Professional Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
I LATAR BELAKANG
Masa remaja merupakan tahap dimana seseorang sedang mengalami periode
penting dalam hidupnya yakni transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa.
Kematangan seksual pada usia remaja menyebabkan munculnya minat seksual
dan keingin tahuan yang tinggi tentang seksualitas. Rendahnya pengetahuan
tentang kesehatan reproduksi dan seksual mengakibatkan munculnya penafsiran,
persepsi dan sikap yang kurang tepat dalam memandang perilaku seksual pranikah
( Herdiansiska, 2005 )
Perilaku seksual pranikah dipengaruhi oleh sikap seksual seseorang dimana sikap
ini merupakan representasi dari 3 komponen proses yaitu labelling/ penafsiran
tentang perilaku seksual pranikah dan aturan untuk melakukannya, penilaian
terhadap seks pranikah serta struktur pengetahuan yang mendukung penilaian
terhadap seks pranikah. Remaja yang mempunyai sikap dan perilaku seksual yang
tidak sehat pada akhirnya mendekatkan mereka kepada risiko terinfeksi berbagai
macam penyakit menular seksual termasuk di dalamnya HIV dan AIDS. Akibat
seks bebas pranikah juga mengakibatkan kehamilan diluar nikah (KTD) sehingga
harus menunda pendidikannya serta apabila tidak disikapi dengan baik
mengakibat perilaku abortus dimana hal tersebut selain bertentangan dengan
ajaran agama juga mengakibatkan kematian apabila abortus dilakukan oleh orang
yang tidak berkompeten ( Hurlock & Elisabet B, 2007 )
Perilaku seksual merupakan perilaku yang didasari oleh dorongan seksual atau
kegiatan untuk mendapatkan kesenangan organ seksual melalui berbagai perilaku.
Data dari Dinas Kesehatan Kota Semarang menunjukkan bahwa pada tahun 2006
terdapat 4,1 % aborsi, 59,3 % KTD, dan 26 % masalah IMS, Sedangkan pada
tahun 2007 terdapat 32,1 % oborsi, 29,5 % KTD, serta 21,4 % menderita IMS.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Youth Center Pilar PKBI Jawa Tengah, dari
7810 mitra konseling hingga Maret 2008 ditemukan kasus hubungan seks
pranikah sebanyak 671 kasus (8,6%), KTD 240 kasus (3,1%), aborsi 137 kasus
(1,37%), dan IMS 195 kasus (2,5 %). PKBI ( Perkumpulan Keluarga Berencana
Indonesia ) Provinsi Riau dari hasil penelitiannya pada 600 remaja di tahun 2009
menemukan bahwa 38.73% remaja laki-laki dan 16.98% remaja perempuan
mengaku sudah pernah melakukan hubungan seksual dengan pasangannya. Untuk
perilaku seksual remaja yang dilakukan pada saat pacaran didapatkan 72.40%
remaja laki-laki dan 57.72% remaja perempuan sering berpegangan tangan
dengan pasangan saat berpacaran, 60.80% remaja laki-laki dan 41.91% remaja
perempuan pernah berciuman pipi dengan pacarnya, 43.33% remaja laki-laki dan
23.98% remaja perempuan pernah berciuman bibir dengan pacarnya dan sebanyak
32.86% remaja laki-laki dan 4.26% remaja perempuan pernah menyentuh daerah
rangsangan ( BKKBN, 2013 )
Tingginya prevalensi tersebut menuntut peran serta tenaga kesehatan untuk
menanggulanginya. Salah satunya adalah memberikan penyuluhan atau sosialisasi
terkait dengan kesehatan reproduksi. Dengan harapan dengan adanya sosialisasi
maka dapat meningkatkan informasi atau pengetahuan yang nantinya akan
berdamapk terhadap perubahan perilakunya. Dalam pemberian informasi
kesehatan tentunya tidak semua informasi diberikan dengan seutuhnya melainkan
harus ada beberapa pemilhan tekait denga cara mencegah kehamilan atau
penggunaan KB ( Youth Center, 2011 )
Sebenarnya sebagai seorang perawat berkewajiban untuk menghormati hak pasien
terkait dengan autonominya dalam mendapatkan informasi yang dibutuhkan. (
Purba 2010 ). Sehingga kepiutusan seperti inilah yang nantinya akan
membutuhkan sebuah kemampuan yang lebih dari seorang perawat. Sehingga
keputusan yang diambil tetap berorientasi tehadap kualitas asuhan yang
profesional.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penulis ingin melakukan
analisis terhadap metode pengambilan keputusan berdasarkan langkah atau prinsip
etis.
