You are on page 1of 11

Optimasi Penurunan Nilai BOD, COD dan TSS ...

(Irmanto dan Suyata)

OPTIMASI PENURUNAN NILAI BOD, COD DAN TSS LIMBAH CAIR


INDUSTRI TAPIOKA MENGGUNAKAN ARANG AKTIF
DARI AMPAS KOPI

Irmanto dan Suyata


Program Studi Kimia Fakultas Sains dan Teknik Universitas Jenderal Soedirman
E-mail: irmpwt@yahoo.com

ABSTRACT
Activated carbon from coffee dregs for TSS, BOD and COD removal of tapioca
industrial wastewater has been developed. The research aimed to know the quality of
activated carbon from dregs of coffee as adsorbent, consist of total rendemen, water
content, ashes content and iodium adsorption; to know about the optimum contact time and
optimum pH from activated carbon on reducing BOD, COD and TSS value from tapioca
industrial wastewater and also to know about the decrease percentage of BOD, COD and
TSS value using activated carbon from dregs of coffee. Activated carbon from dregs of
coffee are activated using HCl 0,1 N and carbonization at 350C in muffle furnace. Then,
activated carbon was contacted with the tapioca industrial wastewater and used on
decreasing BOD, COD and TSS value from tapioca industrial wastewater with contact
time varieties 0, 10, 30, 60, 90 and 120 minutes and at pH varieties of wastewater 4, 5, 6,
7, 8, 9 and 10. The decreasing of BOD value was measured by Winkler method,
decreasing of COD value measured by iodometric method and decreasing of TSS value
measured by gravimetric method. The result of the research showed that the activated
carbon produced characteristic consist of rendemen 14,55%; water content 3,4%; ashes
content 1,88% and iodium adsorption 750,25 mg/g. It is indicated that the activated carbon
that is got from dregs of coffee fulfill the criteria required by SNI No. 06-3730-1995. The
result of research also showed that the activated carbon from dregs of coffee could be used
for reducing the BOD, COD and TSS value in tapioca industrial wastewater at the
optimum contact time of 30 minutes and pH 7. The optimum percentage of activated
carbon from dregs of coffee in decreasing BOD value of tapioca industrial wastewater are
33,51%; COD value 78,96% and TSS value 61,05%.

Keywords : activated carbon, tapioca wastewater, BOD, COD

PENDAHULUAN dihasilkan dari pengolahan yang tidak


Limbah industri tapioka tepat pada limbah padat dan cair.
dihasilkan dalam proses pembuatan Sedangkan limbah cair industri tapioka
tepung tapioka, pada saat pengupasan umumnya berupa suspensi berwarna
kulit, pencucian bahan baku dan pada putih kekuningan dan berbau khas ubi
proses pengendapan pati dari airnya. kayu jika masih segar, namun apabila
Limbah yang dihasilkan dapat berupa diabaikan, air limbah akan berubah
limbah padat, limbah gas dan limbah cair. warnanya menjadi abu-abu kehitaman
Limbah padat industri tapioka belum dan berbau busuk. Limbah tapioka
dirasakan dampaknya terhadap mengandung padatan tersuspensi maupun
lingkungan karena dapat dimanfaatkan terlarut dan bahan organik yang tinggi
sebagai pakan ternak, pupuk dan yang akan mengalami perubahan fisika,
campuran saus. Limbah gas tapioka kimia dan hayati sehingga menghasilkan

