Professional Documents
Culture Documents
INFARK SEREBRI
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
dan rahmat-Nya laporan kasus ini, dengan judul Infark Serebri dapat tersusun dan
terselesaikan tepat pada waktunya.
Terimakasih kami ucapkan kepada dr. Rita Sibarani, M.ked (Neu) Sp,S selaku
pembimbing penulisan yang telah memberikan arahan dalam penyelesaian laporan
kasus ini.
Pembuatan tulisan ini bertujuan untuk mendiskusikan kasus Infark Serebri,
mulai dari pengertian hingga penatalaksanaanya pada pasien yang dirawat inap selama
masa kepaniteraan klinik penulis di RS Putri Hijau Tk II Medan, diharapkan dapat
meningkatkan pemahaman dan mendukung penerapan klinis yang lebih baik dalam
memberikan kontribusi positif sistem pelayanan kesehatan secara optimal.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan yang telah disusun ini masih
banyak terdapat kekurangan dalam penulisannya, baik didalam penyusunan kalimat
maupun didalam teorinya, mengingat keterbatasan dari sumber referensi yang
diperoleh penulis serta keterbatasan penulis selaku manusia biasa yang selalu ada
kesalahan. Oleh karena itu, penulisan membutuhkan kritik dan saran. Semoga karya
tulis ini bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
ii
BAB IV PEMBAHASAN .. 26
DAFTAR PUSTAKA 29
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Tujuan
Laporan kasus ini dibuat untuk membahas definisi, epidemiologi, faktor risiko,
etiologi, patofisiologi, gejala klinis, penegakan diagnose, diagnose banding, penatalaksanaan
pencegahan dan prognosis kasus infark serebri.
2
1.2 Manfaat
Dengan adanya laporan kasus ini diharapkan dapa tmemberikan pengetahuan dan
memperjelas tentang definisi, etiologi, faktor resiko, patofisiologi, manifestasi klinis,
diagnosis, talaksana, dan prognosis dari infark serebri agar kemudian dapat diterapkan dan
dilaksanakan pada praktiknya di lapangan ketika menghadapi pasien sebagai seorang dokter.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Infark serebri adalah kematian neuron, sel glia dan sistem pembuluh darah yang
disebabkan kekurangan oksigen dan makanan. Kondisi ini dapat disebabkan adanya
penyumbatan pembuluh darah otak oleh trombus atau emboli, sehingga menyebabkan
iskemik atau infark jaringan otak.1
Berdasarkan penyebabnya Infark dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
1. Infark anoksik, disebabkan kekurangan oksigen, walaupun aliran darahnya
normal, misalnya asphyxia
2. Infark hipoglikemik, terjadi bila kadar glukosa darah dibawah batas kritis
untuk waktu yang lama, misalnya koma hipoglikemik
3. Infark iskemik, terjadi gangguan aliran darah yang menyebabkan
berkurangnya aliran oksigen dan nutrisi2
Infark lakunar adalah kejadian yang mengenai pembuluh darah kecil di dalam
jaringan otak dan seringkali disebabkan oleh penutupan arterotrombotik atau lipohialinotik di
salah satu arteri penetrans kecil di dalam otak (diameter 15 mm). Infark nonlakunar adalah
sumbatan yang berukuran lebih besar (diameter >15 mm) yang disebabkan oleh penutupan
pembuluh darah ukuran sedang dan besar.1
Penyebab kerusakan neuron yang cukup sering dijumpai adalah karena hipoksia.
