You are on page 1of 24

DAFTAR ISI

Daftar Isi . 1
BAB I Pendahuluan .. 2
1.1 Pengertian .. 2
BAB II Pembukaan 6
2.1 Jenis-Jenia Syirkah 6
2.2 Rukun dan Syarat Syirkah 8
2.3 Prinsip dan Syarat Syirkah 9
2.4 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) ... 11
2.5 Ilustrasi Pencatatan Akuntansi Musyarokah (PSAK 106) 12
2.6 Mengakhiri Syirkah .. 19
2.7 Cara Membagi Keuangan dan Kerugian .. 21
BAB III Penutup ..

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Pengertian
a. Secara Bahasa
Syirkah dalam fiqih Islam ada beberapa macam: di
antaranya yang kembali kepada perjanjiannya, dan ada juga yang
kembali kepada kepemilikan. Dari sisi hukumnya menurut
syariat, ada yang disepakati boleh, ada juga yang masih
diperselisihkan hukumnya
b. Secara Definisi
Syirkah dalam bahasa Arabnya berarti pencampuran atau
interaksi. Bisa juga artinya membagikan sesuatu antara dua orang
atau lebih menurut hukum kebiasaan yang ada.Sementara dalam
terminologi ilmu fiqih, arti syirkah yaitu: Persekutuan usaha untuk
mengambil hak atau beroperasi. Aliansi mengambil hak,
mengisyaratkan apa yang disebut Syirkatul Amlak. Sementara
aliansi dalam beroperasi, mengisyaratkan Syirkatul Uqud (Syirkah
Transaksional).
c. Dasar Hukum
Al-Quran

2
Dan bagimu (suami-suami) seperdua dari harta yang
ditinggalkan oleh isteri-isterimu, jika mereka tidak mempunyai
anak. Jika isteri-isterimu itu mempunyai anak, maka kamu
mendapat seperempat dari harta yang ditinggalkannya sesudah
dipenuhi wasiat yang mereka buat atau (dan) seduah dibayar
hutangnya. Para isteri memperoleh seperempat harta yang kamu
tinggalkan jika kamu tidak mempunyai anak. Jika kamu
mempunyai anak, maka para isteri memperoleh seperdelapan dari
harta yang kamu tinggalkan sesudah dipenuhi wasiat yang kamu
buat atau (dan) sesudah dibayar hutang-hutangmu. Jika seseorang
mati, baik laki-laki maupun perempuan yang tidak meninggalkan
ayah dan tidak meninggalkan anak, tetapi mempunyai seorang
saudara laki-laki (seibu saja) atau seorang saudara perempuan
(seibu saja), maka bagi masing-masing dari kedua jenis saudara
itu seperenam harta. Tetapi jika saudara-saudara seibu itu lebih
dari seorang, maka mereka bersekutu dalam yang sepertiga itu,
sesudah dipenuhi wasiat yang dibuat olehnya atau sesudah
dibayar hutangnya dengan tidak memberi mudharat (kepada ahli
waris). (Allah menetapkan yang demikian itu sebagai) syari'at
yang benar-benar dari Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Penyantun.(QS. An-Nisa: 12).
Saudara-saudara seibu itu bersekutu atau beraliansi dalam
memiliki sepertiga warisan sebelum dibagi-bagikan kepada
yang lain.

3
Ketahuilah, sesungguhnya apa saja yang dapat kamu peroleh
sebagai rampasan perang, maka sesungguhnya seperlima untuk
Allah, Rasul, kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin
dan ibnussabil, jika kamu beriman kepada Allah dan kepada apa
yang kami turunkan kepada hamba Kami (Muhammad) di hari
Furqaan, yaitu di hari bertemunya dua pasukan. Dan Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu. (QS. Al-Anfal: 41).
Harta rampasan perang adalah milik Rasulullah dan kaum
muslimin secara kolektif sebelum dibagi-bagikan. Mereka
semua-nya beraliansi dalam kepemilikan harta tersebut. Riwayat yang
shahih bahwa al-Barra bin Azib dan Zaid bin Arqam keduanya
bersyarikat dalam perniagaan. Mereka membeli barang-barang
secara kontan dan nasiah. Berita itu sampai kepada Rasulullah a.
Maka beliau memerintahkan agar menerima barang-barang yang
mereka beli dengan kontan dan menolak barang-barang yang mereka
beli dengan nasi'ah.
Menurut As-Sunnah








aku jadi yang ketiga antara dua orang yang berserikat selama
yang satu tidak khianat kepada yang lainnya, apabila yang satu
berkhianat kepada pihak yang lain , maka keluarlah aku darinya .
HR. Abu Dawud dari Abi Hurairah dari Nabi Saw.
Menurut para ulama

4
Menurut Syihab al-Din al-Qalyubi wa Umaira

penetapan hak pada sesuatu bagi dua orang atau lebih.


