You are on page 1of 50

EFEK EKSTRAK DAUN SIRIH HIJAU (Piper betle L.

)
TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI
Staphylococcus aureus

Laporan penelitian diajukan sebagai salah satu syarat untuk


memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

Disusun Oleh :
Seila Inayatullah
NIM : 10910300037

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1433H/2012 M
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Yang
Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya serta nikmat yang
tiada hentinya kepada manusia. Terutama nikmat akal yang menjadikan manusia
sebagai makhluk yang paling sempurna. Dengan nikmat akal tersebutlah kita
dituntut untuk dapat memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya tanpa menyimpang
dari perintah-Nya.
Shalawat serta salam penulis sanjungkan bagi makhluk termulia junjungan
kita baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari alam
kebodohan menuju alam kepintaran, serta keluarga dan para sahabatnya.
Alhamdulillah, penulis dapat menyelesaikan Laporan Penelitian ini yang
berjudul Efek Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) terhadap
Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus, sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dalam kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada
Prof. DR. (hc). dr. M.K. Tadjudin, SpAnd. dan DR. dr. Syarief Hasan Lutfie,
SpRM, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan dan ketua
Program Studi Pend. Dokter UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada drg. Laifa Annisa
Hendarmin, Ph.D dan Ibu Yuliati, S.Si, M.Biomed sebagai dosen pembimbing
riset penulis, yang telah banyak menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk
memberikan bimbingan, arahan, dan nasihat kepada penulis selama penelitian dan
penyusunan riset ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Pak Bacok dan Mba Novi
selaku laboran beserta OB yang telah membantu penulis dalam penelitian di
laboratorium.

v
Ucapan terima kasih sebesar besarnya juga penulis ucapkan untuk kedua
orang tua tercinta Ibunda Dra. Hj. Mahmudah Azizah, Ayahanda Drs. H. Abdul
Amri Siregar, M.Ag, yang telah memberikan motivasi serta kasih sayang yang
berlebih terhadap penulis, serta pengertian orang tua selama penulis melakukan
penelitian ini. Serta kakakku Syarah Amrina dan adik-adikku Syahnas Masterina,
Salwa Alfina, Shabrida Putri Achira yang tersayang.
Dan tak lupa juga penulis ucapkan terima kasih buat teman-teman
seperjuangan Riset Salvadorah Maharani, Kharisma Indah, Atingul Marifah,
Dahniar Anindya, Diana Budiandani, Midun, Abe Umaro dan untuk teman
seangkatan PSPD 2009, semoga kita semua menjadi makhluk mulia dunia akhirat.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Provinsi
Sumatera Selatan, serta Tim Pengelola Beasiswa Santri Jadi Dokter yang telah
memberikan penulis kesempatan untuk menyelesaikan studi di FKIK UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Tidak ada harapan dari penulis, semoga dengan terselesaikannya Laporan
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan kita semua. Tiada gading yang tak
retak demikian pepatah mengatakan. Karena itu tiada menutup kemungkinan jika
dalam penulisan Laporan Penelitian ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan. Untuk itu, segala kritik dan saran penulis harapkan demi
kesempurnaan laporan penelitian ini dan akan penulis terima dengan senang hati.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Jakarta, 10 September 2012

Penulis

vi
ABSTRAK

Seila Inayatullah. Program Studi Pendidikan Dokter. Efek Ekstrak Daun Sirih
Hijau (Piper betle L.) terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus.

Daun sirih hijau telah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai obat
tradisional. Ekstrak daun sirih hijau mengandung daya antibakteri yang terdiri dari
fenol dan senyawa turunannya yang mampu menghambat pertumbuhan berbagai
macam bakteri. Bakteri Staphylococcus aureus merupakan flora normal pada tubuh
manusia, namun dapat menjadi patogen pada kondisi tertentu. Penelitian ini dilakukan
untuk mengetahui efek ekstrak daun sirih hijau yang dilarutkan dengan etanol 96%
terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus. Daun sirih hijau sebanyak 500 g
diekstraksi menggunakan metode maserasi menghasilkan 16.5 g ekstrak kental.
Selanjutnya, berbagai konsentrasi ekstrak daun sirih hijau tersebut diuji efek
antibakterinya terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan metode
disc diffusion. Berdasarkan hasil analisis data menggunakan uji Kruskal-wallis
dilanjutkan Post Hoc Test dan uji Mann-Whitney menunjukkan terdapat perbedaan
daya hambat yang bermakna (p<0.05) antara berbagai konsentrasi ekstrak daun sirih
hijau terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Penelitian ini
menunjukkan ekstrak daun sirih hijau dengan konsentrasi 106, 5.106, dan 107 ppm
secara bermakna menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.
Berdasarkan klasifikasi Greenwood, daya hambat yang dihasilkan oleh ekstrak ini
termasuk dalam klasifikasi kuat. Penelitian ini juga menunjukkan peranan konsentrasi
terhadap efek antibakteri, yaitu semakin besar konsentrasi ekstrak daun sirih hijau,
semakin besar pula daya hambatnya terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus.

Kata Kunci : Daun sirih hijau, Staphylococcus aureus, disc diffusion

ABSTRACT

Seila Inayatullah. Medical Education Study Program. Inhibitory Effect of Piper


betle Linn leaf extract on the Growth of Staphylococcus aureus.

Piper betle Linn is well-known as a herbal medicine in Indonesia. Its extract contains
phenol and its derivate that able to inhibit the growth of many bacteria.
Staphylococcus aureus, normal flora in the human body, can become pathogenic in
certain condition. The aim of this study is to observe the inhibitory effect of betel leaf
extract against the growth of Staphylococcus aureus. Maceration method using 96%
ethanol was carried out to extract the 500 g of betel leaf. Thick extract of betel leaf
16.5 g is obtained. Futhermore, disc diffusion method is done with the extract against
the growth of Staphylococcus aureus. Statistical analyzing using Kruskal-Wallis,
followed by post hoc and Mann-Whitney tests showed that Piper betle Linn extract in
106, 5.106, and 107 ppm concentration significantly inhibited the growth of
Staphylococcus aureus (p<0,05). The research also showed Piper betle Linn extract
inhibit the growth of Staphylococcus aureus in concentration dependent manner.

Keywords : Betel leaf extract, Staphylococcus aureus, disc diffusion


vii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN .............................................................................. ii


LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................. iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................... v
ABSTRAK ......................................................................................................... vii
ABSTRACT ....................................................................................................... vii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... viii


DAFTAR TABEL ............................................................................................. xi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xii
DAFTAR BAGAN ............................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................... 2

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................................ 2

1.3.1 Tujuan Umum .......................................................................... 2

1.3.2 Tujuan Khusus .......................................................................... 2

1.4 Manfaat Penelitian .......................................................................................... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................... 4


2.1 Landasan Teori ................................................................................................ 4
2.1.1 Tanaman Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) ..................................... 4
2.1.1.1 Tanaman Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) ...................... 4
2.1.1.2 Kandungan Kimiawi dan Manfaat Daun Sirih Hijau ........ 4
viii
2.1.2 Ekstraksi .............................................................................................. 6
2.1.3 Metode Pengujian Antibakteri ............................................................ 7
2.1.4 Staphylococcus aureus ........................................................................ 9
2.1.4 Mekanisme Kerja Antibakteri ............................................................. 10
2.2 Kerangka Konsep ................................................................................................ 12
2.3 Definisi Operasional ........................................................................................... 12
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 13
3.1 Desain Penelitian ................................................................................................. 13
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................................. 13
3.3 Bahan yang Diuji ................................................................................................ 13
3.4 Sampel Bakteri .................................................................................................... 13
3.5 Identifikasi Variabel ............................................................................................ 13
3.5.1 Variabel Bebas .......................................................................................... 13
3.5.2 Variabel Terikat ....................................................................................... 13
3.6 Alat dan Bahan Penelitian .................................................................................. 13
3.6.1 Alat Penelitian ............................................................................................ 13
3.6.2 Bahan Penelitian......................................................................................... 14
3.7 Alur Penelitian .................................................................................................... 14
3.8 Cara Kerja Penelitian .......................................................................................... 14
3.8.1 Tahap Persiapan ......................................................................................... 14
3.8.1.1 Sterilisasi Alat dan Bahan ................................................................. 14
3.8.1.2 Persiapan dan Determinasi Daun Sirih Hijau .................................... 14
3.8.1.3 Pembuatan Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle L.) ...................... 15
3.8.1.4 Pembuatan Stok Variabel Konsentrasi .............................................. 15
3.8.1.5 Pembuatan Media .............................................................................. 16
3.8.1.6 Regenerasi Bakteri ............................................................................ 16
3.8.2 Tahap Pengujian ........................................................................................ 16
3.8.2.1 Uji Penghambatan Pertumbuhan Bakteri .......................................... 16

