You are on page 1of 14

MATERI PELATIHAN

Home

Thursday, 19 July 2012


TEKNIK LOBBY , DIPLOMASI DAN NEGOSIASI

Kegiatan lobby sebenarnya adalah kegiatan sehari-hari yang tidak dapat terlepas dari kehidupan
manusia. Selama manusia itu melakukan proses komunikasi dengan orang lain maka disitulah kegiatan
lobby itu terjadi dan kadang kala kita juga melakukannya tanpa kita sadari.
Seperti halnya dalam komunikasi, maka dalam lobby juga terdapat unsur-unsur utama yaitu sumber
(source), pesan (message), saluran (channel), penerima (receiver) dan efek (effect) serta umpan balik
(feed back).
Proses komunikasi yang terjadi dalam kegiatan lobby harus bersifat dua arah (sirkular). Dua pihak
yang melakukan komunikasi sama-sama mempunyai hak untuk bicara dan didengarkan. Keduanya
mempunyai tujuan komunikasi dan ingin mencapainya.
Tujuan dari setiap proses komunikasi adalah :

1. Menciptakan pengertian yang sama atas setiap pesan dan simbol yang disampaikan,

2. Merangsang pemikiran pihak penerima untuk memikirkan pesan dan rangsang yang diterimanya,

3. Melakukan sesuatu tindakan yang selaras dengan pesan tersebut, yaitu untuk melakukan atau
tidak melakukan sesuatu.

Kemampuan berkomunikasi merupakan otak dari sebuah lobbying maupun negosiasi. Kemampuan
berkomunikasi yang baik akan dapat membawa anda untuk dikenal oleh orang lain, dapat membuat satu
jalinan persahabatan dan menciptakan satu hubungan antar manusia yang memuaskan.
Menjadi seseorang yang mampu untuk berkomunikasi dengan baik adalah menjadi seorang yang
mampu untuk menjadi pengirim dan penerima berita yang dapat menunjang suatu hubungan pribadi lebih
baik. Pengirim dan penerima pesan adalah sosok yang mempunyai kebutuhan, keinginan, tujuan dan cara
dalam melihat dunia ini berlainan sama sekali.
Seseorang dikatakan mampu berkomunikasi jika:

1. Mampu merangkai kata menjadi sebuah kalimat yang benar-benar mewakili apa yang dipikirkan,
apa yang dirasakan

2. Mampu menyampaikan dengan benar dan tepat, sesuai dengan siapa dia berbicara, dimana, kapan
(waktu) dan dalam suasana formal atau informal

