You are on page 1of 15

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian
1. Struma nodosa nontoksik adalah struma nodosa tanpa di sertai
hipertirodisme (menurut buku kapita selekta kedokteran, 1999, 598).
2. Struma adalah hipertropy dan hiperplasia glandula tirodeo (menurut
buku ringkasan ilmu bedah, 1997)
3. Tirodektomi adalah suatu tindakan operasi sebagaian atau subtotal tiroid
atau seluruh bagaian dari kelenjar tiroid.

Struma nodosa dapat di klasifikasikan berdasarkan beberapa hal yaitu :


a. Berdasarkan jumlah nodul : bila jumlah nodul hanya satu disebut struma
nodosa soliter (uninodosa) dan bisa lebih dari satu disebut strauma
multinodosa.
b. Berdasarkan konsistensinya : nodul lunak, kristik, keras dan sangat
keras.

Pada status pemeriksaan fisik perlu dinilai


a. Jumlah nodul : satu (soliter) atau lebih dari satu (multiple)
b. Nyeri pada penekanan : ada atau tidak
c. Pembesaran kelenjar getah bening disekitar tiroid : ada atau tidak ada.

Keganasan umumnya terjadi pada nodul yang soliter dan konsistensinya


keras sampai sangat keras, yang multipel biasanya tidak keras, kecuali
apabila salah satu dari nodul tersebut lebih menonjol dan lebih keras dari
pada yang lainnya. Apabila suatu nodul nyeri pada penekanan dan nodul
digerakkan, kemungkinan terjadi suatu perdarahan . Nodul yang tidak nyeri,
multiple dan bebas digerakkan mungkin merupakan struma difus atau
hiperplosia tiroid.
B. Etiologi
Penyebab strauma simplek antara lain :
1. Defek familial pada sintesis atau pengangkutan dari pada hormon tiroid.
2. Bila kebutuhan akan thyroxin bertambah (pubertas, kehamilan, laktasi,
stress.)
3. Terdapat bahan bahan geitrogenetik yang menghambat produksi
hormon tiroid.
4. Kekurangan yodium.
5. Obat anti tiroid atau produk tanaman yang mengandung obat anti tiroid.

Penyebab lain
1. Kongenital
2. Trauma
3. Radang
4. Tumor

C. Patofisiologi
Pompa aktif yang sama, yang memompa ion iodida kedalam sel-sel
tiroid juga dapat memompa ion tiosianat, ion perklorat dan ion nitrat. Oleh
karena itu pemberian trosianat (atau salah satu ion lainnya) yang
konsentrasinya cukup tinggi dapat menyebabkan timbulnya penghambatan
persaingan terhadap pengangkutan iodida ke dalam sel yakni,
penghambatan mekanisme penjeratan iodida. Berkurangnya persediaan
iodida dalam sel sel glandular tidak menghentikan pembentukan
troglobulin, keadaan ini hanya mencegah tiroglobulin yang sudah terbentuk
mengalami proses iodinasi sehingga hormon tiroid ini selanjutnya
cenderung meningkatkan sekresi TSH oleh kelenjar hipofisis anterior, yang
menyebabkan timbulnya pertumbuhan yang berlebihan dari kelenjar tiroid
walaupun kelenjar ini masih dapat mensekresi jumlah hormon tiroid yang
adekuat. Oleh karena itu, pemakaian trosianat dan beberapa ion lain untuk
menghambat sekresi tiroid dapat menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid
yang disebut sebagai goiter

Skema terjadinya struma nodosa nontoksik


Kekurangan yodium / peningkatan
Kebutuhan yodium (pertumbuhan,
Kehamilan, laktasi, stress dll)

Faktor faktor yang menghambat produksi


Hormon tiroid (goitrogenetik agent)

Merangsang kelenjar hipofise anterior


Untuk membuat hormon-hormon yang merangsang
Kelenjar tiroid (TSH)