ix
3.9 Analisis Data .................................................................................................. 17
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 18
4.1 Hasil .................................................................................................................... 18
4.1.1 Ekstrak Daun Sirih Hijau ..................................................................... 18
4.1.2 Efek Ekstrak Daun Sirih Hijau terhadap Staphylococcus aureus ........ 18
4.1.3 Uji Kebermaknaan Konsentrasi Ekstrak Daun Sirih Hijau .................. 20
4.2 Pembahasan ......................................................................................................... 21
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ........................................................................ 24
5.1 Simpulan ............................................................................................................. 24
5.2 Saran .................................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 25
LAMPIRAN ............................................................................................................. 28

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Komposisi Kimia Daun Sirih Hijau dalam 100 gram Bahan Segar 5
Tabel 2.2. Klasifikasi Respon Hambatan Pertumbuhan Bakteri .................... 8
Tabel 4.1. Hasil Analisis Multikomparasi dengan Menggunakan Uji Mann-
Whitney ........................................................................................ 21

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Daun Sirih Hijau ............................................................................ 4


Gambar 2.2. Koloni S.aureus pada Mueller-Hinton Agar ................................. 9
Gambar 2.2. Hasil Pewarnaan Gram S.aureus ................................................... 10
Gambar 4.1. Hasil Ekstraksi Daun Sirih Hijau .................................................. 18
Gambar 4.2. Ekstrak Daun Sirih Hijau dalam Berbagai Konsentrasi ................ 18
Gambat 4.3. Hambatan Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus .............. 19
Gambar 4.4. Efek Ekstrak Daun Sirih Hijau terhadap Pertumbuhan Bakteri
Staphylococcus aureus .................................................................. 20
Gambar 4.5. Kontrol Positif ............................................................................... 20

xii
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.2 Kerangka Konsep .......................................................................... 11


Bagan 3.7 Alur Penelitian ............................................................................... 14

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Sertifikat Pengujian Ekstraksi Bahan ............................................ 28


Lampiran 2 Surat Hasil Determinasi Tumbuhan .............................................. 29
Lampiran 3 Hasil Uji Statistik .......................................................................... 30
Lampiran 4 Alat dan Bahan Penelitian ............................................................. 37
Lampiran 5 Daftar Riwayat Hidup.................................................................... 38

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Tanaman sirih hijau atau sirih Jawa sudah lama dikenal sebagai obat dan
banyak tumbuh di Indonesia. Bagian dari tanaman sirih yang dimanfaatkan
sebagai obat adalah daunnya dengan direbus atau diinang. Dengan keyakinan
bahwa daun sirih dapat menguatkan gigi, menyembuhkan luka-luka kecil di
mulut, menghilangkan bau mulut, menghentikan pendarahan gusi, dan sebagai
obat kumur. Walau demikian, sedikit dari masyarakat yang mengetahui khasiat
antibakteri dari daun sirih tersebut.1
Sebagian besar efek antibakteri daun sirih adalah karena daun sirih
mengandung 4.2% minyak atsiri yang komponen utamanya terdiri dari bethel
phenol dan turunannya yang berkhasiat sebagai antibakteri.2,3 Fenol dan senyawa
turunannya ini dapat mendenaturasi protein sel bakteri.4,5
Khasiat antibakteri daun sirih hijau telah dibuktikan oleh penelitian
Suliantari (2008), ekstrak daun sirih hijau dengan pelarut etanol menggunakan
metode dilusi dapat menghambat peretumbuhan bakteri Staphylococcus aureus
dengan kategori sedang.6 Juga dibuktikan oleh penelitian Anang Hermawan
(2007) bahwa ekstrak daun sirih hijau dengan pelarut DMSO (Dimethil Sulfoxide)
dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan kategori
kuat.7
Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri Gram positif berbentuk
bulat yang merupakan bakteri patogen bagi manusia. Hampir tiap orang akan
mengalami beberapa tipe infeksi Staphylococcus aureus sepanjang hidupnya.
Setiap jaringan ataupun alat tubuh dapat terinfeksi dan menyebabkan timbulnya
penyakit dengan tanda-tanda khas yaitu peradangan, nekrosis, dan pembentukan
abses. Infeksinya dapat berupa furunkel yang ringan pada kulit sampai berupa
suatu piemia yang fatal. Umumnya bakteri ini menimbulkan penyakit yang
bersifat sporadik.8
Oleh karena itu, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
potensi ekstrak daun sirih hijau dengan pelarut etanol 96% dalam menghambat
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan metode disc diffusion.

1
2

Penelitian ini meliputi pembuatan ekstrak dengan pelarut etanol dan uji aktivitas
antibakteri ekstrak terhadap bakteri Staphylococcus aureus dengan metode disc
diffusion.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, rumusan masalah pada
penelitian ini adalah bagaimana efek ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.)
terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus?

1.3. Tujuan Penelitian


1.3.1. Tujuan umum
Untuk mengetahui efek ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.)
terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.
1.3.2. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui efek beberapa konsentrasi ekstrak daun sirih
hijau (Piper betle L.) dalam menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus.
1.4 Manfaat penelitian
a. Bagi Peneliti
- Menambah pengetahuan dan wawasan Penulis dalam
menerapkan ilmu yang diperoleh selama menjalani
perkuliahan.
- Menambah pengetahuan tentang efek ekstrak daun sirih
hijau (Piper betle L.) terhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus.
b. Bagi Institusi
- Menambah informasi dan literatur mengenai keilmuan
mikrobiologi.
- Memajukan UIN Syarif Hidayatullah dan FKIK UIN Syarif
Hidayatullah dengan mempublikasikan penelitian ini.
c. Bagi Keilmuan
- Dapat memberikan informasi mengenai efek ekstrak daun
sirih hijau (Piper betle L.) terhadap pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus.
3

- Dapat dijadikan bahan referensi bagi praktisi yang tertarik


dalam penelitian mikrobiologi.
- Sebagai data dan informasi untuk melakukan penelitian lanjut
tentang pengaruh ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.)
terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.
d. Bagi Sosial
- Meningkatkan pemanfaatan bahan alami sebagai tanaman
berkhasiat obat dalam upaya peningkatan kesehatan
masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Tanaman Daun Sirih Hijau (Piper betle L.)
2.1.1.1 Deskripsi Tanaman Daun Sirih Hijau (Piper betle L.)
Sirih termasuk dalam famili Piperaceae, merupakan jenis tumbuhan
merambat dan bersandar pada batang pohon lain, yang tingginya 5-15 meter.
Sirih memiliki daun tunggal letaknya berseling dengan bentuk bervariasi mulai
dari bundar telur atau bundar telur lonjong, pangkal berbentuk jantung atau agak
bundar berlekuk sedikit, ujung daun runcing, pinggir daun rata agak menggulung
ke bawah, panjang 5-18 cm, lebar 3-12 cm. Daun berwarna hijau, permukaan atas
rata, licin agak mengkilat, tulang daun agak tenggelam; permukaan bawah agak
kasar, kusam, tulang daun menonjol, bau aromatiknya khas, rasanya pedas.
Sedangkan batang tanaman berbentuk bulat dan lunak berwarna hijau agak
kecoklatan dan permukaan kulitnya kasar serta berkerut-kerut.9
Klasifikasi ilmiah tanaman daun sirih hijau adalah sebagai berikut :10
Kingdom : Plantae
Division : Magnoliophyta
Class : Magnoliopsida
Ordo : Piperales
Family : Piperaceae
Genus : Piper
Species : Piper betle linn