Tahap awal terjadinya iskemik neuron ditandai dengan terbentuknya mikrovakuolisasi. Tahap
selanjutnya terjadi perubahan sel karena iskemik.2 Iskemik yang sangat parah akan
menyebabkan nekrosis. Proses inilah yang disebut core of infarction.3
Apabila vasodilatasi maksimal, autoregulasi akan terganggu atau berhenti maka aliran darah
otak (ADO) berkurang sejalan dengan tekanan perfusi. Wilayah otak diantara arteri-arteri
serebral besar akan terlebih dahulu mengalami oligemia. Wilayah kematian atau kerusakan
sel-sel otak sebagian akibat dari hipotensi berat dan berkepanjangan ditentukan oleh
keseimbangan antara kerentanan selektif wilayah otak yang terkena dan penerimaan aliran
darah otak.4
2.3. Patofisiologi
Sistem saraf pusat memiliki kebutuhan energy yang sangat tinggi yang hanya dapat
dipenuhi oleh suplai subtract metabolic yang terus menerus dan tidak terputus. Pada keadaan
normal, energi tersebut semata-mata berasal dari metabolisme aerob glukosa. Otak tidak
memiliki persediaan energy untuk digunakan saat terjadi potensi gangguan penghantaran
substrat. Jika tidak mendapatkan glukosa dan oksigen dalam jumlah cukup, fungsi neuron
akan menurun dalam beberapa detik. Sejumlah energy yang berbeda dibutuhkan agar jaringan
otak tetap hidup (intak secara structural) dan untuk membuatnya tetap berfungsi. Kebutuhan
aliran darah minimal untuk memelihara strukturnya adalah sekitar 5-8 ml per 100 g per menit
(pada jam pertama iskemia). Sebaliknya, kebutuhan aliran darah minimal untuk berlanjutnya
fungsi adalah 20 ml per 100 g per menit. Karena itu, dapat terlihat adanya deficit fungsional
tanpa terjadinya kematian jaringan (infark). Jika aliran darah yang terancam kembali pulih
dengan cepat, seperti oleh trombolisis spontan atau secara tarapeutik, jaringan otak tidak
rusak dan berfungsi kembali seperti sebelumnya yaitu deficit neurologis pulih sempurna. Hal
ini merupakan rangkaian kejadian pada transient ischemic attack (TIA), yang secara klinis
didefinisikan sebagai deficit neurologis sementara dengan durasi tidak lebih dari 24 jam.
Delapanpuluh [ersen dari seluruh TIA berlangsung sekitar 30 menit. Manifestasi klinisnya
bergantung pada teritori vascular otak tertentu yang terkena. TIA pada teritori arteri serebri
media sering ditemukan pasien; pasien mengeluhkan parastesia dan deficit sensorik
kontralateral sementara, serta kelemahan kontralateral sementara. Serangan seperti ini
kadang-kadang sulit dibedakan dari kejang epileptic fokal. Iskemia pada teritori
vertebrobasilar, sebaliknya, menyebabkan tanda dan gejala batang otak sementara, termasuk
vertigo. Defisit neurologis akibat iskemia kadang-kadang dapat berkurang meskipun telah
berlangsung selama lebih dari 24 jam; pada kasus-kasus tersebut, bukan disebut sebagai TIA,
tetapi PRIND (prolonged reversible ischemic neurological deficit). Jika hipoperfusi menetap
lebih lama daripada yang dapat ditoleransi oleh jaringan otak, terjadi kematian sel. Stroke
iskemik tidak reversible. Kematian sel dengan kolaps sawar darah-otak mengakibatkan
5
influks cairan kedalam jaringan otak yang infark (edema serebri yang menyertai). Dengan
demikian infarks dapat mulai membengkak dalam beberapa jam setelah kejadian iskemik,
membengkak maksimal dalam beberapa hari kemudian, dan kemudian perlahan-lahan
kembali mengecil. Pada pasien dengan infark yang luas dengan edema luas yang
menyertainya, tanda klinis hipertensi intracranial yang mengancam jiwa seperti sakit kepala,
muntah, dan gangguan kesadaran harus diamati dan diterapi. Volume infark kritis yang
dibutuhkan untuk menimbulkan keadaan ini bervariasi sesuai dengan usia pasien dan volume
otak. Pasien yang lebih muda dengan otak berukuran normal berisiko setelah mengalami
infark luas di teritori dapat tidak terancam kecuali infark melibatkan teritori dua atau lebih
pembuluh darah serebri. Pada keadaan ini, umumnya nyawa pasien dapat diselamatkan hanya
dengan terapi medis pada saat yang tepat untuk menurunkan tekanan intracranial, atau
dengan pengangkatan fragmen besar tulang tengkorak secara operatif (hemikraniektomi)
untuk dekompresi otak yang membengkak. Sebagai kelanjutan infark, jaringan otak yang
mati mengalami likuefaksi dan diresorpsi. Yang tersis adalah ruang kistik yang berisi cairan
serebrospinalis, kemungkinan mengandung beberapa pembuluh darah dan jalinan jaringan
ikat, disertai perubahan glial reaktif (astrogliosis) di parenkim sekitarnya. Tidak ada jaringan
parut yang terbentuk pad keadaan ini(proliferasi jaringan kolagen).