22
Molekul, Vol. 5, No. 1, Mei 2010 : 22 - 32

zat beracun dan menciptakan media aktif dari ampas kopi sebagai adsorben
tumbuh kembang kuman (Nurhasan dan dapat mengadsorpsi ion besi pada air
Pramudyanto, 1991). Setiap ton ubi kayu minum sampai dengan 99,34% dan arang
yang diolah menjadi tapioka akan aktif dari ampas kopi juga mampu
menghasilkan limbah cair yang cukup mengadsorpsi logam merkuri sampai
besar yaitu sebesar 14-18 m3/ton ubi kayu 99%. Berdasarkan uraian diatas, arang
(Direktorat Jenderal Industri Kecil dan aktif yang berasal dari ampas kopi
Menengah, 2007). Kandungan bahan diharapkan dapat digunakan sebagai
organik yang tinggi dan padatan adsorben yang murah dan efisien dalam
tersuspensi yang terkandung dalam menurunkan kadar BOD, COD dan TSS
limbah cair industri tapioka adalah dalam air limbah industri tapioka.
sebesar 300-400 mg/L untuk BOD, 700- Tujuan penelitian ini adalah:
800 mg/L untuk COD dan 1000-1200 Mengetahui kualitas arang aktif dari
mg/L untuk TSS (Sulistiono, 1989). ampas kopi yang meliputi kualitas
Pengendalian limbah secara rendemen, kadar air, kadar abu dan daya
cermat dan terpadu harus dilakukan oleh serap terhadap iodium, Menentukan
pelaku industri agar limbah yang waktu kontak optimum dan pH optimum
dihasilkan dapat memenuhi baku mutu arang aktif ampas kopi dalam penurunan
limbah sehingga volume limbah, nilai BOD, COD dan TSS limbah cair
konsentrasi dan toksisitas kontaminan industri tapioka, dan Menentukan
limbah dapat diminimalkan. Penanganan persentase penurunan nilai BOD, COD
limbah industri pangan yang umum dan TSS limbah cair industri tapioka
digunakan adalah dengan kolam aerobik, menggunakan arang aktif ampas kopi.
koagulasi dan lumpur aktif (Jenie dan
Rahayu, 1993). Kelemahan dari metode METODE PENELITIAN
koagulasi dan lumpur aktif adalah Bahan dan Alat
dihasilkannya lumpur kimia (sludge) Bahan yang digunakan adalah
yang cukup banyak dan diperlukan limbah cair industri tapioka, ampas kopi
pengolahan lebih lanjut (Forlink, 2000 jenis kopi robusta, larutan HCl, MnSO4,
dalam Hidayat, 2007). Pemilihan KOH, KI, NaN3, Na2S2O3, FeCl3, CaCl2,
teknologi pengolahan juga harus MgSO4, H2SO4, KMnO4, K2Cr2O7,
disesuaikan dengan karakteristik limbah H2SO4 pekat, NaOH, buffer fosfat,
yang akan diolah sehingga dapat dicari indikator amilum dan akuades.
solusi terbaik dalam pengolahan limbah Alat-alat yang digunakan adalah
yang efisien dan murah (Setiadi, 2007). alatalat gelas laboratorium, muffle
Salah satu alternatif pengolahan furnace, desikator, oven, ayakan mekanis
limbah cair industri tapioka adalah 100 mesh, cawan porselin, kertas
dengan menggunakan arang aktif. Arang Whatman nomor 40, kertas saring, neraca
aktif dapat digunakan sebagai adsorben analitik, botol Winkler, pH-meter,
karena arang aktif bersifat sangat aktif penangas air, buret dan statif.
terhadap partikel yang kontak dengan
arang aktif tersebut (Sembiring, 2003). Prosedur Penelitian
Arang aktif memiliki ruang pori yang Pembuatan arang aktif
sangat banyak dengan ukuran tertentu Ampas kopi dikeringkan dengan
yang dapat menangkap partikel yang dijemur di bawah sinar matahari, setelah
sangat halus dan menjebaknya disana. kering ampas kopi direndam dalam
Penelitian pendahuluan yang larutan pengaktif HCl 0,1 M selama 48
dilakukan Lubis dan Nasution (2002), jam dan ditiriskan, kemudian dicuci
menjelaskan bahwa penggunaan arang dengan aquades sampai netral. Ampas

23
Optimasi Penurunan Nilai BOD, COD dan TSS ... (Irmanto dan Suyata)

kopi yang sudah diaktivasi, dioven untuk dimana :