Gambar 2.1. Daun Sirih Hijau

2.1.1.2 Kandungan Kimiawi dan Manfaat Daun Sirih HijauG


Daun sirih hijau mengandung 4.2% minyak atsiri yang akomponen utamanya
m
4
b
a
5

terdiri dari bethel phenol dan beberapa derivatnya diantaranya Euganol


allypyrocatechine 26.8-42.5%, Cineol 2.4-4.8%, methyl euganol 4.2-15.8%,
Caryophyllen (Siskuiterpen) 3-9.8%, hidroksi kavikol, kavikol 7.2-16.7%,
kavibetol 2.7-6.2%, estragol, ilypyrokatekol 0-9.6%, karvakrol 2.2-5.6%,
alkaloid, flavonoid, triterpenoid atau steroid, saponin, terpen, fenilpropan,
terpinen, diastase 0.8-1.8% dan tannin 1-1.3%.2,3
Daun sirih hijau mengandung asam amino kecuali lisin, histidin dan arginin.
Asparagin terdapat dalam jumlah yang besar, sedangkan glisin dalam bentuk
gabungan, kemudian prolin dan ornitin. Daun sirih hijau yang lebih muda
mengandung minyak atsiri (pemberi bau aromatik khas), diastase dan gula yang
jauh lebih banyak dibandingkan daun yang lebih tua, sedangkan kandungan tanin
pada daun muda dan daun tua adalah sama.2,3,10 Komposisi kimia daun sirih hijau
dalam 100 gram bahan segar ditunjukkan pada tabel 2.1. 12
Tabel 2.1. Komposisi Kimia Daun Sirih Hijau dalam 100 gram Bahan Segar
No. Komponen Kimia Jumlah No. Komponen Kimia Jumlah
1. Kadar air 85.14% 11. Karoten (Vit.A) 96000 IU
2. Protein 3.1% 12. Tiamin 70 mg
3. Lemak 0.8% 13. Riboflavin 30 mg
4. Karbohidrat 6.1% 14. Asam nikotinat 0.7 mg
5. Serat 2.3% 15. Vit.C 5 mg
6. Bahan mineral 2.3% 16. Yodium 3.4 mg
7. Kalsium 230 mg 17. Kalium nitrit 0.26-0.42 mg
8. Fosfor 40 mg 18. Kanji 1-1.2 %
9. Besi 7 mg 19. Gula non reduksi 0.6-2.5%
10. Besi ion 3.5 mg 20. Gula reduksi 1.4-3.2%
Sumber : Rosman, R dan S. Suhirman. 2006
Sirih sudah dikenal lama dan dimanfaatkan oleh masyarakat
Indonesia. Sirih di Indonesia sudah dikenal sejak tahun 600 SM, sedangkan di
Eropa baru diintroduksi setelah tahun 1295 yaitu setelah Marcopolo menjelajahi
Indonesia. Sirih juga telah tercantum dalam farmakope Inggris, Perancis dan
India.3
Pada pengobatan tradisional India, daun sirih dikenal sebagai zat aromatik
yang menghangatkan, bersifat antiseptik, dan bahkan meningkatkan gairah
seksual. Kandungan tannin pada daun sirih dipercaya memiliki khasiat
mengurangi sekresi cairan pada vagina, melindungi fungsi hati, dan mencegah
diare. Sirih juga mengandung arecoline di seluruh bagian tanaman yang
bermanfaat untuk merangsang saraf pusat dan daya pikir, meningkatkan gerakan
6

peristaltik, dan meredakan dengkuran. Kandungan euganol pada daun sirih


mampu membunuh jamur Candida albicans, mencegah ejakulasi dini, dan bersifat
analgesik. Daun sirih juga sering digunakan oleh masyarakat untuk
menghilangkan bau mulut, mengobati luka, menghentikan gusi berdarah,
sariawan, dan menghilangkan bau badan. 1,11,13
2.1.2 Ekstraksi
Ekstraksi adalah teknik pemisahan suatu senyawa berdasarkan perbedaan
distribusi zat terlarut diantara dua pelarut yang saling bercampur. Pada umumnya
zat terlarut yang diekstrak bersifat tidak larut atau larut sedikit dalam suatu pelarut
tetapi mudah larut dengan pelarut lain. Metode ekstraksi yang tepat ditemukan
oleh tekstur kandungan air bahan-bahan yang akan diekstrak dan senyawa-
senyawa yang akan diisolasi.14 Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh
dengan mengekstraksi zat aktif dari simplisia nabati atau hewani menggunakan
pelarut yang sesuai. Kemudian semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan
massa atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian rupa hingga memenuhi
baku yang telah ditetapkan.15
Proses pemisahan senyawa dalam simplisia, menggunakan pelarut tertentu
sesuai dengan sifat senyawa yang akan dipisahkan. Pemisahan pelarut
berdasarkan kaidah like dissolved like artinya suatu senyawa polar akan larut
dalam pelarut polar. Ekstraksi dapat dilakukan dengan bermacam-macam metode
yaitu metode infundasi, maserasi, perkolasi, dan sokletasi, tergantung dari tujuan
ekstraksi, jenis pelarut yang digunakan dan senyawa yang diinginkan. Metode
ekstraksi yang paling sederhana adalah maserasi. 14,16
Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan
pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur
ruangan (kamar). Secara teknologi termasuk ekstraksi dengan prinsip metode
pencapaian konsentrasi pada keseimbangan. Maserasi kinetik berarti dilakukan
pengadukan yang kontinyu (terus-menerus). Remaserasi berarti dilakukan
pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan penyaringan maserat pertama
dan seterusnya. Metode ini dapat menghasilkan ekstrak dalam jumlah banyak,
serta terhindar dari perubahan kimia senyawa-senyawa tertentu karena
pemanasan.14,16
7

2.1.3 Metode Pengujian Antibakteri


Antibakteri merupakan bahan atau senyawa yang khusus digunakan untuk
kelompok bakteri. Antibakteri dapat dibedakan berdasarkan mekanisme kerjanya,
yaitu antibakteri yang menghambat pertumbuhan dinding sel, antibakteri yang
mengakibatkan perubahan permeabilitas membran sel atau menghambat
pengangkutan aktif melalui membran sel, antibakteri yang menghambat sintesis
protein, dan antibakteri yang menghambat sintesis asam nukleat sel. Aktivitas
antibakteri dibagi menjadi 2 macam yaitu aktivitas bakteriostatik (menghambat
pertumbuhan tetapi tidak membunuh patogen) dan aktivitas bakterisidal (dapat
membunuh patogen dalam kisaran luas).17 Uji aktivitas antibakteri dapat
dilakukan dengan metode difusi dan metode pengenceran.
A. Metode Difusi
Metode difusi merupakan salah satu metode yang sering digunakan. Metode
difusi dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu metode parit, metode lubang/sumuran
dan metode cakram kertas.
1. Metode Cakram Kertas (Cara Kirby Bauer)
Pada metode cakram kertas (Cara Kirby Bauer) digunakan suatu
kertas cakram saring (paper disc) yang befungsi sebagai tempat menampung zat
antimikroba. Kertas saring yang mengandung zat antimikroba tersebut diletakkan
pada lempeng agar yang telah diinokulasi dengan mikroba uji, kemudian
diinkubasi pada waktu dan suhu tertentu, sesuai dengan kondisi optimum dari
mikroba uji yaitu pada suhu 370 C selama 18-24 jam. Pada metode difusi,
penentuan aktivitas didasarkan pada kemampuan difusi dari zat antimikroba
dalam lempeng agar yang telah diinokulasi dengan mikroba uji.18 Ada dua macam
zona hambat yang terbentuk dari cara Kirby Bauer :19
a. Zona radikal yaitu suatu daerah di sekitar disk dimana sama sekali tidak
ditemukan adanya pertumbuhan bakteri. Potensi antibakteri diukur dengan
mengukur diameter dari zona radikal.
b. Zona irradikal yaitu suatu daerah di sekitar disk dimana pertumbuhan bakteri
dihambat oleh antibakteri tetapi tidak dimatikan.
Disc diffusion test atau uji difusi disk dilakukan dengan mengukur diameter
clear zone (zona bening yang tidak memperlihatkan adanya pertumbuhan bakteri
yang terbentuk di sekeliling zat antimikroba pada masa inkubasi bakteri) yang
8