Makna sirkulasi kolateral. Perjalanan dan luasnya edema parenkim otak pada suatu
saat tidak hanya bergantung pada patensi pembuluh darah yang normalnya menyuplai regio
otak yang beresiko, tetapi juga ketersediaan sirkulasi kolateral melalui jalur lain. Secara
umum, arteri-arteri adalah end artery fungsional: jalur kolateral normalnya tidak dapat
menyediakan darah dalam jumlah yang cukup untuk mempertahankan jaringan otak di distal
arteri yang tiba-tiba teroklusi. Namun, jika suatu arteri menyempit dengan sangat lambat dan
progresif, kapasitas sirkulasi kolateral dapat meningkat. Kolateral sering dapat dibuat oleh
hipoksia jaringan ringan yang kronik hingga dapat mencukupi kecukupan energy yang
dibutuhkan jaringan bahkan jika suplai arteri utama terhambat untuk periode yang relatif
lama. Akibatnya infark dapat terlihat lebih kecil, dan lebih sedikit neuron yang hilanh,
daripada yang terlihat jika arteri yang sama tiba-tiba teroklusi dari keadaan patensi normal.
Suplai darah kolateral dapat berasal dari pembuluh darah lingkaran anastomosis
(sirkulus williso) atau dari anastomosis leptomeningeal superfisial arteri serebri. Pada
umumnya, sirkulasi kolateral lebih baik di bagian perifer infark daripada dibagian tengahnya.
Jaringan otak yang iskemik di perifer yang berisiko mengalami kematian sel (infark) tetapi,
Karena adanya sirkulasi kolateral, belum mengalami kerusakan yang irreversible disebut
6
sebagai penumbra (half-shadow) infark. Tujuan semua bentuk terapi stroke akut, termasuk
terapi trombolik adalah menyelamatkan area ini.5
2.5. Diagnosis
Diagnosis infark serebri ditegakkan berdasarkan temuan klinis yang dilakukan dengan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan pemeriksaan penunjang. Anamnesis dan
pemeriksaan fisik dilakukan untuk menemukan adanya gejala defisit neurologi yang
mendadak, tanpa trauma kepala, serta faktor resiko lainnya.
Pemeriksaan penunjang diantaranya adalah: CT Scan untuk menetapkan secara pasti
letak dan penyebab dari stroke. CT Scan menunjukkan gambaran hipodens; EKG untuk
melihat dugaan adanya tromboemboli kardiak (transtorakal, atau transesofageal); Ultrasound
scan arteri karotis bila diduga adanya ateroma pada arteri karotis; Intraarterial digital
substraction angiografi bila pada ultrasound scan terdapat stenosis berat; Transcranial
Doppler dapat melihat sejauh mana anastomosis membantu daerah yang tersumbat;
Pemeriksaan darah lengkap perlu untuk mencari kelainan pada cairan darah sendiri.7
2.6. Tatalaksana
Penanganan penderita infark serebri bergantung pada tahap perkembangannya. Dalam
hal ini diperlukan klasifikasi yang tepat, apakah itu suatu TIA, Refersible Ischemic
Neurologic Deficit (RIND) atau stroke komplit. Sampai saat ini belum ada terapi yang
efektif, namun demikian upaya-upaya dibawah ini dapat dipertimbangkan.8
1. Tahap Akut
a. Hemodilusi
Asupan Darah Otak (ADO) berhubungan erat dengan viskositas darah, dan
berhubungan secara terbalik dengan hematokrit: makin tinggi hematokrit
makin rendah ADO-nya. Stagnansi darah di mikrosirkulasi di jaringan iskemik
memberi sumbangan kejadian-kejadian berurutan yang mempercepat proses
infark karena terkumpulnya berbagai macam metabolisme yang toksik.
