You are on page 1of 15

PENYELESAIAN MASALAH DILEMA ETIK KEPERAWATAN

BAB I
PENDAHULUAN
I LATAR BELAKANG
Masa remaja merupakan tahap dimana seseorang sedang mengalami periode
penting dalam hidupnya yakni transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa.
Kematangan seksual pada usia remaja menyebabkan munculnya minat seksual
dan keingin tahuan yang tinggi tentang seksualitas. Rendahnya pengetahuan
tentang kesehatan reproduksi dan seksual mengakibatkan munculnya penafsiran,
persepsi dan sikap yang kurang tepat dalam memandang perilaku seksual pranikah
( Herdiansiska, 2005 )
Perilaku seksual pranikah dipengaruhi oleh sikap seksual seseorang dimana sikap
ini merupakan representasi dari 3 komponen proses yaitu labelling/ penafsiran
tentang perilaku seksual pranikah dan aturan untuk melakukannya, penilaian
terhadap seks pranikah serta struktur pengetahuan yang mendukung penilaian
terhadap seks pranikah. Remaja yang mempunyai sikap dan perilaku seksual yang
tidak sehat pada akhirnya mendekatkan mereka kepada risiko terinfeksi berbagai
macam penyakit menular seksual termasuk di dalamnya HIV dan AIDS. Akibat
seks bebas pranikah juga mengakibatkan kehamilan diluar nikah (KTD) sehingga
harus menunda pendidikannya serta apabila tidak disikapi dengan baik
mengakibat perilaku abortus dimana hal tersebut selain bertentangan dengan
ajaran agama juga mengakibatkan kematian apabila abortus dilakukan oleh orang
yang tidak berkompeten ( Hurlock & Elisabet B, 2007 )
Perilaku seksual merupakan perilaku yang didasari oleh dorongan seksual atau
kegiatan untuk mendapatkan kesenangan organ seksual melalui berbagai perilaku.
Data dari Dinas Kesehatan Kota Semarang menunjukkan bahwa pada tahun 2006
terdapat 4,1 % aborsi, 59,3 % KTD, dan 26 % masalah IMS, Sedangkan pada
tahun 2007 terdapat 32,1 % oborsi, 29,5 % KTD, serta 21,4 % menderita IMS.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Youth Center Pilar PKBI Jawa Tengah, dari
7810 mitra konseling hingga Maret 2008 ditemukan kasus hubungan seks
pranikah sebanyak 671 kasus (8,6%), KTD 240 kasus (3,1%), aborsi 137 kasus
(1,37%), dan IMS 195 kasus (2,5 %). PKBI ( Perkumpulan Keluarga Berencana
Indonesia ) Provinsi Riau dari hasil penelitiannya pada 600 remaja di tahun 2009
menemukan bahwa 38.73% remaja laki-laki dan 16.98% remaja perempuan
mengaku sudah pernah melakukan hubungan seksual dengan pasangannya. Untuk
perilaku seksual remaja yang dilakukan pada saat pacaran didapatkan 72.40%
remaja laki-laki dan 57.72% remaja perempuan sering berpegangan tangan
dengan pasangan saat berpacaran, 60.80% remaja laki-laki dan 41.91% remaja
perempuan pernah berciuman pipi dengan pacarnya, 43.33% remaja laki-laki dan
23.98% remaja perempuan pernah berciuman bibir dengan pacarnya dan sebanyak
32.86% remaja laki-laki dan 4.26% remaja perempuan pernah menyentuh daerah
rangsangan ( BKKBN, 2013 )
Tingginya prevalensi tersebut menuntut peran serta tenaga kesehatan untuk
menanggulanginya. Salah satunya adalah memberikan penyuluhan atau sosialisasi
terkait dengan kesehatan reproduksi. Dengan harapan dengan adanya sosialisasi
maka dapat meningkatkan informasi atau pengetahuan yang nantinya akan
berdamapk terhadap perubahan perilakunya. Dalam pemberian informasi
kesehatan tentunya tidak semua informasi diberikan dengan seutuhnya melainkan
harus ada beberapa pemilhan tekait denga cara mencegah kehamilan atau
penggunaan KB ( Youth Center, 2011 )
Sebenarnya sebagai seorang perawat berkewajiban untuk menghormati hak pasien
terkait dengan autonominya dalam mendapatkan informasi yang dibutuhkan. (
Purba 2010 ). Sehingga kepiutusan seperti inilah yang nantinya akan
membutuhkan sebuah kemampuan yang lebih dari seorang perawat. Sehingga
keputusan yang diambil tetap berorientasi tehadap kualitas asuhan yang
profesional.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penulis ingin melakukan
analisis terhadap metode pengambilan keputusan berdasarkan langkah atau prinsip
etis.