merupakan petunjuk adanya respon penghambatan pertumbuhan bakteri oleh


suatu senyawa antibakteri dalam ekstrak. Semakin besar zona hambatan yang
terbentuk, maka semakin besar pula kemampuan aktivitas zat antimikroba. Syarat
jumlah bakteri untuk uji kepekaan/ sensitivitas yaitu 105-108 CFU/mL.20,21,22
Efektifitas aktifitas antibakteri didasarkan pada klasifikasi respon penghambatan
pertumbuhan bakteri menurut Ahn dkk (1994) ditunjukkan pada tabel 2.2.23
Tabel 2.2. Klasifikasi Daya Hambat Pertumbuhan Bakteri
Diameter Zona Terang Daya Hambat Pertumbuhan
> 20 mm Kuat
16-20 mm Sedang
10-15 mm Lemah
< 10 mm Tidak ada
Sumber : Greenwood.1995
2. Metode Lubang
Pada lempeng agar yang telah diinokulasi dengan bakteri uji dibuat suatu
lubang yang selanjutnya diisi dengan zat antimikroba uji. Cara ini dapat diganti
dengan meletakkan cawan porselin kecil yang biasa disebut fish spines di atas
medium agar. Kemudian cawan-cawan tersebut diisi dengan zat uji. Setelah
inkubasi pada suhu 370 C selama 18-24 jam dilakukan pengamatan dengan
melihat ada atau tidaknya zona hambatan disekeliling lubang atau cawan.21,22
3. Metode Parit
Suatu lempeng agar yang telah diinokulasi dengan bakteri uji dibuat
sebidang parit. Parit tersebut diisi dengan zat antimikroba, kemudian diinkubasi
pada waktu dan suhu optimum yang sesuai dengan mikroba uji. Hasil pengamatan
yang akan diperoleh adalah ada atau tidaknya zona hambatan di sekitar parit,
interpretasi sama dengan cara Kirby Bauer.21,22
B. Metode Pengenceran (Dilusi Cair atau Dilusi Padat)
Metode ini biasanya digunakan untuk menentukan konsentrasi hambat
minimal dan konsentrasi bunuh minimal dari suatu bahan uji atau obat terhadap
kuman percobaan. Pada prinsipnya bahan antibakteri uji diencerkan sampai
diperoleh beberapa konsentrasi. Pada dilusi cair, masing-masing konsentrasi obat
ditambah suspensi kuman dalam media. Sedangkan pada dilusi padat tiap
konsentrasi obat dicampur dengan media agar, lalu ditanami bakteri.21,22
9

2.1.4 Staphylococcus aureus


Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri Gram positif
berbentuk bulat berdiameter 0,7-1,2 m, tersusun dalam kelompok-kelompok
yang tidak teratur seperti buah anggur, non motil, tidak membentuk spora, dapat
tumbuh pada berbagai media pada suasana aerob dan memproduksi katalase yang
merupakan bakteri patogen bagi manusia. Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum
37 C, tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar (20-25 C). Koloni
pada perbenihan padat berwarna abu-abu sampai kuning keemasan, berbentuk
bundar, halus, menonjol, dan berkilau. Bakteri ini dapat memfermentasikan
beberapa karbohidrat dan dapat menghasilkan pigmen yang berwarna, tidak larut
dalam air.17

Gambar 2.2. Koloni S.aureus pada Mueller Hinton Agar


Sistematika Staphylococus aureus adalah sebagai berikut :17
Divisi : Protophyta
Kelas : Schizomycetes
Bangsa : Eubacteriales
Suku : Micrococcaceae
Marga : Staphylococcus
Jenis : Staphylococcus aureus

Gambar 2.3. Hasil Pewarnaan Gram S.aureus


10

Staphylococcus aureus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat


antigenik. Antigen ini merupakan kompleks peptidoglikan asam teikhoat dan
dapat menghambat fagositosis dan bagian ini yang diserang bakteriofaga.
Staphylococcus aureus bersifat lisogenik yaitu yang mengandung faga yang tidak
berpengaruh pada dirinya sendiri, tetapi menyebabkan lisis pada anggota dari
spesies sama. S.aureus merupakan kuman patogen yang bersifat invasif, penyebab
hemolisis, membentuk koagulase, mencairkan gelatin, membentuk pigmen kuning
emas.24 Staphylococcus aureus biasanya memfermentasi manitol dan
menghemolisis sel darah merah. Hampir tiap orang akan mengalami beberapa tipe
infeksi Staphylococcus aureus sepanjang hidupnya. Setiap jaringan ataupun alat
tubuh dapat terinfeksi dan menyebabkan timbulnya penyakit dengan tanda-tanda
khas yaitu peradangan lokal, nekrosis, dan pembentukan abses. Pada penyebaran
ke bagian tubuh lain melewati pembuluh getah bening dan pembuluh darah.24
Infeksinya dapat berupa furunkel yang ringan pada kulit sampai berupa suatu
piemia yang fatal, serta keracunan makanan, dan toxic shock syndrome.
Umumnya bakteri ini menimbulkan penyakit yang bersifat sporadik.9

2.1.5 Mekanisme Kerja Antibakteri


Target antibakteri adalah sebagai berikut:
a. Dinding sel
Bakteri memiliki lapisan luar yang kaku, disebut dinding sel yang dapat
mempertahankan bentuk bakteri dan melindungi membran protoplasma di
bawahnya.17 Struktur dinding sel dapat dirusak dengan cara menghambat
pembentukannya atau mengubahnya setelah selesai terbentuk. Antibiotik yang
bekerja dengan mekanisme ini diantaranya adalah penisilin.25
b. Perubahan permeabilitas sel
Membran sitoplasma mempertahankan bahan-bahan tertentu di dalam sel serta
mengatur aliran keluar masuknya bahan-bahan lain. Membran memelihara
integritas komponen-komponen seluler. Kerusakan pada membran ini akan
mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau matinya sel.25 Polimiksin
bekerja dengan merusak struktur dinding sel, dan kemudian antibiotik tersebut
dengan membran sel, sehingga menyebabkan disorientasi komponen-komponen
lipoprotein serta mencegah berfungsinya membran sebagai penghalang osmotik. 25
11

c. Molekul protein dan asam nukleat


Hidup suatu sel bergantung pada terpeliharanya molekul-molekul protein dan
asam nukleat dalam keadaan alamiahnya. Suatu antibakteri dapat mengubah
keadaan ini dengan mendenaturasikan protein dan asam-asam nukleat sehingga
sel tanpa dapat diperbaiki lagi. Salah satu antimikrobial kimiawi yang bekerja
dengan cara mendenaturasi protein dan merusak membran sel adalah fenolat dan
persenyawaan fenolat. 25
d. Enzim
Setiap enzim dari beratus-ratus enzim berbeda-beda yang ada di dalam sel
merupakan sasaran potensial bagi bekerjanya suatu penghambat. Penghambat ini
banyak mengakibatkan terganggunya metabolisme atau matinya sel. Sulfonamid
merupakan zat kemoterapeutik sintesis yang bekerja dengan cara bersaing dengan
PABA (asam p-aminobenzoat) di dalam reaksi, karena molekul PABA dan
sulfonamid hampir sama, sehingga dapat menghalangi sintesis asam folat yang
merupakan koenzim esensial yang berfungsi dalam sintesis purin dan pirimidin,
dengan demikian karena tidak adanya koenzim, maka aktivitas seluler yang
normal akan terganggu. 25
e. Asam nukleat dan protein
DNA, RNA dan protein memegang peranan penting dalam proses kehidupan
normal sel. Hal ini berarti bahwa gangguan apapun yang terjadi pada
pembentukan atau pada fungsi zat-zat tersebut dapat mengakibatkan kerusakan
total pada sel.25 Tetrasiklin merupakan salah satu antibiotik yang dapat
menghambat sintesis protein dengan cara menghalangi terikatnya RNA (RNA
transfer aminoasil) pada situs spesifik ribosom, selama pemanjangan rantai
peptida. 25

2.2 Kerangka Konsep

Biakan Bakteri Pertumbuhan


Ekstrak Daun
S. aureus Bakteri Normal
Sirih Hijau
(Piper betle L.)