Hipertropi dan hiperplasra kelenjar

Nodularitas tiroid serta kelainan


Arsitektur

Penuturan aliran darah

Iskemia

D. Tanda dan Gejala


Alibat berulangnya episode hiperplasia dan involusi dapat terjadi
berbagai bentuk degenerasi seperti fibrosis, nekrosis. Klasifikasi
pembentukan kista dan perdarahan keadaan kista tersebut pada umumnya
kelainan yang menampakkan diri sebagai strauma nodosa nontoksik ialah
adenoma, kista perdarahan tiroiditas dan karsinoma
Gejala dari strauma antara lain :
1. Pembesaran tumor pada regio kolianterior
2. Pada waktu menelan ikut bergerak ke atas
3. Tak ada tanda tanda peradangan
4. Tak ada tanda tanda malignosisi/keganasan

E. Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan sidik tiroid
2. Pemeriksaan ultrasonografi (USG)
3. Biopsi aspirasi jarum halus
4. Termografi
5. Petanda tumor
6. Kadar hormon pemacu tiroid (TSH), tiroksin (T3 & T4) dan pemeriksa
imunoglobin pemacu tiroid

F. Penatalaksanaan
1. Strumektomi
Strumektomi dilakukan pada struma yang besar dan menyebabkan
keluhan mekanis. Strumektomi juga di indikasikan terhadap kista tirda
yang mengecil setelah dilakukan biopsi aspirasi jarum halus. Nodul
panas dan diameter > 2,5 mm dilakukan operasi karena dikhawatirkan
mudah timbul hipertiroidisme.
2. L- tiroksin selama 4 5 bulan
Preparat ini diberikan apabila terdapat nodul hangat, lalu dilakukan
pemeriksaan sidik tiroid ulang. Apabila nodul mengecil maka terapi
diteruskan namun apabila tidak mengecil atau bahkan membesar
dilakukan biosi aspirasi atau operasi.
3. Biopsi operasi jarum halus
Cara ini dilakukan pada kista tiroid hingga nodul kurang dari 10 mm
4. Nodul panas dengan diameter < 2,5 cm. Observasi saja terapi kalau >2,5
mm terapinya ialah operatif karena dikhawatirkan mudah
hipertiroidisme

G. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin terjadi antara lain :
1. Obstruksi jalan nafas
2. Perdarahan
3. Paralyse pada nervous layngecil
4. Hypothyroidism
5. Hypoparathyroidsm
6. Miksedema kecil

H. Asuhan Keperawatan
Dari keseluruhan dampak masalah diatas, maka diperlukan suatu
keperawatan yang komprehensif dengan demikian pola asuhan keperawatan
yang terdapat adalah melalui proses perawatan yang dimulai dari
pengkajian yang diambil adalah merupakan respons klien, baik respon
biopsikososial maupun spiritual, kemudian ditetapkan suatu rencana
tindakan keperawatan untuk menuntun tindakan keperawatan dan untuk
menilai keadaan klien, diperlukan suatu evaluasi yang menunjuk pada
tujuan rencana perawatan klien dengan post operasi tiroidektomi dengan
indikasi SNNT.
1. Pengkajian
Pengkajian dasar utama atau langkah awal dari proses keperawatan
secara keseluruhan pada tahap ini semua data dan informasi tentang
klien yang dibutuhkan di kumpulkan dan dianalisa untuk menentukan
diagnosa keperawatan. Tujuan dari pengkajian keperawatan adalah
mengumpulkan data mengelompokkan dara dan menganalisa data,
sehingga ditemukan diagnosa keperawatan.
Adapun mengkajian pada klien dengan tiroidektomi menurut
Marynn E. Doenges adalah :
a. Aktivitas /istirahat
Gejala : Isomnia, sensitivitas meningkat otot lemah,
gangguan koordinasi kelelahan berat.
Tanda : Atrofi Otot.