mengurangi kandungan airnya terlebih a = berat abu (g)
dahulu, dimasukkan ke dalam muffle b = berat arang kering pada saat awal (g)
furnace pada suhu 350C selama 3,5 jam.
Setelah proses pengarangan selesai, Daya serap terhadap iodium
ampas kopi dibiarkan dingin dan Arang aktif ditimbang dengan
disimpan dalam desikator. teliti sebanyak 0,5 gram dan dipindahkan
ke dalam tempat berwarna gelap dan
Karakterisasi arang aktif (SII 0258-89) tertutup, dimasukkan 50 mL larutan
Rendemen iodium 0,1 N kemudian dikocok selama
Rendemen arang aktif dihitung 15 menit lalu disaring. Filtrat dipipet
dengan cara membandingkan antara berat sebanyak 10 mL ke dalam erlenmeyer
bahan baku yang diarangkan dengan kemudian dititrasi dengan larutan natrium
berat arang aktif setelah karbonisasi. tiosulfat 0,1 N. Jika warna kuning larutan
b hampir hilang, ditambahkan indikator
Rendemen (%) = 100% amilum. Titrasi kemudian dilanjutkan
a
dimana : sampai mendapatkan titik akhir (warna
a = berat bahan baku yang biru tepat hilang).
diarangkan (g) N V
10 0,1
b = berat arang yang dihasilkan (g) Daya serap iod (mg/g) =
s
Kadar air 12,69 5
Arang aktif ditimbang sebanyak 2 dimana :
gram dimasukkan ke dalam cawan V = larutan natrium tiosulfat yang
porselin yang sebelumnya telah diperlukan (mL)
ditimbang dan diketahui beratnya. Cawan N = normalitas larutan natrium
beserta arang aktif kemudian dimasukkan tiosulfat
ke dalam oven yang diatur suhunya pada s = berat arang (g)
105C selama 3 jam, kemudian 12,69 = jumlah iod yang sesuai
didinginkan dalam desikator dan dengan 1 mL larutan natrium
ditimbang massanya. tiosulfat 0,1 N.
( a b)
Kadar air = 100% Penentuan nilai BOD, COD dan TSS
a
dalam air limbah industri tapioka
dimana :
a = berat arang awal (g) sebelum diolah (treatment) dengan
b = berat contoh setelah dikeringkan (g) arang aktif
a. Masing-masing parameter dianalisis
Kadar abu sesuai dengan metode analisis.
Arang aktif ditimbang sebanyak 2 b. Pengukuran dilakukan secara duplo.
gram dimasukkan ke dalam cawan
porselin yang telah diketahui beratnya, Penentuan waktu kontak optimum
kemudian contoh dipijarkan dalam Air limbah industri tapioka
muffle furnace pada suhu 600C selama 4 diambil sebanyak 100 mL dikontakkan
jam atau sampai semua contoh menjadi dengan 0,1 gram arang aktif dengan
abu. Cawan kemudian didinginkan dalam berbagai variasi waktu pengocokkan
desikator dan ditimbang. yaitu 2, 10, 30, 60, 90 dan 120 menit
a dengan ukuran partikel arang aktif 100
Kadar abu = 100%
b mesh. Larutan kemudian dianalisis nilai
BOD, COD dan TSS.

24
Molekul, Vol. 5, No. 1, Mei 2010 : 22 - 32

(Co C1)
% penurunan = 100%
Penentuan pH optimum Co
Air limbah industri tapioka dimana :
diambil sebanyak 100 mL dikontakkan Co = konsentrasi awal parameter
dengan 0,1 gram arang aktif pada waktu C1 = konsentrasi akhir parameter
kontak optimum dan diujikan dengan
variasi pH 4, 5, 6, 7, 8, 9 dan 10 HASIL DAN PEMBAHASAN
menggunakan HCl dan NaOH. Larutan Karakterisasi Arang Aktif
kemudian dianalisis nilai BOD, COD Karakterisasi arang aktif
dan TSS. dimaksudkan untuk mengetahui kondisi
sebenarnya dari arang aktif sehingga
Penentuan nilai BOD, COD dan TSS diharapkan arang aktif dari ampas kopi
dalam air limbah industri tapioka pada mampu berfungsi dengan baik.
berbagai variasi waktu kontak dan pH Karakterisasi arang aktif dapat
optimum setelah diolah (treatment) diperlihatkan melalui beberapa pengujian
dengan arang aktif mutu arang aktif meliputi penentuan
a. Masing-masing parameter dianalisis rendemen, kadar air, kadar abu dan daya
sesuai dengan metode analisis. serap terhadap iodium. Besarnya nilai
b. Pengukuran dilakukan secara duplo. karakterisasi arang aktif amaps kopi
Penentuan persentase penurunan kadar dapat diperlihatkan pada Tabel 1.
masing-masing parameter.
Tabel 1. Karakterisasi arang aktif
Hasil Analisis Arang Standar Mutu Arang Aktif
Parameter
Aktif SNI No. 06-3730-1995
Rendemen 14,55% -
Kadar Air 3,4% Maksimum 15%
Kadar Abu 1,88% Maksimum 10%
Daya Serap Terhadap
750,25 mg/g Minimum 750 mg/g
Iodium