Pertumbuhan
Bakteri
Terhambat
12

2.3 Definisi Operasional


1. Pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus di media Mueller-Hinton
Agar, diukur dengan berbagai diameter zona hambatan yang terbentuk
dalam milimeter (mm).
2. Pemberian ekstrak daun sirih hijau dengan konsentrasi 106, 5.106, dan 107
ppm.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian ekperimental dengan teknik disc
diffusion untuk melihat efek ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.) terhadap
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2011 sampai bulan Agustus
2012 di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Proses ekstraksi daun sirih hijau (Piper betle L.)
dilakukan oleh Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO) Bogor.
3.3 Bahan yang Diuji
Ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.) yang telah diekstraksi oleh
BALITRO Bogor.
3.4 Sampel Bakteri
Bakteri Staphylococcus aureus diisolasi pada media MHA (Mueller-
Hinton Agar), dan diinkubasi pada suhu 37C selama 24 jam.
3.5 Identifikasi Variabel
3.5.1 Variabel Bebas
Ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.) dengan konsentrasi 106, 5.106, dan
107 ppm.
3.5.2 Variabel Terikat
Pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus di media MHA, diukur
dengan berbagai diameter zona hambatan yang terbentuk dalam milimeter
(mm).
3.6 Alat dan Bahan Penelitian
3.6.1 Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : tabung reaksi, mikro
pipet, vortex, bunsen, korek api, ose, spatula besi, cawan petri, penggaris,
rak tabung, timbangan, autoclave, baki, alumunium foil, swab kapas,
erlenmeyer, pengukur waktu, inkubator, penggaris, cakram uji kosong,
label, alat tulis, kamera, laminar air flow, tisu, pinset, alkohol.
13
14

3.6.2 Bahan Penelitian


Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : media MHA, ekstrak
daun sirih hijau, NaCl dan aquades steril, pelarut etanol 96%, biakan
Staphylococcus aureus, cakram uji kosong, cakram amoksilin.

3.7 Alur Penelitian

Pengumpulan daun sirih hijau

Determinasi

Ekstraksi daun sirih hijau

Pembuatan stok bakteri dan variabel konsentrasi

Tahap pengujian pertumbuhan bakteri

Penetapan potensi

3.8 Cara Kerja Penelitian


3.8.1 Tahap Persiapan
3.8.1.1 Sterilisasi Alat dan Bahan
Seluruh alat dan bahan (hanya aquades) yang akan digunakan
disterilisasi di dalam autoclave selama 15 menit pada suhu
sebesar 121C dengan mengatur tekanan sebesar 1,5 atm
setelah sebelumnya dicuci bersih, dikeringkan dan dibungkus
dengan kertas atau alumunium foil.
3.8.1.2 Persiapan dan Determinasi Daun Sirih Hijau
Daun sirih hijau diperoleh dari tanaman milik warga di
daerah Ciputat yang homogen sebanyak 500 g. Daun sirih
hijau dideterminasi di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
Bogor dengan tujuan untuk memastikan kebenaran dari
tanaman yang digunakan. Determinasi tanaman sirih
15

dilakukan dengan cara mencocokkan ciri-ciri morfologi yang


ada pada tanaman sirih terhadap kepustakaan dan dibuktikan
di bidang Botani Pusat Penelitian Biologi LIPI Bogor.
3.8.1.3 Pembuatan Ekstrak Daun Sirih Hijau
Metode yang digunakan dalam mengekstrak daun sirih hijau
(Piper betle L.) adalah metode maserasi. Didalam metode
maserasi menggunakan pelarut etanol 96%. Sebanyak 500 g
daun sirih hijau terlebih dahulu dicuci bersih, kemudian
dikeringkan dengan oven pada suhu 40C sampai kering,
kemudian diremas dan dihaluskan sampai menjadi serbuk.
Serbuk kemudian direndam dalam 3 liter pelarut etanol 96%
selama 3x24 jam dan diambil filtratnya dengan penyaringan.
Maserasi dilakukan dengan pengadukan sebanyak 12 kali
selama 15 menit dengan tenggang waktu 5 menit antar
pengadukan, selanjutnya dilakukan penyaringan dengan
corong dan kertas saring untuk memisahkan filtrat dari
ampas. Hasil saringan kemudian diuapkan pelarutnya dengan
menggunakan rotary vacuum evaporator, sehingga
didapatkan 16.5 g ekstrak kental yang bebas dari pelarut.
Ekstrak yang dihasilkan digunakan untuk pengujian
selanjutnya.
3.8.1.4. Pembuatan Stok Variabel Konsentrasi
Stok konsentrasi ekstrak daun sirih hijau divariasikan dengan
menggunakan pelarut etanol yaitu dimulai dari kontrol
negatif berupa etanol, 106, 5x106, dan 107 ppm yang terdiri
dari ekstrak daun sirih hijau saja serta kontrol positif
menggunakan antibiotika amoksilin yang tepat bagi bakteri
Gram positif dan negatif, sehingga seluruhnya berjumlah
lima variabel. Penelitian ini dikerjakan secara triplo. Setelah
masing-masing stok variabel konsentrasi divortex, stok
variabel konsentrasi dituangkan dalam 4 cawan petri berbeda
yang telah diberi cakram uji kosong (1 cawan petri berisi 3
kertas disk kosong) yang direndam selama 30 menit atau
16

sampai menjadi jenuh untuk kemudian dipakai dalam tahap


pengujian.
3.8.1.5. Pembuatan Media
Sebanyak 19 g MHA ditimbang dan dimasukkan ke dalam
erlenmeyer 500 ml lalu ditambahkan dengan aquades sampai
menjadi 500 ml, serta dipanaskan sambil diaduk sampai
semua bahan larut dengan sempurna, kemudian disterilkan
dalam autoclave selama 120 menit dengan suhu 121C dan
tekanan sebesar 1,5 atm.
3.8.1.6. Regenerasi Bakteri
Pembuatan stok bakteri ini dilakukan untuk memperbanyak
dan meremajakan bakteri, dengan cara menginokulasikan 1
ose biakan murni bakteri Staphylococcus aureus ke dalam
MHA, kemudian diinkubasi pada suhu 37C selama 24 jam
di dalam inkubator.
3.8.2. Tahap Pengujian
3.8.2.1 Uji Penghambatan Pertumbuhan Bakteri
Bakteri diencerkan dengan mencampurkan 1 ose suspensi
bakteri Staphylococcus aureus ke dalam tabung reaksi yang
telah berisi NaCl steril. Kemudian dihomogenkan dengan
menggunakan vortex dan kekeruhannya distandarisasi dengan
konsentrasi 0.5 Mc Farland agar jumlah bakteri memenuhi
syarat untuk uji kepekaan yaitu: 105108/ml. Kemudian
larutan bakteri dioleskan pada media pertumbuhan MHA.
Cakram uji kosong yang telah direndam di dalam masing-
masing stok konsentrasi ekstrak daun sirih hijau tadi
diletakkan di atas permukaan agar secara steril di dalam
laminar air flow. Lalu media diinkubasi ke dalam inkubator.
Inkubasi dilakukan pada suhu 37C selama 24 jam, keesokan
harinya diukur diameter zona terang (clear zone) yang
terbentuk dengan menggunakan penggaris.
17

