Professional Documents
Culture Documents
I. Pendahuluan
Infeksi dapat terjadi akibat terganggunya keseimbangan antara tuan rumah
(Host), mikroorganisme (Agent) dan lingkungan. Infeksi dapat bersifat akut atau
kronis. Infeksi akut biasanya disertai pembengkakan dan rasa sakit yang hebat dengan
manifestasi sistemik malaise, dan demam. Infeksi kronis sering ditandai oleh adanya
ketidak nyamanan dalam berbagai tingkatan serta reaksi jaringan lokal seperti odem,
kemerahan, sakit pada waktu penekanan, pembentukan fistula, nekrosis, dan
manifestasi sistemik yang ringan.
Infeksi merupakan suatu peristiwa masuk dan berkembangnya mikroorganisme
di dalam tubuh yang kemudian akan menimbulkan reaksi inflamasi. Infeksi yang
berasal dari geligi disebut dengan infeksi odontogenik. Abses merupakan suatu
infeksi yang berjalan cepat, terlokalisir yang manifestasinya berupa peradangan,
pembengkakan, serta berkumpulnya pus dalam rongga yang terbentuk disertai
kerusakan jaringan setempat dan adanya nyeri tekan. Infeksi odontogenik dapat
melibatkan spasia-spasia daerah kepala dan leher, keterlibatan ini dapat berasal dai
gigi penyebab. (Peterson, 2003; Topazian, 2002).
Perawatan pada penderita infeksi pada daerah oromaksilofasial, pertama kali
harus ditujukan pada penyelamatan jiwa dengan memperhatikan jalan nafas dan
pernafasan, dan sirkulasi (airways, breathing, circulation). Ludwig angina merupakan
salah satu jenis infeksi yang menyangkut spasia submandibula kiri dan kanan,
submental serta sublingual. Infeksi ini merupakan kedaruratan yang harus segera
ditangani karena dapat menyebabkan terjadinya sumbatan jalan napas (Pederson,
1996; Fonseca, 1999).
Makalah ini akan membahas tentang anatomi, patogenesa, bakteriologis,
macam-macam infeksi orofasial dan penatalaksanaan kegawatdaruratan infeksi
oromaksilofasial.
1
II. Anatomi
Kepala dan leher dikelilingi oleh ruang fasial (spatium) yang biasanya
dipisahkan oleh jaringan ikat longgar. Spatium tersebut merupakan daerah yang
pertahanan terhadap infeksi kurang sempurna. Spatium pada daerah fasial dibagi
menjadi tiga bagian yaitu pertama, spatium fasial primer, yang terdiri dari spatium
maksila primer meliputi sekunder kaninus, spasium bukalis dan infratemporalis;
spatium mandibula primer yang meliputi spatium submental, spatium sublingual dan
spatium submandibular. Spatium ke dua adalah spatium fasial sekunder yang meliputi
spatium masseter, spatium pterigomandibular, dan spatium temporal, spatium ketiga
adalah spatium fasial servikalis yang meliputi spatium faringeal lateral, spatium
retrofaringeal, dan spatium prevertebra.
2
Infeksi pada rongga mulut kebanyakan disebabkan oleh streptococcus dan
staphylococcus serta mikroorganisme gram negatif yang berbentuk batang dan
anaerob (Pedersen, 1996).
3
Penyebaran abses dentoalveolar ditinjau dari potensial space sekitar mulut dan
rahang digolongkan dalam: penyebaran daerah maksila dan penyebaran daerah
madibula.
4
submaksilaris space atau meluas kebelakang dan kedalam infra temporal
space(Gans, 1972).
Abses infra temporal space; penyebaran berasal dari gigi molar rahang atas.
Kasus ini jarang ditemui. Infra temporal space berada dibawah bidang horizontal
melalui lengkung zigomatic. Bagian lateral dibatasi ramus mandibula dan bagian
dalam oleh m. pterygoideus internus, sedangkan bagian atas dibatasi m. pterygoideus
eksternus. Posterior zygomatic space disebut sebagai pterygomaxilary fossa. Bagian
terbawah dari infratemporal space disebut pterygomandibular space. Gejala yang
ditunjukkan adalah; tidak jelas, rasa sakit hebat pada waktu membuka mulut, trismus,
kadang-kadang didapat pembengkakan pharynx sehingga sukar menelan (Gans, 1972;
Topazian, 1994; Peterson, 1998).