II TUJUAN
Mampu menganalisa dan membuat membuat keputusan berdasarkan konsep
model penyelesaian etik

III MANFAAT
Setelah menyelesaikan analisis masalah berdasarkan kerangka penyelesaian etik
ini diharapkan mampu untuk mengaplikasikan kedalam dunia nyata terutama
dalam kehidupan sehari hari yag ditemui oleh perawat baik di tataran
pendidikan, pelayanan ataupun penelitian
BAB II
ANALISIS, SINTESIS TINJAUAN TEORI
I Kerangka model penyelesain etik

1. Menurut Townswnd ( 2003 ) ,mengemukakan beberapa langkah yang


dapat digunakan dalam pengambilan keputusan etis. Langkahnya mirip
dengan langkah dalam proses keperawatan
2. Pengkajian

Mengumpulan data subyektif dan obyektif tentang suatu situsi

1. Identifikasi maslah

Identifikasi masalah diantara dua atau lebih alterbatif tindakan

1. Perencanaan

1) Eksplorasi keuntungan dan konsekuensi dari tiap tiap pilihan


2) Mempertimbangkan prinsip prinsip dalam teori etik
3) Menyeleksi tindakan
1. Implementasi

Mengambil keputusan dan membicarakan keputusan yang telah dibuat kepada


orang lain

1. Evaluasi

Evaluasi hasil

1. Kozier et. al (2004) menjelaskan kerangka pemecahan dilema etik sebagai


berikut :
1. Mengembangkan data dasar

1) Orang yang terlibat


2) Tindakan yang diusulkan
3) Maksud dari tindakan
4) Konsekuensi tindakan yang diusulkan

1. Mengidentifikasi konflik
2. Membuat tindakan alternatif tentang rangkaian tindakan yang
direncanakan dan mempertimbangkan hasil akhir atau konsekuensi
tindakan tersebut
3. Menentukan siapa pengambil keputusan yang tepat
4. Mendefinisikan kewajiban perawat
1. Membuat keputusan
5. Model murphy dan murphy
1. Mengidentifikasi masalah kesehatan
2. Mengidentifikasi masalah etik
3. Siapa yang terlibat dalam pengambilan keputusan
4. Mengidentifikasi peran perawat
5. Mempertimbangkan berbagai alternatif-alternatif yang mungkin
dilaksanankan
6. Mempertimbangkan besar kecilnya konsekuensi untuk setiap
alternatif keputusan
7. Memberi keputusan
8. Mempertmbangkan bagaimana keputusa tersebuut hingga sesuai
dengan falsafah umum perawatan klien
9. Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan
menggunakan informasi tersebut untuk membantu membuat
keputusan berikutnya.
6. Menurut ( Yosep, 2007 ) berikut ini langkah langkah yang harus dilakukan
untuk menyelesaikan masalah etik yang timbul khusus pada area
keperawatan
1. Pengumpulan informasi
1. Dilema etik yang muncul adalah sebagai berikut:
2. Informasi yang didapatkan
3. Informasi yang diperlukan
4. Kontek dilema
5. Identifikasi komponen isu
1. Titik tekan isue
2. Pihak yang terlibat dalam dilema
3. Klarifikasi berbagai pihak
1. Hak pasien menurut yang dipasung
2. Hak keluarga dengan pasien pasung
3. Hak perawat
4. Kewajiban pasien
5. Kewajiban keluarga
6. Kewajiban perawat
7. Pihak yang terlibat dalam pengambilan
keputusan
8. Pihak yang menetapkan keputusan
9. Harapan klien terkait pelayanan yang
diberikan
10. Eksplorasi masalah
1. Alternatif pemecahan masalah
2. Tujuan alternatif
3. Konsekuensi yang harus dijalani oleh
perawat
4. Aplikasi prinsip
1. Konsep model keperawatan
2. Resolusi kedalam tindakan
1. Batasan sosial dan
hukum yang berlaku
2. Tujuan keputusan
yang diambil oleh
perawat

II Kode etik keperawatan


Kode etik merupakan pernyataan formal dan ideal dari nilai kelompok, dan
merupakan satu set prinsip etika yang disharingkan oleh anggota kelompok,
merefleksikan keputusan moral mereka sepanjang waktu, dan melayanai sesuai
denga standar profesional ( Taylor, Lilis,
LeMone, 1997 )

1. Berikut ini merupakn hak perawat jiwa terhadap pasien jiwa


1. Mendapat perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai
dengan profesinya
2. Mendapat perlindungan terhadap resiko kerja yang dapat
menimbulkan bahaya fisik maupun mental
3. Mendapat peningkatan ilmu pengetahuan dibidang keperawatan
kesehatan secara bekesinambungan
4. Mendapat perlindungan terhadap resiko kerja yang dapat
menimbulkan bahaya fisik maupun mental
5. Mendapat imbalan penghargaan jasa profesinya terhadap rumah
sakit
6. Mendapat informasi dari pasien atau keluarga tentang
ketidakpuasan dalam penyusunan keperawatan
7. Diikutsetakan dalam penyusunan dan penetapan kebijaksanaan
pelayanan kesehatan di rumah sakit
8. Menolak anjuran atau permintaan tertulis dari pihak lain yang
bertentangan dengan standar prodesi atau kode etik keperawatan