3.9. Analisis Data


Data hasil penelitian efek ekstrak daun sirih pada Staphylococcus aureus
dianalisis dengan menggunakan program SPSS 16.0 untuk melihat apakah ada
perbedaan efektifitas yang bermakna dari masing-masing cakram uji yang
mengandung kontrol negatif, berbagai konsentrasi ekstrak daun sirih hijau dan
kontrol positif dalam menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus.
Analisis data pada penelitian ini menggunakan uji hipotesis komparatif
numerik lebih dari dua kelompok tidak berpasangan sehingga uji statistik yang
digunakan adalah One Way Anova jika distribusi normal. Jika distribusi data tidak
normal maka menggunakan uji nonparametrik yakni Uji Kruskall-Wallis. Untuk
menentukan konsentrasi mana yang memiliki kebermaknaan maka dilakukan
analisis Post Hoc menggunakan uji Mann-Whitney. Jika dari hasil uji ANOVA
ternyata didapatkan bahwa ada perbedaan bermakna antar masing-masing cakram
uji, maka diperlukan perhitungan multiple comparation untuk melihat cakram uji
mana saja yang mempunyai perbedaan bermakna dengan cakram uji lainnya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Ekstrak Daun Sirih Hijau
Hasil determinasi menyebutkan bahwa tanaman yang digunakan
adalah Piper betle linn, berasal dari famili Piperaceae. Dari 500 g daun sirih hijau
didapatkan ekstrak kental sebanyak 16.5 g (Gambar 4.1. dan 4.2.).

Gambar 4.1. Hasil Ekstraksi Daun Sirih Hijau

Gambar 4.2. Ekstrak Daun Sirih Hijau Dalam Berbagai Konsentrasi

4.1.2 Efek Ekstrak Daun Sirih Hijau terhadap Staphylococcus aureus


Pada konsentrasi ekstrak daun sirih hijau 106 ppm didapatkan rata-
rata zona hambat sebesar 21.3 mm dengan standar deviasi 0.57. Pada konsentasi
ekstrak daun sirih hijau 5.106 ppm didapatkan rata-rata zona hambat sebesar 25.3
mm dengan standar deviasi 0.57. Pada konsentasi ekstrak daun sirih hijau 107 ppm
didapatkan rata-rata zona hambat sebesar 27.3 mm dengan standar deviasi 0.09.

18
19

Sementara pada pengamatan pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus yang


diuji menggunakan antibiotik amoksilin sebagai kontrol positif didapatkan rata-
rata zona hambat sebesar 52.3 mm dengan standar deviasi 0.04 (Gambar 4.3., 4.4
dan 4.5).

Etanol

Gambar 4.3. Hambatan Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus


Dari hasil penelitian didapatkan konsentrasi ekstrak daun sirih hijau
terkecil yaitu sebesar 106 ppm dapat menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus dengan kategori hambatan kuat. Hambatan pertumbuhan
bakteri Staphylococcus aureus akan lebih besar seiring dengan lebih besarnya
konsentrasi ekstrak daun sirih hijau yang digunakan, dan tergolong kategori kuat.
20

Gambar 4.4. Efek Ekstrak Daun Sirih Hijau Terhadap Pertumbuhan Bakteri
Staphylococcus aureus

Gambar 4.5. Kontrol Positif (Amoksilin)


4.1.3 Uji Kebermaknaan Konsentrasi Ekstrak Daun Sirih Hijau
Berdasarkan analisis statistik Post Hoc melalui uji Mann-Whitney
didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang bermakna (p<0.05) antar
konsentrasi dan kontrolnya dengan indeks kepercayaan 95%. Dapat dikatakan
bahwa daun sirih hijau efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus. Efek hambat ekstrak daun sirih hijau terhadap
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus sangat efektif pada semua
konsentrasi (Tabel 4.1.).
Tabel 4.1. Hasil Analisis Multikomparasi dengan Menggunakan Uji
MannWhitney
Konsentrasi 106 5.106 107 Etanol Amoksilin
(ppm)
106 0.043* 0.043* 0.034 * 0.043 *
5.106 0.043* 0.034 * 0.043 *
107 0.034 * 0.043 *
Etanol 0.034 *
Amoksilin

4.2 Pembahasan
Ekstrak daun sirih hijau terbukti kuat dalam menghambat pertumbuhan
bakteri Staphylococcus aureus. Semakin besar konsentrasi maka semakin besar
pula daya hambatnya terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Hasil
penelitian ini bersesuaian dengan penelitian yang dilakukan oleh Anang
21

Hermawan (2007) yang juga membuktikan bahwa ekstrak daun sirih hijau dengan
pelarut DMSO (Dimethil Sulfoxide) 10% dengan metode disc diffusion dapat
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan efektifitas kuat.
Menurut Harapini et al., (1996) daya antibakteri minyak atsiri daun sirih
hijau disebabkan oleh adanya senyawa fenol dan turunannya yang dapat
mendenaturasi protein sel bakteri.26 Heyne (1987) menyebutkan, komponen utama
minyak atsiri terdiri dari fenol dan senyawa turunannya. Salah satu senyawa
turunan itu adalah kavikol yang memiliki daya bakterisida lima kali lebih kuat
dibandingkan fenol. Kehadiran fenol yang merupakan senyawa toksik
mengakibatkan struktur tiga dimensi protein terganggu dan terbuka menjadi
struktur acak tanpa adanya kerusakan pada struktur kerangka kovalen (ikatan
disulfida).5,27 Hal ini menyebabkan rantai polipeptida tidak dapat mempertahankan
bentuk asalnya sehingga menyebabkan kerusakan pada dinding sel, dimana
dinding sel Staphylococcus aureus hanya terdiri dari beberapa lapis peptidoglikan
tanpa adanya tiga polimer pembungkus yang terletak diluar lapisan peptidoglikan
yaitu lipoprotein, selaput luar dan lipopolisakarida seperti pada bakteri E.coli
sehingga selnya akan lebih mudah terdenaturasi oleh bethel phenol dan derivatnya
yang terkandung dalam ekstrak daun sirih hijau sehingga diameter daya
hambatnya lebih lebar.17 Deret asam amino protein tersebut tetap utuh setelah
denaturasi, namun aktivitas biologisnya menjadi rusak sehingga protein tidak
dapat melakukan fungsinya.25
Etanol 96%, sebagai pelarut ekstrak daun sirih, tidak menghambat
pertumbuhan Staphylococcus aureus. Sedangkan, amoksilin sebagai antibiotika
turunan penisilin dengan spektrum luas, digunakan sebagai kontrol positif,
menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus secara bermakna. Amoksilin
bekerja dengan menghambat sintesis dinding sel bakteri.17
Varietas lain daun sirih seperti daun sirih merah juga terbukti memiliki
efek antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Hal ini
dibuktikan dari penelitian Atingul (data belum dipublikasikan) ternyata ekstrak
daun sirih merah dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus dengan
efektifitas sedang sampai kuat.28
22

Berdasarkan uraian diatas, membuktikan bahwa daun sirih mempunyai


peran sebagai antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus dengan
efektifitas kuat karena mengandung minyak atsiri dengan bethel phenol dan
turunannya yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus
sehingga dapat digunakan dalam produk kesehatan contohnya pada pasta gigi.
Sebagaimana pada penelitian Maharani (data belum dipublikasikan) didapatkan
hasil bahwa pasta gigi yang mengandung ekstrak daun sirih hijau memiliki efek
hambat paling besar terhadap pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans
dibandingkan dengan pasta gigi uji lainnya.29
Oleh karena itu, terbukti bahwa daun sirih hijau mempunyai dasar kuat
untuk digunakan sebagai bahan obat alam alternatif untuk mengatasi kejadian
resistensi bakteri terhadap antibiotik.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan analisis statistik dan pembahasan terhadap hasil
penelitian diperoleh simpulan bahwa :
1. Ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.) pada konsentrasi 106, 5.106,
dan 107 ppm dengan metode disc diffusion secara signifikan
menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dengan
efektifitas kuat.
2. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.)
maka semakin kuat dalam menghambat pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus.
5.2 Saran
Setelah dilakukan penelitian tentang efek ekstrak daun sirih hijau
(Piper betle L.) terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus, maka
disarankan bila akan dilakukan penelitian selanjutnya:
1. Untuk melakukan uji toksikologi ekstrak daun sirih hijau sebagai
antibakteri terhadap Staphylococcus aureus.
2. Uji aktivitas antibakteri ekstrak daun sirih hijau terhadap
Staphylococcus aureus secara in-vivo.