Menurut Hasbi Ash-Shiddieqie





Akad yang berlaku antara dua orang atau lebih untuk taawun
dalam bekerja pada suatu usaha dan membagi keuntungannya.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Jenis-jenis Syirkah


Syirkah itu ada dua macam, yaitu Syirkatul Amlak dan
Syirkatul Uqud.
2.1.1 Syirkah Amlak (Kepemilikkan).
Maksudnya adalah persekutuan antara dua orang atau lebih
dalam kepemilikan satu barang dengan sebab kepemilikan.
Misalnya dengan proses jual beli, hibah atau warisan, dimana
barang itu dimiliki secara bersama oleh beberapa orang.Contoh:
si A dan si B diberi wasiat atau hadiah berupa sebuah mobil oleh
seseorang dan keduanya menerimanya, atau membelinya dengan uang
keduanya, atau mendapatkannya dari hasil warisan, maka mereka berdua
berserikat dalam kepemilikan mobil tersebut.
2.1.2 Syirkah Uqud (Transaksi/akad)
Maksudnya adalah akad kerjasama antara dua orang atau lebih yang
bersekutu dalam usaha, biak modal maupun keuntungan. Dalam
implementasinya, Syirkah Transaksi terdiri dari beberapa jenis lagi :
Syirkatul Inan.
Syirkah ini adalah persekutuan dalam modal, usaha dan
keuntungan. Yaitu kerjasama antara dua orang atau lebih dengan
modal yang mereka miliki bersama untuk membuka usaha yang mereka
lakukan sendiri, lalu berbagi keuntungan bersama. Jadi modal berasal
dari mereka semua, usaha juga dilakukan mereka bersama, untuk
kemudian keuntungan juga dibagi pula bersama. Syirkah semacam ini
berdasarkan ijma' dibolehkan, namun secara rincinya masih ada yang
diperselisihkan.Contoh :
A dan B pengrajin atau tukang kayu. A dan B sepakat menjalankan bisnis
dengan memproduksi dan menjualbelikan meubel. Masing-masing
memberikan konstribusi modal sebesar Rp.50 juta dan keduanya sama-
sama bekerja dalam syirkah tersebut.

6
Dalam syirkah ini, disyaratkan modalnya harus berupa uang
(nuqd); sedangkan barang (urdh), misalnya rumah atau mobil, tidak
boleh dijadikan modal syirkah, kecuali jika barang itu dihitung nilainya
pada saat akad.
Syirkatul Abdan (syirkah usaha).
Syirkah ini adalah kerja sama antara dua pihak atau lebih dalam
usaha yang dilakukan oleh tubuh mereka, seperti kerjasama sesama
dokter di klinik, atau sesama tukang jahit atau tukang cukur dalam
salah satu pekerjaan. Semuanya dibolehkan. Namun Al-Imam Asy-
Syafi'i melarangnya. Disebut juga dengan Syirkah Shanai wat
Taqabbul.Contohnya:
A dan B. keduanya adalah nelayan, bersepakat melaut bersama untuk
mencari ikan. Mereka sepakat pula, jika memperoleh ikan dan dijual,
hasilnya akan dibagi dengan ketentuan: A mendapatkan sebesar 60% dan
B sebesar 40%.
Disyaratkan bahwa pekerjaan yang dilakukan merupakan pekerjaan
halal.Keuntungan yang diperoleh dibagi berdasarkan kesepakatan;
nisbahnya boleh sama dan boleh juga tidak sama di antara mitra-mitra
usaha (syark).
Syirkatul Wujuh
Syirkah ini adalah kerjasama dua pihak atau lebih dalam
keuntungan dari apa yang mereka beli dengan nama baik mereka.
Tak seorangpun yang memiliki modal. Namun masing-masing
memilik nama baik di tengah masyarakat. Mereka membeli sesuatu
(untuk dijual kembali) secara hutang, lalu keuntungan yang didapat dibagi
bersama.Syirkah semacam ini juga dibolehkan menurut kalangan
Hanafiyah dan Hanabilah, namun tidak sah menurut kalangan Malikiyah
dan Syafi'iyah. Contohnya:
A dan B adalah tokoh yang dipercaya pedagang. Lalu A dan B ber-
syirkah wujh, dengan cara membeli barang dari seorang pedagang
(misalnya C) secara kredit. A dan B bersepakat, masing-masing memiliki
50% dari barang yang dibeli. Lalu keduanya menjual barang tersebut dan