II TUJUAN
Mampu menganalisa dan membuat membuat keputusan berdasarkan konsep
model penyelesaian etik
III MANFAAT
Setelah menyelesaikan analisis masalah berdasarkan kerangka penyelesaian etik
ini diharapkan mampu untuk mengaplikasikan kedalam dunia nyata terutama
dalam kehidupan sehari hari yag ditemui oleh perawat baik di tataran
pendidikan, pelayanan ataupun penelitian
BAB II
ANALISIS, SINTESIS TINJAUAN TEORI
I Kerangka model penyelesain etik
1. Identifikasi maslah
1. Perencanaan
1. Evaluasi
Evaluasi hasil
1. Mengidentifikasi konflik
2. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang
direncanakan dan mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi
tindakan tersebut
3. Menentukan siapa pengambil keputusan yang tepat
4. Mendefinisikan kewajiban perawat
1. Membuat keputusan
5. Model murphy dan murphy
1. Mengidentifikasi masalah kesehatan
2. Mengidentifikasi masalah etik
3. Siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan
4. Mengidentifikasi peran perawat
5. Mempertimbangkan berbagai alternatif-alternatif yang mungkin
dilaksanankan
6. Mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi untuk setiap
alternatif keputusan
7. Memberi keputusan
8. Mempertmbangkan bagaimana keputusa tersebuut hingga sesuai
dengan falsafah umum perawatan klien
9. Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan
menggunakan informasi tersebut untuk membantu membuat
keputusan berikutnya.
6. Menurut ( Yosep, 2007 ) berikut ini langkah langkah yang harus dilakukan
untuk menyelesaikan masalah etik yang timbul khusus pada area
keperawatan
1. Pengumpulan informasi
1. Dilema etik yang muncul adalah sebagai berikut:
2. Informasi yang didapatkan
3. Informasi yang diperlukan
4. Kontek dilema
5. Identifikasi komponen isu
1. Titik tekan isue
2. Pihak yang terlibat dalam dilema
3. Klarifikasi berbagai pihak
1. Hak pasien menurut yang dipasung
2. Hak keluarga dengan pasien pasung
3. Hak perawat
4. Kewajiban pasien
5. Kewajiban keluarga
6. Kewajiban perawat
7. Pihak yang terlibat dalam pengambilan
keputusan
8. Pihak yang menetapkan keputusan
9. Harapan klien terkait pelayanan yang
diberikan
10. Eksplorasi masalah
1. Alternatif pemecahan masalah
2. Tujuan alternatif
3. Konsekuensi yang harus dijalani oleh
perawat
4. Aplikasi prinsip
1. Konsep model keperawatan
2. Resolusi kedalam tindakan
1. Batasan sosial dan
hukum yang berlaku
2. Tujuan keputusan
yang diambil oleh
perawat
1. Advokasi
Menurut konhnke ( 1982 dalam kozier 1987 ) tindakan advokasi adalah untuk
menginformasikan dan mendukung. Advokasi menginformasikan pasien tentang
hak pasien dalam suatu situasi dan menyediakan informasi yang mereka butuhkan
dalam membuat keputusan. Advokasi memwajibkan perawat memberikan
informasi kepada pasien, kemudian mendukung mereka dalam keputusan yang
mereka buat. Dan perawat harus mengakui bahwa pasien mempunyai hak unuk
membuat keputusan sendiri ( Bandman & Bandman, 2000 ).