24
DAFTAR PUSTAKA

1. Damayanti R, Mulyono. Khasiat dan Manfaat Daun Sirih : Obat Mujarab dari
Masa ke Masa. Jakarta : Agro Media Pustaka. 2005.

2. Sastroamidjojo, S. A. Obat Asli Indonesia. Jakarta : PT. Dian Rakyat. 2001.


Hal : 102.

3. Darwis S. N. Potensi Sirih (Piper betle L.) Sebagai Tanaman Obat. Bogor:
Warta Tumbuhan Obat Indonesia Balai Penelitian Tanaman Obat dan Rempah.
Vol. 1 No. 1. Halaman 9-11.1992.

4. Hasim D. Daun sirih sebagai antibakteri pasta gigi. 2003. (cited 21 Januari
2011). Available from : URL : http://www.pdgi-
online.com/v2/index.php?option=com_content&task=view&id=594&Itemid=39.

5. Heyne K. Tumbuhan Berguna Indonesia Edisi 2. Jakarta: Departemen


Kehutanan, 1987 : 950.

6. Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Buku Ajar


Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi. Jakarta: Binarupa Aksara. 1994.

7. Suliantari. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Daun Sirih Hijau (Piper betle L.)
terhadap Bakteri Patogen Pangan. Tesis : Institut Pertanian Bogor. 2008.

8. Hermawan, A., Hana, W., dan Wiwiek, T. Pengaruh Ekstrak Daun Sirih (Piper
betle L.) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia coli
dengan Metode Difusi Disk. Skripsi : Universitas Erlangga. 2007.

9. Sirait, M., Loohu, E., dan Sutrisno, R.B. Materi Medika Indonesia jilid IV.
Jakarta : Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. 1980.

10. Syamsu Hidayat, S. S. dan Hutapea, J. R. Inventaris Tanaman Obat Indonesia


(1). Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan Jakarta. 1997.

11. Hariana, Arief. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya Seri 3. Jakarta : Penebar
Swadaya. 2007. Hal 86-87.

12. Rosman, R dan S. Suhirman. Sirih tanaman obat yang perlu mendapat
sentuhan tekonologi budaya. Warta Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Industri, Vol 12 (1) : 13-15. 2006.

13. Sampurno et al. Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Jakarta :
Dirjen Pengawasan Obat dan Makanan. 2000. Hal: 1-17.

14. Harborne, J. B. Metode Fitokimia : Penuntun Cara Modern Menganalisa


Tumbuhan. Diterjemahkan oleh : K. Padmawinata dan I. Soediro. Penerbit ITB,
Bandung. 1996.
28
29

15. Ansel H.C. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Alih bahasa: Farida Ibrahim.
Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.1989. Hal : 605-619.

16. Pratiwi, I. Uji Antibakteri Ekstrak Kasar Daun Acalypha indica terhadap
Bakteri Salmonella choleraesuis dan Salmonella typhimurium. Skripsi. Jurusan
Biologi FMIPA UNS, Surakarta. 2009.

17. Brooks GF, Butel JS, Carroll KC, Morse SA. Jawetz, Melnick, & Adelberg's
th
Medical Microbiology. 24 Ed. USA : Mc Graw Hill. 2007 ; 224 7.

18. Kusmayati dan Agustini, N. W. R. Uji Aktivitas Senyawa Antibakteri dari


Mikroalga (Porphyridium cruentum). Biodiversitas. 2007. 8(1) : 48-53.

19. Bauer AW, Kirby WMM, Sherris JC, Turck M. Antibiotic susceptibility
testing by a standardized single disc method. AM J Clin Pathol. 1966 ;45 : 493.

20. Hermawan, A., Hana, W., dan Wiwiek, T. Pengaruh Ekstrak Daun Sirih
(Piper betle L.) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia
coli dengan Metode Difusi Disk. Skripsi : Universitas Erlangga. 2007.

21. Bonang G. Mikrobiologi Untuk Profesi Kesehatan Edisi 16. Jakarta : Buku
Kedokteran EGC. 1992.

22. Pratiwi, S. T. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Penerbit Airlangga. 2008. Hal


22-42, 188-189.

23. Greenwood. Antibiotics Susceptibility (Sensitivity) Test, Antimicrobial and


Chemotheraphy. USA : Mc Graw Hill Company. 1995.

24. Warsa, V.C. Kokus Positif Gram. Dalam Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran.
Staf Pengajar Fakultas Kedokteran UI. Jakarta : Binarupa Aksara.1994.

25. Pelczar, M.J., E.S.Chan. Dasar-dasar Mikrobiologi Edisi ke-2. Jakarta :


Penerbit Universitas Indonesia. 1988.

26. Harapini, M., A. Agusta dan R. D. Rahayu. Analisis Komponen Kimia Minyak
Atsiri Dari Dua Macam Sirih (Daun Kuning dan Hijau). Prosiding Simposium
Nasional I Tumbuhan Obat dan Aromatika. Bogor 10-12 Oktober 1995.

27. Cowan M.M. PlantProduct as Antimicrobial Agents. J, Microbiology


Reviews. 12 (4) : 564-582. 1999.

28. Marifah, Atingul. Efek Ekstrak Daun Sirih Merah terhadap Pertumbuhan
Staphylococcus aureus (Belum Dipublikasikan). 2012.

29. Maharani. Efek Hambat Berbagai Pasta Gigi terhadap Pertumbuhan


Streptococcus mutans (Belum Dipublikasikan). 2012.
30

LAMPIRAN 1
(Sertifikat Pengujian Ekstraksi Bahan)
31

LAMPIRAN 2

(Surat Hasil Determinasi Tumbuhan)


32

LAMPIRAN 3

(Data Hasil Uji Statistik)

1. Normalitas Data Seluruh Cakram Uji

Tests of Normalityb

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
konsentrasi ekstrak
daun sirih hijau Statistic df Sig. Statistic df Sig.
zona 10 pangkat 6 ppm .385 3 . .750 3 .000
hambat
staph. 5x10 pangkat 6 ppm .385 3 . .750 3 .000
aureus 10 pangkat 7 .385 3 . .750 3 .000
kontrol positif .385 3 . .750 3 .000

2. Varians Data Seluruh Cakram Uji

Test of Homogeneity of Variances


Zonahambatrev

Levene Statistic df1 df2 Sig.

1.610 3 8 .262

3. Uji Kruskal Wallis

Ranks
konsentrasi ekstrak daun sirih hijau N Mean Rank
zona hambat 10 pangkat 6 ppm 3 5.00
staph. aureus
5x10 pangkat 6 ppm 3 8.00
10 pangkat 7 3 11.00
kontrol negative 3 2.00
kontrol positif 3 14.00
Total 15

Test Statisticsb,c
zona hambat
S.aureus
Chi-Square 13.696
Df 4
Asymp. Sig. .008
Monte Carlo Sig. .000a
Sig. 99% Confidence Lower Bound .000
Interval Upper Bound .000
33

4. Uji Mann-Whitney
Mann-Whitney Test
Ranks

konsentrasi ekstrak daun sirih hijau N Mean Rank Sum of Ranks

zona hambat 10 pangkat 6 ppm 3 2.00 6.00


staph. aureus
5x10 pangkat 6 ppm 3 5.00 15.00

Total 6

Test Statisticsc
zona hambat s.aureus
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 6.000
Z -2.023
Asymp. Sig. (2-tailed) .043
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .100a
Monte Carlo Sig. (2-tailed) Sig. .098b
99% Confidence Interval Lower Bound .091
Upper Bound .106
Monte Carlo Sig. (1-tailed) 99% Confidence Interval Lower Bound .043
Upper Bound .054
Sig. .049b