1. Kewajiban perawat jiwa terhadap pasien dengan ganggun jiwa


1. Wajib mematuhi semua peraturan yang berlaku di rumah sakit
2. Wajib memberi pelayanan keperawatan yang sesuai dengan standar
profesi dan batas kewenangan
3. Wajib menghormati hak pasien dalam menunjang kesembuhannya
4. Wajib memberikan kesempatan kepada pasien bertemu dengan
keluarga dan melakukan ibadah sesuai dengan agama yang
dianutnya
5. Wajib berkolaborasi dengan tenaga medis dan tenaga kesehatan
lainnya yang terkait dalam memberikan pelayanan kesehatan
kepada pasien
6. Wajib membuat dokumnetasi asuhan keperawatan secara akurat
dan berkesinambungan
7. Wajib melakukan pertolongan darurat sebagai tugas
perikemanusiaan sesuai dengan batas wewenang
8. Wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui tentang pasien
bahkan juga setelah pasien meninggal, kecuali jika diminta oleh
yang berwenang
9. Wajib memberikan informasi yang adekuat tentang tindakan
keperawatan kepada pasien atau keluarganya dalam batas
wewenangnya
10. Wajib memenuhi hal hal yang telah disepakati dalam perjanjian
yang telah dibuat
11. Hak pasien gangguan jiwa
12. Mendapat informasi tentang tata gertib dan peraturan RS jiwa
13. Mendapat pelayanan yang manusiawi, adil, jujur
14. Mendapat pelayanan informasi tentang penyakitnya, tindkan yang
akan dilakukan, kemungkinan yang terjadi amibat tindakan,
alternatif pengobatan dan masa depan pasein
15. Menyetujui atau menolak bahkan mngakhiri tindakan medis
keperawatan yang dilalaikan
16. Dalam keadaan krisis boleh didampingi oleh keluarga
17. Menjalankan ibadah sesuai dengan kepercayaan yang dianutnya
18. Mendapat perlindungan keamana selama dalam perawatan di
rumah sakit jiwa
19. Mengajukan usul atau kritik atas perlakuan rumah sakit terhadap
pasien

III Konsep etika dalam praktik keperawatan


Konsep etika mampu menberikan fondasi dalam pengambilan keputusan etis.
Konsep etika dalam keperawatan meliputi:

1. Advokasi

Menurut konhnke ( 1982 dalam kozier 1987 ) tindakan advokasi adalah untuk
menginformasikan dan mendukung. Advokasi menginformasikan pasien tentang
hak pasien dalam suatu situasi dan menyediakan informasi yang mereka butuhkan
dalam membuat keputusan. Advokasi memwajibkan perawat memberikan
informasi kepada pasien, kemudian mendukung mereka dalam keputusan yang
mereka buat. Dan perawat harus mengakui bahwa pasien mempunyai hak unuk
membuat keputusan sendiri ( Bandman & Bandman, 2000 ).
Mentut Stuart dan laraia ( 2001 ) mengemukanakn tiga area advokasi dalam
praktik keperawatan jiwa yaitu:

1. Mendidik staf kesehatan jiwadan mengimplementasikan kebijakan dan


prosedur yang telah ditetapkan dan melindungi hak hak pasien
2. Membuat prosedur tambahan untuk mengatasi masalah yang ada,
menjawab segala pertanyaan, atau ketidaksetujua yang sering terjadi
berdasarkan hak legal pasien
3. Meberikan bantuan pelayanan legal ketika hak hak pasien gangguan jiwa
diabaikan
4. Tanggung jawab dan tanggung gugat

Perawat harus mampu bertangungung jawab dan bertanggung gugat terhadap


asuhan keperawatan yang telah ia berikan. Tanggunggugat mengandung arti
bahwa dapart mempertanggungjawabkan tindakan ynag telah dilakukan dan dapat
menerima konsekuensi dan tindakan tersebut ( Kozier &
Erb, 2004 ) Fry dalam ( 1990 dalam
suhaemi, 2003 ) mengatakan tanggung jawab dan tanggunggugat mengandung
dua komponen utama yaitu tangungungjawab dan tangungung gugat dan hal ini
berarti bahwa tindakan yang telah dilakukan perawat dilihat dari praktik
keperawatan, kode etik, dan undang undang yang dapat dibenarkan
atau disyahkan.