7
keuntungannya dibagi dua, sedangkan harga pokoknya dikembalikan
kepada C
Dalam syirkah wujh ini, keuntungan dibagi berdasarkan
kesepakatan, bukan berdasarkan prosentase barang dagangan yang
dimiliki; sedangkan kerugian ditanggung oleh masing-masing mitra
usaha berdasarkan prosentase barang dagangan yang dimiliki, bukan
berdasarkan kesepakatan.
Syirkatul Mufawadhah
Syirkah ini adalah kerjasama dimana masing-masing pihak yang
beraliansi memiliki modal, usaha dan hutang piutang yang sama,
dari mulai berjalannya kerja sama hingga akhir. Kerja sama ini
mengandung unsur penjaminan dan hak-hak yang sama dalam modal,
usaha dan hutang. Kerja sama ini juga dibolehkan menurut mayoritas
ulama, namun dilarang oleh Asy-Syafi'i. Kemungkinan yang ditolak oleh
beliau adalah bentuk aplikasi lain dari Syirkatul Mufawadhah,
yakni ketika dua orang melakukan perjanjian untuk bersekutu
dalam memiliki segala keuntungan dan kerugian, baik karena harta
atau karena sebab lainnya.Contohnya:
A adalah pemodal, berkonstribusi modal kepada B dan C, dua insinyur
teknik sipil, yang sebelumnya sepakat, bahwa masing-masing
berkonstribusi kerja. Kemudian B dan C juga sepakat untuk berkonstribusi
modal, untuk membeli barang secara kredit atas dasar kepercayaan
pedagang kepada B dan C.
Dalam hal ini, pada awalnya yang ada adalah syirkah abdan, yaitu
ketika B dan C sepakat masing-masing ber-syirkah dengan memberikan
konstribusi kerja saja. Lalu, ketika A memberikan modal kepada B dan C,
berarti di antara mereka bertiga terwujud syirkah mudhrabah. Di sini A
sebagai pemodal, sedangkan B dan C sebagai pengelola. Ketika B dan C
sepakat bahwa masing-masing memberikan konstribusi modal, di samping
konstribusi kerja, berarti terwujud syirkah inn di antara B dan C. Ketika B
dan C membeli barang secara kredit atas dasar kepercayaan pedagang
kepada keduanya, berarti terwujud syirkah wujh antara B dan C.

8
Dengan demikian, bentuk syirkah seperti ini telah menggabungkan
semua jenis syirkah yang ada, yang disebutsyirkah mufwadhah.
2.2 Rukun dan Syarat Syirkah
2.2.1 Adapun rukun syirkah menurut para ulama meliputi :
1. Sighat (Ijab dan Qabul)
Adapun syarat sah dan tidaknya akad syirkah tergantung pada
sesuatu yang di transaksikan dan juga kalimat akad hendaklah
mengandung arti izin buat membelanjakan barang syirkah dari
peseronya.
2. Al Aqidain (subjek perikatan)
Syarat menjadi anggota perserikatan yaitu :
- Orang yang berakal
- Baligh
- Merdeka atau tidak dalam paksaan.
Disyaratkan pula bahwa seorang mitra diharuskan
berkompeten dalam memberikan atau memberikan kekuasaan
perwakilan, dikarenakan dalam musyarakah mitra kerja juga berarti
mewakilkan harta untuk diusahakan.
3. Mahalul Aqd (objek perikatan)
Meliputi : modal maupun kerjanya.
Dilihat dari modalnya
Mengenai modal yang disertakan dalam suatu
perserikatan hendaklah berupa :
- Modal yang diberikan harus uang tunai, emas, perak, atau
yang nilainya sama.
- Modal yang dapat terdiri dari aset perdagangan
- Modal yang disertakan oleh masing-masing pesero dijadikan
satu, yaitu menjadi harta perseroan, dan tidak dipersoalkan lagi
dari mana asal-usul modal itu.
Dilihat dari kerjanya
Partisipasi para mitra dalam pekerjaan musyarakah
adalah sebuah hukum dasar dan tidak dibolehkan dari salah

9
satu dari mereka untuk mencantumkan ketidakikutsertaan dari
mitra lainnya, seorang mitra diperbolehkan melaksanakan
pekerjaan dari yang lain. Dalam hal ini ia boleh mensyaratkan
bagian keuntungan tambahan lebih bagi dirinya.
2.2.2 Adapun mengenai syarat-syarat syirkah menurut Idris Ahmad
adalah sebagi berikut :
1. Mengeluarkan kata-kata yang menunjukkan izin masing-masing
anggota serikat kepada pihak yang akan mengendalikan harta
serikat.
2. Anggota serikat itu saling mempercayai, sebab masing-masing
mereka adalah wakil dari yang lain.
3. Mencampurkan harta sehingga tidak dapat dibedakan hak
masing-masing, baik berupa mata uang maupun bentuk yang
lain.
2.3 Prinsip dan Syarat Syirkah
Setiap perserikatan dari seluruh jenis dan macam perserikatan yang
telah disampaikan dimuka berlangsung berdasarkan prinsip umum sebagai
berikut :
1. Masing-masing pihak yang berserikat berwenang melakukan tindakan
hukum atas nama perserikatan dengan izin pihak lain. Segala akibat
dari tindakan tersebut baik hasil maupun resikonya ditanggung
bersama.
2. Sistem pembagian keuntungan harus ditetapkan secara jelas, baik dari
segi prosentase maupun periodenya misalnya 60 % : 40 %, 30 % :
70% pertriwulan atau pertahun. Bila sistem pembagian keuntungan
tidak dinyatakan secara jelas, hukumnya tidak sah.
3. Sebelum dilakukan pembagian, seluruh keuntungan merupakan
keuntungan bersama. Tidak boleh sejumlah keuntungan tertentu yang
dihasilkan salah satu pihak dipandang sebagai keuntungannya.
Selain prinsip umum diatas, terdapat persyaratan khusus pada macam-
macam syirkah tertentu, sebagaimana berikut ini :
Persyaratan khusus syirkah al-amwal :