b. Sirkulasi
Gejala : Nyeri data (angina)
Tanda : Disritmia (Vibrilasi atrium), irama gallop, murmur,
peningkatan tekanan darah dengan tekanan nada
yang berat. Tokikadra saat istirahat, sirkulasi kolaps
(krisis tirotoksikosis)
c. Eliminasi
Gejala : Urine dalam jumlah banyak, perubahan dalam fases,
diare.
d. Integritas ego
Gejala : Mengalami stres yang berat baik emosional maupun
fisik.
e. Makanan/cairan
Gejala : Kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu
makan meningkat, makan banyak, makannya sering,
kehausan, mual dan muntah.
Tanda : Pembesaran tiroid, goiter edema non pitting
terutama daerah pretibol.
f. Neurosensori
Tanda : Bicara cepat dan parau, gangguan status mental dan
prilaku, seperti bingung, disorientasi, peka
rangsang, delirium, psikosis, stupar, koma. Tremor
halus pada tangan, tanpa tujuan, beberapa bagian
tersentak sentak. Hiperaktif refleks tendon dalam
(RTD).
g. Nyeri / Kenyamanan
Gejala : Nyeri orbital, fotofobia.
h. Pernapasan
Tanda : Frekuensi pernapasan meningkat takipnea, disnea
edema paru (pada krisis tirotoksikosis).
i. Keamanan
Gejala : Tidak toleransi terhadap panas, keringat yang
berlebihan alergi terhadap iodium (mungkin
digunakan pada pemeriksanaan).
Tanda : Suhu meningkat drajat 37,4oC, diaforensis kulit
halus, hangat dan kemerahan, rambut tipis
mengkilat dan lurus. Eksoptalmus : retraksi, iritasi
(sering terjadi papretibial) yang menjadi sangat
marah.
j. Seksualitas
Tanda : Penurunan libido, hipomenoria, amenoria dan
impoten.

I. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan memberi format untuk mengekspresikan
bagian bagian identifikasi masalah dari proses keperawatan. Adapun
diagnosa keperawatan yang penulis jadikan pedoman atau panduan adalah
diagnosa keperawatan menurut Marlynn E Doenges dan Susan Martin
Tucker yaitu :
1. Resti terhadap takefektif bersihan jalan napas bagian dari obstruksi
trakea ; pembengkakan ; pendarahan ; spasme laringeal.
2. Kerusakan komunikasi verbal bagian dari cedera pita suara / kerusakan
saraf laring ; edema jaringan ; nyeri, ketidaknyamanan.
3. Resti terhadap cidera bagian dari ketidak seimbangan kimia, stimulasi
susunan saraf pusat berlebihan.
4. Nyeri (akut) bagian dari interupsi / manipulasi bedah terhadap jaringan /
otot, odema pasca operasi .
5. Resti infeksi bagaian dari prosedur invasi
6. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan
tindakan bagian dari kurangnya informasi yang akurat mengenai
perawatan dirumah dan perawatan tindak lanjut.

