You are on page 1of 13

d'Lizhouz

nutritionist professional wanna be..from d'Lizh House to dLicious..^^

Kamis, 24 Januari 2013


Ibu-ibuu..bapak-bapaak...anak gendut imut,lucu, sehat..

Whats in your mind?


#pertanyaan ala pesbuk..

Ihh..lucu banget.
gemeeezz deh.. ciwel pipinya yaaa... sehatt banget ya.. makannya apa? Susunya
apa?

Hey..wait..wait..wait..
Sekarang ini gemuk bukan lagi suatu indikasi kemakmuran kesejahteraan, tapi
berkembang menjadi disease of modernity, yang biasa disebut obesitas. Penyakit
akibat modernisasi.. akibat yang dimakan bukan makanan alami akan tetapi
makanan teknologi..dan manusia mulai menuhankan nafsu 10 centi...
Demi 10 centi, rela mengorbankan semuanya..
#makanan itu kan nikmatnya cuma 10 centi setelah lewat dari itu juga semuanya
sama aja, keluarannya juga gitu2 aja..ga ada model baru...hhehehe

THE RISK BEING OBESE DURING INFANT AND CHILDHOOD


Obesitas adalah suatu keadaan patologik,, pada keadaan tersebut terdapat
penumpukan lemak yang berlebihan secara menyeluruh di bawah kulit dan jaringan
lainnya di dalam tubuh. Obesitas bukan merupakan suatu penyakit dengan
sendirinya, tetapi merupakan suatu gejala kompleks berhubungan erat dengan
mortalitas, penyakit kardiovaskuler, atherosklerosis, dan diabetes.

Obesitas dapat muncul kapan saja, namun lebih sering pada tahun pertama
usia kehidupan, usia 5-6 tahun, dan selama masa remaja. Data National Center for
Health Statistics ( NCHS ) menunjukkan bahwa hampir 1 dari 5 anak di Amerika
Serikat mengalami kelebihan berat badan, prevalensinya terus meningkat dalam 20
tahun terakhir. Peningkatan angka obesitas anak juga terjadi di Inggris, Jepang, dan
di beberapa negara berkembang, bahkan di seluruh dunia.

Penelitian menunjukkan bahwa prevalensi obesitas masa anak-anak sebesar


7-34% (Canada), 7,3% (United Kingdom), dan 27,1% pada usia 6-11 tahun dan
21,9% pada usia 12-17 tahun (Amerika Serikat). Insiden obesitas pada masa anak-
anak di Amerika Serikat diperkirakan sebesar 10-15% (Behrman dkk, 2000). Di
Indonesia prevalensi obesitas menurut data Riset Kesehatan Dasar 2010 sebesar
14%. Hal ini menunjukkan peningkatan bila dibandingkan dengan tahun 2007 yaitu
sebesar 10,4%.

Obesitas pada masa anak-anak berhubungan dengan variable keluarga,


misalnya jika kedua orang tua mengalami obesitas maka 80% anak juga akan
mengalami obesitas. Pola aktifitas juga mempunyai hubungan erat dengan
meningkatnya kejadian obesitas terutama pada anak, misalnya dengan
bertambahnya waktu yang digunakan untuk bersantai seperti menonton televisi dan
bermain video games. Jika tidak dicegah, obesitas yang terjadi pada masa anak
berisiko tinggi menjadi obesitas pada masa dewasa, selain itu juga mempunyai
dampak terhadap tumbuh kembang anak termasuk dalam pertumbuhan linier dan
berpotensi mengalami berbagai penyakit.

Bayi yang baru lahir dengan berat badan yang tinggi diperkirakan akan
memiliki berat badan yang tinggi pula pada saat dewasa. Menurut teori tersebut,
kemungkinan karena kelebihan zat gizi pada saat janin. Janin dengan suplai energi
yang tinggi akan beradaptasi dengan memproduksi lebih banyak system enzim aktif
dalam membentuk dan menyimpan lemak tubuh. Teori ini juga menjelaskan
mengapa bayi yang dilahirkan dari seorang ibu yang diabetes umumnya memiliki
berat badan yang tinggi. Diabetes ini menyebabkan penumpukan energi dalam
aliran darah ibu sehingga menyediakan energi yang banyak bagi janin.