10
a. Modal (ras al-mal) perserikatan harus diserahkan dengan tunai, tidak
boleh berupa hutang atau jaminan.
b. Modal syirkah haruslah berupa al-tsaman (harga tukar) seperti dinar,
dirham, atau mata uang tertentu yang berlaku. Tidak boleh modal
syirkah berupa barang dagangan atau komoditas.
Persyaratan khusus syirkah mufawadhah :
a. Masing-masing pihak harus berhak menjadi wakil bagi mitra
serikatnya.
b. Syirkah ini dibentuk berdasarkan asas persamaan, dalam hal
komposisi modal, posisi kerja dan juga dalam hal prosentase
keuntungan.
Persyaratan khusus Syirkah al-mudharabah :
a. Masing-masing pihak memenuhi persyaratan kecakapan wakalah.
b. Modal (ras al-mal) harus jelas jumlahnya, berupa tsaman (harga
tukar) tidak berupa barang dagangan, dan harus tunai dan diserahkan
seluruhnya kepada pihak pengusaha.
c. Prosentase keuntungan dan periode pembagian keuntungan harus
dinyatakan secara jelas berdasarkan kesepakatan bersama. Sebelum
dilakuakan pembagian, seluruh keuntungan menjadi milik bersama.
d. Pengusaha berhak sepenuhnya atas pengelolaan modal tanpa
campurtangan pihak pemodal. Sekalipun demikian pada awal
transaksi pihak pemodal berhak menetapakan garis-garis besar
kebajikan pengelolaan modal.
e. Kerugian atas modal ditnggung sepenuhnya oleh pihak pemodal.
Sedangkan pihak pekerja atau pengusaha sama sekali tidak
menanggungnya, melainkan ia menanggung kerugian pekerjaan.
2.4 Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
2.4.1 Musyarakah Permanen
Musyarakah Permanen adalah musyarakah dengan ketentuan bagian
dana setiap mitra ditentukan saat akad dan jumlahnya tetap hingga akhir masa
akad (PSAK No. 106 par 04). Contohnya, antara mitra A dan mitra P yang
melakukan akad musyarakah menanamkan modal yang jumlah awal masing

11
masing Rp 20.000.000, maka sampai akhir masa akad syirkah modal mereka
masing masing tetap Rp 20.000.000.
2.4.2 Musyarakah Menurun/Musyarakah Mutanaqisah
Musyarakah Menurun/Musyarakah Mutanaqisah adalah musyarakah
dengan ketentuan bagian dana salah satu mitra akan dialihkan secara bertahap
kepada mitra lainnya sehingga bagian dananya akan menurun dan pada akhir
masa akad mitra lain tersebut akan menjadi pemilik penuh usaha musyarakah
tersebut. (PSAK No. 106 par 04) contohnya, antara Mitra A dan Mitra P
melakukan akad musyarakah, mitra P menanamkan Rp 10.000.000 dan Mitra
A menanamkan Rp 20.000.000. seiring berjalannya kerja sama akad
musyarakah tersebut, modal Mitra P Rp 10.000.000 tersebut akan beralih
kepada Mitra A melalui pelunasan secara
2.5 Ilustrasi Pencatatan Akuntansi Musyarakah (Psak 106)
Perlakuan akuntansi untuk transaksi musyarakah akan dilihat dari dua sisi
pelaku yaitu mitra aktif dan mitra pasif. Yang dimaksud mitra aktif adalah pihak
yang mengelola usaha musyarakah baik mengelola sendiri ataupun menunjuk
pihak lain untuk mengelola atas namanya; sedangkan mitra pasif adalah pihak
yang tidak ikut mengelola usaha (biasanya adalah lembaga keuangan). Mitra aktif
adalah pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan pengelolaan sehingga
mitra aktif yang akan melakukan pencatatan akuntansi, atau jika dia menunjuk
pihak lain mengelola usaha maka pihak tersebut yang akan melakukan pencatatan
akuntansi.
Pada hakikatnya, pencatatan atas semua transaksi usaha musyarakah harus
dipisahkan dengan pencatatan lainnya. Untuk memudahkan ilustrasi, kami akan
mencatat transaksi usaha musyarakah seolah olah ditunjuk pihak lain untuk
melakukan pencatatan akuntansi, walaupun pencatatannya masih di bawah
tanggung jawab mitra aktif.