Mentut Stuart dan laraia ( 2001 ) mengemukanakn tiga area advokasi dalam
praktik keperawatan jiwa yaitu:
1. Kerjasama
Merupakan sebuah konsep yeng mengandung partisipasi aktif dengan yang lain
untuk menghasilkan perawatan yang berkualitas bagi klien.
1. Caring
Merupakan seni dan ilmmu karena merupakan sebuah proses dan yang satu
kepada yang lain dan tampak dalam interaksi interpersonal ( Taylor, Lilis,
LeMone, 1997 )
IV Strategi menghadapi dilema etik
Beberapa studi menunjukan bahwa dalam menghadapi dilema etikm diperlukan
beberapa strategi untuk peneyelesaian masalah etiak terkait dengan cara
pengambilan keputusa etik. Setiap individu emmepunyai persepektif yang berbeda
beda tentang dilema etik dan perbedaan ini akan membutuhkan peneyelesaian
yang berbeda pula. ( Husted & Husted, 1999 )\Chaowalit dan Takvirayanum (
1999 ) mengungkapkan ada lima pokok penyelesaian dilema etik yaitu:
Diskusi dan konsultasi dengan orang lain
Diskusi dan konsultasi dengan orang lan merupakan proses interaksi yang terjadi
antara profesional, konsultan dan consultee yang meinta bantuan untuk mengatasi
masalah ( Hamri & Spross, 1989 )
Perawat kadang berhadpan dengan dilema etik yang sanagt sulit utuk diatasi oelh
dirinya sendiri.Pada siuasi ini stafv perawat dapat berdiskusi atau berkonsultasi
dengan orang lain seperti kepala keperawatab, komite etik yang ada dirumah sakit
sehingga sumber sumber ini dapat digunakan unutk mengatasi dilelema etik
Menurut Lazarus dan Folkam ( 1984 ) staretegi koping emosional merupakan cara
menagtur respon emosi ketika seseorang menghadapi masalah, sementara proses
kognitif merupakan berkurangnya distress emosional. Startego koping emosional
terdiri dari penginderaan, minimalisasi, menjauhi, perhatian selektif, perbandingan
positif, mendapatkan nilai positif dari kejadian negatif. Menurut studi Gatsman (
2002; Pujiastuti 2004 ) mengemukakan bahwa emosi perawat harus dipererat,
karena perawat memainkan peran ganda dalam proses mempertimbangkan etik.
1. Pendekatan keagamaan
BAB IV
PEMBAHASAN DENGAN TEKNIK ANALISIS, SINTESIS KERANGKA
KONSEP MODEL DARI TOWSEND DAN MURPHY AND MURPY
SERTA YOSEP
Kasus diatas menjadi suatu dilema etik bagi perawat dimana dilema etik itu
didefinisikan sebagai suatu masalah yang melibatkan dua (atau lebih) landasan
moral suatu tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini merupakan suatu
kondisi dimana setiap alternatif tindakan memiliki landasan moral atau prinsip.
Pada dilema etik ini sukar untuk menentukan yang benar atau salah dan dapat
menimbulkan kebingungan pada tim medis yang dalam konteks kasus ini
khususnya pada perawat karena dia tahu apa yang harus dilakukan, tetapi banyak
rintangan untuk melakukannya. Menurut Thompson & Thompson (1981) dilema
etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang
memuaskan atau situasi dimana alternatif yang memuaskan atau tidak memuaskan
sebanding. Untuk membuat keputusan yang etis, seorang perawat harus bisa
berpikir rasional dan bukan emosional
Perawat tersebut berusaha untuk memberikan pelayanan keperawatan yang sesuai
dengan etika dan legal yaitu dia menghargai keputusan yang dibuat oleh pasien.
Selain itu dia juga harus melaksanakan kewajibannya sebagai perawat dalam
melakukan yang terbaik bagi keselamatan jiwa dan kesehatan klien. Keputusan
pasien yang berlawanan dengan tujuan penyelamatan jiwa pasien tersebut maka
perawat harus memikirkan alternatif-alternatif atau solusi untuk mengatasi
permasalahan tersebut dengan berbagai konsekuensi dari masing-masing alternatif
tindakan.