Pada survey dengan 15.000 remaja dan ibunya, didapatkan bahwa bayi yang
diberikan ASI selama 6 bulan dari kelahirannya tidak mengalami kelebihan berat
badan jika dibandingkan dengan bayi yang mengkonsumsi susu formula. Pada studi
dengan anak-anak yang berusia lebih muda (3-5 tahun), peneliti menemukan bahwa
tidak ada pengaruh antara pemberian ASI eksklusif terhadap berat badan.
Kemungkinan ada factor lain yang terjadi pada masa anak-anak.
>>>>>>>>>>>>Obesitas pada
Anak<<<<<<<<<<<<<<<<

Penyebab umum terjadinya obesitas pada anak:

1. Pengaruh genetic
Gen membantu dalam mengendalikan nafsu makan pada seseorang, jika
kecenderungan untuk mengkonsumsi jumlah yang lebih sedikit atau lebih banyak
dari makanan diwariskan melalui gen, maka gen tersebut dapat mempengaruhi
seseorang untuk menjadi obesitas.

Pada obesitas seperti halnya penyakit jantung, hipertensi, dan Diabetes Mellitus
(DM) tipe 2, genetic mempunyai peranan penting. Penyakit-penyakit tersebut akan
berkembang bila didorong oleh factor lingkungan seperti makanan yang rendah zat
gizi, mobilitas yang kurang dan kebiasaan merokok.

2. Asupan energi dan kebiasaan kurang bergerak


Anak-anak belajar tentang kebiasaan makan mereka dari keluarga mereka dan
keluarga terdekat yang mungkin makan terlalu banyak, makanan yang kurang tepat
dan sedikit bergerak. Peneliti menambahkan konsumsi gula, terutama gula
sederhana yang menyebabkan peningkatan lemak tubuh anak-anak. Diperkirakan
risiko obesitas meningkat 60% dari anak-anak yang kelebihan berat badan jika
mengkonsumsi minuman bergula setiap harinya. Selain itu, pada waktu lahir anak
tidak dibiasakan mengkonsumsi air susu ibu (ASI), tetapi dibiasakan mengkonsumsi
susu formula, padahal anak yang diberi ASI, biasanya asupan asinya sesuai dengan
kebutuhannya. Anak yang biasa meminum susu formula, jumlah asupan anak tidak
dapat dihitung dengan tepat, bahkan para orang tua cenderung memberikan susu
formula yang lebih kental, sehingga melebihi porsi yang dibutuhkan anak .

Anak-anak yang kurang bergerak, tumbuh cepat dan menjadi kelebihan berat badan.
Seorang anak yang menghabiskan 1-2 jam di depan televisi, layar computer, atau
media lain dapat menjadi obesitas dan perkembangan darah lipidnya tidak normal
daripada anak yang aktif. Anak-anak yang aktif, HDL nya tinggi, dan LDL nya
rendah, dan tekanan darah menjadi lebih rendah daripada anak-anak yang tidak
bergerak.

>>>Tumbuh kembang bayi dan anak obesitas<<<


Anak yang mengalami obesitas akan mengalami pertumbuhan fisik cepat
(growth spurt) dan usia tulang lebih cepat matang, sehingga pada usia prapubertas
anak akan memiliki tinggi badan diatas rata-rata anak seusianya. Epstein dkk
menyebutkan bahwa anak obesitas pada masa pertumbuhan terjadi percepatan
kenaikan tinggi badan. Hal ini disebabkan anak mencapai growth spurt lebih awal
dibanding anak normal pada usia yang sama namun keadaan ini tidak menetap
sampai usia dewasa .