1. Kerjasama

Merupakan sebuah konsep yeng mengandung partisipasi aktif dengan yang lain
untuk menghasilkan perawatan yang berkualitas bagi klien.
1. Caring

Merupakan seni dan ilmmu karena merupakan sebuah proses dan yang satu
kepada yang lain dan tampak dalam interaksi interpersonal ( Taylor, Lilis,
LeMone, 1997 )
IV Strategi menghadapi dilema etik
Beberapa studi menunjukan bahwa dalam menghadapi dilema etikm diperlukan
beberapa strategi untuk peneyelesaian masalah etiak terkait dengan cara
pengambilan keputusa etik. Setiap individu emmepunyai persepektif yang berbeda
beda tentang dilema etik dan perbedaan ini akan membutuhkan peneyelesaian
yang berbeda pula. ( Husted & Husted, 1999 )\Chaowalit dan Takvirayanum (
1999 ) mengungkapkan ada lima pokok penyelesaian dilema etik yaitu:
Diskusi dan konsultasi dengan orang lain
Diskusi dan konsultasi dengan orang lan merupakan proses interaksi yang terjadi
antara profesional, konsultan dan consultee yang meinta bantuan untuk mengatasi
masalah ( Hamri & Spross, 1989 )
Perawat kadang berhadpan dengan dilema etik yang sanagt sulit utuk diatasi oelh
dirinya sendiri.Pada siuasi ini stafv perawat dapat berdiskusi atau berkonsultasi
dengan orang lain seperti kepala keperawatab, komite etik yang ada dirumah sakit
sehingga sumber sumber ini dapat digunakan unutk mengatasi dilelema etik

1. Strategi koping emosional

Menurut Lazarus dan Folkam ( 1984 ) staretegi koping emosional merupakan cara
menagtur respon emosi ketika seseorang menghadapi masalah, sementara proses
kognitif merupakan berkurangnya distress emosional. Startego koping emosional
terdiri dari penginderaan, minimalisasi, menjauhi, perhatian selektif, perbandingan
positif, mendapatkan nilai positif dari kejadian negatif. Menurut studi Gatsman (
2002; Pujiastuti 2004 ) mengemukakan bahwa emosi perawat harus dipererat,
karena perawat memainkan peran ganda dalam proses mempertimbangkan etik.

1. Pendekatan keagamaan

Agama memberikan peraturan dan kepercayaan yang membuat seseorang dapat


menjawab pertanyaan tentang tujuan kehidupan manusia. Kepercayaan
mempunyai peran yang sanagt penting dalam menghadapi masalah etik yang
dihadapi oleh perawat ( Sampson, 1982 dikutip dari setiawan, 2002 ), Davis
melaporkan bahwa umumnya perawat menyatakan kepercayaan yang mereka anut
membimbing mereka secara moral dalam dilema etik

1. Membuat tindakan moral

Merupakan proses tindakan sebagi proses ketika seseorang melakukan perintah


untuk mencapai hasil moral yang diinginkan. Selain itu dapat digunakan sebagai
kemampuan mengenal impikasi dari isu untuk profesi keperawatan dan
mengembangkan strategi untuk berespon tehadap isu secara tepat dan efektif
BAB III
KASUS
Nn M berusai 16 tahun dibawa oleh sahabatnya ke poliklinik rumah sakit jiwa
untuk konsultasi mengenai masalahnya. Nn. M mengatakan bahwa dia sudah
sering melakukan seks bebas sejak kelas dua sekolah menengah pertama
seksual.a.Nn M sudah dua kali melakukan aborsi, yang pertama ketika dia berusia
14 tahun an yang terakhir kira kira 6 bulan yang lalu. Nn M menyatakan tidak
berani me gungkapkan kejadian yang ia alanmi kepada kedua orang tuanya. Ia
khawatir nantinya orang tuanya syok dan jatuh sakit bahkan ia mengusir ia dari
rumah. Nn M menyatakan sanagt menyesal telah melakukan tindakan aborsi,
tetapi ia sangat menyukai seks bebas, Dan ia melakukan semuai ini hanya unutk
mancari uang untuk memenuhi kebutuhan sehari harinya. Ia mengungkapakan
saya berasal dari keluarga yang sederhana akan tetapi saya menginginkan
kekayaan. Nn M meminta kepada perawat untuk emmberikan alat kontrasepsi
yang tepat bagi dia dan memohon penjelasana tentang pencegahan penyakit
menular.