3. Mampu menangkap respon pihak yang diajak bicara

4. Mampu menanggapi respon dengan benar dan tepat

Pengertian Lobby

Pada awalnya lobby hanya dikatakan sebagai sebuah serambi sebelum masuk ke ruang utama.
Lobby adalah sebuah tempat yang nyaman dan tenang terletak di hotel-hotel dan tempat-tempat
pertemuan. Tempat tersebut sesuai sebagai tempat untuk mengadakan pembicaraan dan pendekatan antara
pihak-pihak yang melakukan pertemuan.
Dalam perkembangannya lobby dimaknai sebagai pendekatan (approach). Lobby adalah
pendekatan awal yang menjurus ke suatu tujuan yang menguntungkan, baik satu ataupun kedua belah
pihak . Kegiatan lobby tidak hanya diperlukan oleh individu untuk memperoleh apa yang menguntungkan
dari pihak lain, tetapi juga diperlukan bagi kepentingan suatu organisasi. Bagi suatu organisasi kegiatan
melobby diperlukan demi suksesnya pelaksanaan rencana-rencana. Disini fungsi agensi-agensi
pemerintah sangat diperlukan dalam memberikan izin usaha, hak paten yang sifatnya memudahkan dan
menguntungkan organisasi. Dalam kondidi ini lobby adalah proses penyampaian argumentasi
argumentasi yang bersifat mendukung posisi organisasi kepada pejabat. Dalam sebuah bisnis, lobby
merupakan permulaan dari sebuah negosiasi. Tetapi dalam proses negosiasi, lobby sering digunakan
untuk mengatasi tahap-tahap negosiasi yang mengalami jalan buntu dan tidak menemukan kata sepakat.
Jika negosiasi sampai pada tahap ini, saat jeda bisa dimanfaatkan negosiator untuk melakukan
pendekatan-pendekatan ulang, agar menemukan titik temu ke arah sepakat.
Lobby dilakukan dengan tujuan untuk mempengaruhi secara persuasive agar pihak lain mau
memenuhi keinginan dan tujuan pihak yang melobby. Kegiatan lobby ini bisa menambah jaringan koneksi
di beberapa sector, sekaligus keberhasilan lobby dipengaruhi seberapa banyak dan luas jaringan yang
dimiliki. Lobby lebih efektif jika dilakukan dalam suasana informal, karena itu lobby diartikan juga
sebagai kegiatan yang bersifat informal dan tidak resmi.
Kegiatan lobby dapat dilakukan secara individual maupun kelompok dengan sasaran lobby juga
bisa individu yang berpengaruh, kelompok, lembaga pemerintahan (legislative, eksekutif maupun
yudikatif) dan lembaga/organisasi non pemerintah dan, perusahaan swasta. Lobby memiliki manfaat
untuk memberikan pengertian yang menyeluruh mengenai sebuah tujuan baik individu maupun
perusahaan, kegiatan ini bisa dimanfaatkan untuk menyamakan persepsi mengenai banyak hal yang
berkaitan dengan keinginan dan tujuan masing-masing. Dari lobby kemudian juga bisa ditemukan
peluang-peluang yang bisa dimanfaatkan kedua belah pihak yang diteruskan lewat kegiatan negosiasi
yang akhirnya bisa menguntungkan bagi kedua belah pihak.
Pengertian Negosiasi
Negosiasi adalah suatu proses untuk mendapatkan sesuatu yang pada saat itu tidak menjadi milik
kita. Proses negosiasi tanpa kita sadari telah terlibat dengannya, sepanjang hidup kita, hanya kita tidak
menyadari bahwa kita sedang berada di tengah-tengah proses negosiasi. Dalam bernegosiasi sikap kita
akan mempengaruhi sasaran kita, karena itu bersikap positif dalam bernegosiasi adalah hal yang mutlak
diperlukan.
Dalam sebuah negosiasi kedua belah pihak pasti menginginkan kemenangan. Negosiasi dikatakan
berhasil jika berakhir dengan kedua belah pihak mendapatkan apa yang diinginkan (Win Win). Bila
seorang negosiator menanggapi satu situasi dengan pikiran saya harus menang dan saya tidak perduli
dengan kondisi lawan. Maka disitulah sebetulnya bencana sudah diambang pintu.
Konsep negosiasi sama-sama menang tidaklah selalu didasarkan kepada pertimbangan etika. Jika
kedua belah pihak yang berbisnis puas dengan keputusan yang ditempuh akan menjadikan mereka lebih
bersedia untuk bekerja sama di masa datang. Pihak-pihak yang terlibat dalam proses negosiasi
mempunyai hak dan kedudukan yang sama (equality), tidak ada satu pihak merasa lebih tinggi dari pihak
yang lain.
Keberhasilan sebuah negosiasi dapat dicapai dengan kerjasama (cooperative). Ada keinginan untuk
mencari titik temu dari perbedaan-perbedaan yang pasti muncul selama proses negosiasi. Negosiasi
sebaiknya sebagai sarana menjalin hubungan jangka panjang. Ada keyakinan bahwa sesuatu yang berarti
bagi kita tentu berarti pula bagi lawan. Semua yang dilakukan hanya untuk memperlancar negosiasi.
Negosiasi merupakan sebuah proses dimana terdapat dua pihak yang memiliki keinginan,
kepentingan-kepentingan yang berbeda tetapi sama-sama memiliki keinginan untuk duduk bersama dalam
rangka mendapatkan kesepakatan. Ada baiknya kita memahami mengapa seseorang ingin melakukan
negosiasi. Negosiasi dilakukan dengan beberapa alasan yaitu:
a. Pihak kita menginginkan sesuatu yang saat ini masih berada dalam control pihak mitra negosiasi