Anak perempuan yang obesitas akan mengalami pubertas lebih awal.


Ekstremitas biasanya lebih besar pada bagian lengan atas dan paha, perkembangan
genetalia eksterna normal, dan usia menarkhe mungkin akan lebih maju. Sedangkan
pada anak laki-laki jaringan adiposa lebih banyak muncul pada bagian dada
sehingga berkesan tumbuh payudara, abdomen cenderung menggantung. Genetalia
eksternal anak laki-laki yang obesitas tampak lebih kecil karena penis sering
terbungkus dalam lemak pubis .
Sistim kerangka pada anak obesitas sering mengalami kelainan, terutama pada
bagian ekstremitas bawah, dimana tulang belum begitu kuat untuk menopang tubuh
yang terlalu berat .

>>>>>>>Risiko penyakit saat dewasa<<<<<<<<

Mayoritas anak-anak dengan berat badan lebih akan menjadi gemuk pada usia
remaja dan dewasa, dan akan meningkatkan risiko menderita penyakit kronis. Tanpa
adanya pencegahan, banyak dari mereka akan meninggal muda akibat dari penyakit
yang dideritanya .

1. Hipertensi
Tekanan darah yang tinggi merupakan tanda akan penyakit hipertensi. Hipertensi
berkembang lebih awal pada anak-anak yang obesitas dan menghabiskan waktu
luang dengan santai. Hipertensi ini merupakan manifestasi dari atherosclerosis.
Pada masa bayi dilaporkan bahwa kolesterol darah menurun pada pemberian ASI
lebih dari 1 tahun jika dibandingkan dengan yang hanya diberikan susu formula .
Penelitian yang dilakukan oleh B. Rosner (2000) menunjukkan bahwa anak-anak
dengan Body Mass Indeks (BMI) berada pada atau diatas persentil 90 (kategori
overweight) mempunyai tekanan darah lebih tinggi bila dibandingkan dengan anak-
anak yang BMI berada pada atau dibawah persentil 10.
Peningkatan BMI selama masa anak-anak sampai menuju dewasa mempunyai
keterkaitan yang erat dengan tekanan darah. Obesitas pada masa anak-anak yang
dibawa sampai dewasa memungkinkan untuk memiliki tekanan darah yang lebih
tinggi bila dibandingkan dengan orang dewasa biasa .
2. Kolesterol darah meningkat
Kolesterol darah berhubungan dengan obesitas pada masa anak-anak,
khususnya obesitas sentral/viseral. Hal ini terjadi dengan adanya peningkatan
kolesterol LDL dan penurunan HDL. Ini saling berhubungan pada masa anak-anak
dan akan meningkat searah dengan peningkatan usia .

3. Penyakit jantung

Pada anak-anak yang menderita obesitas, mayoritas pada saat remaja akan
terbentuk garis-garis lemak (fatty sreaks) pada saluran pembuluh darah arteri. Dan
pada saat usia yang lebih dewasa, terbentuk plak dan dimulainya kalsifikasi. Hal ini
menyebabkan terhambatnya aliran darah yang menuju ke jantung ataupun otak
sehingga menyebabkan kehancuran pembuluh darah arteri atau atherosklerosis dan
terjadilah serangan jantung dan stroke .
4. Diabetes Melitus tipe 2
Diperkirakan 85% anak-anak yang terdiagnosa DM tipe 2 adalah yang
mengalami obesitas. Diabetes tipe 2 menyerang pada mereka yang mengalami
obesitas dan kurang aktivitas serta memiliki riwayat keluarga yang diabetes. Anak-
anak dengan DM tipe 2 memiliki gejala DM yang klasik, seperti glukosa terdapat
dalam urin, keton di dalam darah, kehilangan berat badan, selalu merasa haus dan
poliurinaria, jadi sering gejala ini tidak terdeteksi. Penurunan berat badan sulit untuk
dideteksi karena berhubungan dengan kelebihan berat badan dan anak-anak yang
obesitas menganggap pengurangan berat badan bukan karena DM .
5. Gangguan Pernafasan