2.5.2 Akuntansi untuk Mitra Aktif dan Mitra Pasif


Akuntansi untuk mitra aktif dan mitra pasif masih dianggap sama, karena
dalam ilustrasi ini pencatatan akuntansi untuk usaha musyarakah dilakukan oleh
pihak ketiga yang ditunjuk agar lebih mudah diilustrasikan. Oleh karena pada

12
hakikatnya jurnal yang dibuat oleh pihak ketiga atau mitra aktif adalah sama.
Perbedaannya jika pencatatan dilakukan oleh mitra aktif, maka ia harus membuat
akun buku besar pembantu untuk memisahkan pencatatan dari transaksi
musyarakah dengan transaksi lainnya. Sementara apabila ada perbedaan perlakuan
akuntansi untuk mitra aktif dan mitra pasif menurut PSAK, penulis akan
menjelaskan lebih lanjut.
a. Pengakuan investasi musyarakah
Investasi musyarakah diakui pada saat penyerahan kas atau aset nonkas
untuk usaha musyarakah.
b. Biaya praakad
Biaya praakad yang terjadi akibat akad musyarakah (misalnya, biaya studi
kelayakan) tidak dapat diakui sebagai bagian investasi musyarakah kecuali ada
persetujuan dari seluruh mitra musyarakah.
Jurnal untuk mitra aktif pada saat mengeluarkan biaya:
Dr. Uang Muka Akad xxx
Kr.Kas xxx
Apabila mitra lain sepakat biaya ini dianggap sebagai bagian investasi
musyarakah maka dicatat sebagai penambah nilai investasi musyarakah.
Jurnal:
Dr. Investasi Musyarakah xxx
Kr.Uang Muka Akad xxx
Apabila mitra lain tidak setuju biaya ini dianggap sebagai bagian investasi
musyarakah maka akan dicatat sebagai beban.
Jurnal:
Dr.Beban Musyarakah xxx
Kr.Uang Muka Akad xxx

c. Pengukuran Investasi Musyarakah


Penyerahan kas atau aset nonkas sebagai modal untuk investasi musyarakah
Apabila investasi dalam bentuk kas akan dinilai sebesar jumlah yang akan
diserahkan; maka jurnal:
Dr.Investasi MusyarakahKas xxx

13
Kr.Kas xxx
Apabila investasi dalam bentuk aset nonkas, maka dinilai sebesar nilai
wajar dan jika nilai wajar aset nonkas yang diserahkan lebih besar dari nilai buku,
maka oleh mitra aktif selisihnya akan dicatat dalam akun selisih penilaian aset
musyarakah (dilaporkan dalam bagian ekuitas).
Jurnal:
Dr.Investasi MusyarakahAset Nonkas xxx
Dr.Akumulasi Penyusutan xxx
Kr.Selisih Penilaian Aset Musyarakah xxx
(sebagai bagian ekuitas)
Kr.Aset Nonkas xxx
Selisih penilaian aset musyarakah tersebut diamortisasi selama masa akad
musyarakah menjadi keuntungan.
Jurnal:
Dr.Selisih Penilaian Aset Musyarakah xxx
Kr.Keuntungan xxx

Untuk mitra pasif, akun selisih penilaian aset musyarakah digantikan


dengan akun keuntungan tangguhan dan diamortisasikan selama masa akad.
Apabila aset nonkas dikembalikan di akhir akad maka akun investasi musyarakah
nonkas akan berkurang nilainya sebesar beban penyusutan aset yang diserahkan
dikurangi dengan amortisasi keuntungan tangguhan.
Jika nilai wajar aset nonkas yang diserahkan lebih kecil dari nilai buku,
maka selisihnya dicatat sebagai kerugian dan diakui pada saat penyerahan aset
nonkas.
Jurnal:
Dr.Investasi Musyarakah xxx
Dr.Akumulasi Penyusutan xxx
Dr.Kerugian Penurunan Nilai xxx
Kr.Aset Nonkas xxx
Apabila investasi dalam bentuk aset nonkas dan di akhir akad akan
diterima kembali maka atas aset nonkas musyarakah disusutkan berdasarkan nilai

14
wajar, dengan masa manfaat berdasarkan masa akad atau masa manfaat ekonomis
aset.
Jurnal:
Dr.Beban Depresiasi xxx
Kr.Akumulasi Depresiasi xxx

d. Apabila dari investasi musyarakah diperoleh keuntungan maka jurnal:


Dr.Kas/Piutang xxx
Kr.Pendapatan Bagi Hasil xxx
Apabila dari investasi yang dilakukan rugi maka jurnal:
Dr.Kerugian xxx
Kr.Penyisihan Kerugian xxx

e. Apabila modal investasi yang diserahkan berupa aset nonkas, dan di akhir
akad dikembalikan dalam bentuk kas sebesar nilai wajar aset nonkas yang
disepakati ketika aset tersebut diserahkan. Maka ketika akad musyarakah
berakhir, aset nonkas akan dilikuidasi/dijual terlebih dahulu dan keuntungan
atau kerugian dari penjualan aset ini (selisih antara nilai buku dengan nilai
jual) didistribusikan pada setiap mitra sesuai nisbah.
Ketika pelunasan dengan asumsi tidak ada penyisihan kerugian dan
penjualan aset nonkas menghasilkan keuntungan, maka jurnal:
Dr.Kas xxx
Kr.Investasi Musyarakah xx
Kr.Keuntungan xxx
Ketika pelunasan dengan asumsi ada penyisihan kerugian dan penjualan
aset nonkas menghasilkan keuntungan, maka jurnal:
Dr.Kas xxx
Dr.Penyisihan Kerugian xxx
Kr.Investasi Musyarakah xxx
Kr.Keuntungan xxx
Pencatatan di akhir akad:
o Apabila modal investasi yang diserahkan berupa kas.

15
Jika tidak ada kerugian, maka jurnal:
Dr.Kas xxx
Kr.Investasi Musyarakah Xxx
Jika ada kerugian, maka jurnal:
Dr.Kas xxx
Dr.Penyisihan Kerugian xxx
Kr.Investasi Musyarakah Xxx
o Apabila modal investasi berupa aset nonkas, dan dikembalikan dalam
bentuk aset nonkas yang sama pada akhir akad.
Jika tidak ada kerugian, maka jurnal:
Dr.Aset Nonkas xxx
Kr.Investasi Musyarakah xxx
Jika ada kerugian, mitra yang menyerahkan aset nonkas harus
menyetorkan uang sebesar nilai kerugian, maka jurnal:
Dr.Penyisihan Kerugian xxx
Kr.Kas xxx
Dr.Aset Nonkas xxx
Kr.Investasi Musyarakah xxx

f. Bagian mitra aktif jenis akad musyarakah menurun (dengan pengembalian


dana mitra secara bertahap) nilai investasi musyarakahnya sebesar jumlah
kas atau nilai wajar aset nonkas yang diserahkan pada awal akad ditambah
jumlah dana syirkah temporer yang telah dikembalikan pada mitra pasif
dikurangi rugi jika ada. Sedangkan bagian mitra pasif nilai investasi
musyarakahnya sebesar kas atau nilai wajar aset yang diserahkan pada awal
akad dikurangi dengan pengembalian dari mitra aktif jika ada.

g. Penyajian
Mitra pasif menyajikan hal hal yang terkait dengan usaha musyarakah
dalam laporan keuangan sebagai berikut.
Kas atau aset nonkas yang disisihkan oleh mitra aktif disajikan sebagai
investasi musyarakah.

16
Keuntungan tangguhan dari selisih penilaian aset nonkas yang diserahkan
pada nilai wajar disajikan sebagai pos lawan (contra account) dari
investasi musyarakah.
h. Pengungkapan
Mitra mengungkapkan hal hal yang terkait transaksi musyarakah,
tetapi tidak terbatas, pada:
Isi kesempatan utama usaha musyarakah, seperti porsi dana, pembagian
hasil usaha, aktivitas usaha musyarakah, dan lain lain.
Pengelola usaha, jika tidak ada mitra aktif.
Pengungkapan yang diperlukan sesuai PSAK No.101 tentang Penyajian
Laporan Keuangan Syariah.

2.4.2 Akuntansi untuk Pengelola Dana


Akuntansi untuk pengelola musyarakah dilakukan oleh mitra aktif atau
pihak yang mewakilinya.
Penerimaan dana musyarakah dari mitra pasif atau mitra aktif diakui
sebagai dana syirkah temporer sebesar:
a. Jumlah yang diterima untuk penerimaan dalam bentuk kas dan
jurnal:
Dr.Kas xxx
Kr.Dana Syirkah Temporer xxx
Selanjutnya untuk dana syirkah temporer harus dipisahkan (dalam
bentuk sub ledger) antara dana yang berasal dari mitra aktif atau mitra
pasif.
b. Nilai wajar untuk penerimaan dalam bentuk aset nonkas, maka akan
dicatat sebesar nilai wajarnya dan jurnal:
Dr.Aset Nonkas xxx
Kr.Dana Syirkah Temporer xxx
Apabila di akhir akad aset nonkas tidak dikembalikan maka yang
mencatat beban depresiasi adalah usaha musyarakah atas dasar nilai wajar
dan disusutkan selama masa akad atau selama umur ekonomis. Sedangkan