b. Pihak mitra negosiasi pun menginginkan sesuatu yang ada dalam control kita
c. Untuk mendapatkan kesepakatan yang saling menguntungkan
d. Untuk menyelesaikan permasalahan dan mencari titik temu
e. Supaya bisnis atau usahanya bisa tetap bertahan
Proses negosiasi melalui beberapa tahap walaupun tidak kaku yaitu tahap penawaran (offering),
tahap penjualan (selling), tahap bargaining (tawar menawar) dan tahap negosiasi. Seorang negositor yang
baik memiliki beberapa persyaratan yaitu :
a. Konsisten dan tetap teguh pada tujuan yang ingin dicapai
b. Strategis dan menguasai keadaan
c. Berpikir kreatif
d. Komunikatif dan bisa melakukan komunikasi persuasive
Terdapat beberapa anggapan yang berkaitan dengan negosiator yang baik yaitu negosiator yang
baik selalu dan pasti sukses 100 %, negosiator yang handal terbiasa dan selalu mengambil resiko dan
negosiator yang hebat hanya mengandalkan intuisi. Beberapa hal tersebut merupakan anggapan yang
mungkin selama ini dijadikan suatu yang memang harus dimiliki oleh seorang negosiator. Sebetulnya
keberhasilan seorang negosiator sangat ditentukan oleh persiapan yang dilakukan, teknik-teknik negosiasi
yang dimiliki ditambah pengalaman bernegosiasi sebelumnya dan yang tidak boleh diremehkan adalah
sikap negosiator selama proses negosiasi, karena manusia adalah salah satu dimensi negosiasi yang sangat
dinamis, dan menentukan iklim negosiasi.
Negosiasi sering kali gagal bukan karena masalah harga atau mutu barang yang tidak sesuai, tetapi
sering kali gagal karena tidak ada niat baik pada satu pihak untuk bernegosiasi, sika egois yang tidak
kooperatif dan akomodatif, terdapat kesenjangan hubungan, kekhawatiran akan kalah, agenda-agenda
tersembunyi dan ketidakterbukaan, konflik pribadi diantara peserta negosiasi, masalah-masalah budaya
dan bahasa dan kurangnya atau bahkan tidak adanya wewenang untuk bernegosiasi.
Pengertian diplomasi
Diplomasi merupakan suatu cara komunikasi yang dilakukan antara berbagai pihak termasuk
negoisasi antara wakil-wakil yang sudah diakui. Praktik-praktik negara semacam itu sudah melembaga
sejak dahulu dan kemudian menjelma sebagai aturan-aturan hukum internasional. Dengan demikian,
diplomasi juga merupakan cara-cara yang dilakukan oleh pemerintah suatu negara untuk mencapai
tujuannya dan memperoleh dukungan mengenai prinsip-prinsip yang diambilnya. Itu juga merupakan
suatu proses politik untuk membina kebijakan luar negeri yang dianut dan ditujukan untuk mempengaruhi
kebijakan dan sikap pemerintah negara lain. Disamping itu, diplomasi juga dianggap sebagai
pengetahuan, mutu dan kepandaian untuk membendung dan mengurangi adanya konflik internasional
yang terjadi.
Menurut Brownlie, diplomasi merupakan setiap cara yang diambil untuk mengadakan dan membina
hubungan dan berkomunikasi satu sama lain, atau melaksanakan transaksi politik maupun hukum yang
dalam setiap hal dilakukan melalui wakil-wakilnya yang mendapat otorisasi. Diplomasi pada hakikatnya
juga merupakan negoisasi dan hubungan antarnegara yang dilakukan oleh pejabat-pejabat pemerintah,
untuk itu diperlukan suatu seni dan kemampuan serta kepandaian untuk mempengaruhi seseorang
sehingga dapat tercapai tujuannya. Kemampuan untuk berunding itu harus dilakukan secara maksimal
agar dapat dicapai hasil yang maksimal pula dalam suatu system politik dimana suatu perang mungkin
bisa terjadi.
Diplomasi pada hakikatnya merupakan kebiasaan untuk melakukan hubungan antarnegara melalui wakil
resminya dan dapat melibatkan seluruh proses hubungan luar negeri, perumusan kebijakan termasuk
pelaksanaannya. Dalam arti yang luas, diplomasi dan politik luar negeri adalah sama. Namun, dalam arti
yang sempit, atau lebih tradisional,diplomasi itu melibatkan cara-cara dan mekanisme, sedangkan dalam
politik luar negeri ada dasar atau tujuannya. Dalam arti yang lebih terbatas, diplomasi meliputi teknik
operasioanl dimana negara mencari kepentingan di luar yuridiksinya.
a. Ada yang menyamakan kata itu dengan politik luar negeri, misalnya jika dikatakan Diplomasi RI di
Afrika perlu ditingkatkan
b. Diplomasi dapat pula diartikan sebagai perundingan seperti sering dinyatakan bahwa Masalah Timur
Tengah hanya dapat diselesaikan melalui diplomasi. Jadi perkataan diplomasi disini merupakan satu-
satunya mekanisme yaitu melalui perundingan;
c. Dapat pula diplomasi diartikan sebagai dinas luar negeri seperti dalam ungkapan Selama ini ia bekerja
untuk diplomasi;
d. Ada juga yang menggunakan secara kiasan seperti dalam pandai berdiplomasiyang berarti pandai
bersilat lidah.
Tugas dan Fungsi Diplomasi
Jika membicarakan tugas diplomasi sebenarnya tidaklah terlepas dari tugas dari para pelakunya
maupun institusinya, utamanya seperti para diplomat dengan perwakilan diplomatiknya yang berada di