BAB IV
PEMBAHASAN DENGAN TEKNIK ANALISIS, SINTESIS KERANGKA
KONSEP MODEL DARI TOWSEND DAN MURPHY AND MURPY
SERTA YOSEP
Kasus diatas menjadi suatu dilema etik bagi perawat dimana dilema etik itu
didefinisikan sebagai suatu masalah yang melibatkan dua (atau lebih) landasan
moral suatu tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya. Ini merupakan suatu
kondisi dimana setiap alternatif tindakan memiliki landasan moral atau prinsip.
Pada dilema etik ini sukar untuk menentukan yang benar atau salah dan dapat
menimbulkan kebingungan pada tim medis yang dalam konteks kasus ini
khususnya pada perawat karena dia tahu apa yang harus dilakukan, tetapi banyak
rintangan untuk melakukannya. Menurut Thompson & Thompson (1981) dilema
etik merupakan suatu masalah yang sulit dimana tidak ada alternatif yang
memuaskan atau situasi dimana alternatif yang memuaskan atau tidak memuaskan
sebanding. Untuk membuat keputusan yang etis, seorang perawat harus bisa
berpikir rasional dan bukan emosional
Perawat tersebut berusaha untuk memberikan pelayanan keperawatan yang sesuai
dengan etika dan legal yaitu dia menghargai keputusan yang dibuat oleh pasien.
Selain itu dia juga harus melaksanakan kewajibannya sebagai perawat dalam
melakukan yang terbaik bagi keselamatan jiwa dan kesehatan klien. Keputusan
pasien yang berlawanan dengan tujuan penyelamatan jiwa pasien tersebut maka
perawat harus memikirkan alternatif-alternatif atau solusi untuk mengatasi
permasalahan tersebut dengan berbagai konsekuensi dari masing-masing alternatif
tindakan.
Dalam pandangan etika penting sekali memahami tugas perawat agar mampu
memahami tanggung jawabnya. Perawat perlu memahami konsep kebutuhan dasar
manusia dan bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan dasar tersebut tidak
hanya berfokus pada pemenuhan kebutuhan fisiknya atau psikologisnya saja,
tetapi semua aspek menjadi tanggung jawab perawat. Etika perawat melandasi
perawat dalam melaksanakan tugas-tugas tersebut. Dalam pandangan etika
keperawatan, perawat memilki tanggung jawab (responsibility) terhadap tugas-
tugasnya.
Penyelesaian kasus dilema etik seperti ini diperlukan strategi untuk mengatasinya
karena tidak menutup kemungkinan akan terjadi perbedaan pendapat antar tim
medis yang terlibat termasuk perawat dengan pihak pasien sendiri. Jika perbedaan
pendapat ini terus berlanjut maka akan timbul masalah komunikasi dan kerjasama
tim medis dengan pasien menjadi tidak optimal. Hal ini jelas akan membawa
dampak ketidaknyamanan pasien dalam mendapatkan pelayanan keperawatan.
Berbagai model pendekatan bisa digunakan untuk menyelesaikan masalah dilema
etik ini antara lain model dari Megan, Kozier dan Erb, model Murphy dan
Murphy, model Levine-ariff dan Gron, model Curtin, model Purtilo dan Cassel,
dan model Thompson dan thompson.Tahapan tindakan yang dilakukan adalah
sebagai berikut:

1. Pengkajian

Nn M berusai 16 tahun dibawa oleh sahabatnya untuk konsultasi mengenai


masalahnya. Yang suka melakukan seks bebas, sudah dua kali melakukan aborsi,
menyatakan tidak berani me gungkapkan kejadian yang ia alanmi kepada kedua
orang tuanya. Nn M meminta kepada perawat untuk memberikan alat kontrasepsi
yang tepat bagi dia dan memohon penjelasana tentang pencegahan penyakit
menular

1. Identifikasi masalah

Masalah muncul karena pasien memerlukan informasi, perawat ingin memberikan


informasi tetap kebijakan rumah sakit tidak memperbolehkan anak dibawah umur
untuk mendapatkan informasi tentang alat kontrasepsi. Dan larangan ini juga
brelaku bagi pasangan yang belum menikah. Dan jika dikaitkan dengan
tindakantermasuk area yang etis dilakukan akan tetapi tidak legal

1. Identifikasi masalah etik


1. Autonomi ( Sebenarnya Nn M berhak mendapatkan seutuhnya
informasi yang sesbenarnya dari pihak perawat sehingga perawat
juga berkewajiban memberikannya untuk memnuhi standart
pelayanan yang berkualitas, Akan tetapi disisi lain dari segi undang
undang dan peraturan disebutkan bahwa informasi yang
berkenaan dengan penggunaan alat kontrasepsi hanya boleh
diberikan kepada seseorang yang sudah memiliki status
pernikahan. Selain itu juga ketika perawat mengatakan atau
memberikan informasi yang sebenarnya nantinya akan salah
dgunakan oelh Nn M sehingga nantinya akan mengurangi kualitas
pelayanan keperawatan yang ia berikan )
2. Beneficience ( Ketika perawat memberikan informasi terkait
dengan penggnaan kontrasepsi maka ia akan meminimalkan
tindakan aborsi yang dilakukan oleh Nn M sehingga selain
menyelamatkan Nn M dari tindakan kriminal juga menghindari
tindakan pengahiran hidup pada janin yang dikandung, begitu juga
tekat dengan informasi penyakit menular seksualnya. akan tetapi ii
tidak dibenarkan dalam kode etik keperawatan dan undang
undang yang berlaku )
3. Veracity ( Nn M sebenarnya berhak tau tentang jenis kontrasepsi
yang tepat untuk dirinya akan tetapi ketika informasi ini diberikan
maka akan membuat perilaku Nn M menjadi lebih tidak baik
secara sosial dan moral
4. Fidelity ( Secara sebagi seorang perawat harus lebih peduli
terhadap damapk yang ditimbulkan dengan seks bebas yang
dilakukan oleh Nn M salah satunya resko PMS yang mungkin akan
dideritanya, sehingga seyogyanya perawat memberikan informasi
terkait dengan cara pencegahannya. Akan tetapi untuk memberikan
informasi tersebut perawat juga tidak mau ketika pasiennya
menjadi lebih amoral dan juga tidak sesuai dengan undang
undang )
5. Justice ( Sebenarnya seorang perawat tidak boleh memedakan jenis
pelayana yang ia berikan temasuk memnberikan informasi terkait
dengan penggunaan kontrasepsi dan cara pencegahan penyakit
menular seksual, akan tatapi dalam hal ini Nn M masih dalam
keadaan belum menikah dan ini bertentangan dengan undang
undang yang ada )
6. Identifikasi pihak yang terlibat
1. Perawat
2. Nn M
3. Sahabat yang mengantar sebagi sumber motivasi untuk Nn
M
4. Identifikasi peran perawat

