Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kriminalitas atau kejahatan itu bukan merupakan peristiwa herediter (bawaan
sejak lahir, warisan) juga bukan merupakan warisan biologis. Tingkah laku kriminal itu
bisa dilakukan oleh siapapun juga, baik wanita maupun pria dapat berlangsung pada
usia anak, dewasa ataupun lanjut umur. Tindak kejahatan bisa dilakukan secara tidak
sadar, yaitu difikirkan, direncanakan dan diarahkan pada satu makksud tertentu secara
sadar. Namun bisa juga dilakukan secara setengah sadar, misalnya didorong oleh
impuls-impuls yang hebat, didera oleh dorongan-dorongan paksaan yang sangat kuat
(kompulsi-kompulsi), dan oleh obsesi-obsesi. Kejahatan bisa juga dilakukan secara
tidak sadar sama sekali. Misalnya, karena terpaksa untuk mempertahankan hidupnya,
seseorang harus melawan dan terpaksa membalas menyerang, sehingga terjadi
peristiwa pembunuhan.
Masyarakat modern yang serba kompleks sebagai produk kemajuan teknologi,
mekanisasi, industrialisasi dan urbanisasi memunculkan banyak masalah sosial. Usaha
adaptasi atau penyesuaian diri terhadap masyarakat modern sangat kompleks itu
menjadi tidak mudah. Kesulitan mengadakan adaptasi menyebabkan banyak
kebimbangan, kebingungan, kecemasan dan konflik, baik konflik eksternal yang
terbuka, maupun yang internal dalam batin sendiri yang tersembunyi dan tertutup
sifatnya. Sebagai dampaknya orang lalu mengembangkan pola tingkah-laku
menyimpang dari norma-norma umum, dengan jalan berbuat semau sendiri demi
keuntungan sendiri dan kepentingan pribadi, kemudian mengganggu dan merugikan
pihak lain.
B. Masalah
Dalam perkembangan masyarakat seperti ini, pengaruh budaya di luar sistem
masyarakat sangat mempengaruhi perilaku anggota masyarakat itu sendiri, terutama
anak-anak, lingkungan, khususnya lingkungan sosial, mempunyai peranan yang sangat
besar terhadap pembentukan perilaku anak, termasuk perilaku jahat yang dilakukan
oleh anak. Beberapa waktu terakhir ini, banyak terjadi kejahatan atau perilaku jahat di
masyarakat. Dari berbagai media massa, baik elektronik maupun cetak, kita selalu
mendengar dan mengetahui adanya kejahatan atau perilaku jahat yang dilakukan oleh
anggota masyarakat. Pelaku kejahatan atau pelaku perilaku jahat di masyarakat tidak
hanya dilakukan oleh anggota masyarakat yang sudah dewasa, tetapi juga dilakukan
oleh anggota masyarakat yang masih anak-anak atau yang biasa kita sebut sebagai
kejahatan anak atau perilaku jahat anak.
Fakta menunjukkan bahwa semua tipe kejahatan anak itu semakin bertambah
jumlahnya dengan semakin lajunya perkembangan industrialisasi dan urbanisasi.
Kejahatan yang dilakukan oleh anak-anak pada intinya merupakan produk dari kondisi
masyarakatnya dengan segala pergolakan sosial yang ada di dalamnya. Kejahatan
anak ini disebut sebagai salah satu penyakit masyarakat atau penyakit sosial. Penyakit
sosial atau penyakit masyarakat adalah segala bentuk tingkah laku yang di anggap
tidak sesuai, melanggar norma-norma umum, adat-istiadat, hukum formal, atau tidak
bisa diintegrasikan dalam pola tingkah laku umum.
Kejahatan dalam segala usia termasuk remaja dan anak-anak dalam dasawarsa
lalu, belum menjadi masalah yang terlalu serius untuk dipikirkan, baik oleh pemerintah,
ahli kriminologi , penegak hukum, praktisi sosial maupun masyarakat umumnya.
Perilaku jahat anak-anak dan remaja merupakan gejala sakit (patologis) secara
sosial pada anak-anak yang disebabkan oleh salah satu bentuk pengabaian sosial,
sehingga mereka itu mengembangkan bentuk tingkah laku yang menyimpang.
Pengaruh sosial dan kultural memainkan peranan yang besar dalam pembentukan atau
pengkondisian tingkah-laku kriminal anak-anak dan remaja. Perilaku anak-anak dan
remaja ini menunjukkan tanda-tanda kurang atau tidak adanya konformitas terhadap
norma-norma sosial.
Anak-anak dan remaja yang melakukan kejahatan itu pada umumnya kurang
memiliki kontrol diri, atau justru menyalahgunakan kontrol diri tersebut, dan suka
menegakkan standar tingkah laku sendiri, di samping meremehkan keberadaan orang
lain. Kejahatan yang mereka lakukan itu pada umumnya disertai unsur-unsur mental
dengan motif-motif subyektif, yaitu untuk mencapai satu objek tertentu dengan disertai
kekerasan. Pada umumnya anak-anak dan remaja tersebut sangat egoistis, dan suka
sekali menyalahgunakan dan melebih-lebihkan harga dirinya.
Adapun motif yang mendorong mereka melakukan tindak kejahatan itu antara
lain adalah :
1. Untuk memuaskan kecenderungan keserakahan.
2. Meningkatkan agresivitas dan dorongan seksual.
3. Salah-asuh dan salah didik orang tua, sehingga anak tersebut menjadi manja dan
lemah mentalnya.
4. Hasrat untuk berkumpul dengan kawan senasib dan sebaya, dan kesukaan untuk
meniru-niru.