Besarnya rendemen arang aktif kecil karena dihasilkan tar dalam jumlah
menunjukkan jumlah arang aktif yang yang banyak.
dihasilkan setelah melalui proses aktivasi Penetapan kadar air bertujuan
dan karbonisasi. Rendemen arang aktif untuk mengetahui sifat higroskopis arang
yang dihasilkan relatif kecil, yaitu aktif. Kadar air hasil penelitian relatif
sebesar 14,55%. Rendemen arang aktif kecil, yaitu sebesar 3,4%, kadar air ini
yang rendah dapat disebabkan oleh telah memenuhi standar kualitas arang
jumlah udara saat karbonisasi, ukuran aktif berdasarkan SNI No. 06-3730-1995
bahan baku dan suhu akhir karbonisasi. yaitu maksimum 15% untuk arang aktif
Ukuran bahan yang terlalu kecil berbentuk serbuk. Kadar air yang
memungkinkan kehilangan arang dalam diperoleh menunjukkan bahwa
jumlah yang relatif banyak karena kandungan air terikat bahan baku yang
banyak dihasilkan abu, sedangkan ukuran dikarbonisasi lebih dahulu keluar
bahan yang terlalu besar menyebabkan sebelum diaktivasi. Kadar air yang
kurang meratanya pengarangan sehingga rendah akan meningkatkan mutu arang
tidak semua bahan dapat terkarbonisasi karena meningkatkan daya serap terhadap
secara sempurna. Suhu akhir karbonisasi gas atau cairan karena dengan semakin
mempengaruhi jumlah rendemen yang kecil molekul air dalam arang aktif,

25
Optimasi Penurunan Nilai BOD, COD dan TSS ... (Irmanto dan Suyata)

halangan molekul lain untuk masuk akan air, kadar abu dan daya serap terhadap
semakin kecil. iodium, menunjukkan arang aktif yang
Penentuan kadar abu arang aktif dihasilkan pada penelitian ini cukup baik
dilakukan untuk mengetahui kandungan digunakan sebagai adsorben dalam
oksida logam atau kandungan bahan penurunan nilai BOD, COD dan TSS
anorganik dalam arang aktif. Kadar abu limbah cair industri tapioka.
pada penelitian ini adalah sebesar 2,5%.
Hasil ini telah memenuhi standar baku Penentuan Waktu Kontak Optimum
kualitas arang aktif berdasarkan SNI No. Arang Aktif dari Ampas Kopi
06-3730-1995 yaitu maksimum 10%. Terhadap Penurunan Nilai BOD, COD
Data ini menunjukkan kandungan bahan dan TSS Limbah Cair Industri
anorganik yang terdapat dalam bahan Tapioka
terdapat dalam jumlah yang rendah. Variasi waktu kontak dilakukan
Karakterisisasi lain dari arang untuk mengetahui pengaruh pengocokan
aktif adalah daya serap arang aktif pada berbagai variasi waktu kontak
terhadap larutan iodium. Uji iodium terhadap proses adsorpsi arang aktif
menurut Cherimisinoff (1978), dalam menurunkan nilai BOD, COD dan
merupakan parameter untuk mengetahui TSS limbah cair industri tapioka.
kemampuan arang aktif dalam menyerap Pengocokan itu sendiri berfungsi untuk
molekul-molekul dengan berat molekul memberi kesempatan pada partikel
kecil dan zat dalam fasa cair. Daya serap karbon arang aktif dan limbah untuk
iodium yang diperoleh adalah sebesar bersinggungan dengan adsorbat yang
750,25 mg/g. Data ini menunjukkan akan diserap.
bahwa arang aktif telah memenuhi Ukuran partikel arang aktif yang
standar baku kualitas arang aktif digunakan dalam proses adsorpsi dapat
berdasarkan SNI No. 06-3730-1995 yaitu mempengaruhi waktu kontak optimum
minimum 750 mg/g. Besarnya daya serap yang dicapai. Penelitian ini menggunakan
arang aktif terhadap iodium disebabkan ukuran partikel 100 mesh karena semakin
karena senyawa hidrokarbon yang kecil ukuran partikel arang aktif maka
tertinggal pada permukaan arang semakin besar luas permukaan arang
terbuang pada saat proses aktivasi aktif yang tersedia untuk mengadsorpsi
sehingga permukaan arang menjadi aktif. limbah cair industri tapioka sehingga
Berdasarkan banyaknya rendemen, kadar proses adsorpsi lebih cepat terjadi.