Peran perawat dalam menghadapi masalah tersebut adalah sebagai edukator,


advokat, serta konselor dan pemberi asuhan keperawatan. Sebagai edukator,
perawat berkewajiban memberikan penjelasan atau pendidikan kesehatan kepada
Nn. M tentang perilaku seks bebas terutama tentang dampak buruk dari seks
bebas. Selain itu perawat perlu memberikan pendidikan spiritual tentang
pandangan agama menanggapi kasus seks bebas. Jika Nn. M tetap pada
pendirinya untuk tetap melakukan seks bebas, perawat sebagai edukator
memberikan pendidikan kesehatan mengenai pencegahan penyakit menular.
Disini perawat juga harus memberikan saran agar Nn. M rutin melakukan
pemeriksaan berkaitan penyakit menular seksual dan penyakit HIV/ AIDS yang
mungkin timbul pada pelaku seks bebas.
Ketika Nn. M tetap berkeinginan melakukan pemasangan alat kontrasepsi,
perawat berperan melakukan asuhan keperawatan dari pengkajian hingga evaluasi.
Dan sebagai advokat, perawat berkewajiban untuk melakasanakan, membela,
memperjuangkan hak pasien (otonomi). Dalam hal ini, perawat dapat memberikan
pelayanan kesehatan dan informasi kesehatan yang tepat bagi pasien.

1. Beberapa pilihan keuntungan dan konsekuensi


2. Tidak memberikan informasi kepada pasien dan kompromi nilai nilai
yang terdapat pada keperawatan holistik Dengan alasan Nn. M masih
dibawah umur 17 tahun dan belum menikah
3. Merujuk pasien ke rumah sakit yang lain dan resiko mendapat teguran dari
supervisor rumah sakit
4. Memberikan informasi kepada pasien Perawat menghargai hak otonomi
pasien dan menuruti keinginan Nn. M untuk memasang alat kontrasepsi
dan memberikan informasi tentang penyakit menular seksual namun
dengan persetujuan orangtua. Hal ini bertujuan supaya Nn. M terhindar
dari kehamilan yang tidak diinginkan dan berakhir pada aborsi. Selain itu
agar terhindar dari penyakit menular seksual dengan sebelumnya
dilakukan pendekatanpendekatan oleh perawat. Pendekatan ini berupa
pendidikan kesehatan mengenai pandangan agama yang melarang seks
bebas dan dampak bila tetap melanjutkan perilaku seks bebasnya. Namun
ketika, pendekatan yang dilakukan perawat tidak berhasil dan Nn. B tetap
berkeinginan untuk memasang alat kontrasepsi dan mendapatkan
informasi tentang pencegahan penyakit menular seksual, maka perawat
tersebut bisa melakukan pemasangan alat kontrasepsi dan memberikan
pendidikan kesehatan mengenai pencegahan penyakit menular seksual
dengan seblumnya mengisi informed consent.
5. Perawat menolak melakukan pemasangan alat kontrasepsi dan menolak
memberikan informasi tentang pencegahan penyakit menular seksual

1. Mempertimbangkan prinsip etik dalam teori etik


2. Memberikan informasi yang berfokus pada penghargaan terhadap otonomi
pasien dan akan memberikan keuntungan kepada pasien untuk mengurangi
kesempatan pasien hamil lagi. Pilihan tidak memberikan keuntungan bagi
perawat jika karena dapat mengakibatkan perawat kehilangan pekerjaan.
Dan terkait dengan agama hal ini sanagt bertentangan sekali denagn ajaran
setiap agama di dunia ini
3. Membatasi otononomi pasien dengantidak memberikan informasi yang
sebenarnya. Hal ini akan merugikan pasien, bila tidak menggunkana alat
kontrasepsi, kemungkinan besar pasien akan hamil ( dan kondisi ini tidak
diinginkan oleh pasien )
4. Menghargai otonomi pasien, memberikan yang tebaik bagi pasien, tidak
merugikan bagi pasien dan keputusan ini sesuai dengan ajaran agama
1. Menyeleksi pilihan
Pilihan ketiga yang paling tepat karen atidak bertentangan dengan teori etik dan
ajaran agama. Kesuksesan keputusam yang diambil bergantung pada apakah
pasien menuruti segala peraturan dan kebijakan tentang penggunaan a;at
kontrasepsi