M.A. Rodrigues menemukan bahwa anak- anak dengan BMI diatas persentil ke 85
telah mengalami kenaikan resiko terkena asma. Pada anak- anak obesitas,
kelebihan lemak pada perut dapat menganggu kerja paru-paru karena dapat
membatasi gerakan diafragma. Pada anak-anak dengan obesitas sering terjadi
sleep apnea (gangguan nafas selama tidur). G. B. Mallory menemukan bahwa 5%
pasien yang kelebihan berat badan mengalami sleep apnea.

Penyebabnya adalah penebalan jaringan lemak di daerah dinding dada dan perut
yang menggangu pergerakan dinding dada dan diagfragma, sehingga terjadi
penurunan volume dan perubahan pola ventilasi paru serta meningkatkan beban
kerja otot pernafasan. Penurunan tonus otot dinding dada yang disertai penurunan
saturasi oksigen dan peningkatan kadar CO2, serta penurunan tonus otot yang
mengatur pergerakan lidah, menyebabkan lidah jatuh ke arah dinding belakang
faring yang mengakibatkan obstruksi saluran nafas dan menyebabkan tidur gelisah,
sehingga anak rewel pada pagi harinya .

6. Penyakit hati

Penelitian terbaru menyatakan bahwa obesitas dapat berkontribusi terhadap


penyakit hati. Hal ini terkait dengan penumpukan lemak dalam hati. Ditahap awal
timbunan lemak relatif tidak berbahaya, tetapi jika berlangsung lama akan
menyebabkan steatohepatitis, yang kemudian dapat menjadi fibrosis, sirosis dan
bahkan gagal hati .
Prevalensi penyakit hati sulit untuk didiagnosa karena tidak memiliki gejala dan
memerlukan biopsy hati untuk konfirmasi. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa
50% anak obesitas kemungkinan memiliki simpanan lemak dalam hati mereka
sementara 3% anak-anak obesitas menderita steatohepatitis. Penelitian lain
menemukan bahwa perlemakan hati merupakan penyakit umum yang diderita oleh
anak-anak dan remaja.

7. Gangguan Psikososial
Obesitas pada masa anak beresiko tinggi menjadi obesitas pada masa dewasa
dan berpotensi mengalami berbagai penyebab kesakitan dan kematian antara lain
seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus, dan lain-lain. Dampak lain yang
perlu diperhatikan adalah dampak terhadap perkembangan psikososial. Pada anak
obesitas sering didapatkan kurangnya rasa ingin bermain dengan temannya,
persepsi diri yang negatif, maupun rendah diri karena merasa berbeda dengan anak
lain sehingga menjadi bahan ejekan. Perlakuan tersebut menyebabkan anak
obesitas mudah mengalami gangguan psikososial .

Dr. Ongkos Comments:

Orang tua jaman sekarang harus punya perspektif GEMUK=SAKIT


Underweight dan overweight adalah masalah gizi ganda yang dialami
bangsa ini. mekanisme tubuh kita lebih siap untuk malnutrisi
underweight daripada overweight
ASI vs Susu Formula. Asi ada pembatas ilmiahnya, jadi kalo uda keluar
bnyak, produksinya berkurang. Beda dengan susu formula cenderung
semakin meningkatkan overweight di kalangan menengah keatas.
Karena begitu nangis kasi susu, nangis-susu..nangis-susu..
Nafsu 10 centi, orang2 sekarang yang dimakan itu gengsi. Wong ndeso
we.. Missal cah kangkung = 1000 aja bisa dapet, tapi milihnya yang cah
kangkung+gengsi=cah kangkung hotplate=5000.
Kita dikasih tubuh yang bersendi-sendi. Kodratnya sendi itu kodrat
gerak. Ibarat mobil..didiemin 3 bulan ga dpanasin..yaa..rusak. Begitu
juga manusia.. kalo bnyak makan, energi yang masuk banyak, ga dipake
buat aktivitas, kaku2 deh sendi, numpuk2 deh calon penyakit.
Yang langsing pun juga tetep kudu gerak, biar mekanisme Glut4
melindungi tubuh kita dari diabetes.
Orang diabet itu glukosanya tinggi, bahan bakar tubuh tinggi, tapi lemes
rasanya. Kaya motor.. bensin full tapi ga ada businya.
Ayoo yang perempuan2 ini..mentingin karier apa keluarga.. kalo mau
jadi ibu yang baik, sediakan makanan yang baik.
Yang laki2.. ini tantangan : cari istri yang pinter masak. Knapa? Karena
kalo ngandelin beli makanan jadi..tau apa kita?? Sekarang pembeli
sudah bukan lagi menjadi raja.. jadi ya terserah penjualnya, mau
bangkai daging/ayam tiren, bahan recycle yang ga laku, ditambah2i
MSG, pengawet, penyedap, pewarna, pemutih, daging diguyur darah
segar atau air laut biar keliatan fresh, dll kita ga tau.
We are what we eat. Kalo kita makan sampah, kita = sampah.
Makanan alami memang kadang membutuhkan upaya yang lebih untuk
mendapatkannya..ga kayak jaman dulu. Karena manusia sekarang
terbalik, sukanya yg instant. Buat apa kalo dihari muda ngumpulin duit
banyak, tapi toh nanti dihari tua dihabisin buat pengobatan penyakit..?!
pikirkan itu..

Wallahualam bisshowab.. Semoga bermanfaat^^

Special Thanks To : Dr.Ongko Susetia Totoprajogo MNs, Sp.GK

Referensi :
Behrman, dkk. 2000. Nelson Textbook of Pediatrics 15/E. Philadelphia: W.B Saunders
Company
Brown, Judith E. 2005. Nutrition Through The Life Cycle. USA: Thomson Wadsworth
Daniel, Stephen R. 2006. The Consequences of Childhood Overweight and Obesity. Vol.
16/ No.1/ Spring 2006. Available on: www.futureofchildren.org diakses tanggal 9
Desember 2012 jam 09.00 WIB
Laporan Riset Kesehatan Dasar Provinsi Jawa Timur.2010.Jakarta: Badan Peneltian dan
Pengembangan Kesehatan DepKes RI
Rochmawati, dkk. 2012. Makalah The Risk Being Obese During Infant And Childhood.
Malang : Brawijaya University.
Sizer, Frances dan Ellie Whitney. 2006. Nutrition Concepts and Controversies. 10th
edition. America: Thomson Learning
Diposkan oleh lisana shidiq aliya di 00.35
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

2 komentar:

1.

Uun Ainurrofiq27 Januari 2013 06.54

nice info...sy kurus..bermanfaat banget ini buat membela diri :)

Balas

2.

fini shafira19 Agustus 2015 22.06

terimakasih infonya ya kunjungi web ku di www.rf3beauty.com

Balas

Muat yang lain...


Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

some thoughts that i used to say for my self


to be a success daughter..
to be a success sister
to be a success nutritionist & dietisien..
to be a success entrepreneur..
n at that time later..to be a success as wife & mother..

Arsip Blog
2013 (12)
o Mei (4)
o Maret (4)
o Januari (4)
Goo Greeeeeeeeennn!! Green Tea I Mind ^0^
Wanita = Asset, Anak Perempuan = Investasi
Keracunan makanan pokok??Kekenyangan kalik :p
Ibu-ibuu..bapak-bapaak...anak gendut imut,lucu, ...

2012 (10)
Lisana Shidqin Aliya

lisana shidiq aliya


Lihat profil lengkapku
Tema Tanda Air. Diberdayakan oleh Blogger.

You might also like