jenis suatu tanaman akan berarti perbedaan kandungan senyawa
aktif.

c. Perbedaan lingkungan tempat tumbuh jenis tanaman yang dikehendaki. Satu


jenis tanaman liar sering tumbuh pada tempat tumbuh dan lingkungan yang
berbeda (ketinggian, keadaan tanah, cuaca yang berbeda). Simplisia yang
diperoleh dari satu jenis tanaman sama tetapi berasal dari dua lingkungan
dapat mengandung senyawa aktif dominan yang berbeda. Misalnya tanaman
D. Myoporoides di daerah Australia utara kandungan skopolamina yang
dominan, sedangkan di Australia selatan kandungan hiosiamina yang dominan.

Jika simplisia diambil dari tanaman budidaya maka keseragaman umur, masa
panen dan galur tanaman dapat dipantau. Namun tanaman budidaya juga ada
kerugiannya. Pemeliharaan rutin menyebabkan tanaman menjadi manja, mudah
terserang hama sehingga pemeliharaan ekstra diperlukan untuk mencegah
serangan parasit. Penggunaan pestisida untuk ini membawa konsekuensi
tercemarnya simplisia dengan residu pestisida (sehingga perlu pemeriksaan residu
pestisida).
Dasar Teori
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat,kecuali
dipergunakan sebagai bahan obat,kecuali dinyatakan lain berupa bahan yang telah
dikeringkan. Simplisia yang akan dipergunakan untuk obat sebagai bahan baku
harus memenuhi persyaratan yang tercantum dalam monografi Materia Medika
Indonesia dan Farmakope Indonesia. Kontrol kualitas merupakan parameter
yang digunakan dalam proses standarisasi suatu simplisia. Pemeriksaan
mutu bertujuan agar simplisia memenuhi syarat FI, EFI, MMI dan buku resmi
yang disetujui pemerintah. Bermaksud agar adanya keseragaman komponen
aktif, aman, berguna/ berkhasiat dan obat/ sediaan selalu tetap mutunya.
Serangkaian parameter, prosedur dan cara pengukuran yang hasilnya merupakan
unsur-unsur terkait paradigma mutu kefarmasian, mutu dalam artian
memenuhi syarat standar (kimia, biologi, dan farmasi). Tujuannya
menjamin bahwa produk akhir (obat,ekstrak, atau produk ekstrak) mempunyai
nilai parameter tertentu yang konstan (ajeg) menjadi bahan obat yang berkualitas,
aman, dan bermanfaat. Usaha menjaga keajegan mutu simplisia harus dilakukan
control terhadap :
1. Genetik (bibit)
2. Lingkungan ( tempat tumbuh, iklim)
3. Rekayasa agronomi (pemupukan, perlakuan selama masa tumbuh)
4. Panen (waktu dan pasca panen ) Syarat daripemeriksaan mutu simplisia yaitu :

Simplisia harus memenuhi persyaratan umum edisi terakhir dari buku-


buku resmi Depkes RI ( FI, EFI, MMI ).
Tersedianya contoh simplisia pembanding yang diperbaharui secara
periodik.
Harus dilakukan pemeriksaan mutu fisis secara tepat (kadar air, termakan
serangga atau hewan lain, ada tidaknya pertumbuhan kapang / jamur ,
perubahan warna /bau).
Pemeriksaan lengkap ( Organoleptik, makroskopik,dan mikroskopik,
pemeriksaan kimiawi fisika dan uji biologi ).
Parameter standart simplisia meliputi parameter non spesifik dan spesifik.
Parameter nonspesifik lebih terkait dengan faktor lingkungan
dalam pembuatan simplisia, sedangkan parameter spesifik terkait
langsung dengan senyawa yang ada dalam tanaman ( Anonim, 2009 ).

Beberapa penjelasan mengenai parameter spesifik misalnya ;


1. Pemeriksaan Makroskopik
Pemeriksaan makroskopik biasanya menggunakan kaca pembesar atau
dengan mata telanjang, dilakukan untuk mencari kekhususan morfologi,
ukuran dan warna simplisia uji.

2. Pemeriksaan Organoleptik
Pemeriksaan organoleptik dilakukan dengan menggunakan panca indera,
untuk mengetahui kekhususan baud an rasa simplisia.

Parameter nonspesifik meliputi uji yang terkait dengan pencemaran yang


disebabkan oleh pestisida, jamur, alfatoksin, logam berat, dan lain-lain. Tetapi
disini hanya akan dijelaskan mengenai kadar air. Tujuan dari penetapan kadar air
adalah untuk mengetahui batasan maksimal atau rentang tentang besarnya
kandungan air didalam bahan. Hal ini terkait dengan kemurnian dan adanya
kontaminan dalam simplisia tersebut. Dengan demikian, penghilangan kadar air
hingga jumlah tertentu berguna untuk memperpanjang daya tahan bahan selama
penyimpanan. Simplisia dinilai culup aman bila mempunyai kadar air kurang dari
10 % (Anonim, 1995 ) .

Penetapan kadar air dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu :

1. Metode Titrimetri
Metode ini berdasarkan atas reaksi secara kuantitatif air dengan larutan
anhidrat belerang dioksida dan iodium dengan adanya dapar yang bereaksi dengan
ion hydrogen. Kelemahan metode ini yaitu stoikiometri reaksi tidak tepat dan
reprodusibilitas bergantung pada beberapa factor seperti kadar relative
komponen pereaksi, sifat pelarut inert yang digunakan untuk melarutkan
zat dan teknik yang digunakan pada penetapan tertentu. Metode ini juga
perlu pengamatan titik akhir titrasi yang bersifat relatif dan diperlukan system
yang terbebas dari kelembaban udara ( Anonim, 1995).