J. Perencanaan
Perencanaan adalah langkah awal dalam menentukan apa yang
dilakukan untuk membantu klien dalam memenuhi serta mengatasi masalah
keperawatan yang ditentukan tahap perencanaan keperawatan adalah
menentukan prioritas diagnosa keperawatan, penetapan kriteria evaluasi dan
merumuskan intervensi keperawatan. Rencana tindakan keperawatan yang
disusun pada klien dan post op tiroidektomi dengan indikasi SNNT
menurut Doeges M.E. dan Susan Martin Tucker adalah sebagai berikut :
a. Besti terhadap takefektif bersihan jalan nafas bagaian dari obstruksi
trakea ; pembengkakan ; pendarahan, spasme lairingeal.
Tujuan : Mempertahankan jalan nafas paten, aspirasi di cegah.
Rencana tindakan
1.1. Pantau prekuensi pernapasan, kedalaman dan kerja pernafasan.
1.2. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara ronki
1.3. Kaji adanya dispnea, stridor Berkokok dan sianosis perhatikan
kualitas suara.
1.4. Waspadakan pasien untuk menghindari ikatan pada leher
menyokong kepala dan bantal.
1.5. Bantu dalam perubahan posisi, latihan napas dalam dan /atau
batuk efektif sesuai indikasi.
1.6. Lakukan penghisapan pada mulut dan trakea sesuai dengan
indikasi, catat warna dan karekteristik.
1.7. Lakukan penilaian ulang terhadap balutan secara teratur
terutama bagian postierior.
1.8. Selidiki keluhan kesulitan menelan, penumpukan sekresi oral.
1.9. Kolaborasi dalam pemberian inhalasi uap, udara ruangan yang
lembab.
b. Kerusakan komunikasi verbal bagian dari cedera pita suara /
kerusakan saraf laring; edema jaringan; inyeri ketidaknyamanan.
Tujuan : Mampu menciptakan metode komunikasi dimana
kebutuhan dapat dipahami.
Rencana tindakan :
2.1.Kaji fungsi bicara secara periodik, anjurkan untuk tidak
berbicara terus menerus.
2.2.Pertahankan komunikasi yang sederhana, beri pertanyaan yang
hanya memerlukan jawaban ya atau tidak.
2.3.Memberikan metode komunikasi alternatif yang sesuai.
2.4.Antisipasi ps untuk terus membatasi bicara dan jawaban bel
panggilan dengan segera.
2.5.Pertahankan lingkungan yang tenang.
c. Resti terhadap cidera bagian dari ketidakseimbangan kimia,
stimulasi ssp berlebihan.
Tujuan : mendemonstrasikan tak ada cidera dengan komplikasi
minimal / terkontrol.
Rencana tindakan :
3.1. Pantau tanda vital dan catat adanya peningkatan tubuh,
kakikandria, disritmia, distres pernafasan, sianosis.
3.2. Evaluasi refleksi secara periodik.
3.3. Pertahankan penghalang tempat tidur terpasang/diberi bantalan,
tempat tidur pada posisi yang rendah dan jalan nafas buatan ps.
3.4. Kolaborasi dalam pemberian obat sesuai indikasi.
d. Nyeri (akut) bagian dari interupsi / manipulasi bedah terhadap
jaringan/otot, edema pasca operasi.
Tujuan : melaporkan nyeri hilang/terkontrol.
Rencana tindakan :
4.1. Kaji tanda-tanda adanya nyeri baik verbal maupun nonverbal,
catat lokasi, intensitas (skala 0-10) dan lamanya.
4.2. Letakkan pasiendalam posisi semifowcer dan sokong
kepala/leher dengan bantal pasir atau bantal kecil.
4.3. Pertahankan leher/kepala dalam posisi netral dan sokong
selama perubahan posisi.
4.4. Berikan minuman yang sejuk atau makanan yang lunak.
4.5. Anjurakn pasien untuk menggunakan teknik relaksasi.
4.6. Kolaborasi dalam pemberian obet analgetik.
e. Resti infeksi bagian dari prosedur invasif.
Tujuan : infeksi tidak terjadi dan mencapai penyembuhan luka tepat
waktu.
Rencana tindakan :
1.1. Pantau tanda vital dan bunyi nafas setiap empat jam sampai
delapan jam.
1.2. Ganti balutan setiap hari dan bila basah, observasi terhadap
tanda dan gejala terjadinya infeksi atau gangguan proses
penyembuhan; kemerahan, bengkak, drainase yang berbau,
demam.
1.3. Gunakan balutan dan plester yang benar-benar diperlukan,
lepaskan plester yang mengarah ke luka insisi.
1.4. Kolaborasi dalam pemberian antibiotik sesuai indikasi.
f. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan
tindakan bagian dari kurangnya informasi yang akurat mengenai
perawatan di rumah dan perawatan tindak lanjut.
Tujuan : mengatakan pengertiannya tentang prosedur pembedahan
dan penangannya.
6.1. Tinjau ulang prosedur pembedahan dan harapan selanjutnya.
6.2. Diskusikan kebutuhan diet yang seimbang, diet bergizi, dan bila
tepat mencakup garam beryodium.
6.3. Dorong program latihan umum progresif.
6.4. Nilai kembali kebutuhan akan istirahat dan relaksasi.
6.5. Instruksikan untuk melakukan perawatan pada daerah insisi.
6.6. Diskusikan kemungkinan adanya perubahan dalam bicara.
6.7. Tinjau ulang terapi obat dan kebutuhan melanjutkannya bila
keadaan dirasakan lebih baik.
K. Pelaksanaan
Pelaksanaan keperawatan merupakan tahapan pemberian tindakan
keperawatan untuk mengatasi permasalaha penderita secara terarah dan
komprehensif. Berdasarkan rencana tindakan yang telah diterapkan
sebelumnya perencanaan keperawatan dikembangkan untuk memenuhi
pengurangan nyeri, pemasukan nutrisi adekuat, peningkatan kemampuan
mobilisasi, mencegah terjadinya infeksi dan membantu klien/keluarga untuk
beradaptasi dengan penyakitnya.
L. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir yang berkelanjutan dan proses
keperawatan yang merupakan tolak ukur untuk mengetahui keberhasilan
tindakan keperawatan yang diberikan. Pada tahap evaluasi terhadap
beberapa kemungkinan masalah teratasi seluruhnya, sebagian belum
teratasi, atau bahkan timbul masalah baru. Evaluasi bertujuan untuk
mengetahui kemajuan klien dalam mencapai kriteria hasil yang diterapkan
dalam tujuan asuhan keperawatan. Evaluasi yang dilakukan terdiri dari
evaluasi hasil dan evaluasi proses.