5. Kecenderungan pembawaan yang patologis atau abnormal.
6. Konflik batin sendiri, dan kemudian menggunakan mekanisme pelarian diri serta
pembelaan diri yang irrasional.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian latar belakang, maka dapat dirumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut:
1. Apa jenis-jenis kriminalitas yang dilakukan anak-anak, remaja, maupun dewasa?
2. Faktor-faktor apa yang menyebabkan perilaku kriminalitas?
3. Apakah dampak dari kriminalitas?
4. Bagaimana solusi dari tindak kriminaliatas yang terjadi?
5. Apa saja fungsi dan disfungsi dari kejahatan (kriminalitas)?
C. Tujuan Penelitian
D. Manfaat Penelitian
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kriminalitas
Kriminalitas atau tindak kriminal segala sesuatu yang melanggar hukum atau
sebuah tindak kejahatan. Pelaku kriminalitas disebut seorang kriminal. Biasanya yang
dianggap kriminal adalah seorang pencuri, pembunuh, perampok, atau teroris. Secara
yuridis formal, kejahatan adalah bentuk tingkah laku yang bertentangan dengan moral
kemanusiaan (immoril), merugikan masyarakat, asocial sifatnya dan melanggar hukum
serta undang-undang pidana didalam perumusan pasal-pasal kitab undang-undang
hukum pidana (KUHP) jelas tercantum: kejahatan adalah semua bentuk perbuatan
yang memenuhi perumusan ketentuan-ketentuan KUHP. Misalnya pembunuhan adalah
perbuatan yang memenuhi perumusan pasal 388 KUHP, mencuri memenuhi bunyi
pasal 362 KUHP, sedang kejahatan penganiayaan memenuhi pasal 351 KUHP.
Ringkasnya, secara yuridis formal, kejahatan adalah bentuk tingkah laku yang
melanggar undang-undang pidana. Selanjutnya semua tingkah laku yang dilarang oleh
undang-undang, harus disingkiri. Barang siapa melanggarnya, dikenai pidana. Maka
larangan-larangan dan kewajiban-kewajiban tertentu yang harus ditaati oleh setiap
warga Negara itu tercantum pada undang-undang dan peraturan-peraturan pemerintah,
baik yang dipusat maupun pemerintah daerah.
B. Bentuk-bentuk Kriminalitas
Bentuk dan jenis kejahatan itu dapat dibagi-bagikan kedalam beberapa kelompok, yaitu:
a) Rampok dan gangsterisme, yang sering melakukan operasi-operasinya bersama-sama
dengan organisasi-orgnisasi legal.
b) Penipuan-penipuan: permainan-permainan penipuan dalam bentuk judi dan peranrata-
perantara kepercayaan, pemerasan (blackmailing), ancaman untuk mempublisir
skandal dan perbuatan manipulative.
c) Pencurian dan pelanggaran; perbuatan kekerasan, pembegalan,
penjambretan/pencopetan, perampokan; pelanggaran lalu lintas, ekonomi, pajak, bea
cukai, dan lain-lain.
2) Penjahat yang melakukan tindak pidana oleh cacat badani-rohani, dan kemunduran
jiwa-raganya.
a. Orang-orang dengan gangguan jasmani-rohani sejak lahir dan pada usia muda,
sehingga sukar dididik, dan tidak mampu menyesuaikan diri terhadap pola hidup
masyarakat umum.
b. Orang-orang dengan gangguan badani-rohani pada usia lanjut (dementia senilitas),
cacat/invalid oleh suatu kecelakaan, dan lain-lain.
Adapun tipe atau jenis-jenis menurut penggolongan para ahlinya adalah sebagai
berikut :
1. Penjahat dari kecendrungan(bukan karena bakat).
2. Penjahat karena kelemahan (karena kelemahan jiwa sehingga sulit menghindarkan
diri untuk tidak berbuat).
3. Penjahat karena hawa nafsu yang berlebihan, dan putus asa, penjahat terdorong
oleh harga diri atau keyakinan.
Semua ini dapat disebut sebagai disfungsi sosial dari kejahatan. Selain itu ada
juga fungsi sosial dari kejahatan yang dapat memberikan dampak positif, yaitu:
1) Menumbuhkan rasa solidaritas dalam kelompok-kelompok yng tengah diteror oleh para
penjahat.
2) Muncullah kemudian tanda-tanda baru, dengan norma-norma susila yang lebih baik,
yang diharapkan mampu mengatur masyarakat dengan cara yang lebih baik dimasa-
masa mendatang.
3) Orang berusaha memperbesar kekuatan hukum, dan menambah kekuatan fisik lainnya
untuk memberantas kejahatan.
Hukum yang tidak pasti , yang tidak memenuhi asas keadilan membuat orang mencari
caranya sendiri untuk memuaskan rasa keadilannya , meskipun cara -cara itu
bertentangan dengan peraturan hukum yang berlaku .
Untuk menyelesaikan masalah ini seharusnya para pengambil kebijakan berkomitmen
dengan kuat melaksanakan kebijakan ekonomi yang berpihak dengan rakyat dan
menegakkan supremasi hukum yang memenuhi rasa keadilan masyarakat dengan tidak
pandang bulu .
1. Mengenakan sanksi hukum yang tegas dan adil kepada para pelaku kriminalitas
tanpa pandang bulu atau derajat
2. Mengaktifkan peran serta orang tua dan lembaga pendidikan dalam mendidik
anak
3. Selektif terhadap budaya asing yang masuk agar tidak merusak nilai busaya
bangsa sendiri