Tabel 2. Persentase adsorpsi arang aktif ampas kopi pada variasi ukuran partikel
Ukuran partikel (mesh) Persentase adsorpsi (%)
100 99,4
40 92,8
30 61,2
Sumber : Lubis dan Nasution (2002)

Adsorpsi limbah oleh arang aktif waktu kontak optimum pada waktu
dari ampas kopi dengan ukuran partikel kontak 30 menit seperti ditunjukkan pada
100 mesh pada variasi waktu kontak Gambar 1.
2,10, 30, 60, 90, 120 menit mencapai

26
Molekul, Vol. 5, No. 1, Mei 2010 : 22 - 32

Persentase penurunan (%)


90
80
70
60 BOD
50 COD
40
30 TSS
20
10
0
0 30 60 90 120
Waktu kontak (menit)

Gambar 1. Kurva persentase penurunan nilai BOD, COD dan TSS limbah cair industri
tapioka pada berbagai variasi waktu kontak

Gambar 1. menunjukkan bahwa ke-30 sampai menit ke-90 dikarenakan


arang aktif dari ampas kopi dapat arang aktif telah jenuh oleh molekul
digunakan untuk mengadsorpsi BOD, teradsorpsi sehingga apabila waktu
COD dan TSS limbah cair industri pengocokan arang aktif terhadap limbah
tapioka. Pada menit ke-2 sampai menit cair industri tapioka diperpanjang
ke-30 terjadi peningkatan persentase walaupun dengan tekanan yang
penurunan BOD, COD dan TSS limbah diperbesar tidak akan meningkatkan
cair industri tapioka karena arang yang jumlah molekul yang teradsorpsi namun
sudah diaktifkan permukaannya menjadi arang aktif yang telah menyerap limbah
lebih luas karena telah bebas dari deposit secara optimal akan melepas kembali
hidrokarbon dan pori-porinya telah adsorbatnya ke larutan blanko atau
terbuka sehingga mampu mengadsorpsi limbah. Hal ini karena permukaan
limbah cair industri tapioka (Lubis dan adsorben yang telah diisi oleh molekul
Nasution, 2002). Proses adsorpsi akan teradsorpsi telah tertutup sempurna
terus berlangsung hingga dicapai waktu sehingga apabila waktu kontaknya
kontak optimum, dimana terjadi diperpanjang, sudah tidak ada permukaan
penyerapan limbah paling besar oleh adsorben yang bebas sehingga molekul
arang aktif, yaitu pada waktu kontak 30 adsorbat akan lepas kembali ke larutan
menit. Pada saat waktu kontak optimum blanko. Pada saat demikian dicapai waktu
tercapai, semua permukaan arang aktif kontak setimbang antara arang aktif
telah tertutup oleh adsorbat berupa sebagai adsorben dan limbah sebagai
limbah cair industri tapioka. Hal ini adsorbatnya. Pada proses adsorpsi arang
sesuai dengan teori adsorpsi Langmuir aktif dari ampas kopi dengan adsorbat
yang menyatakan bahwa kecepatan limbah cair industri tapioka terjadi proses
adsorpsi pada permukaan berbanding adsorpsi fisik, dimana terdapat gaya
lurus dengan bagian permukaan adsorben tarik-menarik antara adsorben arang aktif
atau sisi aktif yang tidak diisi oleh dari ampas kopi dan adsorbat berupa
molekul yang teradsorpsi. limbah cair, sehingga adsorbat dapat
Persentase penurunan BOD, COD dengan bebas menutupi keseluruhan
dan TSS limbah cair industri tapioka permukaan padatan.
mengalami penurunan setelah diperoleh
waktu kontak optimum yaitu pada menit

27
Optimasi Penurunan Nilai BOD, COD dan TSS ... (Irmanto dan Suyata)

Penentuan pH Optimum Arang Aktif (BOD) didefinisikan sebagai banyaknya


dari Ampas Kopi Terhadap oksigen yang diperlukan oleh organisme
Penurunan Nilai BOD, COD dan TSS pada saat pemecahan bahan organik pada
Limbah Cair Industri Tapioka Pada kondisi aerobik, dimana organisme hidup
Waktu Kontak Optimum bertindak sebagai medium untuk
Penentuan pH optimum dilakukan menguraikan bahan organik menjadi CO2
pada berbagai variasi pH limbah cair dan H2O. Pengukuran BOD pada
industri tapioka yaitu pH 4, 5, 6, 7, 8, 9 penelitian ini adalah dengan
dan 10 dengan menggunakan waktu menggunakan metode titrasi Winkler
kontak optimum 30 menit. Pengaturan yang didasarkan pada oksigen dalam
pH dilakukan dengan cara penambahan sampel yang akan mengoksidasi MnSO4
HCl 0,1 N dan NaOH 0,1 N. pH awal menjadi endapan MnO2, dengan adanya
limbah cair industri tapioka sebelum penambahan H2SO4 dan KI akan
diolah dengan menggunakan arang aktif dibebaskan iodin yang ekuivalen dengan
adalah berkisar pada pH asam 3,5 - 4,0. jumlah oksigen terlarut (Alaerts dan
Santika, 1991). Reaksi yang terjadi
Biochemical Oxygen Demand (BOD) adalah sebagai berikut :
Biochemical Oxygen Demand