Dalam pandangan etika penting sekali memahami tugas perawat agar mampu
memahami tanggung jawabnya. Perawat perlu memahami konsep kebutuhan dasar
manusia dan bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan dasar tersebut tidak
hanya berfokus pada pemenuhan kebutuhan fisiknya atau psikologisnya saja,
tetapi semua aspek menjadi tanggung jawab perawat. Etika perawat melandasi
perawat dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut. Dalam pandangan etika
keperawatan, perawat memilki tanggung jawab (responsibility) terhadap tugas-
tugasnya.
Penyelesaian kasus dilema etik seperti ini diperlukan strategi untuk mengatasinya
karena tidak menutup kemungkinan akan terjadi perbedaan pendapat antar tim
medis yang terlibat termasuk perawat dengan pihak pasien sendiri. Jika perbedaan
pendapat ini terus berlanjut maka akan timbul masalah komunikasi dan kerjasama
tim medis dengan pasien menjadi tidak optimal. Hal ini jelas akan membawa
dampak ketidaknyamanan pasien dalam mendapatkan pelayanan keperawatan.
Berbagai model pendekatan bisa digunakan untuk menyelesaikan masalah dilema
etik ini antara lain model dari Megan, Kozier dan Erb, model Murphy dan
Murphy, model Levine-ariff dan Gron, model Curtin, model Purtilo dan Cassel,
dan model Thompson dan thompson.Tahapan tindakan yang dilakukan adalah
sebagai berikut:
1. Pengkajian
1. Identifikasi masalah
Aplikasi dalam prinsip model keperawatan yang digunakan adalah teori konsep
model king. Konsep model yang dikemukakan olem Imogenen king pada tahun
1971 dengan berfokus pada 3 hal yaitu personal, sistem interpersonal dan sisitem
sosial. Sehingga dengan menggunakan pendekatan model ini perawat harus
mampu untuk menggali sejauh mana mekanisme koping yang dipunyai oleh
pasien terkait pemasungan yang telah dijalankan, beserta bagaiaman seorang
pasien tesebut mampu untuk melakukan komunikasi dengan orang lain, termasuk
perawat dan keluarganya. Termasuk juga kemapuan keluarga untuk dapat
memberikan motivasi internal atau eksternal kepada pasien.
1) Pasal Pasal 28 H ( 1 ) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta
berhak memperoleh pelayanan kesehatan
2) Pasal 34 ( 3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan
kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak
1) Pasal 146 (1) masyarakat berhak mendapatkan informasi dan edukasi yang
benar mengenai kesehatan jiwa , dan (2) hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditujukan untuk menghindari pelanggaran hak asasi seseorang yang dianggap
mengalami gangguan kesehatan jiwa
2) Pasal 147 ayat (1) upaya penyembuhan penderita anguan kesehatan jiwa
merupakan tanggung jawab pemerintah , pemerintah daerah dan masyarakat, dan
ayat (2) upaya penyembuhan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang berwenang dan ditempat yang tetap menghormati hak asasi
penderita
Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan menggunakan
informasi tersebut untuk membantu membuat keputusan berikutnya.
1. Evaluasi hasil
BAB V
KESIMPULAN
I Kesimpulan
Metode penyelesaian masalah etik bisa menggunakan standar kerangka
penyelesaian atau dengan melakukan kombinasi dari beberapa teori yang ada. Dan
hal ini memungkinkan untuk menambah variasi pertimbangan, tindakan dalam
setiap keputusan yang ada.
II Saran
Dalam setiap pengambilan keputusan berdasarkan masalh etik yang
muncul hendaknya dilakukan beberapa tahapan atau pertimbangan yang lebih
rinci sehingga dalam hal ini orientasi dalam asuhan keperawatan yang diberikan
tetap memenuhi standart asuhan keperawatan yang berkualitas
https://faizaturrohmi.wordpress.com/2013/12/06/dilema-etik-dalam-keperawatan/