17
jika dikembalikannya, yang mencatat beban depresiasi adalah mitra yang
menyerahkan aset nonkas sebagai modal investasinya.
Dr.Beban Depresiasi xxx
Kr.Akumulasi Depresiasi xxx

Pencatatan untuk pembagian laba untuk mitra aktif dan pasif


Saat mencatat pendapatan:
Dr.Kas/Piutang xxx
Kr.Pendapatan xxx
Saat mencatat beban:
Dr.Beban xxx
Kr.Kas/Utang xxx
Jurnal penutup yang dibuat di akhir periode (apabila diperoleh
keuntungan):
Dr.Pendapatan xxx
Kr.Beban xxx
Kr.Pendapatan yang Belum Dibagikan Xxx
Jurnal ketika dibagihasilkan kepada pemilik dana:
Dr.Beban Bagi Hasil Musyarakah xxx
Kr.Utang Bagi Hasil Musyarakah xxx
Jurnal pada saat pengelola dana membayar bagi hasil:
Dr.Utang Bagi Hasil Musyarakah xxx
Kr.Kas xxx
Pada akhir periode, akun pendapatan yang belum dibagikandan beban
bagi hasil ditutup. Jurnal:
Dr.Pendapatan yang Belum Dibagikan xxx
Kr.Beban Bagi Hasil xxx
Jurnal penutup yang dibuat apabila terjadi kerugian:
Dr.Pendapatan xxx
Dr.Penyisihan Kerugian xxx
Kr.Beban xxx

18
Jika kerugian akibat kelalaian mitra aktif atau pengelola usaha,
maka kerugian tersebut ditanggung oleh mitra aktif atau pengelola usaha
musyarakah. Jurnal:
Dr.Penyisihan KerugianMitra Aktif xxx
Kr.Kerugian yang Belum Dialokasikan xxx

Pencatatan yang dilakukan pada akhir akad


a. Apabila dana investasi yang dserahkan berupa kas, maka jurnal:
Dr.Dana Syirkah Temporer xxx
Kr.Kas xxx
Kr.Penyisihan Kerugian xxx
b. Apabila dana investasi yang diserahkan berupa aset nonkas, dan di
akhir akad dikembalikan, maka jurnal:
Dr.Dana Syirkah Temporer xxx
Kr.Aset Nonkas xxx
Jika aset harus dikembalikan dan terjadi kerugian maka mitra yang
menyerahkan aset nonkas harus menyerahkan kas untuk menutup
kerugian.
Jurnal:
Dr.Kas xxx
Kr.Penyisihan Kerugian xxx
c. Apabila modal investasi yang diserahkan berupa aset nonkas dan di
akhir akad dikembalikan dalam bentuk kas, maka aset nonkas harus
dilikuidasi/dijual terlebih dahulu dan keuntungan atau kerugian dari
penjualan aset ini (selisih antara nilai buku dengan nilai jual)
didistribusikan pada setiap mitra sesuai kesepakatan. Jika penjualan
tersebut menghasilkan keuntungan maka akan menambah dana
mitra. Jurnal:
Dr.Kas xxx
Dr.Akumulasi Depresiasi xxx
Kr.Aset Nonkas xxx
Kr.Keuntungan xxx

19
Keuntungan ditutup ke dana syirkah temporer. Jurnal:
Dr.Keuntungan xxx
Kr.Investasi Musyarakah xxx
Jika penjualan tersebut menghasilkan kerugian, akan ditagih
kepada mitra, maka jurnal:
Dr.Kas xxx
Dr.Akumulasi Depresiasi xxx
Dr.Penyisihan Kerugian xxx
Kr.Aset Nonkas xxx
Ketika pelunasan, asumsi tidak ada penyisihan kerugian dan dari
penjualan aset nonkas mengalami keuntungan. Jurnal:
Dr.Dana Syirkah Temporer xxx
Kr.Kas xxx
Ketika pelunasan, asumsi ada penyisihan kerugian dari penjualan
aset nonkas mengalami keuntungan. Jurnal:
Dr.Dana Syirkah Temporer xxx
Kr.Penyisihan Kerugian xxx
Kr.Kas xxx

Penyajian
Pengelola menyajikan hal hal yang terkait dengan usaha
musyarakah dalam laporan keuangan sebagai berikut.
a. Kas atau aset nonkas yang disisihkan oleh mitra aktif dan yang
diterima dari mitra pasif disajikan sebagai investasi musyarakah.
b. Aset musyarakah yang diterima dari mitra pasif disajikan sebagai
unsur dana syirkah temporer.
c. Selisih penilaian aset musyarakah (jika ada) disajikan sebagai unsur
ekuitas.

