You are on page 1of 4

|Triwulan III-2007

Boks
PERKEMBANGAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO NON BANK

Penyaluran kredit kredit golongan mikro, kecil dan menengan menjadi


segmen yang diminiti baik oleh industri perbankan maupun jasa keuangan non
bank lainnya. Beberapa factor yang mempengaruhinya tingginya minat industri
keunagan tersebut adalah, tingkat risiko kredit yang relatif dapat ditekan, pasar
yang cenderung besar dan dapat terus berkembang, serta persyaratan
administratif yang cenderung lebih mudah untuk dipenuhi.
Dalam industri perbankan segmen kredit golongan kecil dan mikro
khususnya merupakan pasar bagi bank perkreditan rakyat. Sesuai dengan
semangatnya, yang tertuang dalam Peraturan Bank Indonesia No. 8/26/PBI/2006
tanggal 8 November 2006 tentang Bank Perkreditan Rakyat, BPR adalah bagian
dari industri perbankan yang memberikan pelayanan perbankan kepada
masyarakat khususnya usaha mikro dan kecil. Namun demikian sejalan dengan
perkembangan perekonomian nasional, khususnya pasca krisis tahun 1997,
ketika kredit dengan nominal besar menunjukkan performa yang tidak cukup
baik, bank umum mulai melirik kredit golongan kecil dan mikro. Bank umum
menjadikan segmen kredit ini sebagai sgmen yang secara khusus harus dilanyani
dengan berbagai skim kredit yang ditawarkan. Hal tersebut dapat dilihat dari
besarnya rasio kredit UMKM yang berkisar pada angka 87%.

Perkembangan Usaha BPR


Fenomena tersebut menjadi kendala bagi BPR untuk mengembangkan
usahanya, walaupun sampai dengan saat ini BPR masih terus dapat
meningkatkan asetnya, namun demikian pertumbuhan asset secara nominal tidak
terlalu tinggi. Secara kelembagaan dalam lima tahun terakhir jumlah BPR rata-
rata bertambah 1,2% setahun, aset rata-rata pertahun tumbuh 23,7% atau rata-
rata tumbuh 2,5% perbulan. Kredit dalam lima tahun terakhir hampir mendekati
pertumbuhan aset, atau tumbuh rata-rata sebesar 23,2% pertahun dan 1,7%
untuk rata-rata pertumbuhan bulanan. Sementara penyerapan DPK rata-rata
tumbuh 22,7% pertahun dan 1,7% bulan. Secara nominal pertumbuhan aset
perbulan sebesar Rp18,8 milyar, pertumbuhan kredit sebesar Rp13,9 milyar
perbulan, dan DPK sebesar Rp 11,7 milyar perbulan.
Terbatasnya pertumbuhan BPR tersebut, selain disebabkan oleh ketatnya
persaingan dengan bank umum, juga karena persaingan dengan lembaga
keuangan mikro non bank lainnya. Lembaga keuangan non bank yang menjadi
pesaing BPR antara lain lembaga pembiayaan yang banyak terdapat di Propinsi

44
|Triwulan III-2007
Bali dan Lembaga Perkreditan Desa (LPD) yang terdapat di hampir seluruh desa
adat di Bali. Dari beberapa lembaga keuangan yang ada, LPD dianggap paling
bersaing dengan BPR, karena selain LPD memberikan jasa pembiayaan juga
melayani jasa penyimpanan dana. Sehingga kegiatannya hampir menyerupai
bank konvensional.