MnSO4 + 2 KOH Mn(OH)2 + K2SO4


1
Mn(OH)2 + O2 MnO2 + H2O
2
MnO2 + 2 KI + 2 H2O Mn(OH)2 + I2 + 2 KOH
pHrendah

2 2
I2 + 2S 2 O3 S 4 O6 + 2 I -

Besarnya nilai BOD dihitung dari kemungkinan adanya gangguan dari hasil
selisih kadar oksigen sebelum dan oksidasi ammonia (NH3) yang cukup
sesudah inkubasi selama 5 hari pada suhu tinggi yang dapat mengganggu dalam
20C, karena persentase reaksi dari total pengukuran BOD. Besarnya penurunan
reaksi BOD mencapai 75% dari total BOD limbah cair industri tapioka dengan
reaksi pada waktu inkubasi 5 hari. adsorben arang aktif ampas kopi terhadap
Pengukuran BOD dapat dipergunakan berbagai variasi pH pada waktu kontak
untuk menaksir beban pencemaran zat optimum 30 menit dapat dilihat pada
organik. Penentuan waktu inkubasi Gambar 2.
selama 5 hari dapat mengurangi

28
Molekul, Vol. 5, No. 1, Mei 2010 : 22 - 32

40

Persentase penurunan (%)


35
30
25
20 BOD (mg/L)
15
10
5
0
4 5 6 7 8 9 10

pH

Gambar 2. Kurva persentase penurunan nilai BOD limbah cair industri tapioka pada
berbagai variasi pH pada waktu kontak optimum.

Gambar 2 menunjukkan bahwa biologis dengan nilai BOD rendah. Nilai


setelah mengalami pengolahan dengan BOD yang rendah menunjukkan jumlah
menggunakan adsorben arang aktif dari bahan organik dalam limbah terdapat
ampas kopi, nilai BOD limbah cair dalam jumlah yang kecil dan kebutuhan
industri tapioka mengalami penurunan oksigen untuk menguraikan bahan
sebesar 27-37% dari limbah awal. Pada organik semakin kecil pula.
pengolahan menggunakan pH asam, Persentase penurunan nilai BOD
persentase penurunan nilai BOD pada pengolahan menggunakan pH basa
cenderung lebih rendah daripada pada pH menunjukkan peningkatan kembali,
netral, proses adsorpsi limbah oleh arang dimana proses adsorpsi limbah oleh
aktif yang terjadi juga berkurang. Hal ini arang aktif lebih rendah daripada proses
disebabkan karena pengolahan limbah adsorpsi pada pemgolahan pada pH
pada keadaan asam menyebabkan netral, hal ini disebabkan karena pada
kepekatan oksigen terlarut rendah karena keadaan basa, radikal OH yang terbentuk
oksigen digunakan untuk oksidasi bahan- pada penambahan NaOH dapat
bahan organik dalam limbah cair industri memperbanyak senyawa organik yang
tapioka, sedangkan kepekatan BOD-nya dioksidasi sejalan dengan bertambahnya
tinggi, yang menunjukkan bahan-bahan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk
organik dalam air limbah terdapat dalam mendekomposisi senyawa organik. Hal
jumlah yang banyak. ini menyebabkan nilai BOD akan
Persentase penurunan nilai BOD mengalami kenaikkan.
terbesar diperoleh pada pengolahan
dengan menggunakan pH 7 yaitu sebesar Chemical Oxygen Demand (COD)
37,92%. Hal ini disebabkan karena pada Prinsip pengukuran nilai COD
pengolahan menggunakan pH 7 terjadi adalah zat organik dalam limbah
adsorpsi limbah oleh arang aktif secara dioksidasi oleh pengoksidasi KMnO4
maksimal yang dibantu oleh dalam keadaan asam yang mendidih. Sisa
mikroorganisme dalam mendekomposisi KMnO4 dalam larutan kemudian
bahan organik limbah sehingga nilai digunakan untuk menentukan jumlah
BOD akan berkurang. Pengolahan limbah oksigen yang terpakai dengan titrasi
menggunakan pH netral memungkinkan iodometri menggunakan tiosulfat dan
kehidupan biologis dalam limbah indikator amilum.
berjalan dengan baik sehingga senyawa Pengukuran COD juga melibatkan
organik dapat terdegradasi secara penambahan HgSO4 yang bertujuan

29
Optimasi Penurunan Nilai BOD, COD dan TSS ... (Irmanto dan Suyata)

untuk menghilangkan adanya gangguan organik. Reaksi yang terjadi adalah


dari ion klorida. Ion merkuri akan sebagai berikut :
bergabung dengan ion klorida Hg2+ + 2 Cl- HgCl2
membentuk merkuri klorida. Sehingga Pengukuran COD limbah cair
dengan adanya ion Hg2+ ini, konsentrasi industri tapioka pada berbagai variasi pH
dari ion klorida menjadi sangat kecil dan dengan waktu kontak optimum 30 menit
tidak mengganggu oksidasi senyawa dapat diperlihatkan pada Gambar 3.