suatu negara sebagaimana tersebut dalam Konvensi Wina 1961 Mengenai Hubungan Diplomatik. Para
diplomat dianggap sebagai corong dari pemerintahanya dan saluran resmi komunikasi antara negara
pengirim dan negara penerima. Ada keyakinan bahwa berhasilnya diplomasi dari suatu negara itu akan
tergantung sekali dari bagaimana memilih para diplomatnya, termasuk kemampuan serta kewenangannya
dalam melaksanakan tugasnya. Hal ini memang terbukti dalam sejarah.
Tugas utama dari diplomat adalah menyangkut keterwakilannya (representation) dari suatu
negara di negara lain. Ada yang menganggap bahwa para duta besar itu merupakan mata dan telinga dari
negaranya. Tugas mereka mencakupi keterwakilan diplomatik, mengadakan pertukaran nota mengenai
masalah-masalah yang menyangkut kepentingan bersama, melakukan perundingan mengenai yang
bersifat strategis dan politis, melindungi kepentingan warga negaranya di negara penerima, dan
singkatnya memberikan perlindungan serta memajukan kepentingan negara pengirim di negara penerima.
Dalam menyelesaikan pertikaian atau permasalahan, duta besar tidak memiliki kapal perang dan
tidak pula mempunyai infanteri yang besar ataupun banteng, senjata utamanya semata-mata hanyalah
kata-kata dan kesempatan. Dalam transaksi-transaksi yang penting, kesempatan berlalu sangat cepat.
Sekali hilang maka hal itu sukar dapat ditemukan lagi. Adalah merupakan pelanggaran yang besar untuk
menghilangkan demokrasi dari suatu kesempatan, karena kesempatan itu dapat menghilangkan oligarki
dan otokarsi. Menurut sistem itu, tindakan dapat diambil dengan cepat dan hanya meminta dengan kata.
Aspek lain dalam Konvensi Wina 1961 yang menyangkut diplomasi adalah perundingan
(negotiation) yang dilakukan dengan pemerintah negara penerima. Perundingan dapat timbul karena
adanya sesuatu masalah yang berkaitan dengan perdagangan, komunikasi atau mengenai masalah militer.
Demikian juga perundingan itu bisa dilakukan karena adanya tuntutan negaranya tehadap negara
penerima atau sebaliknya.
Menurut Hans J. Morgenthau tugas diplomasi dapat dibagi dalam empat pokok:
1. Diplomasi harus membentuk tujuan dalam rangka kekuatan yang sebenarnya untuk mencapai
tujuan tersebut. Suatu negara yang ingin menciptakan tujuan-tujuannya yang belum dicapai haruslah
berhadapan dengan suatu risiko untuk perang. Karena itu diperlukan suksesnya diplomasi untuk mencoba
mendapatkan tujuannya tersebut sesuai dengan kekuatannya.
2. Di samping melakukan penilaian tentang tujuan-tujuannya dan kekuatannya sendiri, diplomasi
juga harus mengadakan penilaian tujuan dan kekuatan dari negara-negara lainnya. Didalam hal ini,
sesuatu negara haruslah menghadapi resiko akan terjadinya peperangan, apabila diplomasi yang
dilakukannya itu salah dalam menilai mengenai tujuan dan kekuatan negara-negara lainnya.
3. Diplomasi haruslah menentukan dalam hal apa perbedaan dalam tujuan-tujuan itu dapat cocok
satu sama lain. Diplomasi harus dilihat apakah kepentingan negaranya sendiri dengan negara lain cocok.
Jika jawabannya tidak, maka harus dicari jalan keluar untuk merujukkan kepentingan-kepentingan
tersebut.
4. Diplomasi harus menggunakan cara-cara yang pantas dan sesuai seperti kompromi, bujukan
dan bahkan kadang-kadang ancaman kekerasan untuk mencapai tujuan-tujuannya .
Kembali pada pengertian tentang tugas diplomasi, tidak lain hal itu menyangkut pekerjaan-
pekerjaan yang dilakukan di dalam melakukan diplomasi yang menurut R.P Barston dapat digolongkan
dalam enam bidang luas yaitu:
i) Bidang pertama yang dianggap sangat penting adalah mengenai keterwakilan yang meliputi
keterwakilan murni termasuk penyerahan surat-surat kepercayaan, protokol, dan keikutsertaan di dalam
kegiatan-kegiatan diplomatik yang dilakukan di ibu kota atau lembaga-lembaga pemerintahan negara
setempat. Jika kita permasalahkan, sebenarnya aspek yang paling penting lagi adalah keterwakilan yang
bersifat substansif, yang mencakup bukan saja usaha-usaha untuk menjelaskan dan mempertahankan
kebijakan nasional yang disalurkan melalui perwakilan-perwakilan diplomatik dan saluran-saluran luar
lainnya, tetapi juga untuk melaksanakan perundingan dan penafsiran tentang kebijakan dalam negeri dan
luar negeri dari pemerintah negara penerima.
ii) Tugas untuk melakukan tindakan sebagai tempat untuk mendengarkan atau memantau
merupakan kelanjutan dari keterwakilan yang bersifat substantif. Jika berfungsi secara benar maka
Kedutaan Besar harus mengidentifikasi masalah-masalah kunci, pola-pola dalam dan luar negeri yang
muncul termasuk implikasi-implikasinya agar dapat memberikan saran atau peringatan kepada negara
pengirim. Seperti juga dinyatakan oleh Humphrey Trevelyan:
disamping melakukan perundingan, tugas pokok dari duta besar adalah untuk melaporkan
tentang situasi politik, ekonomi, dan sosial di negara di mana ia ditempatkan, mengenai kebijakan
pemerinatahnnya dan dengan pembicaraan-pembicaraan yang dilakukannya dengan pemimpin-pemimpin
politik dan para pejabat serta siapapun yang telah menjelaskan tentang suasana negara setempat
kepadanya.
Oleh karena itu peringatan yang tepat dan pada waktunya mengenai perkembangan yang kurang
menguntungkan pada hakikatnya merupakan salah satu dari tugas-tugas utamanya dari Kedutaan Besar.
iii) Meletakkan dasar kerja atau mempersiapkan dasar bagi suatu kebijakan atau prakarsa-
prakarsa baru.
iv) Dalam hal terjadinya konflik bilateral yang meluas dan potensial maka diplomasi diupayakan untuk
mengurangi ketegangan atau melicinkan dalam rangka hubungan bilateral, multilateral.
v) Untuk memperluas tujuan-tujuan tersebut, diplomasi juga berfungsi untuk menyumbangkan kepada
perubahan-perubahan yang aman dan tertib. Seperti disarankan oleh Adam Watson bahwa tugas pertama
dari diplomasi adalah bukan saja pengelolaan dari tatanan tetapi juga pengelolaan dari perubahan-
perubahan dan pembinaan yang dilakukan dengan persuasif secara terus menerus dari tatanan ditengah-
tengah perubahan. Bertentangan dengan hal itu sudah tentu dapat juga dimasukkan dalam diplomasi
tersebut yang mungkin sebagai wahana untuk berlanjutnya konflik atau pertikaian. Dengan kata lain,
untuk membedakan kepentingan antara negara dan bukan negara dan tidak adanya norma-norma tentang
tatanan lokal, regional, maupun internasional yang sudah diterima secara baku dapat mengakibatkan
perbedaan-perbedaan diantara para pihak yang sangat substansial, dimana diplomasi yang dilakukan
melalui prakarsa-parakarsa secara langsung, secara tidak resmi, dengan kontak rahasia, atau dengan pihak
ketiga tidak dapat menjembatani penyelesaian.
(vi) Pada tingkatan yang lebih umum, tugas penting dari diplomasi adalah menciptakan, merumuskan dan
menagadakan perubahan-perubahan terhadap perangkat aturan-aturan internasional yang luas mengenai
jenis peraturan dan norma-norma yang dapat memberikan bentuk dalam sistem internasional.
Negosiasi dapat didefinisikan sebagai upaya untuk mempelajari dan merujuki mengenai sikap yang
dipertentangkan agar dapat mencapai suatu hasil yang dapat diterima. Apapun bentuk dari hasilnya,
walaupun sebenarnya lebih banyak diterima oleh satu pihak dibandingkan yang lain, tujuan dari negosiasi
itu adalah mengenali bidang-bidang yang menjadi kepentingan bersama dan yang bisa menjadi pertikaian.
Dengan demikian, negosiasi pada intinya merupakan pertukaran pandangan dan usul-usul di antara
dua pemerintahan untuk menjajaki kemungkinan untuk mencapai suatu penyelesaian masalah secara
damai. Negosiasi merupakan proses dimana usul-usul eksplisit disampaikan secara nyata dengan tujuan
untuk mencapai persetujuan mengenai suatu perubahan atau realisasi dari suatu kepentingan bersama jika
terdapat kepentingan yang dipertentangkan.
Disamping itu, negosiasi juga sebagai teknik diplomasi untuk menyelesaikan perselisihan secara
damai dan untuk meningkatkan kepentingan nasional dengan tujuan agar dapat dicapai kompromi dan
penyesuaian melalui kontak secara pribadi dan langsung. Sifat pokok dari negosiasi seringkali disalah
artikan oleh pendapat umum, khususnya pada waktu terjadi ketegangan internasional yang cukup serius
yang kemudian menjadi sulit untuk menawarkan sesuatu konsesi kepada pihak lawan. Namun, untuk
mencapai persetujuan melalui negosiasi diperlukan keinginan dari kedua belah pihak untuk mendapatkan
konsesus yang dapat diterima oleh masing-masing.
Penyelesaian perselisihan melalui negosiasi merupakan cara yang sudah diterima secara
internasional. Konvensi Den Haag mengenai Penyelesaian Pertikaian Internasional Secara Khusus Tahun
1899 dengan jelas menekankan perlunya negosiasi, bahkan sebelum menyampaikan pertikaian itu ke
arbitrase. Dengan kata lain, arbitarse itu digunakan hanya jika negosiasi tidak menghasilkan hasil yang
memuaskan.
Proses negoisasi kadang-kadang baru dipahami hanya setelah berada di meja perundingan. Sewaktu
berlangsung negosiasi dalam beberapa tahap, seluruh proses khususnya dalam rangka multilateral lebih
dimengerti dengan baik, termasuk kegiatan tidak resmi menejlang dan selama negosiasi seperti lobbying,
melemparkan suatau usul melalui rancangan resolusi dan pertukaran usul, serta konsultasi-konsultasinya
lainnya. Negosiasi sudah tentu dapat dilaksanakan dengan jarak (at a distance) melalui surat menyurat
diplomatik (diplomatic correspondence) baik secara resmi maupun tidak resmi, telepon, fax atau e-mail.
Posted by PPDI SUL.SEL at 20:03
Email ThisBlogThis!Share to TwitterShare to FacebookShare to Pinterest