5
Gambar 3. Abses Sub mental (Gans, 1972)
Submandibular space abses (gambar 4); penyebaran terdapat pada space yang
dibagian medialnya dibatasi m.hyoglossus dan digastricus, bagian lateralnya dibatasi
oleh superficial fascia dan kulit, mengelilingi sub maksilaris dan kelenjar lymphe
submaksilaris. Gejalanya adalah pembengkakan pada angulus mandibula, palpasi
sakit, menelan sakit, dan sialodenitis lymphadenitis. Penyebaran dapat kearah lateral
pharingeal space cranial fossa dan kadang-kadang ke mediastinum. Bila penyebaran
kearah posterior dan melewati angulus mandibula, maka disebut perimandibular
abses (Gans, 1972; Topazian, 1994; Peterson, 1998).
3. Abses sublingual space (deep sub lingual space abses); penyebaran infeksi
kelingual tulang mandibula, space ini berada diantara m. mylohyoid dan dibatasi
oleh m. genioglosus dan geniohyoid dan kelateral oleh permukaan lingual
mandibula (gambar 5). Pengumpulan pus menyebabkan kelenjar sublingual
terangkat dan memisahkan otot-otot didaerah ini, membentuk abses intermuskular
yang mendesak lidah keatas. Gejala yang ditunjukkan adalah pembengkakan
dibawah lidah, dasar mulut terangkat, kesukaran menelan, dapat terjadi dispnoe
(Gans, 1972).
6
Gambar 5. A. Abses sub lingual; B. gambaran frontal abses sublingual; C. Drainage
(Gans,1972)
Submasteric space abses (Gambar 6); penyebaran dari gigi M 2 rahang bawah,
yang terletak pada diantara m. maseter dan lateral mandibula. Otot maseter melekat
pada ramus mandibula ditiga tempat yaitu bagian dalam (deep part), bagian tengah
(medial part), bagian luar (superficial part). Space ini terletak diantara bagian-bagian
otot ini, melebar kebelakang atas sejajar bagian dalam dan tengah. Gejalanya,
pembengkakan sangat minim, trismus, pada keadaan lanjut dapat menimbulkan
osteomyelitis subperiostal (Gans, 1972; Topazian, 1994; Peterson, 1998).
4. Parotid space abses; jarang dijumpai karena jarang disebabkan oleh gigi. Biasanya
disebabkan parotitis. Letaknya terbentang antara dua lapisan fasia berhubungan
langsung dengan parapharyngeal dan submaxillary space (gambar 7). Gejalanya,
sakit pada waktu makan, dan menelan, rasa sakit hebat didaerah parotis sampai
ketelinga, kadang-kadang ada trismus (Gans, 1972).
7
5. Parapharyngeal space abses; penyebaran biasanya berasal dari infeksi M 3, atau
abses pterygomandibular, bentuk space konus dengn basis diatas tengkorak dan
puncaknya berhubungan dengan selubung dibawah karotid (gambar 8).
Parapharyngeal space merupakan gabungan lateral pharyngeal space dan
retropharyngeal space. Gejalanya, trismus hebat, abses dalam retropharyngeal
space menekan buccopharyngeal facia kedepan mempengaruhi pharinx, sehingga
sukar bernafas dan menelan (Gans, 1972).
8
akan terjadi infeksi yang lebih berat dan kemungkinan terjadi kematian karena sepsis.
Tindakan drainage hampir selalu dilakukan pada setiap kasus abses (Gans, 1972;
Topazian, 1994; Peterson, 1998). Insisi drainase yang akan dilakukan bertujuan untuk
membuat suatu jalan keluar bagi akumulasi pus dan bakteri yang terdapat di bawah
jaringan tersebut. Drainase dari pus juga kan mengurangi ketegangan daerah tersebut
sehingga mengurangi rasa sakit serta akan meningkatkan suplai darah dan pertahanan
tubuh di daerah tersebut. Tindakan insisi drainase kemudian diikuti dengan
pemasangan rubber drain untuk mencegah penutupan bekas insisi tersebut agar
terjadi drainase yang adekuat. Konsultasi dengan bagian lain diperlukan bila
ditemukan keadaan sistemik yang memperberat keadaan, seperti diabetes melitus,
dispnoe. Penggantian drain dilakukan tiap hari sampai pus tampak kering. Bila telah
memungkinkan segera lakukan ekstraksi gigi penyebab.
VI. Kesimpulan
Infeksi pada spacia rongga mulut pada umumnya berasal dari infeksi gigi
yang tidak segera dilakukan perawatan. Infeksi ini bersifat mixed-infections yang
artinya adalah bakteri yang menyertai infeksi ini umumnya lebih dari satu macam.
Pengobatan yang adekuat dapat menghentikan penjalaran infeksi dan infeksi
dapat disembuhkan dengan menghilangkan focus infctions.