2. Metode Azeotropi
Metode ini efektif untuk menetapkan kadar air karena penyulingan berulang kali
di dalam labu dan menggunakan pendingin balik untuk mencegah adanya
penguapan berlabihan. System yang digunakan tertutup dan tidak dipengaruhi
oleh kelembabankadar air.

3. Metode Grafimetri
Dengan menghitung susut pengeringan hingga tercapai bobot tetap (Anonim,
2009).

IV. Metode Kerja :

Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat timbangan kue,
tampah.

Bahan
Bahan sampel yang digunakan dalam percobaan ini adalah daun Kembang sepatu
(Hibiscus rosa-sinensis Folium.) yang diambil dari daerah Cimanggis, Depok.

Cara kerja
1. Pemeriksaan Makroskopik
a. Simplisia yang telah dipanen.
b. Simplisia diamati warna dan bentuknya.
c. Hasilnya dicatat dalam laporan .

2. Pemeriksaan Organoleptik
a. Simplisia yang telah disiapkan diperiksa dengan membau dan
merasakan dengan lidah.
b. Hasilnya dicatat dalam laporan.

3. Uji Kadar Air


a. Sebanyak 500 g simplisia yang telah disiapkan dan ditimbang dalam wadah
yang telah ditara.
b. Diangin anginkan pada suhu kamar selama 1 x 24 jam.

V. Hasil Pengamatan & Pembahasan


Berikut adalah beberapa penjabaran dari tanaman yang digunakan untuk
simplisisa pada praktikum ini:

Kingdom : Plantae
Subkingdom : Tracheobionta
Super Divisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Sub Kelas : Dilleniidae
Ordo : Malvales
Famili : Malvaceae
Genus : Hibiscus
Spesies : Hibiscus rosa-sinensis L

Deskripsi tanaman:
Daun kembang sepatu merupakan daun tidak lengkap karena hanya terdiri dari
tangkai dan helaian daun saja.

Bangun daunnya termasuk bangun bulat telur.

Ujung daun : Meruncing karena titik pertemuan kedua tepi


daunnya jauh lebih tinggi dari dugaan, hingga ujung daun nampak sempit panjang
dan runcing.

Pangkal daun ( Basis folii ) : Yaitu membulat ( rotundus ).

Susunan tulang daun ( Venation ) : Daun bertulang menyirip ( penninervis ) karena


ibu tulang yang berjalan dari pangkal ke ujung dan merupakan terusan tangkai
daun.

Tepi Daun ( Margo Folii ) : Bergerigi ( serratus ) karena sinus dan


angulusnya sama-sama lancip.
Daging daun ( intervenium ) adalah seperti kertas ( papyraceus ) karena tipis tetapi
cukup tegak.

Warna daun adalah hijau tua.

Permukaan daun pada kembang sepatu adalah gundul (glabes).

Daun kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L.) berkhasiat sebagai obat demam,
obat batuk, sariawan, gondongan, bisul, mimisan, radang selaput mata, radang
usus, radang selaput lender hidung. Daun kembang sepatu mengandung saponin,
flavonoida, dan polifenol (Anonim 2000).

Pembahasan

Pada praktikum haksel ini dilakukan pemeriksaan simplisia secara


organoleptis dan makroskopik pada daun kembang sepatu. Pemeriksaan secara
organoleptis dilakukan dengan mengamati warna, bau, dan rasa. Sedangkan
pemeriksaan secara makroskopik dilakukan dengan melihat simplisia secara
langsung dengan mata telanjang, memperhatikan bentuk dari simplisia.

Berikut ini merupakan penjabaran secara organoleptis, makroskopis dari simplisia


yang praktikan amati:

Hibiscus rosa-sinensis Folium


Organoleptis : Hijau tua, tidak berbau, rasa agak asin,
berlendir.

Penggunaan : Kompres, peluruh dahak (Ekspek-


toran), Emoliensia.

Bagian Yang Digunakan : Daun

Hasil dari percobaan uji kadar air yang dilakukan tidak sesuai dengan pustaka
yang ada, beberapa faktor yang menyebabkan hal ini diantaranya yaitu :

1. Waktu yang digunakan untuk pengeringan kurang lama, sehingga


kandungan air di dalam bahan tidak menguap dengan maksimal.
2. Ketika pengepakan atau penyimpanan kurang teliti dan hati-hati, sehingga
udara di dalam wadah simplisia tersebut menjadi lembab dan kadar air simplisia
kembali naik.

VI. Kesimpulan

Praktikum haksel dan pemeriksaan simplisia dilakukan pemeriksaan secara


organoleptis, makroskopik.

Pemeriksaan secara organoleptik meliputi pengujian morfologi, yaitu


berdasarkan warna, bau dan rasa.

Pemeriksaan secara makroskopik pengujian dilakukan dengan mata


telanjang atau dapat juga dengan bantuan kaca pembesar terhadap berbagai
organ tanaman yang digunakan sebagai simplisia.

Tidak semua simplisia mempunyai ciri khas yang membedakan simplisia


dengan simplisia lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

http://dokumen.tips/documents/daun-kembang-sepatu-55cd84695b7b1.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Kembang_sepatu

Anonim. 2009. Teknologi Pembuatan Simplisia.

You might also like