1 comment:

1.

Alfian Zidnyy26 August 2016 at 17:26


artikel yg bermanfaat

Reply

Load more...
Newer Post Older Post Home
Subscribe to: Post Comments (Atom)

Tentang Organisasi

PPDI SUL.SEL
Organisasi ini lahir tgl. 11 Maret 1987 di Jakarta dengan nama PERSATUAN
PENYANDANG CACAT INDONESIA.Setelah MUNASLUB di Balikpapan Kaltim
tanggal 11 - 14 Desember 2012, maka organisasi telah berganti menjadi PERSATUAN
PENYANDANG DISABILITAS INDONESIA. Nama inipun sekarang telah berubah
berdasarkan keputusan MUNAS PPDI 2016 di Yogyakarta menjadi PERKUMPULAN
PENYANDANG DISABILITAS INDONESIA atau PPDI. Kami adalah perpanjangan
tangan PPDI Pusat yang ada di Provinsi Sulawesi Selatan yg ber ibukota di Makassar.
Alamat sekarang di Kompleks MAIZONET Jl. Melati I No. 3 Telp. (0411)4672532
( Belakang Kantor Darma Wanita Kota Makassar )~ Makassar. Untuk lebih jelasnya,
silahkan pembaca untuk menyimaknya pada perkenalan kami. Mohon maaf jika dalam
penyampaian ada kesalahan. Mohon lihat tab Profil PPDI Prov. Sulawesi Selatan. Terima
kasih. Wassalam, Bambang Permadi S.K. Ketua
View my complete profile