Mann-Whitney Test

Ranks
konsentrasi ekstrak daun sirih hijau N Mean Rank Sum of Ranks
zona hambat 10 pangkat 6 ppm 3 2.00 6.00
staph. aureus
10 pangkat 7 3 5.00 15.00
Total 6
34

Test Statisticsc
zona hambat staph. aureus
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 6.000
Z -2.023
Asymp. Sig. (2-tailed) .043
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .100a
Monte Carlo Sig. (2-tailed) Sig. .100b
99% Confidence Interval Lower
.093
Bound
Upper
.108
Bound
Monte Carlo Sig. (1-tailed) 99% Confidence Interval Lower
.045
Bound
Upper
.056
Bound
Sig. .050b

Mann-Whitney Test
Ranks
konsentrasi ekstrak daun sirih hijau N Mean Rank Sum of Ranks
zona hambat 10 pangkat 6 ppm 3 5.00 15.00
staph. aureus
kontrol negative 3 2.00 6.00
Total 6

Test Statisticsc
zona hambat S.aureus

Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 6.000
Z -2.121
Asymp. Sig. (2-tailed) .034
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .100a
Monte Carlo Sig. (2-tailed) Sig. .099b
99% Confidence Interval Lower Bound .091
Upper Bound .106
Monte Carlo Sig. (1-tailed) 99% Confidence Interval Lower Bound .041
Upper Bound .052
Sig. .047b
35

Mann-Whitney Test
Ranks
konsentrasi ekstrak daun sirih
hijau N Mean Rank Sum of Ranks
zona hambat 5x10 pangkat 6 ppm 3 2.00 6.00
staph. Aureus
kontrol positif 3 5.00 15.00
Total 6
c
Test Statistics
zona hambat
staph. Aureus
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 6.000
Z -2.023
Asymp. Sig. (2-tailed) .043
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .100a
Monte Carlo Sig. (2-tailed) Sig. .102b
99% Confidence Interval Lower Bound .094
Upper Bound .109
Monte Carlo Sig. (1-tailed) 99% Confidence Interval Lower Bound .043
Upper Bound .054
Sig. .048b

Mann-Whitney Test
Ranks
konsentrasi ekstrak daun sirih
hijau N Mean Rank Sum of Ranks
zona 5x10 pangkat 6 ppm 3 2.00 6.00
hambat 10 pangkat 7 3 5.00 15.00
staph.
aureus Total 6
c
Test Statistics
zona hambat staph. aureus
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 6.000
Z -2.023
Asymp. Sig. (2-tailed) .043
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .100a
Monte Carlo Sig. (2- Sig. .103b
tailed) 99% Confidence Interval Lower Bound .095
Upper Bound .110
Monte Carlo Sig. (1- 99% Confidence Interval Lower Bound .039
tailed) Upper Bound .050
Sig. .044b
36

Mann-Whitney Test
Ranks
konsentrasi ekstrak daun sirih hijau N Mean Rank Sum of Ranks
zona 5x10 pangkat 6 ppm 3 5.00 15.00
hambat kontrol negative 3 2.00 6.00
staph.
Aureus Total 6
c
Test Statistics
zona hambat
staph. aureus
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 6.000
Z -2.121
Asymp. Sig. (2-tailed) .034
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .100a
Monte Carlo Sig. (2- Sig. .100b
tailed) 99% Confidence Interval Lower Bound .092
Upper Bound .107
Monte Carlo Sig. (1- 99% Confidence Interval Lower Bound .044
tailed) Upper Bound .056
Sig. .050b

Mann-Whitney Test
Ranks
konsentrasi ekstrak daun sirih hijau N Mean Rank Sum of Ranks
zona 5x10 pangkat 6 ppm 3 2.00 6.00
hambat 10 pangkat 7 3 5.00 15.00
staph.
aureus Total 6

Test Statisticsc
zona hambat staph.
aureus
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 6.000
Z -2.023
Asymp. Sig. (2-tailed) .043
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .100a
Monte Carlo Sig. (2- Sig. .103b
tailed) 99% Confidence Interval Lower Bound .095
Upper Bound .111
Monte Carlo Sig. (1- 99% Confidence Interval Lower Bound .047
tailed) Upper Bound .059
Sig. .053b
37

Mann-Whitney Test
Ranks
konsentrasi ekstrak daun sirih hijau N Mean Rank Sum of Ranks
zona 10 pangkat 7 3 5.00 15.00
hambat kontrol negative 3 2.00 6.00
staph.
Aureus Total 6
Test Statisticsc
zona hambat staph. aureus
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 6.000
Z -2.121
Asymp. Sig. (2-tailed) .034
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .100a
Monte Carlo Sig. (2- Sig. .101b
tailed) 99% Confidence Interval Lower Bound .093
Upper Bound .109
Monte Carlo Sig. (1- 99% Confidence Interval Lower Bound .044
tailed) Upper Bound .055
Sig. .049b

Mann-Whitney Test
Ranks
konsentrasi ekstrak daun sirih hijau N Mean Rank Sum of Ranks
zona 10 pangkat 7 3 2.00 6.00
hambat
kontrol positif 3 5.00 15.00
staph.
Aureus Total 6

Test Statisticsc

zona hambat staph. aureus

Mann-Whitney U .000

Wilcoxon W 6.000

Z -2.023

Asymp. Sig. (2-tailed) .043

Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .100a

Monte Carlo Sig. .099b


Sig. (2-tailed) 99% Confidence Interval Lower Bound .091

Upper Bound .107

Monte Carlo 99% Confidence Interval Lower Bound .041


Sig. (1-tailed) Upper Bound .052

Sig. .047b
38

Mann-Whitney Test
Ranks
konsentrasi ekstrak daun sirih hijau N Mean Rank Sum of Ranks
zona kontrol negative 3 2.00 6.00
hamb
kontrol positif 3 5.00 15.00
at
staph. Total
aureu 6
s
Test Statisticsc
zona hambat staph. Aureus
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 6.000
Z -2.121
Asymp. Sig. (2-tailed) .034
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .100a
Monte Carlo Sig. (2- Sig. .100b
tailed) 99% Confidence Interval Lower Bound .092
Upper Bound .107
Monte Carlo Sig. (1- 99% Confidence Interval Lower Bound .045
tailed) Upper Bound .056
Sig. .050b

Mann-Whitney Test
Ranks
konsentrasi ekstrak daun sirih hijau N Mean Rank Sum of Ranks
zona hambat 10 pangkat 6 ppm 3 2.00 6.00
staph.
kontrol positif 3 5.00 15.00
aureus
Total 6
c
Test Statistics
zona hambat S.aureus
Mann-Whitney U .000
Wilcoxon W 6.000
Z -2.023
Asymp. Sig. (2-tailed) .043
Exact Sig. [2*(1-tailed Sig.)] .100a
Monte Sig. .105b
Carlo Sig. 99% Confidence Interval Lower Bound .097
(2-tailed)
Upper Bound .113
Monte 99% Confidence Interval Lower Bound .049
Carlo Sig. Upper Bound .060
(1-tailed)
Sig. .054b
39

LAMPIRAN 4

(Alat dan Bahan Penelitian)

Suspensi Bakteri S.aureus & Standar 0,5 MF


Laminar air flow

Inkubator Alat yang sudah disterilisasi


40

LAMPIRAN 5

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Seila Inayatullah


Tempat, Tanggal Lahir : Palembang, 23 Mei 1992
Alamat : Jl. Semangka Raya No. 2A Palembang Sumatera
Selatan
Email : syilaaa@yahoo.com
No.Telpon : 085648243295
Riwayat Pendidikan
1996 1997 : TK PDAM Tirta Musi Palembang
1997 2003 : SD Kartika Chandra II-3 Palembang
2003 2006 : Mts Plus Darul Ulum Jombang
2006 2009 : SMA Darul Ulum 2 Unggulan BPPT RSBI Jombang
2009 sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter, FKIK Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

You might also like