Lembaga Perkreditan Desa


Payung hukum berdirinya LPD adalah Peraturan Daerah Propinsi Bali
Nomor 8 Tahun 2002 tentang Lembaga Perkreditan Desa, sebgaimana diubah
dengan Peraturan Daerah Propinsi Bali Nomor 3 Tahun 2007 tentang Perubahan
Atas Peraturan Daerah Propinsi Bali Nomor 8 Tahun 2002 tentang Lembaga
Perkreditan Desa. Definisi LPD sesuai dengan Perda No.3 tahun 2007 pasal 1 ayat
9, adalah lembaga keuangan milik desa yang bertempat di desa. Adapun
lapangan usaha sesuai dengan pasal 7 ayat 1 perda dimaksud adalah :
a. Menerima/menghimpun dana dari Krama Desa dalam bentuk tabungan dan
deposito
b. Memberikan pinjaman hanya kepada Krama Desa
c. Menerima pinjaman dari lembaga-lembaga keuangan maksimum sebesar
100% dari jumlah modal, termasuk cadangan dan laba ditahan, kecuali
batasan lain dalam jumlah pinjaman atau dukungan/bantuan dana
d. Menyimpan kelebihan likuiditasnya pada BPD dengan imbalan bunga bersaing
dan pelayanan yang memadai
Sesuai dengan pasal 10 organisasi LPD terdiri dari pengusus dan pengawas
internal, adapun pengurus (pasal 1 ayat 10) adalah pengelola LPD sedangkan
pengawas internal (pasal 1 ayat 11) adalah badan pengawas yang dibentuk oleh
desa bertugas melakukan pengawasan terhadap pengelolaan LPD.
Dilihat dari perda yang mengaturnya kegiatan LPD bisa dikatakan hampir
menyerupai dengan kegiatan BPR. Sementara sesuai dengan UU No.10 tahun
1998 tentang perbankan kegiatan menghimpun dana hanya boleh dilakukan
oleh perbankan. Walaupun kegiatan usaha LPD tidak sejalan dengan UU tentang
perbankan, namun perkembangan usahanya dalam beberapa tahun terkhir
menunjukkan kemajuan yang cukup pesat. Secara kelembagaan sampai dengan
Juni 2007 telah tercatat sebanyak 1.347 LPD dengan penyerapan tenaga kerja
sebanyak 6.631 pegawai. Dari jumlah ini dapat diindikasikan bahwa penyebaran
LPD telah sangat luas, dengan membandingkan jumlah LPD dengan jumlah desa
adat yang sebesar 1.440 desa di seluruh Bali maka rasionya adalah 93,54%,
angka ini juga dapat mewakili besar cakupan LPD di Bali.

45
|Triwulan III-2007
Perkembangan usaha LPD dalam 6 tahun terakhir dapat dijelaskan sebagai
berikut, rata-rata pertumbuhan aset tahunan adalah sebesar 24,55%, rata-rata
pertumbuhan dana dalam bentuk tabungan dan deposito sebesar 25,11%
pertahun dan pinjaman sebesar 23,84%. Dibandingakan dengan rata-rata
pertumbuhan tahunan yang dapat dicapai oleh BPR, pertumbuhan usaha LPD
lebih besar, pertumbuhan aset BPR sebesar 23,7% sedangkan LPD sebesar
24,55%, dana BPR tumbuh sebesar 22,7% LDP sebesar 25,11% demikian pula
dengan kredit, pertumbuhan BPR sebesar 23,2% dan LDP sebesar 23,84%.
Secara nominal perbandingan total aset pada bulan Juni 2007, aset BPR sebesar
Rp 1.599 milyar sedangkan aset LPD sebesar Rp 2.196 milyar atau aset BPR
sebesar 72,81% aset LPD. Hal tersbut menunjukkan volume dan perkembangan
kegiatan usaha LPD telah melebihi BPR.
Periode (%) Pertb. Juni 06 thd.
Keterangan
Jun-06 Sep-06 Des-06 Mar-07 Jun-07 Des-06 Jun-06
ASET BPR 1.351 1.411 1.479 1.517 1.599 8,12 18,36
ASET LPD 1.847 1.923 2.011 2.126 2.196 9,19 18,92
KREDIT BPR 1.037 1.065 1.091 1.130 1.201 10,03 15,79
KREDIT LPD 1.411 1.467 1.496 1.557 1.638 9,49 16,07
DPK BPR 857 903 949 994 1.032 8,72 20,39
DPK LPD 1.424 1.471 1.529 1.643 1.686 10,31 18,38

milyar %
Perbandingan Aset BPR dan LPD
2500 45,0

40,0
2000
35,0

30,0

.
1500
25,0

20,0
1000
15,0

10,0
500

5,0

0 0,0
Jun- Sep- Des- Mar- Jun- Sep- Des- Mar- Jun- Sep- Des- Mar- Jun-
04 04 04 05 05 05 05 06 06 06 06 07 07
ASET BPR ASET LPD PERT. ASET BPR PERT. ASET LPD