Meningkatnya sirkulasi untuk membawa atau membuang metabolit tadi
merupakan tujuan utama terapi. Hemodilusi merupakan salah satu upaya untuk
menurunkan viskositas plasma dengan mengeluarkan eritrosit, membebaskan
aliran darah melalui kapilar yang terganggu di daerah iskemik. Salah satu cara
adalah melakukan vena seksi dan dalam waktu yang bersamaan diberikan
bahan plasma/expanding untuk mencegah terjadinya hipovolemia. Bahan yang
sering dipake adalah dekstran dengan berat molekul rendah. Terapi ini bersifat
selektif.
b. Antikoagulan
8
b. Obat-obat untuk tahap ini cukup beragam dengan titik tangkap yang berbeda:
pentoksifilin (2x400mg), codergocrini mesylate (3-4,5 mg/hari), nicergolin
dipiradamol (75-150 mg/hari), aspirin (100-200 mg/hari). Untuk memberikan
obat tadi diperlukan perhatian khusus tentang kondisi fisik, laboratorik, dan
juga kontra-indikasinya.
Pemberian anti konvulsan perlu dipertimbangkan pada kasus-kasus infark kortikal.
Disamping itu, neuron-neuron yang rusak akibat infark dapat merubah sifatnya, menjadi lebih
mudah terangsang dan akibatnya adalah terjadi konvulsi fokal atau umum.9
2.7. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi pada infark serebri diantaranya ialah:10
1. Pembengkakan Otak
Kematian pasien dalam waktu 48 jam setelah keadan hipoksia iskemik akan
memperlihatkan gambaran pembengkakan otak yang ditandai dengan mendatarnya
fissura dan sulkus korteks serebri, pembengkakan akan mencapai puncaknya setelah
2-3 hari, dapat mengakibatkan pergeseran otak dan herniasi tentorial. Pembengkakan
otak terjadi karena peningkatan volume darah intravaskuler dalam otak.
2. Edema Serebri
Edema serebri adalah bertambahnya cairan didalam jaringan otak. Macam-macam
edema yaitu vasogenik, sitotoksik, hidrostatik, interstitial, hipoosmotik.
3. Infark Hemoragik
Segera setelah terjadi obstruksi dari arteri, aliran darah melalui arteriol dan kapiler
terhenti, jaringan sekitar kapiler tidak mendapatkan oksigen, terkumpul hasil
katabolisme dan terjadi kerusakan sel saraf, oligodendroglia, astrosit, mikroglia dan
dinding kapiler, terjadi pembukaan pembuluh darah anastomosis disekitar daerah
iskemik, apabila tekanan darah arteri sekitar daerah iskemik tidak rendah, darah akan
mengalir melalui pembuluh darah anastomosis, sehingga terdapat aliran darah
kembali ke jaringan pembuluh darah kapiler. Pembuluh kapiler ini tidak selalu normal
(pada beberapa pembuluh kapiler dindingnya dapat dilalui plasma dan benda-benda
darah), akibatnya terjadi bendungan, pembengkakan jaringan karena keluarnya
plasma dan juga terjadi perdarahan kecil karena diapedesis sel darah merah, keadaan
ini disebut Infark merah atau Infark berdarah (hemoragik). Sepuluh hari kemudian
10
darah Infark di massa kelabu (pada daerah yang diperdarahi arteri tersumbat) tampak
pucat, menandakan darah tak menembus sirkulasi anastomosis. Infark berdarah pada
massa kelabu dapat terjadi secara langsung karena sejumlah darah masuk ke
seluruh/sebagian daerah yang mengalami Infark, hal ini terjadi karena disintegrasi
embolus. Vaskularisasi daerah massa putih memiliki anastomosis yang lebih sedikit
dibandingkan pada daerah massa kelabu dan pembuluh darahnya merupakan arteri
akhir (end artery). Sehingga hanya sedikit darah yang mengalir kembali ketika
sirkulasi anastomosis terjadi, pada massa kelabu banyak terdapat sirkulasi
anastomosis.2
2.8. Prognosis
Pilihnya fungsi neural dapat terjadi 2 minggu pasca-infark dan pada akhir minggu ke
8 akan dicapai pemulihan maksimum. Kematian meliputi 20% dalam satu bulan pertama.
Kemungkinan untuk hidup jelas lebih baik pada kasus infark serebri daripada perdarahan.