Blog Archive
2013 (1)

2012 (8)

o July (5)

MEMAHAMI arti DISKRIMINASI dan PERBEDAAN

Orientasi Dunia Kerja Bagi PENYANDANG DISABILITAS

TEKNIK LOBBY , DIPLOMASI DAN NEGOSIASI

TEKNIK LOBBY , DIPLOMASI DAN NEGOSIASI


Manajemen konflik dan kreativitas organisasi

o June (3)

Translate
Powered by Translate
Picture Window theme. Powered by Blogger.
TEKNIK LOBI DAN NEGOSIASI

By Iwan Subhan

A.

Lobi

Dalam advokasi terdapat dua bentuk, yaitu formal dan informal. Bentuk formalnya,negosiasi
sedangkan bentuk informalnya disebut lobi. Proses lobi tidak terikat oleh waktu dan tempat,
serta dapat dilakukan secara terus-menerus dalam jangka waktu panjang sedangkan negosiasi
tidak, negosiasi terikat oleh waktu dan tempat. Lobi adalah aktivitas komunikasi yang dilakukan
oleh individu ataupun kelompok dengan tujuan mempengaruhi pimpinan organisasi lain
maupun orang yang memiliki kedudukan penting dalam organisasi dan pemerintahan sehingga
dapat memberikan keuntungan untuk diri sendiri ataupun organisasi dan perusahaan pelobi.
Lobi dalam konteks bisnis adalah upaya melakukan pemasaran atau penjualan dalam melakukan
pendekatan kepada calon pembeli, baik perorangan maupun instansi. Dalam lobi bisnis ini
biasanya dikemukakan, maksud, tujuan, dan penjelasan produk.

Macam-macam istilah lobi

Pelobi adalah orang yang berusaha mempengaruhi pembuat undang-undang (legislasi) maupun
pendapat umum. Biasanya mereka dibayar untuk melakukan pekerjaan ini. Dalam istilah yang
lebih halus, pelobi adalah orang yang terlibat dalam hubungan masyarakat. Dalam politik,
pelobian diartikan sebagai bentuk partisipasi politik yang mencakup usaha individu atau
kelompok untuk menghubungi pejabat pemerintah atau pemimpin politik dengan tujuan
mempengaruhi keputusan tentang suatu masalah yang dapat menguntungkan sejumlah orang.
Melobi adalah bentuk aktif dari kegiatan lobi, dimana pendekatan-pendekatan dilakukan secara
tidak resmi. Melobi pada dasarnya merupakan usaha yang dilaksanakan untuk mempengaruhi
pihak-pihak yang menjadi sasaran agar terbentuk sudut pandangan positif terhadap topik lobi,
dengan demikian diharapkan memberikan dampak positif bagi pencapaian tujuan. Lobi juga
dilihat sebagai sebuah (bentuk) tekanan oleh sekelompok orang yang mempraktekkan seni
mendapatkan teman yang berguna dan mempengaruhi orang lain

Pihak-pihak yang terlibat dalam lobi

Pelobi
-

Pelobi melakukan kegiatan lobi dengan tujuan mempengaruhi mereka yang menjadi sasaran
lobi. Dalam melakukan kegiatannya pelobi bisa dilakukan oleh individual atau kelompok. -

Pelobi biasanya melakukan tekanan pada saat kegiatan lobi tengah berlangsung, kepada sasaran
lobi, untuk memperoleh hal-hal yang diinginkan secara halus. Pihak yang dilobi -

Pihak yang dilobi, atau sering juga disebut sebagai sasaran lobi, biasanya merupakan individu
berpengaruh, kelompok, lembaga pemerintahan, maupun lembaga/ organisasi pemerintah,
ataupun pihak swasta. -