1. Aplikasi prinsip model keperawatan

Aplikasi dalam prinsip model keperawatan yang digunakan adalah teori konsep
model king. Konsep model yang dikemukakan olem Imogenen king pada tahun
1971 dengan berfokus pada 3 hal yaitu personal, sistem interpersonal dan sisitem
sosial. Sehingga dengan menggunakan pendekatan model ini perawat harus
mampu untuk menggali sejauh mana mekanisme koping yang dipunyai oleh
pasien terkait pemasungan yang telah dijalankan, beserta bagaiaman seorang
pasien tesebut mampu untuk melakukan komunikasi dengan orang lain, termasuk
perawat dan keluarganya. Termasuk juga kemapuan keluarga untuk dapat
memberikan motivasi internal atau eksternal kepada pasien.

1. Resolusi kedalam tindakan

Batasan sosial dan hukum yang berlaku adalah:

1. Menurut Depkes 2010 yang tertuang dalam:

1) Pasal Pasal 28 H ( 1 ) Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin,
bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta
berhak memperoleh pelayanan kesehatan
2) Pasal 34 ( 3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan
kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak

1. Menurut Undang-Undang Kesehatan RI Nomor 36 tahun 2009 tentang


kesehatan

1) Pasal 146 (1) masyarakat berhak mendapatkan informasi dan edukasi yang
benar mengenai kesehatan jiwa , dan (2) hak sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditujukan untuk menghindari pelanggaran hak asasi seseorang yang dianggap
mengalami gangguan kesehatan jiwa
2) Pasal 147 ayat (1) upaya penyembuhan penderita anguan kesehatan jiwa
merupakan tanggung jawab pemerintah , pemerintah daerah dan masyarakat, dan
ayat (2) upaya penyembuhan sebagaimana dimaksud pada ayat(1) dilakukan oleh
tenaga kesehatan yang berwenang dan ditempat yang tetap menghormati hak asasi
penderita

1. UUD RI 1945 menyatakan bahwa Kesehatan merupakan Hak Asasi


Manusia yang harus diwujudkan oleh bangsa indonesia
1. Undang Undang No 36 Tahun 2009 menyatakan bahwa kesehatan
adalah merupakan kondisi yang sehat secara fisik, mental, spiritual
sehingga dapat lebih produktif khususnya dalam hal sosial dan
ekomoni
2. Undang Undang NO 29 Tahun 2004 BAB II ASAS dan
TUJUAN Pasal 2 menyatakan bahwa pembangunan kesehatan
diselenggaakan berdasarkan perikemanusiaan yang bersdasarkan
ketuhanan yang maha esa, manfaat bersaama dan kekeluargaan,
adil dan merata, perikehidupan dalam keseimbangan, serta
kepercayaan akan kemampuan dan kekuatan sendiri ( Tim redaksi
fokusmedia, 2004 )
3. Undang Undang NO 29 Tahun 2004 BAB IV SUMBER DAYA
KESEHATAN bagian kedua yang menyatakan bahwa tenaga
kesehatan bertugas menyelenggarakan kegiatan kesehatan sesuai
dengan keahlian dan kewenanagnan tenaga kesehatan
4. Kode etik keperawatan indonesia

1) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan


martabat manusia, keunikan klien dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan
kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan agama
yang dianuy serta kedudukan
2) Perawat dlam memberikan pelayanan keperawatan isenantiasa memeilihara
suasana lingkungan yang menghormati nilai budaya, adat istiadat dan
kelangsungan hidup beragama klien
3) Tanggung jawab perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan
4) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui sehubungan dengan
tugas yang dipercayakan kepadanay, kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang
5) Perawat senantiasa memelihara dan meningkatkan kompetensi diidang
keperawatan dengan belajar terus menerus
6) Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi
disertai kejujuran proffesional dalam menerapkan pengetahuan serta keterampilan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien
7) Perawat dalam membuat keputusan didasrka kepada informasi yang adekuat
dan memeprtimbangkan kemampuan serta kualofikasi sesorang bila melkukan
konsultasi, menerima delegasi, dan memberikan delegasi kepada orang lain
8) Perawat senantiasa menjunjung baik namaprofesi keperawatan dengan selalu
menunjukkan perilaku profesional
9) Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk
memprakarsai dan mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi kebuthan
kesehatan masyarakat
10) Perawat seanntiasa memelihara hubungan baik denagn sesama perawat
maupun dengan tenaga kesehatan lainnya
11) Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang
memeberikan pelayanan kesehatan secara tidak kompeten ( Kode etik
Keperaeatan indonesia, 2005 )

1. Undang Undang RI NO 23 Tahun 1992 Tentang kesehatan Pasal 32 ayat


1 menyatakan bahwa penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
diselenggarakan untuk mengembalikan status ksehatan akibat penyakit,
mengembalikan fungsi badan akibat cacat atau menghilangkan cacat. (
2004 )
2. Mempertimbangkan keputusan sesuai dengan falsafah umum perawatan
klien.