82
Persentase penurunan (%)

80
78
76
74
72 COD (mg/L)
70
68
66
64
62
4 5 6 7 8 9 10
pH

Gambar 3. Kurva persentase penurunan nilai COD limbah cair industri tapioka pada
berbagai variasi pH pada waktu kontak optimum.

Data pada Gambar 3 diperoleh persentase penurunan COD


menunjukkan bahwa pada pengolahan yang terbesar, yaitu sebesar 80,58%.
limbah cair industri tapioka dengan Pengolahan pada pH netral menunjukkan
menggunakan pH asam dan basa terjadi proses adsorpsi limbah oleh arang
mempunyai nilai COD yang masih tinggi aktif secara maksimal. Proses adsorpsi ini
dibandingkan pengolahan dengan dibantu dengan adanya oksidator kuat
menggunakan pH 7. Pada pengolahan KMnO4 yang membantu mempercepat
dengan menggunakan pH asam, nilai proses dekomposisi bahan organik dalam
COD mengalami kenaikan yang limbah sehingga dicapai penurunan nilai
disebabkan karena proses adsorpsi COD yang maksimal. Pada pengolahan
limbah oleh arang aktif belum maksimal limbah dengan menggunakan pH basa
dan oksigen dalam air cukup untuk dapat menunjukkan persentase penurunan COD
mengoksidasi bahan organik dalam yang rendah, sehingga proses adsorpsi
limbah. Serupa dengan pengukuran BOD, pada pH basa berkurang dibandingkan
dengan tingginya kandungan bahan pada pH netral, hal ini disebabkan karena
organik yang terdapat dalam limbah cair dengan penambahan NaOH

industri tapioka maka kebutuhan oksigen menyebabkan radikal OH yang terbentuk
untuk mengoksidasi secara kimia juga memperbanyak senyawa organik yang
semakin besar sehingga proses degradasi dioksidasikan sehingga jumlah oksigen
senyawa yang terdapat dalam limbah yang dibutuhkan untuk mendekomposisi
berjalan lamban. senyawa organik limbah dibutuhkan
Pengolahan limbah dengan pH dalam jumlah yang besar.
netral menunjukkan proses adsorpsi
limbah oleh arang aktif maksimal dan

30
Molekul, Vol. 5, No. 1, Mei 2010 : 22 - 32

Total Suspended Solid (TSS) dibandingkan dengan pengolahan limbah


Hasil pengukuran TSS pada pada pH 7, yaitu sebesar 63,54%.
berbagai variasi pH pada waktu kontak Penurunan nilai TSS pada berbagai
optimum menunjukkan persentase variasi pH pada waktu kontak optimum
penurunan yang kecil pada pengolahan dapat ditunjukkan pada Gambar 4.
dengan pH asam maupun pada pH basa

66
Persentase penurunan (%)

64
62
60
58
TSS (mg/L)
56
54
52
50
48
4 5 6 7 8 9 10
pH

Gambar 4. Kurva persentase penurunan nilai TSS limbah cair industri tapioka pada
berbagai variasi pH pada waktu kontak optimum.