Pihak yang dilobi juga bisa jadi merupakan bagian dari usaha untuk memperoleh teman yang
berguna, bagi pelobi, maupun organisasi/ perusahaan tempat pelobi bergabung/ bekerja.
Contoh -

Golongan masyarakat yang memiliki wawasan dan pengetahuan cukup luas dengan reputasi
baik pada kecakapannya di bidang tersebut. -

Anggota organisasi yang memiliki kontak yang paling penting dengan pihak-pihak legislatif,
eksekutif, maupun yudikatif. -

Tokoh masyarakat/ LSM yang sudah dikenal. -

Kalangan jurnalis (wartawan, reporter, redaktur) yang berpengaruh dan memiliki kekuatan
untuk membentuk opini -
Pembuat undang-undang, pejabat pemerintahan, pimpinan partai politik, dan lain sebagainya.
Kegiatan-kegiatan dalam melobi -

Melakukan pertemuan-pertemuan guna menggalang koalisi dengan organisasi-organisasi lain,


dimana koalisi ini membawa berbagai kepentingan dan tujuan-tujuan dalam mengintegrasikan
langkah menghadap wakil-wakil legislatif. -

Mengumpulkan informasi dan mempersiapkan laporan untuk legislator yang mewakili posisi
organisasi dalam isu-isu kunci. -

Melakukan kontak dengan individu-individu yang berpengaruh dan wakil-wakil dari


badan- badan yang menyatu. -

Mempersiapkan pengamat dan pembicara ahli untuk mewakili posisi organisasi terhadap
legislator.

Memusatkan debat pada isi kunci, fakta, dan bukti-bukti yang mendukung organisasi.

Lobi di kalangan bisnis

Lobi di kalangan bisnis berguna untuk memastikan kelancaran usaha dan dalam mengupayakan
tindakan saling menguntungkan. Tujuan lain dari pelobian di dalam bisnis adalah untuk
mendapatkan kepercayaan dari berbagai mitra bisnis. Bermitra dilakukan dengan pelanggan,
pemasok, distributor ataupun pemegang otoritas kebijakan secara individu/ kelompok/
kelembagaan. Walaupun begitu lobi dikalangan bisnis tidak saja dilakukan dengan mitra bisnis,
tetapi juga dengan kompetitor. -
Contoh: lobi yang dilakukan Telkom terhadap Indosat dalam menentukan penggunaan
frekwensi, penempatan dan pengaturan wilayah BTS (Base Transceiver Station). Di kalangan
bisnis, lobi juga dilakukan dengan orang-orang perbankan, diantaranya untuk pertambahan
modal kerja dalam mengembangkan usaha mereka dan untuk mendapatkan kepercayaan
sehingga organisasi mendapatkan kucuran kredit.

Masalah lobi

Keberhasilan lobi pada satu pihak sama artinya dengan kerugian pada pihak lain. Pihak lain
disini bisa jadi: kompetitor, masyarakat, ataupun mitra bisnis. Sebagai profesi, pelobi masih
dianggap negatif bagi sebagian masyarakat kita karena ada anggapan bahwa fungsi lobi untuk
mewujudkan kepentingan pelobi saja dan bukan untuk kepentingan masyarakat banyak.
Menurut Tarmudji (1993), karena sasaran pelobi sebagian besar adalah pejabat pemerintah, hal
ini membuka peluang pejabat tersebut melakukan penyalahgunan wewenang, dimana satu
pihak diuntungkan dan pihak lain dikalahkan dengan mendapatkan imbalan atau kompensasi
tertentu berupa fasilitas, kemudahan, dan kemewahan. Asesoris tradisional dengan
kecenderungan negatif lobi didalamnya termasuk "uang suap", "uang semir", pertemuan di
hotel mewah dengan wanita cantik sebagai pendamping lobi, fasilitas seperti mobil, dan lainnya.
Walaupun begitu lobi kini juga sudah bergeser ke dalam wujud yang lebih abstrak seperti
"peluang", janji keuntungan, kepercayaan, dan bahkan segala sesuatu yang masih bersifat
potensi dan belum nyata. Lobi kadang-kadang dilakukan oleh organisasi yang juga memberikan
sumbangan kampanye. Hal demikian telah menyebabkan kecurigaan atas dugaan korupsi dari
pihak yang menentang lobi.

You might also like