Sampai dengan bulan Juni 2007, dana masyarakat yang terhimpun dalam
LPD adalah sebesar Rp 1.686 milyar dengan jumlah nasabah sebanyak 1.142 ribu.
Dana dalam bentuk tabungan sebesar Rp 859 milyar dan deposito sebesar Rp
827 milyar. Dibandingkan dengan dpk BPR pada posisi yang sama sebesar Rp
1.032 milyar maka rasio aset BPR terhadap LPD adalah sebesar 61,18%, dengan
rasio tabungan sebesar 40% dan deposito sebesar 83%. Dari jumlah nasabahnya,
LPD memiliki nasabah jauh lebih besar dibanding dengan nasabah BPR yang
mencapai 574 ribu atau sebesar 50,2% dari total nasabah BPR. Jumlah ini dana

46
|Triwulan III-2007
dan nasabah LPD yang lebih besar tersebut terutama disebabkan oleh jangkauan
LPD yang sangat luas, sehingga walaupun pelayanan terbatas dan didonimasi
oleh kegiatan sekala mikro namun secara agregat jumlahnya menjadi sangat
besar. Adapun rata-rata dpk adalah sebesar Rp 1,48 juta pernasabah.

Perbandingan DPK antara BPR dengan Perbandingan Kredit BPR dengan LPD %
Milyar
LPD 2000 40
Milyar %
2000 48
1500 30
1500 36
1000 20
1000 24

500 10
500 12

0 0 0 0
Jun- Sep- Des- Mar- Jun- Sep- Des- Mar- Jun- Sep- Des- Mar- Jun- Jun- Sep- Des- Mar- Jun- Sep- Des- Mar- Jun- Sep- Des- Mar- Jun-
04 04 04 05 05 05 05 06 06 06 06 07 07 04 04 04 05 05 05 05 06 06 06 06 07 07

DPK BPR DPK LPD PERT. DPK BPR PERT. DPK LPD KREDIT BPR KREDIT LPD PERT. KREDIT BPR PERT. KREDIT LPD

Penyaluran kredit yang dilakukan oleh LPD sampai dengan semester I-


2007, secara nominal menunjukkan adanya peningkatan namun dari rata-rata
pertumbuhannya menunjukkan kecenderungan pelambatan. Total kredit sampai
dengan semester I sebesar Rp1.638 milyar dengan jumlah nasabah peminjam
sebanyak 361.800 nasabah. Kredit yang disalurkan oleh LPD adalah jenis kredit
mikro dengan plafon sampai dengan Rp50 juta, rata-rata kredit yang disalurkan
adalah sebesar Rp4,5 juta. Jumlah nasabah kredit LPD tesebut bila dibandingkan
dengan jumlah rekening kredit BPR besarnya 2,9 kalinya. Nominal kredit BPR
pada periode yang sama adalah sebesar Rp1.201 milyar, jumlah rekening
126.533 dengan rata-rata kredit per rekening Rp9.5 juta. Dilihata dari jumlah
nasabah, LPD memiliki pangsa yang jauh lebih besar walaupun nilai kreditnya
relatif kecil dibanding BPR.
Dengan meminjam trerminilogi BPR, LPD mengklasifikasikan kualitas
pinjaman dalam kategori lancar (L), kurang lancar (KL), diragukan (D) dan macet
(M). Pada posisi Juni 2006, jumlah pinjaman dengan kualitas lancar sebesar
86,60%, kurang lancar 7,82%, diragukan sebesar 3,61% dan klasifikasi macet
sebesar 1,98%. Berdasar kabupaten/kodya, Kodya Denpasar teracatat
menyumbang kredit klasifikai KL, D, M terbesar dengan rasio sebesar 23,74%.
Sedangkan Kabupaten Badung dengan penyaluran pinjaman tersebesar, sebesar
Rp651 milyar, memiliki kredit klasifikasi KL, D, M sebesar Rp90 milyar atau
sebesar 13,89 total kreditnya, sekaligus merukapan jumlah kredit klasifikasi KL, D,
M terbesar diantara seluruh kabupaten dan menyumbang 41,18% dari total
kredit klasifikasi KL, D, dan M.

47

You might also like