1. Falsafah umum klien adalah bagaimana sesorang perawat mampu


memberikan pelayanan keperawatan yang bersifat komprehensif yang
meliputi biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Alternatif-alternatif
rencana tersebut harus dipertimbangkan dan didiskusikan dengan tim
medis yang terlibat supaya tidak melanggar kode etik keperawatan.
Sehingga bisa diputuskan mana alternatif yang akan diambil. Dalam
mengambil keputusan pada pasien dengan dilema etik harus berdasar pada
prinsip-prinsip moral yang berfungsi untuk membuat secara spesifik
apakah suatu tindakan dilarang, diperlukan atau diizinkan dalam situasi
tertentu ( John Stone, 1989 ). Berdasarkan pertimbangan prinsip-prinsip
moral tersebut keputusan yang bisa diambil dari dua alternatif diatas lebih
mendukung untuk alternatif kedua yaitu menuruti keinginan pasien untuk
dipasang kontrasepsi dan mendapatkan informasi tentang pencegahan
penyakit menular seksual. Dengan sebelumnya perawat melakukan
pendekatan di atas. Mengingat alternatif ini akan membuat pasien lebih
dihargai dan dipenuhi haknya sebagai pasien walaupun kedua alternatif
tersebut memiliki kelemahan masing-masing. Hasil keputusan tersebut
kemudian dilaksanakan sesuai rencana dengan pendekatan-pendekatan dan
caring serta komunikasi terapeutik.
2. Analisa situasi hingga hasil aktual dari putusan

Alternatif yang dilaksanakan kemudian dimonitoring dan dievaluasi sejauh mana


keputusan orangtua pasien dan kondisi Nn. M setelah pemasangan kontrasepsi
dan pemberian informasi.

1. Jika kedua orangtua Nn. M menolak keinginan pasien, perawat sebaiknya


tidak melakukan pemasangan alat kontrasepsi pada pasien. Mengingat
aspek legalitas pemasangan kontrasepsi harus pada orang dewasa atau
lebih dari usia 17 tahun dan pada pasangan yang sudah menikah. Selain itu
karena usia Nn. M masih 16 tahun bisa dikatakan masih menjadi tanggung
jawab orangtuanya, jadi setiap tindakan pada Nn. M harus mendapat
persetujuan dari kedua orangtuanya. Namun perawat tidak berhenti disini
saja, karena sebagai perawat jiwa, perawat sebaiknya melakukan
pendekatan, konseling, dan terapi pada Nn. M agar dia berhenti untuk
tidak berperilaku seks bebas
2. Namun jika orangtua Nn. M menyetujui dan pemasangan kontrasepsi
sudah dilakukan, perawat juga tidak berhenti disini saja. Perawat harus
melakukan pendekatan, konseling, dan terapi agar Nn. M berhenti
melakukan seks bebas.

Analisa situasi hingga hasil aktual dari keputusan telah tampak dan menggunakan
informasi tersebut untuk membantu membuat keputusan berikutnya.

1. Membuat keputusan dan interaksi

Membuat keputusan meliputi pemberian informasi kepada Nn M, Kemungkinan


dengan cara pembcaraan melalui telepon untuk membuat perjanjian dan membuat
perencanaan diskusi dengan pasien dan orang tuanya. Interaksi meliputi
segala catatan yang berkenaan dengan kondisi pasien

1. Evaluasi hasil

Hasil yang diteria kemungkinan menunjukkan bahwa perjanjian yang telah


disepakati antata Nn M dengan perawat jiwa tidak bertentangan dengan teori etik
dan ajaran agama.

BAB V
KESIMPULAN

I Kesimpulan
Metode penyelesaian masalah etik bisa menggunakan standar kerangka
penyelesaian atau dengan melakukan kombinasi dari beberapa teori yang ada. Dan
hal ini memungkinkan untuk menambah variasi pertimbangan, tindakan dalam
setiap keputusan yang ada.

II Saran
Dalam setiap pengambilan keputusan berdasarkan masalh etik yang
muncul hendaknya dilakukan beberapa tahapan atau pertimbangan yang lebih
rinci sehingga dalam hal ini orientasi dalam asuhan keperawatan yang diberikan
tetap memenuhi standart asuhan keperawatan yang berkualitas

https://faizaturrohmi.wordpress.com/2013/12/06/dilema-etik-dalam-keperawatan/

You might also like