Professional Documents
Culture Documents
Hernia merupakan salah satu bentuk kelainan dimana terjadi protrusi atau penonjolan isi suatu
rongga melalui dinding sekitarnya yang lemah. Hernia terdiri dari isi, kantong, dan cincin
hernia. Hernia dapat diklasifikasikan menurut proses, lokasi, dan sifat hernia tersebut.2
Hernia Diafragmatika adalah penonjolan organ perut ke dalam rongga dada melalui suatu
lubang pada diafragma. Diafragma adalah sekat yang membatasi rongga dada dan rongga
perut.1,2
2. Non-Traumatika:
a. Kongenital
- Hernia Morgagni atau Para sternalis: celah dibentuk perlekatan diafragma pada
costa dan sternum
b. Akuisita
Hernia diafragmatika terjadi sebagai akibat defek trauma atau kongenital pada diafragma.
Gejala dan prognosisnya tergantung pada lokasi defek dan anomali yang menyertainya. Istilah
hernia kongenital diafragmatika (HKD) menjadi sinonim dengan herniasi melalui foramen
posterolateral Bochdalek. Lesi ini biasanya terdapat pada distres respirasi berat pada masa
neonatus, yang disertai dengan anomali sistem organ lain dan mempunyai mortalitas yang
berarti (40-50%).3
2.2 Etiologi
Penyebab pasti hernia masih belum diketahui. Ruptur diafragma traumatik dapat terjadi
karena cedera tajam atau cedera tumpul. Pada trauma tumpul abdomen, penyebab paling sering
adalah akibat kecelakaan sepeda motor, hal ini menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan
intra abdominal yang dilanjutkan dengan adanya ruptur pada otot otot diafragma. Pada
neonatus hernia ini disebabkan oleh gangguan pembentukan diafragma. Seperti diketahui
diafragma dibentuk dari 3 unsur yaitu membran pleuroperitonei, septum transversum dan
pertumbuhan dari tepi yang berasal dari otot-otot dinding dada. Gangguan pembentukan itu
dapat berupa kegagalan pembentukan sebagian diafragma, gangguan fusi ketiga unsur dan
gangguan pembentukan otot. Pada gangguan pembentukan dan fusi akan terjadi lubang hernia,
sedangkan pada gangguan pembentukan otot akan menyebabkan diafragma tipis dan
menimbulkan eventerasi.3
Gambar 1. Diafragma
2.3 Epidemiologi
Laporan hernia kongenital diafragmatika bervariasi dari 1:5000 kelahiran hidup sampai 1:2000
jika lahir mati dimasukkan dengan perbandingan laki laki dan perempuan 1,5 :1. Defek lebih
sering terjadi pada sisi kiri (70-85%) dan kadang 5% bilateral. Malrotasi dan hipoplasia pulmo
sebenarnya terjadi pada semua kasus dan diperkirakan merupakan komponen lesi dan tidak
terkait anomali.2
2.4 Patofisiologi
Gangguan fusi bagian sternal dan bagian kostal diafragma di garis median mengakibatkan
defek yang disebut foramen Morgagni. Tempat ini dapat menjadi lokasi hernia retrosternal
yang disebut juga hernia parasternalis. Hernia retrosternal ini hanya sekitar 10% dari semua
kasus hernia diafragmatika dan jarang menimbulkan masalah selama usus halus masuk ke
mediastinum pelan-pelan.2
Tujuh puluh sampai delapan puluh persen (70-80%) merupakan hernia posterolateral melalui
foramen Bochdalek yang terbentuk akibat kegagalan penutupan kanalis pleuroperitoneal pada
10 minggu kehidupan janin. Usus halus, gaster, limpa, serta sebagian kolon transversum dari
rongga peritoneal dapat masuk ke rongga toraks (90% sebelah kiri). Selanjutnya paru-paru di
rongga toraks yang bersangkutan tidak berkembang (hipoplasi) dan tidak berfungsi baik pada
waktu lahir.3
Gambar 2. Defek diafragma pada, A. hernia bochdalek, B. hernia morgagni dan C. hernia
sentral
Organ abdomen yang dapat mengalami herniasi antara lain gaster, usus halus, kolon,
lien dan hepar. Hernia diafragmatika akan menyebabkan gangguan kardiopulmoner karena
terjadi penekanan paru dan terdorongnya mediastinum ke arah kontralateral.2,3
Pada literatur disebutkan gejala yang timbul pada hernia diafragmatika antara lain sebagai
berikut:
3. Suara nafas tidak terdengar pada paru karena terdesak isi perut.
4. Bunyi jantung di daerah yang berlawanan karena terdorong oleh isi perut.
Eventrasio Diafragmatika
Eventrasio diafragma ialah kelainan diafragma berupa elevasi abnormal dari satu
diafragma yang utuh. Kesinambungan diafragma yang utuh ini membedakan eventrasio
diafragma dari hernia diafragma.
Diagnosis prenatal bisa dilakukan dengan sonografi maternal resolusi tinggi, CT-scan,
atau MRI. Setelah lahir, pada foto polos dada secara frontal dan lateral tampak gambaran garis
melengkung yang utuh dengan elevasi bermakna pada kubah diafragma.
Indikasi relatif untuk operasi pada bayi dengan eventrasio diafragma kongenital ialah
adanya elevasi bermakna pada hemidiafragma yang mengakibatkan gangguan pertumbuhan
paru ipsilateral. Tujuan tatalaksana operasi ialah untuk mengembalikan diafragma ke posisi
normal, untuk mengurangi kompresi paru sehingga dapat terjadi pertumbuhan paru yang
normal.2
Analisa gas darah dapat dilakukan untuk menentukan adanya asidosis respiratorik
akibat distress nafas, analisa gas darah juga dapat digunakkan sebagai indikator sederhana
untuk menilai derajat hipoplasia paru dan dapat dikatakan hipoplasia paru berat jika kada PCO2
diatas 50 torr.
b. Perut skapoid
c. Deviasi garis endotrakeal tube, nasogastrik tube.6
Gambar 5. Foto toraks hernia diafragmatika. Terlihat perselubungan udara dinding usus halus mengisi
ruang toraks sinistra.
Gambar 6. Foto toraks AP hernia Morgagni. Terlihat
perselubungan udara dan dinding usus halus di rongga toraks.
2.9 Penatalaksanaan
Tata laksana hernia diafragmatika optimal harus memperhatikan berbagai hal yang terkait
dengan kelainan di bawah ini.
1. Proses persalinan dan unit perawatan intensif neonatus. Bayi harus dilahirkan di pusat
kesehatan yang memiliki sarana bedah anak dan perinatologi yang memadai. Secara
umum sarana yang diperlukan adalah intubasi endotrakeal dan pemakaian ventilasi
mekanik serta pemasangan pipa nasogastrik untuk dekompresi.
2. Stabilisasi perioperatif. Pada hernia diafragmatika terdapat paru yang hipoplastik dan
hipertensi pulmonal sehingga dipertimbangkan pembedahan ditunda dimana umur rata
rata untuk dilakukan pembedahan adalah sekitar 72 jam.
2.10 Komplikasi
Jika hernianya besar, biasanya paru-paru pada sisi hernia tidak berkembang secara
sempurna. Setelah lahir, bayi akan menangis dan bernafas sehingga usus segera terisi oleh
udara. Terbentuk massa yang mendorong jantung sehingga menekan paru-paru dan terjadilah
sindroma gawat pernafasan. Sedangkan komplikasi yang mungkin terjadi pada penderita hernia
diafragmatika tipe Bockdalek antara lain 20 % mengalami kerusakan kongenital paru-paru.8
Gambar.7 A Tampak gambaran usus pada hemithorax kiri, mediastinum tergeser ke sisi
kontralateral dan ruang paru menyempit. D, Pada autopsy ditemukan hipoplasia paru kiri
berat dan hipoplasia sedang pada paru kanan.
2.11 Prognosis
Prognosis sangat bergantung pada kondisi paru-paru. Mortalitas mencapai 50% pada
neonatus yang pada hari pertama kelahiran menunjukkan sindrom distres respirasi berat. Pada
kasus dengan sindrom distres respirasi ringan dan neonatus dapat mencapai umur 3 hari
pertama, umumnya dapat tertolong 100%. Prognosis buruk bila paru-paru sangat hipoplastik
dan dengan resusitasi tidak terdapat perbaikan saturasi oksigen darah.