2.6 Mengakhiri Syirkah


Syirkah akan berakhir apbila terjadi hal-hal berikut :

20
1. Salah satu pihak membatalkannyameskipun tanpa persetujuan pihak yang
lainnya sebab syirkah adalah akad yang terjadi atas dasar rela sama rela
dari kedua belah pihak yang tidak kemestian untuk dilaksanakan apabila
salah satu pihak tidak menginginkannya lagi. Hal ini menunjukkan
pencabutan kerelaan syirkah oleh salah satu pihak.
2. Salah satu pihak kehilangan kecakapan untuk bertasharruf( keahlian
mengelola harta ),baik karena gila maupun karena alasan lainnya.
3. Salah satu pihak meninggal dunia, tetapi apabila anggota syirkah lebih dari
dua orang, yang batal hanyalah yang meninggal saja. Syirkah berjalan
terus pada anggota-anggota yang masih hidup. Apabila ahli waris anggota
yang meninggal menghendaki turut serta dalam syirkah tersebut, maka
dilakukan perjanjian baru bagi ahli waris yang bersangkutan.
4. Salah satu pihak ditaruh dibawah pengampuan , baik karena boros yang
terjadi pada waktu perjanjian syirkah tenganh berjalan maupun sebab yang
lainnya.
5. Salah satu pihak jatuh bangkrut yangberakibat tidak berkuasa lagi atas
harta yang menjadi saham syirkah. Pendapat ini dikemukakan oleh
Mazhab Maliki , syafii, dan Hambali. Hanafi berpendapat bahwa keadaan
bangkrut itu tidak membatalkan perjanjian yang dilakukan oleh yang
bersangkutan.
6. Modal para anggota syirkah lenyap banyak sebelum dibelanjakan atas
nama syirkah. Bila modal tersebut lenyap sebelum terjadi percampuran
harta hingga tidak dapat dipisah-pisahkan lagi, yang menanggung resiko
adalah pemiliknya sendiri. Apabila harta lenyap setelah terjadi
percampuran yang tidak bisa dipisah-pisahkan lagi, menjadi resiko
bersama. Kerusakan yang terjadi setelah dibelanjakan , menjadi resiko
bersama. Apabila masih ada sisa harta, syirkah masih dapat berlangsung
dengan kekayaan yang masih ada.
2.7 Cara Membagi Keuntungan dan Kerugian
Beberapa ketentuan-ketentuan tentang pembagian keuntungan dan kerugian
antara lain sebagai berikut :

21
1. Kerugian merupakan bagian modal yang hilang, karena kerugian akan
dibagi dalam bagian modal yang di investasikan dan akan ditangung
oleh pemilik modal.
2. Apabila terjadi kerugian usaha terus menerus, lebih baik pembagian
keuntungan itu menunggu sampai usahanya menjadi seimbang dan
akhirnya jumlah nilai dapat ditentukan. Pada saat penentuan nilai
tersebut, modal awal disisihkan terlebih dahulu setelah itu jumlah yang
tersisa akan dianggap keuntungan atau kerugian.
3. Pembagian keuntungan atau kerugian tergantung besar kecilnya modal
yang mereka tanamkan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada contoh praktek perserikatan
berikut ini :
Cara Membagi Keuntungan dan Kerugian

22
Penutup

Syirkah dalam bahasa Arabnya berarti pencampuran atau interaksi


Sementara dalam terminologi ilmu fiqih, arti syirkah yaitu: Persekutuan
usaha untuk mengambil hak atau beroperasi.
Syirkah itu ada dua macam, yaitu Syirkatul Amlak dan Syirkatul Uqud.
Syirkah Uqud (Transaksi/akad), Dalam implementasinya, Syirkah
Transaksi terdiri dari beberapa jenis lagi yaitu Syirkatul Inan, Syirkatul
Abdan (syirkah usaha), Syirkatul Wujuh, Syirkatul Mufawadhah
Perlakuan akuntansi untuk transaksi musyarakah akan dilihat dari dua sisi
pelaku yaitu mitra aktif dan mitra pasif. Yang dimaksud mitra aktif adalah
pihak yang mengelola usaha musyarakah baik mengelola sendiri ataupun
menunjuk pihak lain untuk mengelola atas namanya; sedangkan mitra
pasif adalah pihak yang tidak ikut mengelola usaha (biasanya adalah
lembaga keuangan).

23
Daftar pustaka

Suhendi, Hendi.2010.Fiqih Muamalah.Jakarta.Rajawali Pers


Mardani.2011.Fiqih: Ekonomi Syariah.Jakarta.Kencana
Syafei, H. Rachmat.2001.Fiqh Muamalah.Bandung.Pustaka Setia.
http://makalah-ugi.blogspot.com/2014/05/kerjasama-syirkah.html
http://isra28blog.blogspot.com/2013/11/contoh-makalah-syirkah.html

24

You might also like