Gambar 4 menunjukkan bahwa Secara keseluruhan, nilai BOD,


pengolahan TSS pada pH asam COD dan TSS limbah cair industri
menghasilkan penurunan nilai TSS yang tapioka dapat diturunkan dengan metode
kecil karena proses adsorpsi yang adsorpsi arang aktif dengan waktu kontak
berlangsung belum maksimal, karena optimum 30 menit dan pada pH optimum
pengolahan pada pH asam dapat 7. Persentase penurunan nilai BOD, COD
mendegradasi senyawa-senyawa organik dan TSS ditujukan untuk melihat
yang akan menyebabkan zat tersuspensi seberapa besar kekuatan adsorpsi arang
menjadi terlarut. Hal ini akan aktif dari ampas kopi dalam menurunkan
berlangsung sampai dicapai pH optimum, nilai BOD, COD dan TSS limbah cair
dimana dicapai proses adsorpsi yang industri tapioka pada waktu kontak
maksimal yaitu pada pH 7 karena pada optimum dan pada pH optimum.
pH netral proses degradasi senyawa Persentase penurunan BOD, COD dan
organik dan anorganik berlangsung TSS limbah cair industri tapioka setelah
secara optimum menyebabkan zat-zat dilakukan pengolahan limbah pada waktu
tersuspensi terlarut kembali dalam jumlah kontak optimum 30 menit dan pH
yang banyak, yang akan dapat optimum 7, secara berturut-turut nilainya
meningkatkan persentase penurunan nilai adalah sebesar 33,51%; 78,96%; 61,05%.
TSS. Namun apabila pH dinaikkan Dilihat dari persentase penurunan ketiga
dengan penambahan basa NaOH, proses parameter tersebut, metode arang aktif
adsorpsi arang aktif terhadap limbah akan dari ampas kopi ini cukup efektif dalam
berkurang sebagai akibat terbentuknya menurunkan parameter pencemaran air.
hidroksida-hidroksida yang sukar larut,
sehingga TSS akan naik, dibuktikan
dengan tingkat kekeruhan yang tinggi.

31
Optimasi Penurunan Nilai BOD, COD dan TSS ... (Irmanto dan Suyata)

KESIMPULAN Purwokerto (Tidak


Berdasarkan penelitian yang telah Dipublikasikan).
dilakukan dapat diambil kesimpulan Jenie, B. S. L. dan W. P. Rahayu, 1993,
sebagai berikut : Penanganan Limbah Industri
1. Kualitas arang aktif dari ampas kopi Pangan, Penerbit Kanisius,
yang diperoleh meliputi rendemen Yogyakarta.
sebesar 14,55%; kadar air sebesar
3,4%; kadar abu sebesar 1,88% dan Lubis, S. dan R. Nasution, 2002,
daya serap terhadap iodium sebesar Pemanfatan Limbah Bubuk
750,25 mg/g. Kopi Sebagai Adsorben Pada
2. Waktu kontak optimum dan pH Penurunan Kadar Besi (Fe
optimum arang aktif dari ampas kopi Anorganik) Dalam Air Minum,
dalam penurunan nilai BOD, COD Jurnal Natural Vol.2, No.2.
dan TSS limbah cair industri tapioka Nurhasan dan B. Pramudyanto, 1991,
adalah pada waktu kontak 30 menit Penanganan Air Limbah Pabrik
dan pH 7. Tahu, Yayasan Bina Karya
3. Persentase penurunan nilai BOD, Lestari, Jakarta.
COD dan TSS limbah cair industri
tapioka dengan menggunakan arang Sembiring, M. T. dan T. S. Sinaga, 2003,
aktif dari ampas kopi pada waktu Arang Aktif (Pengenalan dan
kontak optimum dan pH optimum, Proses Pembuatannya) , USU
adalah BOD sebesar 33,51%; COD Press, Sumatera Utara.
sebesar 78,96% dan TSS sebesar Setiadi, T, 2007, Pengelolaan Limbah
61,05%. Industri,
http://www.majarikanayakan.co
DAFTAR PUSTAKA m/ 2008/01/teknologi-
Alaerts, G. dan S. S. Santika, 1991, pengolahan-air-limbah/,
Metoda Penelitian Air, Usaha Diakses pada tanggal 4 Januari
Nasional, Surabaya. 2008.
Cheremisinoff dan A. C. Morresi, 1978, SII, 1989, Syarat Mutu Arang Aktif,
Carbon Adsorption Departemen Perindustrian RI,
Applications, Carbon Jakarta.
Adsorption Handbook, Ann Sulistiono, S. Santoso, T.
Arbor Science Publishers, Inc., Sudibyaningsih, E. Riwidiharto
Michigan. dan Soeharyanto, 1989, Uji
Direktorat Jenderal Industri Kecil dan Biologi Air Limbah Industri
Menengah, 2007, Pengelolaan Tapioka terhadap Ikan Tawes
Limbah Industri Pangan, (Puntius javanicus Blkr),
Departemen Perindustrian, Laporan Penelitian, Fakultas
Jakarta. Biologi Universitas Jenderal
Soedirman, Purwokerto (Tidak
Hidayat, S. A, 2007, Penurunan Nilai Dipublikasikan).
TSS, BOD dan COD Limbah
Cair Industri Tahu
Menggunakan Sistem Zeolit
Teraktivasi dan Terimpregnasi
TiO2, Skripsi, Universitas
Jenderal Soedirman.

32

You might also like