Tetapi kecacatan akan lebih berat pada infark serebri karena perdarahan akan mengalami
resolusi dan meninggalkan jaringan otak dalam keadaan utuh. Sementara itu infark merusak
neuron-neuron yang terkena.11
11
BAB III
LAPORAN KASUS
3.1. Anamnesis
3.1.1. Identitas Pribadi
Nama : Drs. Bazatulo Zebua
Jenis Kelamin : laki-laki
Usia : 60 thn
Suku bangsa : Nias
Agama : Protestan
Alamat : Jl. Sei Padang No.5 Medan
Status : kawin
Pekerjaan : wiraswasta
Tgl masuk : 15 april 2017
Tgl keluar :-
3.1.2. Anamnesa
Keluhan umum : kelemahan anggota gerak sebelah kanan.
Telaah : os datang dengan keluhan kelemahan anggota
gerak sebelah kanan, dialami 3 minggu
disertai dengan sulit menelan, bicara pelo, mual
(+), muntah (+), demam (+) 3 minggu, nyeri
kepala (-), kejang (-).
Riwayat penyakit terdahulu : DM
Riwayat penggunaan obat :-
3.2.4. Genitalia
Toucher : Tidak dilakukan pemeriksaan
Normosmia : + +
Anosmia : - -
Parosmia : - -
Hiposmia : - -
Motorik
Membuka dan menutup
mulut : + +
Palpasi otot masseter
dan temporalis : + +
Kekuatan gigitan : + +
Sensorik
Kulit : + +
Selaput lendir : + +
Refleks kornea
Langsung : + +
Tidak langsung: + +
Refleks masetter : Normal
Refleks bersin : Normal
Nervus VII
Motorik
Mimik : Simetris
Kerut kening : Simetris
Menutup mata : dbn
Meniup sekuatnya : dbn
Memperlihatkan gigi : Simetris
Tertawa : Simetris
Sensorik
Pengecapan 2/3 depan
lidah : dbn
Produksi kelenjar lidah : dbn
Hiperakusis :-
Refleks stapedial :-
16
Auditorius
Pendengaran : Normal Normal
Test rinne : tdp
Test weber : tdp
Test schwabach: tdp
Vestibularis
Nistagmus : (-) (-)
Reaksi kalori : Tidak dilakukan pemeriksaan
Vertigo : (-) (-)
Tinnitus : (-) (-)
Nervus IX, X
Pallatum mole : Medial
Uvula : Medial
Disfagia : (-)
Disartria : (-)
Disfonia : (-)
Refleks muntah : (+)
Pengecapan 1/3 belakang lidah : Dbn
Nervus XII
Lidah
Tremor : (-)
Atrofi : (-)
Fasikulasi : (-)
Ujung lidah sewaktu istirahat : dbn
Ujung lidah sewaktu dijulurkan : dbn
17
3.3.8. Refleks
Refleks fisiologis Kanan Kiri
Biceps : + ++
Triceps : + ++
Radioperiost : + ++
APR : + ++
18
KPR : + ++
Strumple : + ++
Refleks patologis
Babinski : - -
Oppenheim : - -
Chaddock : - -
Gordon : - -
Schaefer : - -
Hoffman- tromner: - -
Klonus lutut : - -
Klunus kaki : - -
Refleks primitif : (-)
3.3.9. Koordinasi
Lenggang : tdp
Bicara : dbn
Menulis : tdp
Percobaan apraksia : tdp
Mimik : Normal
Test telunjuk-telunjuk : dbn
Test telunjuk- hidung : dbn
Diadokhokinesia : dbn
Test tumit- lutut : dbn
Test romberg : dbn
3.3.10. Vegetatif
Vasomotorik : Normal
Sudomotorik : Normal
Pilo- erector : tdp
Miksi : Normal
Defekasi : Normal
Potens dan libido : tdp
19
3.3.11. Vertebra
Bentuk
Normal : tdp
Scoliosis : tdp
Hiperlordosis : tdp
Pergerakan
Leher : Normal
Pinggang : tdp
3.4.2. Radiologi
Foto Thorax: Cor, sinus kanan tumpul, kiri tajam dan diafragma normal
Pulmo: hilli normal
Corakan bronko vaskuler dalam batas normal
Tidak tampak infiltrat
Tampak pelebaran mediastinum superior
Skeletal dan soft tissue tidak tampak kelainan
Concl: Cor dan pulmo saat ini tidak tampak kelainan.