PENGKAJIAN
A. Biodata Klien
Pengkajian dilakukan dengan wawancara yang meliputi Nama klien, Umur,
Jenis kelamin, Status perkawinan, Pekerjaan, Agama, Pendidikan terakhir,
Alamat, Nomor register, dan tanggal masuk rumah sakit.
B. Riwayat Kesehatan Sekarang.
Diperoleh pada saat wawancara dengan pasien, meliputi pertumbuhan dan
perkembangan fungsi seksual, pertumbuhan rambut, perubahan kulit, suhu
yang tidak toleran, status emosional dan perubahan energi, nutrisi, fungsi
pikir, dan intelektual, suara dan pola perkemihan. Beberapa pertanyaan
untuk mengkaji kesehatan sekarang, misalkan :
1. Bilakah ciri seks sekunder mulai tampak?
2. Adakah perkembangan rambut yang berlebihan?
3. Adakah perubahan pada jaringan dan pigmentasi dari kulit?
4. Apakah pasien mengalami perubahan rasa panas atau dingin bila berada
di lingkungan lain?
5. Apakah pasien kerapkali mengalami perasaan tidak enak (panas atau
dingin).
6. Apakah ps mempunyai riwayat mudah nervus?
7. Apakah ekstremitas basah atau dingin?
8. Apakah ps mengalami perubahan dalam aktivitas?
9. Apakah ps menggunakan tenaga tambahan atau apakah hanya
menggunakan tenaga secukupnya untuk melakukan kegiatan rutin sehari
hari?
10. Apakah ps merasa malas dan cepat lelah?
11. Apakah ada perubahan dalam nafsu makan ?
12. Apakah ada perubahan dalam berat badan?
13. Apakah ps banyak minum yang berlebihan, apakah sering merasa haus?
14. Apakah ada perubahan pola berfikir?
15. Apakah sering buang air kecil?
16. Apakah ada perubahan suara?

C. Riwayat kesehatan masa lalu


Dalam mengkaji kesehatan masa lalu lebih di tekankan pada hal
yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan ; karena sistem
endokrin otak alat untuk mengontrol tentang pertumbuhan otot dan
perkembangan tubuh. Hormon anabolik penting utnuk meningkatkan
pertumbuhan dan mempunyai peran pada waktu yang khusus, misalnya
hormon tiroid mempengaruhi perumbuhan sejak janin sampai anak-anak.
Juga diperlukan riwayat sosial, seperti data tentang usia, jenis
kelamin, pendidikan tempat tinggal dan riwayat psikologik pasien seperti
sikap dan tingkah laku ps untuk beradaptasi dan reaksi keluarga dan respon
terhadap masalah.

D. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan dengan cara inspeksi dan palpasi.
1. Inspeksi, perawat harus mengobservasi tanda tanda vital, BB, tinggi,
fostur pembesaran otot, adanya strioe, pertumbuhan dan keadaan
rambut, pigmentasi kulit, apakah mata melotot, daerah leher apakah ada
perubahan bentuk, ukuran dan konsistensinya, ada kesulitan menelan.
2. Palpasi, dalam keadaan normal kelenjar tiroid tidak teraba, jika ada
perubahan perawatan dapat mendeteksi tentang perubahan ukuran,
bentuk, letaknya tidak simetrik ada benjolan, kelembutan dan rasa sakit
ketika dipalpasi.
Setelah perawat melakukan pengkajian, perawat dapat mengelompokkan
menjadi data subjektif & data objektif
a. Data subjektif
1. Perubahan dalam aktivitas sehari hari.
2. Merasa adanya kelemahan
3. Mati rasa
4. Sakit tulang
5. Perubahan dalam tinggi badan, BB dan proporsi tubuh
6. Merasa sakit kepala
7. Perubahan status mental
8. Tidak ada nafsu makan
9. Merasa enenk dan sakit di daerah perut
10. Merasa berdebar-debar dan napas terasa pendek.
11. Syncope
12. Suaranya serak
13. Dysuria
14. Perubahan dalam menstruasi, impoten dan penurunan libido.
b. Data objektif
1. Penampilan umum
Perkembangan tubuh dan proporsi tubuh Td/nadi, suhu dan
pernapasan
2. Kulit
- Temperatur, turgor dan kasar
- Penurunan pigmentasi
- Adanya striae yang berlebihan pada daerah yang berlemak
3. Edema
Pada wajah, mata, ekstermitas begian bawah
4. Rambut dan kuku
Jarang, mudah rontok, kasar, rambut terbelah-belah.
5. Muskulaskeletal
Perubahan dalam ukuran pembesaran tangan dan kaki, BB dan
tinggi badan disesuaikan dengan usia.
6. Ekstermitas
Lemah, tremor, kaku, kejang tetani, kedutan
7. Susunan saraf pusat
Perubahan kepribadian, mudah marah, cemas, depresi emosi labil
8. Perubahan dalam kesadaran
Mengantuk, respon tidak sesuai dengan pertanyaan, kejang,
bingung, coma, respon pupil mengecil bicara parau, lemah dan
pelan.
9. Kepala dan leher
Muka kasar, edema, moon face, mata menonjol, pembesaran bibir,
lidah, tremor, pertumbuhan gigi permanen terlambat.
10. Gastrointestinal
Tidak ada nafsu makan, banyak kmakan dan minum, muntah,
diare, konstipasi, dehidrasi, perubahan BB, perubahan ukuran
perut.
11. Cardiovaskuler
Tachicardi, bradrycardi, hipo dan hipertensi, pembesaran jantung.
12. Respirotory
Pernapasan cepat, kussmaul, stridor, pernapasan yang berbau
aceton.
13. Ginjal
Poliuria : urine lebih dari 2000 cc/ hari
Oliguria : urine kurang dari 400 cc/ hari
Anuria : urine kurang dari 100 cc/ hari
Dan kadang kadang ngompol
14. Reproduksi
Genital atropy, buah dada atropy, pubertas precos, pubertas yang
terlambat, pembesaran klitoris.
c. Prioritas masalah keperawatan
1. Bersihan jalan napas tak efektif bagian dari pendarahan dan /
edema laringeal.
2. Kerusakan komunikasi verbal bagian dari kerusakan dan /
manipulasi saraf laringael.
3. Resti cidera bagian dari hipokalsemia
4. Nyeri bagian dari insisi operasi
5. Resti infeksi bagain dari invasif.
6. Kurang pengetahuan bagian dari kurangnya informasi yang akurat
mengenai perawatan dirumah dan perawatan tindak lanjut

You might also like