Suspecious Elongation Aorta ascendens+ minimal effusi pleura kanan.
Concl: multiple iskemik infark serebri di korona radiata kiri dan basal ganglia kanan
denga brain atrofi senilis sesuai gambaran iskemik vaskular dementia
3.5. Diagnosis
DIAGNOSA FUNGSIONAL : Hemiparese dextra
DIAGNOSA ANATOMI : Intraserebral
DIAGNOSA ETIOLOGI : Infark serebri
DIAGNOSA BANDING : 1. Stroke Iskemik
2. Stroke Hemoragik
DIAGNOSA KERJA : Hemiparese dextra ec Infark serebri
3.6. Penatalaksanaan
IVFD NaCl 0.9% 20 tetes/menit
Ranitidin 1 amp/12 jam
Citicolin injeksi 200 mg/12 jam
Paracetamol fl I /8jam
Mobilisasi fisik mandiri
3.7. Follow up di Ruangan
15 April 2017
(Pagi)
S Keluarga os mengeluhkan tubuh sebelah kanan terasa lemas
O Sens: Lemas
TD: 110/80 mmHg
O T= 38,5.
Demam (+)
S lemas (+)
O Compos mentis
TD: 140/90 mmHg RR: 21x/i
HR : 81x/i temp: 37C
A Gangguan mobilitas fisik
16 April 2017
(Pagi)
S Keluarga os mengeluhkan os tidak selera makan
O Sens: Lemas
nafsu makan menurun
16 April 2017
(Sore)
S Os mengatakan badan lemah
O TD : 110/70 mmHg
P : 80x/i
Bedrest (+)
A Gangguan mobilisasi fisik
P Mobilisasi aktif
Pantau
Atur posisi nyaman
17 April 2017
(malam)
S Os mengatakan badan lemas (+)
25
BAB IV
PEMBAHASAN
No Kasus Teori
1 Drs. Bazatulo Zebua, usia 60 Infark serebri adalah kematian neuron,
tahun didiagnosa dengan sel glia dan sistem pembuluh darah
Hemiparese dextra ec infark yang disebabkan kekurangan oksigen
serebri dan nutrisi. Kondisi ini dapat
disebabkan adanya penyumbatan
pembuluh darah otak oleh trombus
atau emboli, sehingga menyebabkan
iskemik atau infark jaringan otak.
2 Anamnesis Diagnosis infark serebri ditegakkan
KU: kelemahan anggota gerak berdasarkan temuan klinis yang
sebelah kanan dilakukan dengan anamnesis,
RPT: DM pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan
RPO: - pemeriksaan penunjang. Anamnesis
Pemeriksaan Fisik: dan pemeriksaan fisik dilakukan untuk
TD: 110/80 menemukan adanya gejala defisit
HR: 80x/i neurologi yang mendadak, tanpa
RR: 20x/i trauma kepala, serta faktor resiko
T: 37,8oC lainnya. Pemeriksaan penunjang
Sensorium: Compos Mentis diantaranya adalah: CT Scan untuk
Peningkatan Tekanan Intra menetapkan secara pasti letak dan
Kranial: penyebab dari stroke.
Muntah (+) Sakit Kepala (+)
Refleks Fisiologis:
B/T: +/+ ++/++
APR/KPR: +/+ ++/++
Refleks Patologis: H/T: -/- -/-
Babinski: -/- -/-
27
Kekuatan motorik:
ESD: 44444 ESS: 55555
44444 55555
mandiri
28
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Seorang laki-laki, Tn. B berusia 60 tahun datang dengan keluhan kelemahan anggota
gerak sebelah kanan, dialami 3 minggu disertai dengan sulit menelan, bicara pelo, mual
(+), muntah (+), demam (+) 3 minggu, nyeri kepala (-), kejang (-).
Riwayat penyakit terdahulu : DM
5.2 Penatalaksanaan
IVFD NaCl 0.9% 20 tetes/menit
Ranitidin 1 amp/12 jam
Citicolin injeksi 200 mg/12 jam
Paracetamol fl I /8jam
Mobilisasi fisik mandiri
29
DAFTAR PUSTAKA